Professional Documents
Culture Documents
1/2014
Nadyah*
Abstrak
Demam Tifoid disebabkan oleh Salmonella thypi yang menyerang saluran pencernaan.
Penyakit ini masih bersifat endemik di Sulawesi Selatan dengan sebaran kasus tertinggi di
Kabupaten Gowa, Insiden Rate (IR=0.28%) 2008 yaitu tertinggi di Kab.Gowa yaitu 2.391
kasus. Jumlah Penderita Thypoid meningkat dari 165 orang pada tahun 2011 menjadi 178
orang pada tahun 2012. Sedangkan untuk tahun 2013 hingga tiga bulan terakhir penderita
Thypoid sudah mencapai 70 orang. Tingginya kejadian tifoid di kabupaten Gowa sehingga
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi in-
sidens penyakit demam tifoid di kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
Penelitian ini dilaksanakan sampai dengan bulan September 2013 dengan menggunakan
penarikan sampel secara total sampling terhadap 50 responden dengan meneliti variable
agent, host dan environment terhadap kejadian Demam Tifoid. Sampel diperoleh melalui
kuisioner selanjutnya dilakukan pengolahan data dan disajikan dalam table.Dari penelitian
ini diperoleh bahwa Faktor Resiko penyakit demam Tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan
Somba Opu Kabupaten Gowa adalah : Kebiasaan host (kebiasaan cuci tangan, penggunaan
jamban), Konsumsi makanan (kebiasaan mengkonsumsi makanan, pengolahan sumber ma-
kanan, dan tempat makan), Faktor lingkungan (adanya vektor penyakit yaitu lalat). Dimana
dari faktor resiko yang paling dominan dan signifikan untuk terjadinya penyakit pada pen-
derita dengan Demam Tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu adalah faktor
lingkungan yaitu adanya vektor penyakit yaitu lalat dimana p value = 0,01 < p = 0,05, dan
faktor pengolahan sumber makanan responden yang menunjukkan bahwa, responden dengan
gejala demam kebanyakan membeli makanan (58%), sebaliknya pada responden dengan
demam dan gejala lainnya mengolah sendiri makanannya (14%) ( untuk nilai p<0,05). Hub-
ungan yang signifikan antara kejadian penyakit dengan sumber pengolahan makanan dan
vektor memberikan Implikasi lain di dalam penyusunan perencanaan program pengawasan
pengelolaan tempat makan termasuk kantin dan rumah makan agar lebih memperhatikan
standar pelayanan dan pengelolaan berbasis kesehatan terutama dalam wilayah kelurahan
Samata kabupaten Gowa dimana UIN Alauddin berada didalamnya.
B
erbicara tentang angka kesakitan penyakit yang merupakan salah satu pen-
maka tidak kita pungkiri bahwa yakit infeksi endemis adalah Demam
penyakit infeksi masih merupa- Tifoid dengan angka kejadian termasuk
kan ancaman yang dapat mempengaruhi yang tertinggi, yaitu antara 358-
305
Nadyah Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruh Insidens...
306
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
demam tifoid merupakan kasus yang rena masih tingginya insidens penyakit
sangat penting dari komunitas yang tetapi juga posisi strategis UIN Alauddin
terinfeksi mikroba dengan angka mencapai yang berada wilayah ini.
2.500 100.000 kasus di beberapa
wilayah. METODE PENELITIAN
Penyakit tyhpoid adalah penyakit Berdasarkan kajian pustaka yang
yang selalu dilaporkan ada setiap ta- telah dikemukakan sebelumnya yang
hunnya. Berdasarkan data pada Puskesmas merupakan landasan teori tentang teori
Samata Gowa menunjukkan terdapat 117 yang mendasari penyusunan kerangka
kasus selama tahun 2012, dan 41 kasus konsep maka variable yang telah diidentif-
dari bulan Januari sampai dengan Juni ikasi yang dianggap berhubungan dengan
2013 demikian pula data yang tercatat pada insidens demam tifoid adalah :
Poliklinik Asy-sifaa UIN Alauddin yang Demam Tifoid adalah penyakit
menunjukkan terdapat kasus baru demam demam yang disebabkan oleh Salmonella
typhoid sebanyak 10 kasus untuk periode typhi yang termasuk dalam golongan bak-
Januari sampai dengan Juni 2013. Data teri gram negatif yang didiagnosis oleh
menunjukkan bahwa penyakit infeksi dokter berdasarkan gejala klinis demam
masih merupakan ancaman dan tentu saja terutama pada sore dan malam hari, lidah
Demam Tifoid sebagai salah penyakit in- kotor, gejala lain berupa sakit kepala dan
feksi perlu mendapat perhatian. Hal ini gangguan saluran cerna serta ditunjang
disebabkan karena Demam Tifoid mudah dengan pemeriksaan laboratorium tes
berpindah dari satu orang ke orang lain widal yang bermakna.
