You are on page 1of 5

KONFLIK KLINIK

1. Konflik perawat dan pasien


Pada suatu waktu di rumah sakit K ruangan L, seorang pasien berumur
12tahun masuk dengan diagnosa medis Demam Typhoid. Pasien tersebut diantar
oleh ayahnya. Ia dibawa dari ruang UGD oleh perawat UGD. Ia masuk di
ruangan kelas 3. Pada saat masuk ruangan anaknya di ruangan B4, ayah pasien
tersebut marah disebabkan karena keadaan ruangan yang kurang bersih. Ayah
pasien tersebut melihat ruangan-ruangan lain, dan ia langsung berkomentar di
ruang jaga perawat dan berkata kenapa ruangan anak saya kotor? Kenapa
kamar lain punya lemari kecil sedangkan ruangan anak saya tidak ada? Kenapa
kamarnya bau sekali?

Penyelasaian masalah :
Upaya penyelesaian konflik yang digunakan bisa dengan tekhnik
penyelesaian akomodasi yang dilakukan kedua belah pihak merasa bahwa kedua
hal yang dipermasalahkan tersebut sama penting dan untuk menciptakan
hubungan yang baik antara perawat dan pasien maka perlunya meredam ego
masing-masing kedua belah pihak.
Maksudnya disini adalah perawat harus mampu melihat mana yang lebih
penting dan memang harus diperhatikan guna untuk kesembuhan pasien.
Termaksud dengan kondisi kebersihan ruangan. Kebersihan ruangan sangat
penting untuk kenyamanan pasien guna untuk terhindar dari penyakit baru. Jika
terlihat lingkungan pasien kotor dan memang tidak ada petugas kebersihan,
maka perawat mungkin harus bersikap full caring dengan menciptakan dan
menjaga kebersihan lingkungan pasien.
Dalam hal ini tidak hanya perawat yang harus mengorbankan diri dengan
pemikirannya, keluarga pasien juga harus memahami kondisi dan batasan-
batasan perawat. Keluarga pasien harus mampu meredam emosinya. Dengan
membicarakan hal tersebut dengan baik-baik tanpa harus meluapkan kemarahan
yang tidak akan menyelesaikan maslaah tersebut. Perawatperlu meminta maaf
atas kondisi fasilitas rumah sakit yag kurang tapi perawat juga harus
menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa lemari di ruangan pasien bukanlah
merupakan tanggung jawab perawat, tetapi tanggung jawab rumah sakit
memfasilitas dan melengkapi sarana dan prasarana rumah sakit. Tetapi sebagai
perawat kita tidak hanya bertugas untuk merawat pasien dalam hal pengobatan,
kita hars mengingat peran dan fungsi perawat salah satunya adalah sebagai
fasilitator. jika masih terdapat lemari-lemari kecil pada ruangan yang tidak
terdapat pasien, perawat wajib mengusahakan untuk menyiapkan lemari
tersebut.
Sehingga dalam penyelesaian tersebut terlihat bahwa perawat telah
mengesampingkan egonya dan lebih mengutamakan kepentingan pasien tersebut
dan memperhatikan dengan baik apa yang menjadi kebutuhan pasien tersebut.
Perawat berusaha untuk menjalin hubungan yang baik antara perawat dan pasien
(keluarga pasien).
2. Konflik perawat dan perawat
Seperti hari biasanya, dines tetap berlanjut sebagaimana seharusnya, shift
malam telah usai, digantikan oleh perawat yang mendapat shift pagi. Hari itu di
ruag L di Rumah sakit K dilakukan rolling tim oleh pihak RS pada pagi harinya,
bergantilah 4 tim di ruang tersebut. Dalam ruangan tersebut hanya terdapat 4
orang perawat yang notabenenya adalah PNS, salah seorang perawat yang
notabenenya juga PNS sebut saja perawat A menyayangkan dia di posisikan
menjadi ketua tim dimana ia harus mendapat bagian shift siang dan malam.
Perawat tersebut berkta kenapa, tidak bisa kah kalau saya tidak jadi ketua tim,
tidak bisakah saya dapat dines pagi saja terus, soalnya saya sudah punya anak,
anak juga masih kecil. Sudah sewa orang untuk jaga tapi waktu jaganya kan
pagi, siangnya sudah pulang jadi saya yang jaga anak. Selang beberapa jam
keadaan tim jaga pagi menjadi ribut karena salah seorang perawat sebut saja
perawat B yang juga mengatakan bahwa perawat A tadi kepala ruangan bilang
kalau mau protes, protes sama pihak di depan. Biar mau bilang apa, bukan
urusanku. Dengan nada menyakinkan perawat B berkata seperti itu.
Mendengar hal tersebut, sontak perawat A merasa tersinggung, dan mulai emosi
dan berkata-kata dengan bahasa penuh kebencian pada kepala ruangan dan
perawat yang mendukung perubahan tim tersebut.

