You are on page 1of 4

SOP Persalinan Dengan Distosia Bahu

No. Dokumen:
No. Revisi Halaman
123.545
143

DITETAPKAN OLEH
STANDAR TANGGAL DIREKTUR RS AISYIYAH
PROSEDUR TERBIT
OPERASIONAL 7 Maret 2017
Dewandari Dyah Kurniawati
Pengertian Distosia Bahu memiliki pengertian, presentasi kepala, kepala telah
lahir tetapi bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara-cara biasa.
Tidak ada penyebab lain terjadinya kesulitan tersebut. Kejadian
Distosia Bahu ini memiliki insidensi kurang dari 1 persen (0,15
0,2 persen), sedangkan pada bayi-bayi dengan berat lahir lebih
4000 gram memiliki insidensi 1,6 persen.
Tujuan Untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar.
Kebijakan - Dokter
- Bidan
Sikap Dan Perilaku 1. Menyambut klien dan keluarga dengan ramah, mengucapkan
salam dan memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang dilakukan kepada klien
dan menandatangani informed consent (bisa dilakukan oleh
keluarga pasien).
Tujuan tindakan membantu melahirkan bayi dengan distosia
bahu yaitu membantu melahirkan bahu yang menyangkut
pada PAP.
3. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk
bertanya apabila belum jelas atau mau mengajukan
pertanyaan.
4. Melakukan komunikasi dan kontak mata dengan klien selama
tindakan (sleama tindakan bidan berkomunikasi dengan
pasien untuk memastikan keadaan ibu dan memberikan
anastesi verbal/ komunikasi teraupetik).

1
5. Mengawali tindakan dengan lafal basmalah dan mengakhiri
dengan lafal hamdalah.
CATATAN:
* Karena keadaan ini emergency maka penjelasan prosedur dapat
dilakukan sambil pelaksanaan tindakan, sedangkan persetujuan
tindakan dapat dilakukan segera.
Peralatan ALAT STERIL
1. Partus Set (harus steril/ DTT)
a. Bak instrumen
b. Klem kocher (2 buah)
c. Gunting tali pusat
d. Gunting episiotomi
e. Kateter nelaton
f. Kassa
g. Handscoon steril (2 pasang)
h. Kapas basah DTT
i. Kom kecil berisi povidion iodin
j. Pengikat tali pusat
2. Kateter no 16
3. Transfusi set
a. Cairan infus RL
b. Selang transfusi
c. Vena kateter no 16/ 18
4. Duk sedang (untuk menahan bayi supaya tidak jatuh/ licin)
5. Spuit 2,5/ 3 cc
6. Bak instrumen
7. Tempat sarung tangan dan korentang

ALAT TIDAK STERIL


1. Resusitasi set (penghisap lendir bayi, sungkup)
2. Duk/ kain untuk alas tempat resusitasi dan untuk
membungkus bayi.
3. APD (clemek, topi, apron, kaca mata, masker, sepatu)
4. Set 02 (pastikan ada oksigen dalam tabungnya, selang
oksigen, regulator, humadifier terisi air DTT sesuai batas
indikator).
5. Plester, gunting, betadin, alkohol, bengkok, tempat
sampah.
6. Tempat plasenta.
7. Perlengkapan cuci tangan (air mengalir, sabun cair, handuk
bersih dan kering/ tisu).
8. Obat uterotonika (oksitosisn, mesoprostol tablet).
9. Larutan klorin 0,5% dalam tempatnya.

2
10. Ember, tempat pakaian kotor.
11. Alat memberiksa vital sign (tensimeter, jam tangan,
termometer).
12. Safety box.
13. Lampu sorot.
14. Perlak/ underpad.
15. Waskom besar dua buah, untuk memandikan pasin, dan
dua waslap.
16. Tiang infus.
17. Bengkok.

PERSIAPAN PASIEN
1. Selimut pasien
2. Handuk bersih dan perlengkapan pasien (baju ibu dan
bayi, kain, pakaian dalam, pembalut)
Content 6. Memastikan benar pasien (nama, umur, alamat, nomer
rekam medis).
7. Memakai APD (kecuali sarung tangan) dan mencuci
sampai siku dengan menggunakan sabun cair dan air
mengalir serta mengeringkan tangan dengan handuk
(sebelumnya melepas jam tangan dan perhiasan)
8. Mengawasi keadaan umum (vital sign, his, dan DJJ)
9. Memakai sarung tangan steril.
10. Melakukan vulva hygine dan melakukan pemeriksaan
dalam.
11. Melepas sarung tangan, mencuci dengan air klorin 0,5%,
kemudian melepasnya secara terbalik.
12. Karena posisi janin yang abnormal, mengalami distosia
bahu, maka dilakukan pemasangan infus dan oksigen.
13. Membantu klien dalam posisi litotomi/ dorsal recumbent,
memasang alas bokong dan menutup perut ibu dengan duk.
14. Memakai sarung tangan steril.
15. Melakukan episiotomi ketika ada kontraksi/ saat ibu
mengalami nyeri.
16. Sebelum melakukan manuver Mc Robert, ibu diminta
untuk meluruskan kedua kakinya terlebih dahulu.
Kemudian memposisikan ibu berbaring pada punggunya
dengan menggunakan kedua tangan, ibu diminta untuk
menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya.
17. Minta dua asisten (boleh suami atau keluarga) untuk
membantu ibu.

3
18. Letakkan tangan penolong pada bi-parietalis bayi secara
mantap dan terus menerus ke arah bawah, atau ke arah
anus ibu untuk menggerakkan bahu anterior ke bawah
simfisis pubis.
( Jangan melakukan dorongan pada fundus, karena akan
mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan
ruptura uteri serta hindari tekanan yang berlebihan pada
kepala bayi karena mungkin dapat melukainya).
19. Secara bersamaan, mintalah salah satu asisten memberikan
sedikit tekanan suprapubis ke arah bawah dengan lembut.
20. Setelah bahu lahir, lakukan pertolongan persalinan sesuai
prosedur.
21. Menyingkirkan peralatan, membuang bahan-bahan
terkontaminasi ke tempat sampah.
22. Merendam peralatan dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit, kemudian mencuci alat dengan sabun dan membilas
dengan air mengalir.
23. Mencuci tangan dalam larutan klorin 0,5 %, melepas
sarung tangan secara terbalik/
24. Mencuci tangan dengan air mengalir.
25. Memeriksa vital sign.
26. Memberitahukan kepada ibu bahwa tindakan telah selesai
disertai mengucapkan hamdalah.
27. Melakukan pendokumentasian pada lembar catatan medik
klien dan lembar belakang partograf.
Teknik 28. Melaksanakan tindakan secara urut dan sistematis
29. Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak
ragu-ragu
30. Menjaga privasi klien

Catatan:

Jangan melakukan dorongan pada fundus karena akan mempengaruhi bahu lebih
jauh dan bisa menyebabkan ruptura uteri.

Kalau tidak ada perdarahan pada kala III jangan dilakukan manual plasenta.

You might also like