yang kurang menjaga kebersihan diri dan Host
lingkungannya yaitu penularan secara Host adalah semua faktor yang ter-
langsung jika bakteri ini terdapat pada dapat pada diri manusia yang dapat
feses, urine atau muntahan penderita dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan
menularkan kepada orang lain dan secara penyakit, terdiri dari: Keturunan, Jenis Ke-
tidak langsung melalui makanan atau lamin, Umur, Status Perkawinan, daya Ta-
minuman. Berdasarkan uraian di atas maka han Tubuh, Pekerjaan, Kebiasaan Hidup.
mengidentifikasi faktor-faktor yang Dalam penelitian ini faktor host
mempengaruhi insidens penyakit Demam yang menjadi fokus penelitian adalah ke-
Tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan biasaan hidup dari responden meliputi
Somba Opu Kabupaten Gowa menjadi penggunaan jamban, kebiasaan mengkon-
menarik untuk dilakukan bukan hanya ka- sumsi makanan mentah, kebiasaan
307
Nadyah Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruh Insidens...
HOST
ENVIRONMENT
308
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
309
Nadyah Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruh Insidens...
KARAKTERISTIK N F
Demam 39 78.0
Demam + gejala lain 11 22.0
Total 50 100.0
Sumber : Data Primer, 2013
310
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
Tabel 7. Distribusi frekuensi kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan
KARAKTERISTIK N F
Tidak 16 32.0
Selalu 34 68.0
Total 50 100.0
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan kebiasaan mencuci tan- makan dan hanya 16 (32%) yang tidak
gan dengan menggunakan sabun seperti melakukan hal tersebut.
yang terlihat pada tabel 7 terlihat bahwa Berdasarkan data yang ditunjukkan
pada umumnya responden mempunyai ke- pada tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian
biasaan mencuci tangan dengan sabun besar responden yaitu 33 (66%) membeli
sebelum makan terlihat bahwa dari 50 re- makanan untuk dikonsumsi dan hanya 17
sponden, 34 orang responden (68%) selalu (34%) responden yang mengolah sendiri
mencuci tangan dengan sabun sebelum makanannya.
311
Nadyah Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruh Insidens...
312
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
Tabel 14. Hubungan antara konsumsi cuci tangan pakai sabun dengan penyakit
GEJALA PENYAKIT
DEMAM +
DEMAM GEJALA LAIN
FAKTOR N % N % JUMLAH % P
CUCI TANGAN PAKAI SABUN 0,29
Tidak 11 22 5 10 16 32
Selalu 28 56 6 12 34 68
Total 39 78 11 22 50 100
Sumber : Data Primer, 2013
313
Nadyah Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruh Insidens...
Tabel 18. Hubungan antara adanya lalat di tempat makan dengan penyakit
GEJALA PENYAKIT
DEMAM +
GEJALA
DEMAM LAIN
FAKTOR N % N % JUMLAH % P
ADANYA LALAT DI TEMPAT MAKAN 0,01
Ada 29 58 3 6 32 64
Tidak 10 20 8 16 16 36
Total 39 78 11 22 50 100
Sumber : Data Primer, 2013
cul terkait penggunaan jamban yang dengan gejala penyakit. Sebagian besar
berkualitas (78%) dengan p<0,05. Hal ini responden menggunakan jamban di rumah
menunjukkan bahwa terdapat hubungan (56%).
bermakna antara penggunaan jamban Berdasarkan tabel 13, demam dan
314
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
gejala lainnya lebih banyak timbul pada responden dengan gejala demam lebih ser-
mereka yang tidak mengkonsumsi ma- ing makan di luar rumah (34%) sama hal-
kanan mentah (84%) dengan p=0,35. Hal nya pada responden dengan demam dan
ini menunjukkan bahwa tidak ada hub- gejala lainnya (10%). Tidak terdapat hub-
ungan antara konsumsi makanan mentah ungan bermakna antara tempat makan
dengan gejala penyakit. dengan gejala penyait (p=0,191).