Penyelesaian masalah :
Upaya penyelesaian konflik yaitu dengan menggunakan tekhnik kompromi.
Dimana masing-masing dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan,
saling memberi dan menerima serta meminimalkan kekurangan semua pihak
yang dapat menguntungkan semua pihak
Sebagai kepala ruangan, ketika terjadi konflik, diadakanlah sebuah rapat
untuk seluruh tim membahas tentang perubahan sistem serta anggota timnya.
Agar tidak ada misscomunication, dijelaskan secara rinci bahwa keputusan
tersebut mutlak dari atasan. Dan sebagai kepala ruangan, selain memberkan
keharusan dalam melakukan tugas dan tanggung jawab anggotanya, seorang
pemimpin harus mampu memberikan solusi pada permasalahan yang dialami
oleh perawat A. Sampaikan bahwa dalam dines terdapat hari libur hari bebas
bagi tim, dan juga dalam menghadapi masalah penjagaan anak, kepala ruangan
harus menjelaskan bahwa keadaan tersebut merupakan sebuah resiko bagi
profesi sebagi perawat. Kepala ruangan bisa juga memberi solusi lain seperti
ketika keadaan tidak memungkinkan untuk datang dikarenakan ada masalah atau
urusan mendesak yang tidak bisa ditinggalkan, perawat lain termasuk perawat A
diperbolehkan untuk mencari orang yang berperan dalam shiftnya, tentu perawat
pengganti ini harus memenuhi syarat untuk melakukan peran tersebut. Perawat
tersebut harus memiliki tanggung jawab tinggi serta berkompeten.
Sebagai kepala ruangan ia harus memiliki pemikiran yang bijak dalam hal
apapun sehingga tidak memberikan kesenjangan diantara sesama perawat dalam
ruangan tersebut. Kepala ruangan harus mau mendengarkan keluhan
anggotanya, serta menerima kritik dan juga saran anggotanya agar tercipta
hubungan yang baik diantara keduanya. Sebagai seseorang yang memimpin
anggotanya kepala ruangan juga dituntut untuk menciptakan keharmonisan antar
anggota.
Untuk perawat B harus diberi pemahaman bahwa pentingnya untuk menjaga
hubungan antar teman sejawat, harus paham konteks untuk menahan
pembicaraan yang dapat menimbulkan konflik, harus paham apa yang harus
dikatakan dan tidak harus dikatakan agar terus tercipta hubungan yang harmonis
untuk perawat ruangan tersebut.
Sehingga dalam keputusan tersebut, masing-masing pihak akan
mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi yang lose-
lose. Hal ini terlihat pada perawat A yang mengesampingkan egonya dan
menerima usulan dan saran dari kepala ruangan. Sedangkan kepela ruangan telah
berhasil menetapkan struktur dan fungsional dari tim dengan memberikan
kelonggaran pada perawat lain dengan adanya hari libur untuk tim.

3. Konflik perawat dan pasien


Pada tahun 2016 di Rumah Sakit K ruangan L, seorang pasien bernama Tn. S,
berumur 28 tahun, masuk dengan diagnosa medis TB paru lesi luas. Pasien
tersebut masuk dengan keluhan batuk darah sejak seminggu lalu. Sebelumnya
pasien sudah pernah mengalami hal tersebut sejak 3 bulan lalu dengan intensits
hilang timbul. Pasien juga sudah sempat di rawat di puskesmas M, ruangan ICU
Rumah Sakit B. Pasien sudah sempat mendapat obat TB 6 bulan. Pada saat
datang, pasien terus-terusan mengalami batuk dan muntah darah, intensitasnya
sangat sering. Sehingga nampak pasien sangat kelelahan, wajah pasien sangat
pucat, tekanan darah pasien naik dan turun tiba-tiba tidak menentu. Keluarga
sangat gelisah, bahkan beberapa anggota keluarga pun ikut menangis.
Puncaknya pada malam hari sekitar pukul 22.15 beberapa pasien di ruangan
lain sudah terlelap, tapi pasien Tn. S di ruangan C3 tetap terjaga terus batuk-
batuk tak berhenti dan muntah darah, pasien mulai sesak, sehingga perawat-
perawat ruangan L pun segera ke ruangan C3 dan melihat kondisi pasien
tersebut, seorang mahasiswa pun mengukur tekanan darah pasien tersebut,
hasilnya 140/70. Tekanan darahnya sudah naik daripada hasil sore sebelumnya.
Dengan kondisi tersebut kemudian seorang perawat berinisiatif menelpon
seorang dokter yang ada di ruangan UGD (Unit Gawat Darurat), maka sekitaran
kurang dari 5 menit datanglah seorang dokter umum yag bernama Dr. W dengan
membawa seorang lagi mahasiswa koas.
Sementara memanggil dokter dan seorang perawat menjelaskan secara rinci
tentang keadaan pasien kepada dokter sambil dokter melihat kondisi pasien dan
memeriksanya, seorang perawat lagi melakukan tindakan pemasangan oksigen
sebanyak 2liter/menit pada pasien tersebut. Setellah memeriksa dan bertanya-
tanya pada keluarga pasien, dokter kemudian duduk di ruang jaga perawat dan
segera menuliskan resep. