You are on page 1of 37

I.

PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa tanah, telah
berkembang sejak pertama kali dilakukan penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan penemuan unsur-unsur hara esensial yang diperlukan
bagi pertumbuhan tanaman.Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki
beberapa keuntungan dibandingkan dengan budidaya secara konvensional,
yaitu pertumbuhan tanaman dapat di kontrol, tanaman dapat berproduksi
dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi, tanaman jarang terserang hama
penyakit karena terlindungi, pemberian air irirgasi dan larutan hara lebih
efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh
musim dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit. Salah satunya dengan
menggunakan sistem DFT. Sistem ini sama dengan rakit apung hanya
adanya penambahan modifikasi resirkulasi aerasi yaitu dengan penambahan
udara kedalam bak nutrisi. Penambahan ini menggunakan alat yang
berfungsi untuk mensirkulasi udara didalam nutrisi dengan alat aerator.
Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca
(greenhouse) untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal
dan benar-benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama
penyakit, iklim.Hidroponik dapat diartikan sebagai sistem budidaya
pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi
larutan nutrient.Hidroponik merupakan penanaman tanaman dengan
menggunakan nutrisi mineral berbentuk larutan dalam air, tanpa
tanah.Tanaman daratan dapat tumbuh dengan akar mereka dalam larutan
mineral nutrisi atau dalam media inert, seperti perlit, kerikil, wol mineral
atau sabut kelapa.
Teknologi hidroponik saat ini telah banyak diadopsi oleh petani di
Indonesia terutama untuk produksi sayuran, bunga potong dantanaman
hias.Operasi teknologi hidroponik di Indonesia hampir seluruhnya
menggunakan sistem substrat dengan irigasi tetes (Drip Irrigation).Sistem
ini sangat tergantung terhadap ketersediaan energi listrik untuk pompa

1
karena adanya sirkulasi dan distribusi larutan hara tanaman.Praktikum
pengenalan sistem hidroponik ini memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa tentang teknik budidaya hidroponik. Mahasiswa belajar secara
langsung cara budidaya secara hidroponik. Mahasiswa juga akan
mengetahui kendala yang sering dihadapi oleh petani hidroponik
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Acara I Pengenalan Sistem Hidroponik kali
ini adalah untuk memberi pengalaman belajar kepada mahasiswa sehingga
mampu:
a. Mengidentifikasi komponen dan instalasi beberapa macam sistem
hidroponik, meliputi: Floating hydroponic system (FHS) atau rakit
apung, Nutrient Film Technique (NFT), substrat dalam kolom bertingkat,
ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan, serta aeroponik.
b. Merinci kelebihan dan kekurangan tiap-tiap jenis sistem.
c. Menjelaskan contoh aplikasi jenis-jenis sistem hidroponik untuk
budidaya tanaman sayuran.
d. Mencontohkan foto atau visualisasi modifikasi aplikasi jenis-jenis sistem
hidroponik untuk budidaya tanaman sayuran.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum acara I mengenai Pengenalan Sistem Hidroponik
dilaksanakan pada hari Selasa, 20 September 2015 pukul 07.30-09.00,
bertempat di Rumah Kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka

1. Floating Hydroponic System (FHS) atau Rakit Apung


Hidroponik rakit apung, tanaman ditempatkan pada stereofoam yang
diapungkan pada sebuah kolam.Kolam dengan ukuran sedalam 40 cm
tersebut berisi nutrisi. Sistem hidroponik ini perlu ditambahkan
airstoneataupun aerator.Aerator berfungsi menhasilkan oksigen untuk
pertukaran udara dalam daerah perakaran. Kekurangan oksigen akan
mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar. Hidroponik rakit apung
hanya dapat diitanami tumbuhan dengan bobot rendah (Diansari 2008).
Floating hidroponic system (FHS) merupakan suatu sistem budidaya
tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan atau menancapkan
tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaaan larutan
nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman
terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Sistem ini larutan nutrisi tidak
disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan
lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu,
hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi
pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem apung ini lebih mudah untuk
mengetahui kapan harus air diisi kembali karena tinggi papan mengikuti
ketinggian air yang ada pada wadah, jika papan berada paa wadah berarti
waktunya untuk wadah dikuras dibersihkan dan diisi kembali dengan air
yang baru (Affan 2006).
Floating hidroponik system (FHS) adalah budidaya tanaman
(terutama sayuran) dengan cara menanam tanaman pada lubang styrofoam
yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung
atau kolam. Sistem ini akar tanaman terendam dalam larutan nutrisi. Teknik
hidroponik sistem rakit apung adalah menanam tanaman pada suatu rakit
yang dapat mengapung di atas permukaan air atau nutrisi dengan akar
menjuntai kedalam air. Styrofoam diambangkan pada kolam larutan nutrisi
sedalam kurang lebih 30 cm. Pada styrofoam diberi lubang tanam dan bibit
ditancapkan dengan bantuan busa atau rockwool (Sutiyoso 2008).
Sistem FHS larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan
pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol
kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu, hal ini perlu dilakukan
karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan
pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik seperti
terisolasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu
larutan nutrisi lebih rendah. Sistem ini juga dapat digunakan untuk daerah
yang sumber energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak
terlalu tergantung pada energi listrik (mungkin hanya untuk mengalirkan
larutan nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja, selain harus tetap
menjaga sirkulasi larutan nutrisi juga perlu diperhitungkan konsentrasi
larutan nutrisi karena hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan
tanaman, selain konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH merupakan
komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu
untuk optimalisasi tanaman (Susila 2000).
2. Nutrient Film Technique (NFT)
Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang
digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar
tanaman menyerap unsur hara yang diperlukan dimana budidaya
tanamannya dilakukan tanpa menggunakan tanah sebagai media
tanamnya.Hidroponik NFT juga termasuk bercocok tanam dalam air dimana
unsur hara telah dilarutkan di dalamnya. Sistem irigasi hidroponik NFT
(Nutrient Film Technique), air dialirkan ke deretan akar tanaman secara
dangkal.Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi
sesuai dengan kebutuhan tanaman.Perakaran dapat berkembang di dalam
nutrisi dan sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan.Aliran
air sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang
meskipun lembab tetap berada di udara, di sekeliling perakaran itu terdapat
selapis larutan nutrisi (Indoagrow 2012).
NFT (Nutrient Film Technique) merupakan jenis hidroponik yang
berbeda dengan hidroponik substrat. Sistem hidroponik NFT, air bersirkulasi
selama 24 jam terus-menerus (atau terputus). Akar sebagian terendam air
dan sebagian lagi berada di atas permukaan air.Penyerapan nutrisi
merupakan komponen penting dalam budidaya NFT, namun seringkali
nutrisi yang diberikan tidak dapat diserap tanaman karena aliran nutrisi yang
tidak dapat merata di seluruh permukaan talang sehingga akar tidak
tersentuh aliran nutrisi akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Peran
media sangat diperlukan dalam penyebaran nutrisi di dalam talang sehingga
perlu dikaji macam media apa yang tepat untuk NFT untuk mendukung
penyerapan nutrisi oleh tanaman (Untung 2011).
Teknik hidroponik NFT, tanaman ditempatkan pada stereofoam
dengan akar menjuntai di bawahnya.Styrofoam tersebut ditempatkan pada
sebuah talang yang dipasang dengan kemiringan 5% (turun 5 cm/m).Talang
tersebut lalu dialirkan nutrisi setinggi 3-4 mm secara terus menerus ataupum
berseling (dengan batas waktu maksimal tidak dialiri larutan selama 10
menit).Nutrisi yang telah dialirkan ke dalam talang dikembalikan lagi ke
dalam tendon (Diansari 2008).
Keuntungan dari teknik budidaya ini adalah pertumbuhan tanaman
lebih cepat, kualitas hasil tanaman dapat terjaga, dan dihasilkan produk
yang off season sehingga dapat dipanen ketika dibutuhkan. Kelemahannya
yaitu nutrisi yang diperlukan bagi tanaman dapat menyebabkan kerusakan
pada pompa perendaman. Kekurangan lainnya dari sistem ini yaitu misalnya
pompa perendaman gagal, atau jika ada kegagalan listrik, tanaman tidak
akan mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup
(Ditya 2010).
3. Subsrat Dalam Kolom Bertingkat (Vertikultur Talang)
Hidroponik sama artinya dengan menyediakan dan mengalirkan
larutan mineral sebagai unsur makanan bagi tanaman, dalam mengalirkan
unsur makanan tersebut harus diperhatikan kepekatan larutan dan derajat
keasamannya. Hidroponik dapat menggunakan media-media tanam selain
tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang
atau batu bata, potongan kayu, dan busa, semua ini dimungkinkan dengan
adanya hubungan yang baik antara tanaman dengan tempat
pertumbuhannya.Pemberian hara dapat dicapai melalui dua cara: sistem
terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka dapat digunakan dengan media
pasir kuarsa dan jauh lebih sederhana. Pasir diairi dua atau tiga kali sehari
hingga kelebihan air tepat mulai mengalir dari lubang-lubang pengatusan,
dan pupuk majemuk ditambahkan setiap minggu. Sistem terbuka dapat juga
dilaksanakan di daerah pasir kuarsa tanpa menggunakan palung atau wadah.
Sistem tertutup pada dasarnya adalah sama, kecuali bahwa larutan hara
dikumpulkan dalam suatu tempat dan diedarkan kembali, ini mensyaratkan
bahwa konsentrasi berbagai unsur hara tanaman ditambah pada interval
yang teratur (biasanya setiap minggu) dan karenanya diperlukan analisis
dari larutan yang mengalir keluar, yang umumnya di luar jangkauan petani
rata-rata, namun untuk usaha besar-besaran, dianjurkan sistem tertutup
(Williams et al. 2006).
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman di
mana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri
larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi,
dan oksigen secara cukup. Substrat adalah dapat menyerap dan
menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna tidak
mudah lapuk. Karakteristik substrat harus bersifat inert dimana tidak
mengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus bebas dari
bakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi
tanaman. Fungsi utama substrat adalah menjaga kelembaban, dapat
menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat
ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman (Zulfitri 2006).
Kelebihan dari penggunaan hidroponik substrat adalahtanaman dapat
berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau dan biaya
operasional tidak terlalu besar. Kekurangannya adalah populasi tanaman
tidak terlalu banyak dan kolom-kolom substrat mudah ditumbuhi
lumut.Pemberian nutrisi pada tanaman dapat diberikan melalui substrat yang
akan diserpa oleh akar tanaman. Larutan nutrisi dibuat dengan cara
melarutkan garam-mineral ke dalam air. Ketika dilarutkan dalam air, garam-
mineral ini akan memisahkan diri menjadi ion. Penyerapan ion-ion oleh
tanaman berlangsung secara kontinue dikarenakan akar-akar tanaman selalu
bersentuhan dengan larutan (Suwandi 2006).
4. Subsrat (Sekam dan Pasir)
Hidroponik substrat memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan sistem hidroponik yang lain. Kelebihan hidroponik substrat yaitu
tanaman dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau,
biaya operasional tidak terlalu besar, tidak mempengaruhi pH air, tidak
berubah warna dan tidak mudah lapuk. Sistem hidroponik substrat juga
memiliki beberapa kekurangan, antara lain yaitu populasi tanaman tidak
terlalu banyak, terlalu banyak menggunakan wadah, mudah ditumbuhi
lumut (Hanafi 2009).
Media pasir merupakan media yang porus. Media tanam bisa
menggunakan pasir halus yang telah disterilisasi. Penanaman dilakukan
pada wadah dengan media tanam pasir, setelah media tanam siap benih
ditaburkan selanjutnya ditutup kembali dengan pasir. Hidroponik substrat
tidak menggunakan air sebagai media tetapi menggunakan media padat
(bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan
oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Media
yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat antara lain batu apung,
pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Media tersebut dapat menyerap nutrisi,
air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman (Lingga 2008).
Penggunakan lebih dari satu macam substrat, maka harus dilakukan
perbandingan yang sesuai yaitu perbandingan1:1. Penggunaan batu kerikil
sebagai media campur akar pakis cacah pada dasarnya tidaklah jauh berbeda
dengan penggunaan pasir, hanya saja kerikil memiliki pori-pori makro lebih