Berdasarkan tabel 14, dari 39 re- Berdasarkan tabel 18, terdapat 29
sponden yang mengalami demam 28 orang responden (58%) dengan lalat di tempat
(56%) di antaranya rutin melaksanakan makannya mengalami demam sedangkan 8
cuci tangan dengan menggunakan sabun. responden (16%) yang tidak ada lalat di
Demikian pula pada responden dengan tempat makannya justru mengalami
keluhan demam dan gejala lainnya 6 dari demam dan gejala lainnya. Dengan p<0,05
11 orang responden rutin melakukan cuci dapat disimpulkan bahwa terdapat hub-
tangan pakai sabun. Dengan p=0,29,dapat ungan antara ada tidaknya lalat dengan
disimpulkan bahwa tidak terdapat hub- gejala penyakit.
ungan cuci tangan pakai sabun dengan
gejala penyakit. PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 15, responden Demam Tifoid adalah salah satu pen-
dengan gejala demam kebanyakan mem- yakit yang menyerang saluran pencernaan
beli makanan (58%), sebaliknya pada re- manusia dan memiliki kaitan yang sangat
sponden dengan demam dan gejala lainnya erat dengan faktor sanitasi lingkungan.
mengolah sendiri makanannya (14%). Ter- Berdasarkan data yang diperoleh pada 50
dapat hubungan bermakna antara asal sum- orang responden yang telah terdiagnosa
ber makanan dengan gejala penyakit demam tifoid diperoleh bahwa responden
(p<0,05). terbanyak adalah perempuan sebanyak 37
Berdasarkan tabel 16, mayoritas re- (74%) sedangkan laki-laki sebanyak 13
sponden dengan gejala demam mengkon- orang (26%) dan usia responden dengan
sumsi air kemasan (46%) sedangkan pada umur < 20 tahun adalah sebanyak 11 orang
responden dengan demam dan gejala (22%) sedangkan responden dengan usia
lainnya mengkonsumsi air kemasan dan air lebih atau sama dengan 20 tahun adalah 39
masak yaitu masing-masing 8%. Tidak ter- (78%). Penelitian ini sejalan dengan
dapat hubungan antara sumber minuman penelitian yang dilakukan oleh Okky
dengan gejala penyakit. (2012) yang melakukan penelitian di Ru-
Berdasarkan tabel 17, kebanyakan mah Sakit Umum Daerah Ungaran tahun
315
Nadyah Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruh Insidens...
2006 hingga 2011 yang menunjukkan bah- yang memberat adalah sebanyak 11 orang
wa tidak ada hubungan yang signifikan (22%). Infeksi Salmonella typhi tidak
antara usia dengan resiko kejadian Demam selalu memberikan gejala klinis.
Tifoid (p = 0,789) namun di lain pihak Manifestasi klinis bergantung pada jumlah
jenis kelamin perempuan jauh lebih beresi- bakteri, virulensi bakteri dan imunitas
ko untuk mengalami demam tifoid tubuh. Salmonella typhi mampu bertahan
dibandingkan dengan jenis kelamin laki- dan memperbanyak diri dalam sel. Ada
laki dalam penelitian ini. Hal ini berbeda sebagian bakteri yang dihancurkan oleh
dengan penelitian oleh Okky (2012) di- asam lambung dan sebagian lagi masuk ke
mana dalam penelitiannya Okky usus halus dan mencapai jaringan limfoid
menemukan bahwa laki-laki jauh lebih ber- plak peyeri di pusat ileum yang
esiko dengan terjadinya demam tifoid mengalami hipertrofi. Bakteri Salmonella
dibandingkan perempuan (p value = 0,002) typhi menyerang sel mukosa pada usus
disebabkan karena laki-laki memiliki ak- kecil. Setelah berpenetrasi, bakteri
tivitas yang lebih tinggi dari perempuan. melakukan translokasi pada folikel limfoid
Adanya perbedaan ini memang dimung- dari usus dan nodus limpa mesentrik.
