Professional Documents
Culture Documents
KASUS : KATARAK
April 5, 2012
BAB I
TINJAUAN TEORI
KATARAK
1. DEFINISI
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract, dan Latin Cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. (Brunner & Suddart,2001)
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh. (Sidarta Ilyas,2004)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.
2. ETIOLOGI
2. Proses penuaan
Prevalensi katarak pada individu berusia 65 74 tahun adalah sebanyak 50%, prevalensi ini
meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.
1. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus, galaktosemi dan distrofi
miotonik.
5. Bermacam-macam penyakit mata seperti glaucoma, ablasi retina, uveitis dan retinitis
pigmentosa
6. Keracunan beberapa jenis obat seperti eserin 0.25 0.5%, kortikosteroid ergot,
antikolinesterase topical
MANIFESTASI KLINIK
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subyektif. Biasanya pasien melaporkan penurunan
ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu . temuan
obyektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukan ditransmisikan dengan
tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup,
menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya berwarna hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak
biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk,
lensa koreksi (kaca mata) yang sangat tebalpun tak akan memperbaiki penglihatan.
PATOFISIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona central terdapat nucleus, di perifer ada
korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Pada lensa katarak
secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan
mengurangi transparansinya. Perubahan protein pada lensa mengakibatkan perubahan warna
lensa menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior
dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada
serabut halus multiple, memanjang dari badan silier ke sekitar daerah lensa mengakibatkan
penglihatan distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagolasi,
sehingga mengakibatkan pandangan berkabut.Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal disertai influks air ke dalam lensa yang mengakibatkan patahnya serabut lensa yang
tegang sehingga mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim tertentu mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi, jumlah enzim ini akan menurun dengan bertambahnya usia.
Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak antara lain kerusakan
oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet dan malnutrisi.
KLASIFIKASI
Berdasarkan Penyebabnya :
1. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau trauma
tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab yang sering.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa.
2. Katarak toksika
Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama baik secara sistemik maupun dalam bentuk
obat tetes mata dapat meneyebabkan kekeruhan lensa. Obat-obat lain yang diduga menyebabkan
katarak antara lain : phenotiazine, chlorpromazine, obat tetes miotik kuat seperti phospholine
iodine.
3. Katarak komplikata
Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular yang mempengaruhi fisiologis
lensa. Katarak biasanya berawal dari daerah subkapsular posterior dan akhirnya mengenai
seluruh struktur lensa. Penyakit intraokuler yang sering berkaitan antara lain uveitis kronik atau
rekuren, glaucoma, retinitis pigmentosa dan ablation retinae. Katarak ini biasanya unilateral.
Katarak komplikata juga dapat disebabkan akibat gangguan sistemik seperti diabetes mellitus,
distrofi miotonik, dermatitis atopic, hipoparatiroidisme, galaktosemia dan sindrom Lowe, Werner
dan down.
Berdasarkan Usia
1. Katarak kongenital : Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun
JENIS-JENIS KATARAK
Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Sewaktu dalam kandungan, terbentuknya lensa adalah minggu ke
lima sampai ke delapan usia kehamilan. Pada masa ini belum terbentuk kapsul pelindung,
sehingga virus bisa masuk ke dalam jaringan lensa. Seluruh lensa buram, tampak abu-abu putih.
1. Mungkin herediter dengan atau tanpa penyakit mata atau penyakit sistemik lain.
2. Infeksi teratogenik yang diderita ibu saat kehamilan seperti campak jerman, cacar air,
penyakit gondong, hepatitis dan poliomyelitis.
1. Kapsulolentikuler dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsuler dan katarak
Polaris
2. Katarak lentikuler termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau
nucleus lensa.
1. Katarak nuklear
2. Katarak zonular
Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus
Tindakan pengobatan adalah operasi, operasi dilakukan bila refleks fundus tidak tampak,
biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda.
Tindakan bedah pada katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi
linier, ekstraksi dengan aspirasi.
2. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera
sebelum terjadiny juling; bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak
dilakukan tindakan segera.
3. Katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah
sekali terjadi ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin,
dan diberikan kacamata segera dengan latihan beban mata.
4. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara dapat
dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai
dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan,
biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik.
Katarak Rubela
Terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara dan
kekeruhan diluar nuclear yaitu korteks anterior dan posterior atau total.
Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubella dapat dengan mudah
menular melalui barier plasenta. Virus ini dapat masuk atau terjepit di dalam vesikel lensa dan
bertahan di dalam lensa sampai 3 tahun.
Katarak Juvenil
Jika kekeruhan ini menyatu akan berbentuk cincin di perifer yang disebut katarak koronaria,
apabila tipis dan kebiru-biruan disebut katarak serulea.
Biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti
katarak metabolik, distrofi miotonik, katarak traumatic dan katarak komplikata.
Katarak Senil
Secara klinik dikenal dalam 4 stadium yakni insipient, imatur, matur dan hiper matur
Pada stadium awal (katarak insipiens) mungkin ada celah-celah kekeruhan di bagian perifer atau
berbentuk baji (kuneiform). Keadaan ini bisa diperburuk dengan adanya katarak nuklear yang
merupakan lanjutan daripada sklerosis nuclear fisiologis. Dengan berlanjutnya pertumbuhan
katarak, tajam penglihatan menjadi terganggu (katarak imatur). Katarak dikatakan matur bila
lensa sudah keruh seluruhnya sehingga fundus tidak dapat dilihat lagi. Di antaranya ada stadium
intemusen yaitu stadium membengkaknya lensa dan edema lensa. Pada akhirnya katarak matur
berubah menjadi stadium hipermatur, yaitu korteksnya mencair sehingga intinya mengambang
turun ke dasar kantong kapsul. Pada stadium ini mungkin terjadi reaksi fakolitik dan glaukoma.
Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks akan
memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni
1. Katarak kortikal
Kekeruhan korteks lensa perifer berbentuk ruji roda yang dipisahkan oleh celah-celah air.
Meningkatnya cairan yang masuk ke dalam lensa mengakibatkan terjadinya separasi lamellar
dan akhirnya terjadi kekeruhan korteks berwarna abu-abu putih yang tidak merata.
2. Katarak nuklear
Kekeruhan inti embrional dan inti dewasa yang berwarna kecoklatan. Korteks anterior dan
posterior relative jernih dan masih tipis. Bentuk kekeruhan nuklear ini bisa menyebabkan
terjadinya miopia berat yang memungkinkan penderita membaca jarak dekat tanpa memakai
kaca mata koreksi seperti seharusnya (second sight)
3. Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada nukleus lensa, juga
dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi. Sering tajam penglihatan
lebih baik daripada dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari
65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.
4. Katarak diabetes
Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat
kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi
kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal
kembali
Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada
kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular
Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan biokimia
sama dengan katarak pasien nondiabetik.
PEMERIKSAAN KATARAK
1. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan koreksi
terbaik serta menggunakan pinhole
3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau
Schiotz
4. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan tetes
mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan
dengan slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan
visus pasien.
1. Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12,
tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks fundus
masih mudah diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari 50 tahun.
1. Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 1/60, tampak nukleus berwarna
kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilai
2. Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia
penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berawarna kecoklatan bahkan sampai
kehitaman, katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai Brunescence cataract atau
black cataract.
4. Pemeriksaan penunjang : USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata
selain katarak
5. Pemeriksaan tambahan : biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi
katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi.
1. PENATALAKSANAAN
3. Hasil bedah katarak sangat baik, 90% pasien pasca bedah dapat mempergunakan
matanya seperti sedia kala
4. Ada dua jenis operasi katarak yakni Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK) dan
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK).
7. Salah satu penemuan terbaru pada EKEK adalah Fakoemulsi. Cara ini
memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrasound frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan
korteks lensa menjadi partikel kecil yang kemudian diaspirasi melalui alat yang
sama yang juga memberikan irigasi kontinu. Dengan teknik ini waktu
penyembuhan menjadi lebih pendek dan penurunan insiden astigmatisme pasca
operasi.
8. Pada mata yang telah dikeluarkan lensanya akibat katarak, pasien akan
menggalami penglihatan yang tidak jelas dan perlu lensa pengganti dan mata
tidak dapat melihat dekat atau berakomodasi. Karena itu pasien memerlukan
sebuah lensa pengganti / koreksi. Koreksi ini dapat dilakukan dengan metode :
kaca mata apakia, lensa kontak atau implant lensa intraokuler (IOL)
Keuntungan : dapat mengambil alih fungsi lensa mata yang dikeluarkan, kaca mata merupakan
alat penglihatan yang aman dan harga yang tidak terlalu mahal.