banyak daripada pasir. Penggunaan media ini akan membantu peredaran
larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya membantu menegakkan
batang tanaman hidroponik (Desgembler 2009).
Arang sekam mempunyai karakteristik ringan (berat jenis 0.2 kg/l),
kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi,
berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif.
Rongganya banyak sehingga aerasi dan drainasenya baik, hal ini juga
mempermudah pergerakan akar tanaman dalam media tanam tersebut.
Arang sekam telah steril, karena saat pembuatannya sekam telah mendapat
panas yang tinggi karena proses pembakaran sehingga tidak memerlukan
desinfeksi dengan kemikalia apapun. Arang sekam mempunyai daya
melapuk lambat dan dianggap dapat bertahan kira-kira satu tahun sehingga
dapat digunakan beberapa kali. Arang sekam memiliki nilai permeabilitas
sebesar 32.89 cm/jam (Wuryaningsih 2008).
Hidroponik substrat pada umumnya menggunakan media alami
maupun buatan atau campuran antara keduanya. Beberapa bahan alami yang
dapat digunakan sebagai media perakaran adalah pasir, kerikil, dan serbuk
gergaji, sedangkan media dari bahan buatan seperti vermikulit, rockwool,
dan polystyrene. Media tanam substrat rockwool merupakan media yang
paling banyak digunakan. Rockwool merupakan serat material sintetik yang
memiliki kapasitas menahan air yang tinggi. Rockwool berbentuk
menyerupai wol berupa anyaman serat-serat halus yang dibuat dari terak-
tanur (furnace slag) atau batuan tertentu dengan ledakan kuat selagi bahan-
bahan tersebut berada dalam keadaan lelehan. Bahan tersebut mudah basah
dan memiliki ruang udara yang baik (Swiader dan George 2007).
5. Ebb and Flow atau Penggenangan Tiap-Tiap Jenis Sisem dan
Pengatusan
Hidroponik sistem ebb and flow merupakan salah satu metode yang
populer dari hidroponik. Sistem ini memiliki prinsip kerja menyediakan
larutan nutrisi dengan pola pasang surut. Sistem hidroponik ebb and flow
bisa diibaratkan sebagai sebuah paru-paru, saat air menggenang dan
membasahi media, gas-gas sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh akar
akan terpompa keluar. Sistem ini, ketika air meninggalkan media dalam pot,
maka udara baru dari luar yang banyak mengandung oksigen akan tersedot
ke dalam media tanam, hal ini tentunya menjadikan tanaman semakin
tumbuh subur dan sehat (Rosliani dan Sumarni 2008).
Tempat penggenangan tersusun atas rangka bambu yang dilapisi
plastik untuk meletakkan pot tanaman, di pinggirnya terdapat outlet untuk
menyurutkan larutan nutrisi. Tempat penggenangan seluruhnya akan
digenangi oleh larutan nutrisi yang diambil dari tandon larutan nutrisi
dengan level tertentu. Selang beberapa waktu, larutan nutrisi akan menyurut
kemudian terpompa kembali pada interval yang telah ditentukan. Sebagian
besar penanaman yang menggunakan metode ini percaya bahwa metode ini
menghemat listrik dan tenaga kerja begitu pula dengan air dan pupuk .
Prinsip kerja dari ebb and flowadalah mengisi kemasan dengan media,
misalnya arang sekam kemudian menempatkannya di instalasi. Selama lima
menit, kemasan yang berisi media tersebut akan dikucuri larutan, kemudian
secara gravitasi, larutan dalam kemasan akan turun kembali ke dalam
tandon yang berada dibawahnya. Setelah 10 menit, pompa menyala lagi dan
terjadi kembali siklus seperti di atas (Karsono et al. 2007).
Sistem hidroponik ebb and flow merupakan sistem hidroponik
genang dan alir, larutan nutrisi dialirkan ke bak tanaman hingga merendam
akar lalu dialirkan keluar bak untuk selang waktu tertentu. Sistem ini ada
juga yang menyebutnya sebagai flood and drain sistem. Sistem ini terdiri
dari bedengan kedap air, wadah atau pot yang berlubang di bagian
bawahnya dan berisi media tanam, tangki untuk larutan nutrisi, pompa, pipa
nutrisi, klep inlet dan outlet. Sistem ini pada umumnya untuk memberi
kesempatan larutan nutrisi menembus ke dalam media tanaman, biasanya
digunakan patokan waktu perendaman sekitar 10 menit setelah larutan
nutrisi memenuhi bak tanaman (Suhardiyanto 2009).
6. Aeroponik
Aeroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman hidroponik.
Cara ini belum sefamiliar cara-cara hidroponik yang lainnya seperti irigasi
tetes dan NFT ( Nutrien Film Technique ). Sejarah ditemukannya aeroponik
berawal dari penemuan cara hidroponik kemudian dikembangkannya sistem
aeroponik pertama kali oleh Dr. Franco Massantini di Universitas Of Pia,
Italia. Negara di Indonesia perintis aeroponik adalah Amazing Farm pada
tahun 1998 di Lembang Bandung. Teknologi penanaman dengan teknik
aeroponik adalah teknologi bercocok tanam sayuran yang banyak dilakukan
oleh pengusaha agribisnis dan hasilnya sudah banyak di temukan di pasar
swalayan. Aeroponik berasal dari kata aero artinya udara dan ponos artinya
daya jadi aeroponik adalahpemberdayaan udara. Kelebihan dari aeroponik
adalah tidak memerlukan tempat yang luas, tidak tergantung musim
ketersediaan barang ada sepanjang tahu, hasilnya bersih, sehat, renyah dan
cita rasanya tinggi, waktu panen pendek dan resiko terserang hama penyakit
kecil tanaman dapat dipindah tanpa merusak pertumbuhan (Julio 2010).
Aeroponik merupakan penemuan terbaru dalam memperbanyak benih
G0, dengan menggunakan teknologi aeroponik dapat memperoleh benih
kentang yang cukup banyak dibandingkan dengan menggunakan media
tanah dan pupuk kandang. Ukuran benih dari tekhnik aeroponik bervariasi
dari ukuran sebesar biji kacang sampai sebesar telur bebek, dengan
menggunakan tekhnik aeroponik dapat mendukung program pembangunan
pertanian di sector perbenihan.Teknologi aeroponik merupakan langkah
awal menuju keberhasilan Indonesia memproduksi benih kentang
berkualitas tinggi, ada 6 kriteria yang harus diperhatikan yaitu varietas,
mutu, jumlah, waktu, lokasi dan harga (Corry 2011).
Aeroponik termasuk dalam sistem yang modern dengan sentuhan
teknologi tersebut. Namun apabila dibandingkan dengan negara-negara
maju lainnya tentu saja kita masih sangat tertinggal. Aeroponik yaitu metoda
bercocok tanam dimana akar tanaman tergantung di udara dan disemprot
dengan larutan nutrisi secara terus menerus.Aeroponik berasal dari kata aero
yang berarti udara dan ponus berarti daya, dengan demikian aeroponik
berarti memberdayakan udara. Prinsip kerjanya akar terurai di rongga udara
dibawah styrofoam dan terus menerus disemprot dengan larutan hara dalam
bentuk kabut. Sebagai media tanam digunakan sehelai styrofoam dengan
panjang 1 meter, lebar 1 meter dan tebal 3 cm. Styrofoam tersebut diberi
lubang tanam berdiameter 1,5 cm dengan jarak antar lubang 15 x 15 cm dan
populasi sekitar 36-44 tanaman/m2, tergantung dari konfigurasi tata letak
lubang (Sutiyoso 2007).
7. Deep Floe Techniq
Teknik hidroponik Deep floe techniq (DFT) merupakan teknik
hidroponik dengan menggunkan papan styrofoam yang mengapung diatas
larutan nutrisi dan larutan tersebut disirkulasikan dengan bantuan aerasi.
HidroponikDFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berebda.
Perbedaannya adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi
dengan baik sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atan
flof (Sumiati 2010).
Teknik hidroponik sistem DFT menggunkan sterofoam sebagai
tempat untuk meletakkan tanamannya dimana steroformnya diberi lubang-
lubang kecil sebagai tempat untuk memasukkan akar tanaman agar
tergenang pada larutan nutrisi, tanaman yang akan dimasukkan kedalam
lubang diberi kapas agar tanaman tidak tenggelam. Larutan nutrisi tersebut
disirkulasikan dengan bantuan aerator dan pompa. Perkembangan tanaman
yang dibudidayakan menggunakan sistem DFT dapat tumbuh dengan baik
dan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan metode
konvensional. Frekuensi dan volume siram harus disesuaikan dengan
kondisi cuaca, jenis dan umur tanaman, fase pertumbuhan tanaman dan jenis
media yang digunakan. Kondisi yang diinginkan tanaman adalah berimbang
antara air, udara, pupuk dan media tanam, sebaliknya kalau cuaca panas
(evaporasi naik) fertigasi harus lebih sering dan volumenya lebih banyak
(Arifin 2008).
Deep Flow Technique (DFT) merupakan salah satu metode
hidroponik yang menggunakan air sebagai media untuk menyediakan nutrisi
bagi tanaman dengan pemberian nutrisi dalam bentuk genangan. Tanaman
dibudidayakan di atas saluran yang dialiri larutan nutrisi setinggi 4-6 cm
secara kontinyu, dimana akar tanaman selalu terendam di dalam larutan
nutrisi. Larutan nutrisi akan dikumpulkan kembali ke dalam bak nutrisi,
kemudian dipompakan melalui pipa distribusi ke kolam penanaman secara
kontinyu. Deep Flow Technique (DFT) sebaiknya dilakukan pada kolam
berbentuk persegi empat dan berukuran besar, agar mudah melakukan
pengaturan dan tidak ada ruang yang terbuang. Perawatan pada sistem DFT
lebih mudah dibandingkan dengan sistem hidroponik yang lain, yaitu 7
dengan menngganti styrofoam,menguras kolam dan mengontrol instalasi
irigasi yaitu pada pompa dan pipa-pipa istribusi (Chadirin 2007).
8. Hidroponik Vertikultur
Vertikultur bisa diartikan sebagai budi daya tanaman secara vertikal
sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem
bertingkat.Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit
secara optimal.Sistem bertanam secara vertikultur sekilas memang terlihat
rumit, tetapi sebenarnya sangat mudah dilakukan.Tingkat kesulitan
bertanam secara vertikultur tergantung kepada model dan sistem tambahan
yang dipergunakan, dalam model sederhana, struktur dasar yang digunakan
mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan, sehingga dapat
diterapkan di rumah-rumah. Sistem tambahan yang memerlukan
keterampilan dan pengetahuan khusus, contohnya penggunaan sistem
hidroponik atau drive irrigation (irigasi tetes). Jenis-jenis tanaman yang
dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi
tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim khususnya sayuran, dan
memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas (Sanjaya 2011).
Vertikultur adalah istilah Indonesia yang diambil dari istilah
verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal dari dua kata yaitu
vertical dan culture. Arti vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang
dilakukan secara vertikal dan bertingkat. Sistem ini sangat cocok diterapkan
khususnya bagi para petani atau pengusaha yang memiliki lahan sempit.
Vertikultur dapat pula diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat,
perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman di daerah padat yang tidak
punya halaman sama sekali. Dengan metode vertikultur ini, kita dapat
memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Prinsip kerja vertikultur dalam
budidaya tanaman ini adalah dengan menyuplai air nutrisi melalui saluran
pemasukan kemudian dialirkan ke atas bagian batang vertikal melalui nozel
agar keluar berupa hembusan/curah. Air nutrisi kembali ke bagian bawah
secara circel/berputar. Pengaturan jangka waktu aliran air dikendalikan oleh
unit timer yang bekerja tanpa kenal lelah sepanjang hari selama
berlangsungnya masa penanaman, untuk memperkokoh tanaman, digunakan
arang sekam yang berfungsi sebagai media tumbuh tanaman selain itu arang
sekam juga berfungsi untuk menetralisir racun namun karena arang sekam
bersifat mudah terbawa oleh air, maka digunakan kasa parabola untuk
menahan arang sekam tersebut (Widarto 2007).
Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris.
Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu vertical dan culture. Pengertian
vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal
atau bertingkat. Teknik atau cara budidaya tanaman semusim (khusunya
sayuran) pada lahan terbatas yang diatur secara bersusun
menggunakanbangunan atau tempat khusus atau model wadah tertentu
dengan menerapkan paket teknologi maju, serta komoditas yang diusahakan
bernilai ekonomi tinggi. Kekurangan sistem vertikultur antara lain rawan
terhadap serangan jamur, sehingga pemantauan kondisi pertanaman harus
sering dilakukan. Populasi tanaman yang tinggi menyebabkan kelembaban
udara yang tinggi, sehingga memungkinkan serangan penyakit mudah
menyebar. Penyiraman harus dilakukan secara kontinyu meskipun hujan,
terutama bila tanaman ditanam pada sistem bangunan beratap
(Haryanto et al. 2009).
Beberapa kelebihan dan kelemahan dari teknik vertikultur, adapun
kelebihannya diantaranya sebagai berikut populasi tanaman per satuan luas
lebih banyak karena tanaman disusun ke atas dengan tingkat kerapatan yang
dapat diatur sesuai keperluan, media tanam yang disterilisasi meminimalkan
resiko serangan hama dan penyakit sehingga mengurangi biaya untuk
pengendalian hama dan penyakit, kehilangan pupuk oleh guyuran air hujan
dapat dikurangi karena jumlah media tanam yang sudah ditentukan hanya
berada di sekitar perakaran tanaman di dalam wadah terbatas, perlakuan
penyiangan gulma sangat berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali
karena sedikit media tanam terbuka yang memungkinkan media tanam
tersebut ditumbuhi gulma, berbagai bahan di sekitar rumah seperti karung
bekas, batang bambu, pipa paralon, dan bekas air mineral dapat
dimanfaatkan sebagai wadah budidaya vertikultur, tempat dibangunnya
bangunan vertikultur menampilkan nilai estetika, atau dapat dikataka
sebagai tanaman hias, bangunan vertikultur dapat dipindahkan pada
tempatyang diinginkan, terutama untuk vertikultur dengan konstruksi yang
dapat dipindahkan. Budidaya vertikultur memiliki beberapa kelemahan
diantaranya investasi biaya awal yang diperlukan cukup tinggi karena harus
membuat struktur bangunan khusus dan penyiapan media tanama, oleh
karena jarak tanamnya rapat dan tercipta suatu kondisi kelembaban udara
yang tinggi. Kondisi tersebut sehingga dapat menyebabkan tanaman rentan
terhadap serangan penyakit akibat cendawan (Andoko 2008).
Teknik vertikultur bisa dikembangkan dengan menggunakan rak,
menyusun batako di pojok tembok atau lainnya, sementara sebagai wadah
tanaman, bisa digunakan gelas plastik dari air kemasan, botol bekas sampai
kemasan tetrapak. Teknik vertikultur, maka setiap rumah tangga bisa
memproduksi sayuran organik secara mandiri. Teknik ini selain itu,
kesehatan juga bisa diupayakan dengan herbal yang ditumbuhkan sendiri
(Kompas 2011).
9. Aquaponik
Aquaponik adalah kombinasi akuakultur dan hidroponik untuk
memelihara ikan dan tanaman dalam satu sistem yang saling terhubung.
Limbah yang dihasilkan oleh ikan digunakan sebagai pupuk untuk tanaman.
Interaksi antara ikan dan tanaman menghasilkan lingkungan yang ideal
untuk tumbuh sehingga lebih produkif dari metode tradisional. Sistem
akuaponik dalam prosesnya menggunakan air dari tanki ikan kemudian
disirkulasikan kembali melalui suatu pipa dimana tanaman akan
ditumbuhkan,yang apabila dibiarkan di dalam tanki akan menjadi racun bagi
ikanya. Bakteri nitrifikasi yang terdapat pada media hidroponik memiliki
peran penting dalam siklus nutrisi, tanpa mikroorganisme ini seluruh sistem
tidak akan berjalan.Ammonia dan nitrit bersifat racun bagi ikan, tetapi nitrat
lebih aman dan merupakan bentuk dari nitrogen yang dianjurkan untuk
pertumbuhan tanaman seperti buah-buahan dan sayuran. Ikan air tawar
sebagian besar yang tahan terhadap padat tebar tinggi akan tumbuh dengan
baik pada sistem akuaponik. Beberapa jenis ikan yang telah dibudidayakan
menggunkan sistem akuaponik adalah lele, rainbow trout, mas, koi, mas
koki dan barramundi. Tanaman yang digunakan dalam sistem aquaponik
berupa tanaman sayur seperti bayam, kemangi dan kangkung serta tanaman
buah tomat, mentimun dan paprika (Rakcoy et al.2006).
Kelebihan akuaponik dari sistem lainnya yaiu sistem akuaponik
berjalan dengan prinsip zero enviromental impact. Artinya aquaponik dapat
menghasilkan ikan berkualitas baik dan tanaman organik sehingga tidak
tercemar dengan pupuk buatan, pestisida maupun herbisida. Sistem
aquaponik memanfaatkan air dengan lebih bijak. Sistem ini menggunakan
90% lebih sedikit air daripada menanam tanaman dengan cara konvensional
dan menggunakan air 97% lebih sedikit dari sistem akuakultur biasa.Sistem
akuaponik serbaguna dan mudah beradaptasi. Sistem ini dapat dibangun
dengan segala ukuran dan cocok untuk berbagai tempat. Media tanam yang
digunakan dalam sistem aquaponik sama dengan cara bertanam hidroponik
yaitu dengan menggunakan batu apung, pasir, sabut, kelapa, batu kerikil dan
nutrient film (Ecolife 2011).
Sistem akuaponik, aliran air kaya nutrisi dari media pemeliharan
ikan digunakan untuk menyuburkan tanaman hidroponik, hal ini baik untuk
ikan karena akar tanaman dan rhizobakter mengambil nutrisi dari air. Nutrisi
yang berasal dari feses, urin dan sisa pakan ikan adalah kontaminan yang
menyebabkan meningkatnya kandungan racun pada media pemeliharaan,
tetapi air limbah ini juga menyediakan pupuk cair untuk menumbuhkan
tanaman secara hidroponik. Media hidroponik sebaiknya berfungsi sebagai
biofilter, yang akan menyerap ammonia, nitrat, nitrit dan posfor sehingga air
yang sudah bersih dapat dialirkan kembali pada media pemeliharaan
(Diver 2006).
Prinsip dari aquaponik yaitu memanfaatkan secara terus menerus air
dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam
ikan. Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang
optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem
resirkulasi. Sistem teknologi aquaponik ini muncul sebagai jawaban atas
adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai
untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit, aquaponik yang
merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat
dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran (Widyastuti 2008).
Sistem akuaponik digunakan sejak tahun 1990 merupakan teknik
budidaya yang relatif baru dan unik dalam industri perikanan. Sistem ini
menggunakan teknik akuakultur dengan kepadatan tinggi di dalam ruang
tertutup, serta kondisi lingkungan yang terkontrol sehingga mampu
meningkatkan produksi ikan pada lahan dan air yang terbatas, meningkatkan
produksi ikan sepanjang tahun, fleksibilitas lokasi produksi dan
pengontrolan penyakit dan tidak tergantung pada musim. Penggunaan
sistem akuaponik pada akuakultur, dapat memberikan keuntungan yaitu
memelihara lingkungan kultur yang baik pada saat pemberian pakan untuk
pertumbuhan ikan secara optimal. Kelebihan sistem akuaponik dalam
mengendalikan, memelihara dan mempertahankan kualitas air menandakan
bahwa sistem akuaponik memiliki hubungan yang erat dengan proses
perbaikan kualitas air dalam pengolahan air limbah, terutama dari aspek
biologisnya. Teknologi aquaponik juga mempunyai keuntungan lainnya
berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan memperbesar
keuntungan para pembudidaya ikan. Aplikasinya baik secara teoritis,praktis
dan ekonomis tentu saja akuaponik akan sangat menguntungkan
sekali,karena lahan yang dipakai tidak akan terlalu luas,memiliki hasil
produksi ganda,hemat air,mengurangi penggunaan bahan kimia serta
bersifat organik. Keuntungan secara praktis sudah barang tentu kita tidak
perlu mencangkul, merumput, menggembur dan membungkuk atau aktifitas
lainnya yang menyiksa badan. Sistem aquaponik tidak menggunakan pupuk
dan pestisida, juga tidak perlu untuk menyiram sayuran setiap hari. Hasil
panen tanaman dari aquaponik tentunya memiliki nilai harga jual yang
cukup tinggi di supermarket karena bersifat organik (Akbar 2008).
Fokus dalam akuakultur adalah memaksimalkan pertumbuhan ikan
di dalam kolam pemeliharaan. Ikan biasanya ditebar pada kolam dengan
kepadatan yang tinggi. Tingkat penebaran ikan yang tinggi menyebabkan
kebutuhan akan oksigen menjadi meningkat dan terjadi penurunan kualitas
air budidaya akibat fases dan pakan yang tidak termakan. Aquaponik
menyatukan simbiosis antara tanaman dan ikan, dimana tanaman
memanfaatkan kotoran ikan yang berisi hampir semua nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan proses fotosintesis, sehingga mampu
memberikan suplai oksigen dan menjaga kualitas air untuk pertumbuhan
ikan yang dibudidayakan (Ahmad et al. 2007).

Komponen komponen dalam system akuaponik sangatlah penting.


Pertama tangki ikan merupakan komponen penting dalam setiap unit.
Dengan demikian, tangki ikan menghabiskan hingga 20 persen dari seluruh
biaya unit aquaponik. Ikan memerlukan kondisi tertentu untuk bertahan
hidup dan berkembang, dan karena itu tangki ikan harus dipilih dengan
bijaksana. Ada beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan,
termasuk bentuk, bahan dan warna. Hal kedua yaitu filtrasi mekanik, filtrasi
mekanik adalah pemisahan dan pembuangan limbah ikan padat dan diskors
dari tangki ikan. Hal ini penting untuk menghilangkan limbah tersebut untuk
kesehatan sistem, karena gas berbahaya dilepaskan oleh bakteri anaerob jika
limbah padat dibiarkan membusuk di dalam tangki ikan. Ketiga merupakan
jenis sistem hidroponik yang di gunakan, hal ini penting untuk
menggambarkan bagian tanaman yang tumbuh di unit. Keempat adalah
sirkulasi air, pergerakan air merupakan dasar untuk menjaga semua
organisme hidup di aquaponics. Mengalir air bergerak dari tangki ikan,
melalui pemisah mekanis dan biofilter dan akhirnya untuk tanaman di
tempat tidur media mereka, pipa atau saluran, menghilangkan nutrisi
terlarut. Selanjutnya aerasi didalam air, pada hal ini gelembung kecil
memiliki luas permukaan yang lebih, dan karena itu melepaskan oksigen ke
dalam air lebih baik dari gelembung besar; ini membuat sistem aerasi yang
lebih efisien dan memberikan kontribusi untuk menghemat biaya. Terakhir
Letak pompa, Sebuah metode umum aquaponics, dan yang dianjurkan di
sini, adalah memiliki pompa terletak di tangki bah. Tidak kalah penting
adalah komponen pipa, Pastikan bahwa pipa dan pipa yang digunakan
dalam sistem tidak pernah sebelumnya digunakan untuk menahan zat
beracun (FAO 2005).