kinkan karena dalam penelitian ini mayori- Salmonella dapat bertahan dan
tas responden yang diambil berdasar data memperbanyak diri diantara sel fagosit
dari Puskesmas dan poliklinik adalah data mononuklear dari folikel limfoid, hati dan
dari responnden perempuan yang dating limfa. Waktu yang dibutuhkan pada
memeriksakan diri, namun tidak menutup periode ini selama bakteri memperbanyak
kemungkinan bahwa penderita demam diri antara 10 14 hari dari periode
tifoid pria juga memiliki angka kejadian inkubasi demam tifoid. Salmonella typhi
yang tinggi namun tidak memeriksakan berperan dalam proses inflamasi lokal
diri ke puskesmas atau poliklinik. pada jaringan tempat bakteri berkembang
Dalam penelitian ini menunjukkan biak dan merangsang sintesis dan
bahwa dari gejala penyakit yang diderita pelepasan zat pirogen dan leukosit pada
penderita dengan diagnosis Demam Tifoid jaringan yang meradang sehingga terjadi
menurut Diagnosis Dokter dan hasil demam. Jumlah bakteri yang banyak
pemeriksaan laboratorium menunjukkan dalam darah (bakteremia) menyebabkan
bahwa Demam merupakan gejala tersering demam makin tinggi. Bagian utama yang
yang dirasakan paling berat oleh penderita sering terkena infeksi sekunder adalah
yaitu sebanyak 39 (78%) sedangkan hati, sumsum tulang, kantung empedu dan
demam disertai dengan keluhan gejala lain ginjal (Mansjoer, 2001; Kowalak, 2003;
316
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
Spicer, 2000; Agarwal dkk, 2004). diketahui bahwa orang yang tidak mempu-
Setelah periode multiplikasi nyai jamban keluarga yang memenuhi
intraseluler, mikroorganisme akan syarat, risiko terkena demam tifoid
dilepaskan lagi ke dalam aliran darah dan meningkat 1,1 kali lebih besar dibanding-
terjadi bakteremia kedua. Bakteremia kan dengan orang yang mempunyai jam-
kedua ini umumnya cukup lama yang ban keluarga yang memenuhi syarat.
meliba tkan beberapa organ dan biasanya Berdasarkan tabel 4.14, dari 39 re-
penderita demam tifoid akan mengalami sponden yang mengalami demam 28 orang
panas yang cukup tinggi. Bakteremia ini (56%) di antaranya rutin melaksanakan
akan menyebabkan dua kejadian kritis cuci tangan dengan menggunakan sabun.
yaitu masuknya bakteri ke dalam kantung Demikian pula pada responden dengan
empedu dan plak peyer. Periode tadi akan keluhan demam dan gejala lainnya 6 dari
menyebabkan peradangan dan nekrosis 11 orang responden rutin melakukan cuci
jaringan klinis yang ditandai dengan tangan pakai sabun. Dengan p=0,29,dapat
kolesistitis nekrotikans dan pendarahan disimpulkan bahwa tidak terdapat hub-
perforasi usus. Periode ini juga ungan cuci tangan pakai sabun dengan
menyebabkan kultur tinja positif dan gejala penyakit. Data ini berbeda dengan
menyebabkan terjadinya karier kronis. apa yang dikemukakan oleh Aief Rakhman
Perbanyakan bakteri dalam ginjal (2008), Hasil analisis terhadap variabel
menyebabkan biakan urine positif tetapi kebiasaan mencuci tangan pakai sabun
dalam jumlah yang jauh lebih kecil sebelum makan oleh orang dewasa
daripada biakan darah yang positif diketahui bahwa kebiasaan tidak mencuci
(Mansjoer, 2001; Kowalak, 2003; Spicer, tangan pakai sabun sebelum makan akan
2000). mengakibatkan risiko terkena demam
Berdasarkan tabel 4.12, demam tifoid meningkat 2,625 kali lebih besar
merupakan gejala penyakit yang dominan dibandingkan dengan orang dewasa yang
muncul terkait penggunaan jamban (78%) mempunyai kebiasaan mencuci tangan pa-
dengan p<0,05. Hal ini menunjukkan bah- kai sabun. Secara statistik bermakna
wa terdapat hubungan bermakna antara dengan p value sebesar 0,001 (p>0,05).
penggunaan jamban dengan gejala penya- Adanya perbedaan ini dimungkinkan kare-
kit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang na memang responden kurang memahami
dilakukan oleh Arief Rakhman (2008) di- maksud pertanyaan dalam penelitian atau
mana hasil analisis terhadap variabel dapat pula disebabkan karena responden
kepemilikan jamban keluarga di rumah memang mencuci tangan dengan
317
Nadyah Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruh Insidens...