Kerugian : adanya perasaan asing sewaktu memakainya, kaca mata terlalu tebal dan berat, benda
akan terlihat melengkungg, terlihat benda lebih besar 30% dari ukuran sesungguhnya, pada
waktu melihat harus selalu menggerakkan kepala karena melihat dengan bagian tengah lensa,
akibatnya terjadi penyempitan lapang pandangan, serta terdapat bagian yang tidak terlihat pada
lapang pandangan 40-60%.
1. Lensa kontak jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, dengan pembesaran 5% 10%,
tidak menimbulkan aberasi sferis, tak ada penurunan lapang pandang dan tak ada
kesalahan orientasi spasial.
Kelemahan tenik ini adalah penyimpanan yang selamanya harus bersih dan kalau bisa steril,
pemakaian sukar pada usia lanjut dan diperlukannya ketrampilan pasien dalam hal memasang,
melepaskan dan merawat lensa kontak secara bersih.
1. IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam mata.
Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal, menghilangkan
efekoptikal lensa afakia yang menjengkelkan dan ketidakpraktisan lensa kontak .
1. Lensa bilik mata yang ditempatkan di depan iris dengan kaki penyokongnya bersandar
pada sudut bilik mata
2. Lensa dijepit pada iris yang kakinya tidak terletak pada sudut bilik mata
3. Lensa bilik mata belakang yang diletakkan pada kedudukan lensa normal di belakang iris.
1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama dengan 6/12, yaitu
pemberian kacamata dengan koreksi terbaik.
2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi sudah mengganggu untuk melakuklan
aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi medis lain
untuk operasi, pasien dapat dilakukan operasi katarak.
3. Tatalaksana katarak dengan visus terbaik kurang dari 6/12 adalah operasi katarak
berupa EKEK + IOL atau fakoemulsifikasi + IOL dengan mempertimbangkan
ketersediaan alat, derajat kekeruhan katarak dan tingkat kemampuan ahli bedah.
6. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri dan biometri ukuran IOL dapat
ditentukan berdasar anamnesis ukuran kacamata yang selama ini dipakai pasien.
IOL standar power +20.00 dioptri, jika pasien menggunakan kacamata, power
IOL standar dikurangi dengan ukuran kaca mata. Misalnya pasien menggunakan
kaca mata S -6.00 maka dapat diberikan IOL power +14.00 dioptri.
7. Operasi katarak bilateral (operasi dilakukan pada kedua mata sekaligus secara
berurutan) sangat tidak dianjurkan berkaitan dengan resiko pasca operasi
(endoftalmitis) yang bisa berdampak kebutaan.
1. Sebelum pembedahan :
Pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan kondisi kesehatan umum pasien
1. Sesudah pembedahan :
2. Hal yang dianjurkan : memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan, memakai
penutup mata seperti yang dinasehatkan, tidak melakukan pekerjaan berat, tidak
membungkuk terlalu dalam.
3. Hal yang tidak boleh dilakukan : menggosok mata, bungkuk terlalu dalam, membaca
berlebihan dari biasanya, mengejan keras sewaktu buang air besar, berbaring ke sisi mata
yang baru dibedah dan menggosok gigi pada minggu pertama.
4. KOMPLIKASI PEMBEDAHAN
2. Edema kornea
4. Atonik pupil
5. Papillary captured
8. Ablasio retina
9. Endoftalmus
1. PENGKAJIAN
2. Riwayat
1. Riwayat penyakit trauma : trauma mata, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit
diabetes mellitus, hipotiroid, uveitis, glaucoma.
4. Pengkajian umum
1. Usia.
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul selama periode peri operasi (pre, intra dan post operasi)
adalah :
Intervensi :
Rencana tindakan yang mungkin dapat diterapkan pada klien dengan katarak meliputi :
Dx. 1
Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan kejelasan penglihatan.
Intervensi :
Letakan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat.
Dx. 2
Intervensi :
1. Jelaskan gambaran kejadian pre dan paska operasi, manfaat operasi, dan sikap yang harus
dilakukan klien selama masa operasi.
1. Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung, tetapi bertahap
sesuai penurunan bengkak pada mata dan perbaikan kornea.
Dx. 3
Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO), perdarahan,
kehilangan vitreous.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam tidak terjadi
cedera mata pasca operasi.