C. Metodologi Praktikum
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara Pengenalan Sistem
Hidroponik ini adalah berupa:
a. Alat tulis
b. Kamera
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah instalasi beberapa macam sistem
hidroponik, meliputi:
a. Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung
b. Nutrient Film Technique (NFT)
c. Substrat dalam kolom bertingkat
d. Ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan
e. Akuaponik
3. Cara Kerja
a. Mengamati bagian-bagian dari bentuk-bentuk modifikasi sistem
hidroponik:
1) Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung
2) Nutrient Film Technique (NFT)
3) Substrat dalam kolom bertingkat
4) Ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan
5) Akuaponik
b. Mengamati cara pengoperasian sistem hidroponik tersebut.
c. Mengamati kelemahan dan kelebihan dari tiap-tiap bentuk modifikasi
sistem hidroponik.
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Berbagai Macam dari Pengenalan Sistem
Hidroponik.
Jenis Sistem Hidroponik Gambar
Floating Hydroponic
System (FHS) atau Rakit
Apung

Nutrient Film Technique


(NFT)

Subsrat Dalam Kolom


Bertingkat (Vertikultur
Talang)

Subsrat (Sekam dan Pasir)

Ebb and Flow atau


Penggenangan Tiap-Tiap
Jenis Sistem dan
Pengatusan

Aeroponik
Deep Floe Techniq

Vertikultur

Aquaponik

Sumber : Laporan Sementara\


2. Pembahasan
Hidroponik adalah suatu cara bercocok tanam tanpa menggunakan
tanah sebagai tempat menanam tanaman. Sistem hidroponik dapat
memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol dengan
pengembangan teknologi , kombinasi sistem hidroponik dengan membran
mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien
(minimalis sistem) dibandingkan dengan kultur tanah , terutama untuk
tanaman berumur pendek. Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal
musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur
tanah untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama. Sistem
hidroponik banyak digunakan untuk menanam tumbuhan holtikultura seperti
tomat, paprika, sawi dan melon (Suprijadi et al. 2009).
Menurut Ahmad (2012) floating hidroponic system (FHS)
merupakan suatu budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara
menanamkan atau menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang
mengapung diatas permukaaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung
atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam larutan
nutrisi. Sistem ini larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada
bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol
kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu, hal ini perlu dilakukan
karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan
pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik seperti
terisolasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu
larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang sumber
energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu
tergantung pada energi listrik (mungkin hanya untuk mengalirkan larutan
nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja).
Sistem FHS larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan
pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol
kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu, hal ini perlu dilakukan
karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan
pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik seperti
terisolasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu
larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang sumber
energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu
tergantung pada energi listrik (mungkin hanya untuk mengalirkan larutan
nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja).Sitem ini selain harus tetap
menjaga sirkulasi larutan nutrisi juga perlu diperhitungkan konsentrasi
larutan nutrisi karena hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan
tanaman.Konsentrasi larutan nutrisi dapat diperoleh dengan mengetahui
nilai EC (Electric Conductivity). Nilai EC dapat didapat dengan cara
mengukur nilai resistensi pada larutan nutrisi, tidak hanya kelangsungan
sirkulasi larutan yang memegang peranan penting tetapi juga konsentrasi
larutan dapat diketahui dengan mengukur nilai EC (dengan menggunakan
EC meter), selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH
merupakan komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada
tingkat tertentu untuk optimalisasi tanaman.Suhu dan pH larutan nutrisi
dikontrol dengan tujuan agar perubahan yang terjadi oleh penyerapan air
dan ion nutrisi tanaman dapat dipertahankan.Kelebihan dari sistem ini
adalah dapat memanfaatkan lahan sempit. Hidroponik yang paling mudah
dan sederhana,tidak memerlukan keahlian mendalam, hemat listrik dan
untuk kekurangan adalah kemungkinkan tanaman akan kekurangan oksigen
cepat terjadi peningkatan suhu, memerlukan pemantauan pH dan kepekatan
lebih rutin, pertumbuhan akar sering terganggu.
Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial
dalam hidroponik.Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya
tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal
dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan
oksigen.Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman
terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara
terus menerus dengan pompa. Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat
berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga
bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan
styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen
masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal.
Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain dapat
memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat
terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat
konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan
dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali
dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan
penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan
memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan high
planting density, namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti
investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap
energi listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat
menular ke tanaman lain. Duamacam sistem irigasi yang sering diterapkan
pada penanaman tanaman dengan metode hidroponik, ada yang dikenal
dengan istilah irigasi sistem NFT dan ada pula yang dikenal dengan irigasi
tetes hidroponik substrat.Hidroponik dengan sistem irigasi sangatlah efisien
bila diterapkan pada penanaman tanaman dengan metode hidroponik yang
dilakukan di rumah atau pekarangan, karena dengan sistem irigasi ini
penggunaan air menjadi lebih hemat.
Sistem irigasi hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), air
dialirkan ke deretan akar tanaman secara dangkal.Akar tanaman berada di
lapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan
tanaman.Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan sebagian lainnya
berkembang di atas permukaan larutan.Aliran air sangat dangkal, jadi
bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap
berada di udara, di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan
nutrisi.Kata film pada hidroponik NFT menunjukkan aliran air yang sangat
tipis berkisar 3 mm dengan demikian, hidroponik ini hanya menggunakan
aliran air (nutrisi) yang bersikulasi selama 24 jam terus-menerus sebagai
medianya. Keunggulan sistem hidroponik ini antara lain air yang diperlukan
tidak banyak, kadar oksigen terlarut dalam larutan hara cukup tinggi, air
sebagai media mudah didapat, pH larutan mudah diatur, dan ringan sehingga
dapat disangga dengan talang.Teknik NFT, tanaman ditegakkan di talang
berbentuk segi empat yang biasanya digunakan untuk talang rumah atau
pipa pvc berdiameter 2,5; 3 dan 4 bisa juga fiberglass yang dirancang
khusus, agar tanaman tumbuh tegak jika anda menggunakan talang tanaman
rockwool sebagai media tanam diselipkan pada styrofoam yang disambung-
sambung di sepanjang permukaan atas talang sehingga aliran air di talang
ini terlindungi dan bagian dasar talang menjadi gelap sehingga lumut tidak
akan tumbuh begitu juga pada penanaman yang menggunakan pipa pvc.
Umumnya styrofoam yang dipasang dalam talang mempunyai ketebalan 1
cm hingga 3 cm dan panjangnya 100 cm. Styrofoam tersebut dilubangi 1.5
cm dengan jarak 15-20 cm untuk sayuran daun dan 30-40 cm untuk tanaman
buah.Peralatan lainnya yang mutlak dibutuhkan yaitu tangki penampung dan
pompa. Tangki penampung nutrisi terbuat dari plastik atau galvanis dan
ukurannya tergantung pada populasi tanaman.Tangki penampung
dilengkapi dengan pompa untuk mendorong larutan nutrisi agar tanaman
masuk ke dalam jaringan distribusi atau inlet.
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman di
mana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri
larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi,
dan oksigen secara cukup. Substrat adalah dapat menyerap dan
menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna tidak
mudah lapuk.Karakteristik substrat harus bersifat inert dimana tidak
mengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus bebas
daribakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen
bagi tanaman. Fungsi utama substrat adalah untuk menjaga kelembaban,
dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik
bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman.
Menurut Zulfitri (2006), karakteristik substrat harus bersifat inert
dimana tidak mengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik
harus bebas daribakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan
patogen bagi tanaman. Fungsi utama substrat adalah untuk menjaga
kelembaban, dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media
yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman.
Menurut Ito (2010), prinsip aeroponik cukup sederhana yaitu
menyediakan nutrisi sekaligus memberikan air yang kaya akan oksigen ke
tanaman dengan cara penyemprotan air yang mengandung nutrisi tersebut.
Akar tanaman dikondisikan tidak terendam air atau tergantung pada media
sterofoam yang sudah disediakan diatas kolam. Kelebihan dari sistem ini
adalah tumbuhan mendapat suplay oksigen yag sangat banyak sehingga
proses respirasi menjadi sangat optimal. Hasilnya akan diketahui bahwa
sistem ini memiliki kapasitas penyediaan yang lebih dari yang lain baik dari
segi nutrisi ataupun oksigen. Kelemahan sistem ini adalah penggunaan
pompa listrik yang sangat bergantung pada ketersediaan listrik sehingga
jika pompa yang digunakan untuk menyemprotkan air dan nutrisi tersebut
mati maka yang terjadi adalah tanaman yang ditanam juga akan mati.
Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam sayuran di udara
tanpa penggunaan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air yang
berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar
tanaman. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan
hara tersebut. Air dan nutrisi disemprotkan menggunakan irigasi sprinkler.
Sayuran hasil budidaya dengan sistem aeroponik terbukti mempunyai
kualitas yang baik, higienis, sehat, segar, renyah, beraroma, dan disertai
citarasa yang tinggi. Sayuran aeroponik dapat mengisi peluang kebutuhan
tingkat masyarakat menengah ke atas oleh karena itu, sistem aeroponik
mulai banyak dikembangkan di Indonesia.Aeroponik berasal dari kata aero
yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Jadi aeroponik adalah
memberdayakan udara. Sebenarnya aeroponik merupakan suatu tipe
hidroponik (memberdayaakan air) karena air yang berisi larutan hara
disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar
tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut.
Prinsip dari aeroponik adalah sebagai lembaran styrofoam diberi
lubang-lubang tanam dengan jarak 15 cm. dengan menggunakan ganjal busa
atau rockwool, anak semai sayuran ditancapkan pada lubang tanam tersebut.
Akar tanaman akan menjuntai bebas ke bawah, di bagian bawah helaian
styrofoam, terdapat sprinkler (pengabut) yang memancarkan kabut larutan
hara ke atas hingga mengenai akar.Salah satu kunci keunggulan budidaya
aeroponik ialah oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara yang
sampai ke akar. Sistem ini selama perjalanan dari lubang sprinkler hingga
sampai ke akar, butiran akan menambat oksigen dari udara hingga kadar
oksigen terlarut dalam butiran meningkat dengan demikian proses respirasi
pada akar dapat berlangsung lancar dan menghasilkan banyak energy, selain
itu dengan pengelolaan yang terampil, produksi dengan sistem aeroponik
dapat memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat sistem aeroponik adalah
sebagai berikut jaringan irigasi sprinkler, jet pump (pompa air), nozzle
sprinkler, pipa paralon/PVC, pipa etilen, rokcwool, styrofoam, larutan
nutrisi, bibit tanaman. Lembaran styrofoam diberi lubang-lubang tanam
dengan jarak 15cm dengan menggunakan ganjal busa atau rockwool, anak
semai sayuran di tancapkan pada lubang tanam. Akar tanaman akan
menjuntai bebas ke bawah. Posisi bagian bawah lembaran styrofoam
terdapat splinker (pengabut) yang memancarkan kabut larutan hara ke atas
hingga mengenai air.
Kelebihan sistem aeroponik membantu lingkungan dengan
menghemat air, mengurangi jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat,
karena akar di udara, tanaman menerima lebih banyak oksigen, oksigen
tambahan yang tanaman terima dapat meringankan pertumbuhan patogen
berbahaya, tanaman dapat memanfaatkan karbon-dioksida yang kaya
oksigen di udara untuk melakukan fotosintesis dan karbon dioksida pada
bagian akar, batang dan daun sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
biomassa. Kelebihan lainnya yaitu mengurangi waktu perakaran, tanaman
mengalami peningktan pertumbuhan sebesar 80% dalam massa berat kering
(mineral penting) dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh pada
hidroponik lain dan tanaman aerponik hanya membutuhkan nutrisi yang
digunakan dibandingkan dengan hidroponik lain.Kekurangan dari segi
penyiapan wahana dan prasarana, cara aeroponik ini membutuhkan green
house dengan pasokan listrik nan nisbi besar sehingga membutuhkan biaya
nan cukup mahal, sedangkan pada cocok tanam biasa di tanah tak butuh
wahana nan mahal, teknologi nan dibutuhkan taraf menengah atau tinggi
sehingga dibutuhkan operator nan cukup mengerti teknologi tetapi, memang
membutuhkan lebih sedikit orang. Berbeda dengan cara bercocok tanam
biasa di tanah nan menggunakan teknologi sederhana sehingga operatornya
tak perlu terlalu paham terhadap teknologi namun, pada cara bercocok
tanam biasa, dibutuhkan lebih banyak orang dan investasi awal pada
budidaya aeroponik ini membutuhkan dana nan sedang hingga besar,
sedangkan pada cara bercocok tanam biasa di tanah, investasi awal
membutuhkan dana mulai dari kecil hingga sedang.
Sistem hidroponik DFT merupakan metode budidaya
tanaman hidroponik dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan
air yang dalam, kedalaman lapisan berkisar antara 4-6 cm. Prinsip
kerja sistem hidroponik DFT yaitu mensirkulasikan larutan nutrisi
tanaman secara terus-menerus selama 24 jam. Teknik hidroponik ini
dikategorikan sebagai sistem hidroponik tertutup (Chadirin 2007).
Ebb and flow system atau disebut jugaflood and drain system atau
sistem pasang surut merupakan salah satu sistem hidroponik dengan prinsip
kerja yang cukup unik. Sistem hidroponik ebb and flow, tanaman
mendapatkan air, oksigen, dan nutrisi melalui pemompaan dari bak
penampung yang dipompakan ke media yang nantinya akan dapat
membasahi akar (pasang). Selang beberapa waktu air bersama dengan
nutrisi akan turun kembali menuju bak penampungan (surut). Waktu pasang
dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai kebutuhan tanaman
sehingga tanaman tidak akan tergenang atau kekurangan air.Hidroponik
sistem ebb and flow seperti ini umumnya dilakukan dengan pompa air yang
dibenamkan dalam larutan nutrisi (submerged pump) yang dihubungkan
dengan timer (pengatur waktu), ketika timer menghidupkan pompa, larutan
nutrisi hidroponik akan dipompa ke grow tray (keranjang/tempat/pot
tanaman), ketika timer mematikan pompa air, larutan nutrisi akan mengalir
kembali ke bak penampungan. Timer diatur dapat hidup beberapa kali dalam
sehari, tergantung ukuran dan tipe tanaman, suhu, kelembaban, dan tipe
media pertumbuhan yang digunakan. Sistem hidroponik ebb and flow dapat
digunakan untuk beberapa media tanam hidroponik. Media yang dapat
menyimpan air cukup baik untuk sistem hidroponik ini seperti rockwool,
vermiculite dan coconut fiber.
Konsep dari sistem ini adalah membanjiri bak atau penampung yang
berisi tanaman yang sudah dimasukkan ke pot (atau yang lainnya dan
tentunya sudah ber-media tanam) dengan air nutrisi selama waktu tertentu,
kemudian air yang membanjiri tadi dialirkan kembali ke bak penampung air
nutrisi.Sistem hidroponik ini bekerja dengan mengaliri bak dengan nutrisi
kemudian dikosongkan kembali mengalir ke bak penampung. Menggunakan
pompa aquarium yang disetting waktunya dengan timer. Sistem kerjanya
adalah ketika timer menyala maka pompa akan memasukan air ke bak untuk
tanaman sedangkan ketika timer mati maka air nutrisi pada bak tanaman
akan kembali ke bak penampung nutrisi.
Kelebihan hidroponik sistem ebb and flow atau flood and drain
ataupasang surut yaitu tanaman mendapat suplai air, oksigen, dan nutrisi
secara periodic, suplai oksigen lebih baik karena terbawa air pasang dan
surut dan mempermudah perawatan karena tidak perlu melakukan
penyiraman. Kekurangan hidroponik sistem ebb and flowatau flood and
drain yaitu biaya pembuatan cukup mahal dan tergantung pada listrik.
Kekurangan lainnya kualitas nutrisi yang sudah dipompakan berkali-kali
tidak sebaik awalnya.
Vertikultur bisa diartikan sebagai budi daya tanaman secara vertikal
sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat.
Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara
optimal.Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur tergantung kepada
model dan sistem tambahan yang dipergunakan dalam model sederhana,
struktur dasar yang digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya
mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan di rumah-rumah. Sistem
tambahan yang memerlukan keterampilan dan pengetahuan khusus,
contohnya penggunaan sistem hidroponik atau drive irrigation (irigasi
tetes). Jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim
khususnya sayuran, dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas.
Keunggulan hidroponik vertikultur dibandingkan hidroponik
horizontal adalah kemampuannya menyediakan oksigen terlarut lebih tinggi.
Oksigen terlarut menjadi penting dalam proses penyerapan nutrisi. Akar
tanaman membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan jika kebutuhan oksigen
terpenuhi maka akar menyerap nutrisi lebih banyak. Sistem vertikultur,
tingginya oksigen terjadi karena larutan nutrisi yang dipompa ke atas dan
mengalir ke bawah mengikuti gravitasi seperti air mengalir. Kekurangan
sistem inisaat listrik padam, praktis pompa tidak bekerja sehingga membuat
tanaman rentan mati lantaran akar tidak mendapat pasokan nutrisi selama
listrik padam.
Pembuatan instalasi vertikultur hidroponik untuk ukuran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan bahan yang tersedia, alat dan bahan yang
diperlukan diantaranya pipa PVC, letter L, letter T, water moor, stop keran,
nozzle, lem paralon, gergaji besi, ploksock, pompa air, unit timer, bibit
tanaman, meteran dan kasa parabola. Cara kerjanya yaitu yang pertama
membuat potongan pipa PVC berukuran 4 inci sesuai dengan kebutuhan
sebanyak beberapa buah. Potongan pipa PVC peruntukan media tanam tiang
vertikal dibuatkan lubang-lubang diameter inci dengan jarak vertikal 12
cm setiap lingkaran 4 lubang untuk cincin dari pipa PVC diameter inci
untuk menyimpan tanaman kemudian sambungkan pada setiap letter-L dan
T sehingga membentuk bejana berhubungan. Tahap selanjutnya melakukan
pada mulut letter-T yang menghadap ke atas untuk disambungkan dengan
pipa PVC vertikal sebagai media tanam. Tahap berikutnya membuat saluran
pemasukan dari bawah menggunakan pipa PVC yang dihubungkan dengan
unit pompa air listrik.
Prinsip kerja vertikultur dalam budidaya tanaman ini adalah dengan
menyuplai air nutrisi melalui saluran pemasukan kemudian dialirkan ke atas
bagian batang vertikal melalui nozel agar keluar berupa hembusan atau
curah. Air nutrisi kembali ke bagian bawah secara circel atau berputar.
Pengaturan jangka waktu aliran air dikendalikan oleh unit timer yang
bekerja tanpa kenal lelah sepanjang hari selama berlangsungnya masa
penanaman untuk memperkokoh tanaman, digunakan arang sekam yang
berfungsi sebagai media tumbuh tanaman selain itu arang sekam juga
berfungsi untuk menetralisir racun, tetapi karena arang sekam bersifat
mudah terbawa oleh air, maka digunakan kasa parabola untuk menahan
arang sekam tersebut. Tanaman menyerap makanan pada umumnya
melalui akar karena itu nutrisi atau bahan gizi disediakan melalui air yang
kemudian akan diserap oleh akar. Berbeda dengan pemupukan di dalam
tanah, dimana tanah merupakan media tanam yang juga menjadi mediator
reaksi kimia, dalam sistem vertikultur pupuk diformulasikan sebagai bahan
jadi yang langsung terurai menjadi makanan akar.
Sistem Hidroponik DFT (Deep Flow Technique) merupakan metode
budidaya hidroponik dengan cara meletakkan akar tanaman pada lapisan air
dengan kedalaman berkisar antara 4-6 cm. Cara kerja sistem
hidroponik DFT hampir sama dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique)
yaitu mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus menerus. Teknik
hidroponik ini dikategorikan sebagai sistem hidroponik tertutup. Alat yang
perlu disiapkan dalam membuat hidroponik sistem DFT yaitu pipa PVC
diameter 3, DOP PVC (tutup pipa PVC) ukuran 3, T pipa PVC diameter 1/2,
elbow atau knee PVC , stop kran, selang HDPE 5 mm, rangka dari
kayu/besi/baja ringan, lem PVC, box tandon nutrisi, pompa dan cat (jika
rangka terbuat dari besi atau kayu). Prinsip dasar Hidroponik Sistem Deep
Flow Technique (DFT) adalah mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman
secara terus-menerus selama 24 jam pada rangkaian aliran tertutup. Larutan
nutrisi tanaman di dalam tangki dipompa oleh pompa air menuju bak
penanaman melalui jaringan irigasi pipa, kemudian larutan nutrisi tanaman
di dalam bak penanaman dialirkan kembali menuju tangki.
Sistem DFT memerlukan pasokan listrik untuk mensirkulasikan air
ke dalam talan-talang tersebut dengan menggunakan pompa dan untuk
menghemat penggunaan listrik, kita dapat menggunkan timer (untuk
mengatur waktu hidup dan mati pompa). Kelebihan dari teknik hidroponik
sistem DFT ini adalah pada saat aliran arus listrik padam maka larutan
nutrisi tetap tersedia untuk tanaman, karena pada sistem ini kedalam larutan
nutrisinya mencapai kedalaman 6 cm. Jadi pada saat tidak ada aliran nutrisi
maka masih ada larutan nutrisi yang tersedia. Kekurangannya adalah pada
sistem DFT ini memerlukan larutan nutrisi yang lebih banyak dibandikan
dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique).
Akuaponik merupakan suatu sistem pertanian berkelanjutan yang
mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang
bersifat simbiotik dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang
dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika
tidak dibuang. Sistem akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman
agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi
kembali ke sistem akuakultur, karena sistem hidroponik dan akuakultur
sangat beragam bentuknya maka sistem akuaponik pun menjadi sangat
beragam dalam hal ukuran, kerumitan, tipe makhluk hidup yang
ditumbuhkandan sebagainya.
Akuaponik terdiri dari dua komponen penting, yaitu bagian
hidroponik di mana tanaman tumbuh, dan bagian akuakultur di mana ikan
dipelihara. Sedimen dari sistem akuatik seperti kotoran ikan dan pakan yang
tidak dimakan dapat terakumulasi pada sistem pemeliharaan ikan yang
tertutup dan tanpa sirkulasi. Sedimen ini dapat menjadi racun bagi ikan pada
konsentrasi tinggi, namun bernutrisi bagi tumbuhan, selain dua sistem utama
di atas, akuaponik dapat memiliki sistem tambahan seperti biofilter yang
menjadi tempat bagi bakterinitrifikasi untuk mengubah amonia dari kotoran
ikan menjadi nitrat yang dapat digunakan oleh tumbuhan, dan aerator yang
mengirimkan udara ke air agar akar tumbuhan dapat bernafas.
Sistem akuaponik dalam prosesnya menggunakan air dari tangki
ikan kemudian disirkulasikan kembali melalui suatu pipa dimana tanaman
akan ditumbuhkan, yang apabila dibiarkan di dalam tanki akan menjadi
racun bagi ikanya. Bakteri nitrifikasi merubah limbah ikan sebagai nutrien
yang dapat dimanfaatkan tanaman kemudian tanaman akan berfungsi
sebagai filter vegetasi yang akan mengurai zat racun tersebut menjadi zat
yang tidak berbahaya bagi ikan, dan suplai oksigen pada air yang digunakan
untuk memelihara ikan dengan siklus ini maka akan terjadi siklus
salingmenguntungkan. Sistem akuaponik menggunakan sistem resirkulasi
yaitu memanfaatkan kembali air yang telah digunakan dalam budidaya ikan
dengan filter biologi dan fisika berupa tanaman dan medianya. Resirkulasi
yang digunakan berisikan kompartemen pemeliharaan dan kompartemen
pengolahan air. Sistem pengolahan air biasanya tersusun atas kompartemen
dekantasi, kompartemen filtrasi, kompartemen oksigenasi, dan
kompartemen sterilisasi. Penggunaan bahan filter, misalnya batu zeolit atau
filter diam, atau tanaman air dan sebagai substrat bakteri yang mampu
mengatasi dan mengatur kelebihan senyawa-senyawa nitrogen berbahaya
untuk ikan pada sistem akuaponik.
Keuntungan unik dari sistem aquaponik adalah konservasi melalui
penggunaan kembali dan daur ulang air konstan, organik pemupukan
tanaman dengan emulsi ikan alami, penghapusan pembuangan limbah padat
dari budidaya intensif, pengurangan lahan tanaman yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tanaman, pengurangan keseluruhan jejak lingkungan dari
produksi tanaman, membangun instalasi komersial kecil yang efisien di
dekat pasar mengurangi mil makanan, pengurangan patogen yang sering
wabah akuakultur sistem produksi dan pengurangan erosi dengan
menghilangkan kebutuhan untuk membajak tanah. Kelemahan aquaponik
adalah awal pengeluaran untuk perumahan, pipa tangki dan pompa, jumlah
terbatas dari cara di mana sistem dapat dikonfigurasi cocok untuk hasil yang
sama bervariasi, penelitian yang saling bertentangan, dan keberhasilan atau
kegagalan, beberapa instalasi aquaponik sangat bergantung pada energi
buatan manusia, solusi teknologi dan pengendalian lingkungan untuk
mencapai resirkulasi dan air. Sistem aquaponik dapat memiliki titik tunggal
kegagalan beberapa dimana masalah seperti kegagalan listrik atau
penyumbatan pipa dapat mengakibatkan hilangnya lengkap stok ikan seperti
semua sistem akuakultur berbasis dan pakan ternak biasanya terdiri dari
tepung ikan yang berasal dari spesies nilai yang lebih rendah.
Sistem yang kelompok kami gunakan pada praktikum kali ini adalah
substrat kolom bertingkat pada periode pertama dan Rakit apung (FHS)
pada periode kedua. Sistem hidroponik substrat kolom bertingkat atau
vertikal talang adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara
vertikal atau bertingkat. Dalam sistem ini pembudidayaan dilakukan pada
talang talang yang berisi larutan nutrisi dan tanaman disusun dalam talang
tersebut. Talang dilengkapi dengan mulsa hitam perak untuk mencegah
larutan nutrisi menguap. Kemudian talaang disusun bertingkat pada rak rak
kayu atau besi. Sistem ini cocok diterapkan di lahan-lahan sempit atau di
pemukiman yang padat penduduknya. Jenis tanaman yang dapat ditanam
secara vertikultur ini sangat banyak, biasanya dari komoditas sayuran,
tanaman hias ataupun komoditas tanaman obat. Floating hidroponic system
(FHS) merupakan suatu budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara
menanamkan /menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang
mengapung diatas permukaaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung
atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam larutan
nutrisi.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum Acara I Pengenalan
Sistem Hidroponik, antara lain :
a. Hidroponik merupakan penanaman tanaman dengan menggunakan
nutrisi mineral berbentuk larutan dalam air atau tanpa tanah.
b. Teknik hidroponik sistem rakit apung adalah menanam tanaman pada
suatu rakit yang dapat mengapung di atas permukaan air atau nutrisi
dengan akar menjuntai kedalam air.
c. Sistem irigasi hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), air dialirkan ke
deretan akar tanaman secara dangkal.
d. Karakteristik substrat harus bersifat inert dimana tidak mengandung
unsur hara mineral.
e. Sistem hidroponik ebb and flow prinsip kerja menyediakan larutan
nutrisi dengan pola pasang surut.
f. HidroponikDFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya
berebda sistem DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atan flof.
g. Aeroponik yaitu metoda bercocok tanam dimana akar tanaman
tergantung di udara dan disemprot dengan larutan nutrisi secara terus
menerus.
h. Prinsip kerja vertikultur dalam budidaya tanaman ini adalah dengan
menyuplai air nutrisi melalui saluran pemasukan kemudian dialirkan ke
atas bagian batang vertikal melalui nozel agar keluar berupa
hembusan/curah.
i. Aquaponik adalah kombinasi akuakultur dan hidroponik untuk
memelihara ikan dan tanaman dalam satu sistem yang saling terhubung.
2. Saran
Pada praktikum Acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini, coas
sebelumnya memberi tahu praktikan untuk mendokumentasikan semua
sistem hidroponik yang ada di rumah kaca selain perlakuan kelompok
masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Affan 2006. High Temperature Effects On Root Absorption In Hydroponic. Kochi