318
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
319
Nadyah Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruh Insidens...
vektor penyakit yaitu lalat dimana p value nesia and the Relevance of Serology
= 0,01 < p = 0,05, dan juga faktor pen- and Culture to Diagnosis. South-
east Asian Journal Tropical Medi-
golahan sumber makanan responden yang
cine and Public Health. Vol.33.
menunjukkan bahwa, responden dengan No.4. 742-751
gejala demam kebanyakan membeli ma- Hatta, M; Ratnawati. 2008. Enteric fever
in endemic areas of Indonesia : an
kanan (58%), sebaliknya pada responden
increasing problem of resistance.
dengan demam dan gejala lainnya men- Journal Infection Developing Coun-
golah sendiri makanannya (14%) dimana tries. Vol.2 No.4.
Hatta, M.; Bakker,M.; Van Beers, S.;
diperoleh signifikansi (p<0,05).
Abdoel, T., Smits., Henk. L.2009.
Risk Factors for Clinicall Typhoid
DAFTAR PUSTAKA Fever in Villages in Rural South-
Agarwal, P.K; Atul Gogia & RK.Gupta.,
Sulawesi, Indonesia. Internatiomal
2004. Typhoid Fever. Journal Indian Journal of Tropical Medicine.
Academy Of Clinical Medicine,
Vol.4.No.3.91-99.
Vol.5, No. 1. 60-4.
Jawetz, Melnick, and Adelbergs, 2005.
Aggarwal, R. et.all. 2009. Detection of Ex-
Mikrobiologi Kedokteraan edisi
tended Spectrum Beta Laktamase
20. Salemba Medika. Jakarta.
Production among Uropathogens.
Kowalak, J.P. et all. 2003. Professional
Journal of Laboratory Physicians.
Guide to Pathophysiology. Lip-
Vol.1 No.1.
pincot Williams and Wilkins. USA.
Arief Rakhman, dkk., 2009. Faktor-faktor Mansjoer, A. dkk. 2001. Kapita Selekta
Risiko Yang Berpengaruh Ter- Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.
hadap kejadian Demam Tifoid Pa- Media Aesculapius. FK-UI. Jakarta.
da Orang Dewasa. Berita Kedokter- Massi, MN; Gotoh A; Shirakawa T;
an Masyarakat Volume 25 No.4
Gotoh, A; Bisnu, A; Kawabata, M
and Hatta M. 2003. Rapid Diagnosis
Brook, J.S. Morse, S.A 2005. Mikrobiologi
of typhoid fever by PCR assay using
Kedokteran, Salemba Medika, Jakar-
one pair of primers from flagellin
ta.
gene of Salmonella typhi. Journal
Dahlan, M.S. 2009. Statistika untuk
Infect Chemother. Vol.9.233-237.
Kedokteran dan Kesehatan. Salemba
McPhee, S. J.; Papadakis, M. 2009 Cur-
Medika. Jakarta.
rent Medical and Treatmant.Forty
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Eight Edition Mc Graw Hill. United
Kedokteran Dorland Edisi 29; Alih States.1279-1280.
Bahasa, Huriawati Hartanto et al.;
Mycek, M.J.; Harvey, R.A.; Champe, P.C.
editor edisi bahasa Indonesia, Hu-
2001. Farmakologi Ulasan
riawati Hartanto, et al., EGC, Jakar-
Bergambar. Widya Medika.
ta.
Jakarta.1-15.
Hatta, M., Mubin, H., Abdoel, T., Smits.,
Nazir, M.2005. Metode Penelitian.
Henk. L. 2002. Antibody Response
Cetakan Keenam Ghalia Indonesia.
in Typhoid Fever in Endemik Indo-
Bogor.
320
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
321