1. Tempatkan klien pada tempat tidur yang rendah dan ajurkan untuk membatasi pergerakan
mendadak atau tiba-tiba serta menggerakan kepala berlebih.
R/ Istirahat mutlak diberikan hanya beberapa menit hingga satu atau dua jam paska operasi atau
satu malam jika ada komplikasi.
R/ Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata paska
operasi:
Batuk
1. Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak setiap 6
jam pada awal operasi atau seperlunya.
R/ Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata menonjol, nyeri mendadak, hyperemia
serta hipopion mungkin menunjukan cedera mata paska operasi.Apabila pandangan melihat
benda mengapung (floater) atau tempat gelap mungkin menujukan ablasio retina.
Dx. 4
R/ Normalnya nyeri terjadi dalam waktu kurang dari lima hari setelah operasi dan berangsur
menghilang. Nyeri dapat meningkat karena peningkatan TIO 2-3 hari paska operasi.Nyeri
mendadak menunjukan peningkatan TIO massif.
1. Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak.
1. Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat memprovokasi nyeri.
R/ Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan nyeri seperti gerakan tiba-tiba, membungkuk,
mengucek mata, batuk, mengejan.
Dx. 5
Kriteria hasil : Klien mendapatkan bantuan parsial dalam pemenuhan kebutuhan diri.
Intervensi :
1. Terangkan pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas selama fase paska operasi.
R/ Klien dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur pada 2-3 jam pertama paska operasi atau 12
jam jika ada komplikasi. Selama fase ini, bantuan total diperlukan bagi klien.
R/ Upaya melibatkan klien dalam aktivitas perawatan dirinya dilakukan bertahap dengan
berpedoman pada prinsip bahwa aktivitas tidak memicu peningkatan TIO dan menyebabkan
cedera mata. Kontrol klinis dilakukan dengan menggunakan indicator nyeri mata pada saat
melakukan aktivitas.Umumnya 24 jam paska operasi, individu boleh melakukan aktivitas
perawatan diri.
Dx. 6
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam perawatan rumah
berjalan efektif.
Intervensi :
1. Terangkan aktivitas yang diperbolehkan dan dihindari (minimal untuk 1 minggu) untuk
mencegah komplikasi post operasi.
Mandi waslap, selanjutnya dengan bak mandi atau pancuran (dengan bantuan).
Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi, condongkan kepala sedikit
kebelakang saat mencuci rambut.
Tidur dengan perisai atau pelindung mata logam pada malam hari, mengenakan kacamata
pada siang hari.
Aktivitas dengan duduk.
Mengendarai kendaraan.
Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan : inflamasi dan cairan dari mata.
R/ Kesiapan keluarga meliputi orang yang bertanggung jawab dalam perawatan, pembagian
peran dan tugas serta penghubung klien dan institusi pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Skenario
Seorang laki-laki umur 65 tahun masih aktif bekerja pada salah satu perusahaan swasta di
karawang. Telah lama mengeluh pengelihatannya kabur seperti melihat kabut.Akhir-akhir ini
batuk terasa semakin berat dan mengganggu aktivitas kerjanya sehari-hari. Saat ia memeriksakan
diri ke rumah sakit X dinyatakan katarak dan dianjurkan untuk dilakukan operasi pada mata kiri
nya. Pada pengkajian yang dilakukan perawat A didapatkan data mengeluh seperti melihat
kabut, silau, dan penglihatan tidak jelas .Pada pemeriksaan fisik didapatkan leokokorea pada
lensa mata kiri.Tidak didapatkan riwayat diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.Saat ini
operasi telah dilakukan pada mata kiri 2 hari yang lalu.Mengeluhkan nyeri semakin
meningkat.Peningkatan nyeri pertama kali dirasakan saat berdiri dari sujud pada sholat subuh.Ia
juga mengalami batuk dan bersin pada waktu bangun pagi.
1. Data Fokus
1. Data subjektif :
Klien mengatakan peningkatan nyeri pertama kali dirasakan pada saat berdiri dari sujud
pada sholat subuh
1. Data objektif :
1. Analisa Data
Klien mengatakan
peningkatan nyeri pertama kali
dirasakan pada saat berdiri dari
sujud pada sholat subuh
DO :
Klien mengatakan
peningkatan nyeri pertama kali
dirasakan pada saat berdiri dari
sujud pada sholat subuh
DO :
1. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam diharapkan nyeri dapat
berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Intervensi :
2. Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak.
3. Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat memprovokasi nyeri.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam diharapkan tidak terjadi
cidera
Kriteria hasil :
Intervensi :
2. Tempatkan klien pada tempat tidur yang rendah dan ajurkan untuk membatasi pergerakan
mendadak atau tiba-tiba serta menggerakan kepala berlebih.
5. Berikan pendidikan kesehatan mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
pasca pembedahan. Hal yang dianjurkan : memakai dan meneteskan obat seperti yang
dianjurkan, memakai penutup mata seperti yang dinasehatkan, tidak melakukan pekerjaan
berat, tidak membungkuk terlalu dalam. Hal yang tidak boleh dilakukan : menggosok
mata, bungkuk terlalu dalam, membaca berlebihan dari biasanya, mengejan keras
sewaktu buang air besar, berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
6. Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak setiap 6
jam pada awal operasi atau seperlunya.
The eye is likely to feel itchy or mildly uncomfortable for some days following surgery, and
patients may be provided with a plastic eye shield to be worn at night to prevent accidental
rubbing. Lifting heavy items or prolonged bending should be avoided for several weeks, as these
activities may increase the pressure in the eye (Thom and Sanderson 2006). The patient will be
advised to look out for any signs of infection, such as redness, pain or discharge, and report
these promptly (Watkinson 2005).
Mata akan cenderung merasa gatal atau tidak nyaman untuk beberapa hari setelah operasi, dan
pasien diberikan pelindung/penutup mata plastik untuk dikenakan pada malam hari untuk
mencegah mata disentuh/ digosok baik secara sadar maupun tak sadar. Mengangkat barang berat
dalam waktu berkepanjangan harus dihindari untuk beberapa minggu, karena kegiatan ini dapat
meningkatkan tekanan dalam mata (IOP/ intra ocular pressure) (Thom dan Sanderson 2006).
Pasien disarankan untuk memperhatikan tanda-tanda infeksi yang muncul, seperti kemerahan,
rasa sakit atau seperti terlepas, dan melaporkan dengan segera (Watkinson 2005).
The nurse should advise instilling the drop into the pocket created by pulling down gently on the
lower eyelid, as the eye is less sensitive here than it is closer to the iris and pupil. The tip of the
bottle should not be allowed to touch the eye or eyelids to minimize the risk of corneal damage
and cross-infection (Russell 2008).
Perawat juga harus memberikan pendidikan untuk meneteskan obat tetes mata ke dalam
celah/lekukan yang dibuat dengan cara menarik sedikit kearah bawah kelopak mata bagian
bawah, ini merupakan bagian mata yang kurang sensitive dan merupakan bagian yang terdekat
dengan iris dan pupil. Ujung dari botol tetes mata dilarang untuk bersentuhan degan mata atau
kelopak mata untuk meminimalkan risiko kerusakan kornea dan terjadinya infeksi. (Russell
2008).
The main risks and complications of cataract surgery are (James et al 2007):
2. Increased intraocular pressure this may occur in the days following surgery. It can be
treated with topical, oral or intravenous medication. The patient may experience severe
headache, eye pain, nausea and vomiting, which should be reported promptly.
Risiko dan komplikasi utama pada operasi katarak adalah (James et al 2007):
1. Endophthalmitis walaupun jarang, kejadian < 0.3% pasien, ini adalah infeksi pada mata
yang memiliki potensial untuk terjadi kebutaan. Gejala yang timbul diantaranya : rasa
nyeri pada mata, penurunan penglihatan dan biasanya terjadi dalam 4 5 hari sesudah
operasi (Olver dan Cassidy 2005). Pengobatan dengan segera dibutuhkan menggunakan
antibiotik topical, sistemik maupun intraokular.
2. Peningkatan tekanan intra ocular ini terjadi pada hari operasi. Hal ini dapat ditangani
dengan obat-obatan topical, oral atauoun intravena. Pasien mengalami sakit kepala yang
berat, nyeri pada mata, mual dan muntah, yang harus dengan segera dilaporkan.
DAFTAR PUSTAKA
Vaughan et al. 2009. Oftalmologi Umum. Jakarta. EGC
NS522 Hardy J (2009) Supporting patients undergoing cataract extraction surgery. Nursing
Standard. 24, 14, 51-56. Date of acceptance: September 11 2009.