University. Master Thesis.
Ahmad 2012. Tipe Aplikasi Hidropo Jakarta. Penebar Swadaya.
Ahmad T, Sofiarsih L, Rusmana. 2007. The Growth of Patin Pangasius
Hypopthalmus in a Close System Tank. J. Aquaculture 2(1): 67-73.
Akbar R 2008. Efisiensi Nitrifikasi dalam Sistem Biofilter. Bandung. Institut
Teknologi Bandung.
Andoko A 2008. Budi Daya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Arifin H 2008. Tanaman Hias Tampil Prima. Jakarta. Penebar Swadaya.
Chadirin Y 2007. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Bogor. IPB.
Corry 2011. http://.corry.aeroponik.student.ac.id. Diakses pada tanggal 3
November 2016.
Desgembler 2009. Macam-macam Media Tanam. http://kangtoo.com. Diakses
pada tanggal 3 November 2016.
Diansari M 2008. Pengaturan Suhu, Kelembaban, Waktu Pemberian Nutrisi, dan
Waktu Pembuangan Air untuk Pola Cocok Tanam Hidroponik Berbasis
Mikrikontroler AVR ATMEGA 8535. Skripsi. Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Ditya 2010. Makalah Sistem Hidroponik NFT. http://hydroponic.student.ac.id.
Diakses pada tanggal 3 November 2016.
Diver S 2006. Aquaponic integration hydroponic with aquaculture National
Centre of Appropriate Technology. Department of Agricultures Rural
Bussness Cooperative Service. P. 28.
Ecolife 2011. Introduction to Village Aquaponics. State Place. Escondido.
Hanafi 2009. Budidaya Tanaman Hidroponik Sayuran Sistem NFT.
http://erinusmosipinginlepas.com. Diakses pada tanggal 3 November 2016.
Haryanto E, Suhartini, Rahayu, Sunarjono 2009. Sawi dan Selada. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Indoagrow 2012. Sistem Hidroponik NFT. http://indoagrow.com. Diakses pada
tanggal 3 November 2016.
Ito 2010. Hidroponik. http://itozangbio.com. Diakses pada tanggal 3 November
2016.
Julio 2010. http://www.hidroponik.student.ac.id. Diakses pada tanggal 3
November 2016.
Karsono S, Sudarmodjo, Sutiyoso 2007. Hidroponik Skala Rumah Tangga.
Jakarta. Agro Media Pustaka.
Kompas 2011. Vertikultur Sehat dan Hijau di Lahan Sempit.
http://www.sains.kompas.com. Diakses pada tanggal 3 November 2016.
Lingga P 2008. Hidroponik Bertanam Tanpa Tanah modifikasi DFT. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Rakocy J, Masser, Losordo T 2006. RecirculatingAquaculture Tank Production
Systems. AquaponicsIntegrating Fish And Plant Culture. Southern
Regional Aquaculture Center, United States Department Of Agriculture,
Cooperative State Research, Education, And Extension Service.
Rosliani, Sumarni 2008.Media TumbuhDan Waktu Aplikasi Larutan Hara NPK
untuk Penanaman Cabai Secara Hidroponik. J.Hortikultura 11(4) : 237-
243.
Sanjaya A 2011. Vertikultur. http://alitadisanjaya.hidroponik.ac.id. Diakses pada 3
November 2016.
Suhardiyanto H 2009. Teknologi Hidroponik Untuk Budidaya Tanaman. Bogor.
IPB Press.
Sumiati E 2010. Konsentrasi dan Jumlah Aplikasi Mepiquat Klorida untuk
Meningkatkan Produksi Kentang di Dataran Tinggi Dengan System DFT.
J. Hortikultura 9(4):293.
Suprijadi N, Nuraini, dan Yusuf 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik dengan
Menggunakan Logika Fuzzy.J. Otomasi, Kontrol dan Instrumentasi1 (1) :
31-32.
Susila E 2000. Pengembangan Sentra Produksi Sayuran dan Buah di Lahan Pantai
melalui Hidroponik. J. Inovasi Online 6 (15) : 1-10.
Sutiyoso 2007. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta. Agro Media Pustaka.
Sutiyoso Y 2008. Aeroponik Sayuran Budidaya dengan Sistem Pengabutan.
Jakarta. Penebar Swadaya.
Suwandi 2006. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi
Budidaya Sayuran Berkelanjutan. Bogor. PengembanganInovasi Pertanian.
Swiader, John, George 2007. Producing Vegetable Crops. Inc. Illinois. Interstate
Publisher.
Untung O 2011. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Jakarta. Penebar Swadaya.
Widarto L 2007. Vertikultur Bercocok Tanam Secara Bertingkat. Jakarta. Penebar
Swadaya
Widyastuti Y 2008. Peningkatan Produksi Air Tawar melalui Budidaya Ikan
Sistem Akuaponik. J.Nasional Limnologi6 (1) : 62-73.
Williams T 2006. Risk Management Infrastructure. J.ofProject Management1 (11)
: 5-10.
Wuryaningsih, Muharam, Rusyadi 2008. Tanggapan Tiga Kultivar Mawar
Terhadap Media Tumbuh Tanpa Tanah. J.Hortikultura 13(1) :28-40.
Zulfitri 2006. Analisis Varietas dan Polybag terhadap Pertumbuhan serta Hasil
Cabai. Jakarta. Universitas Mercu Buana.

You might also like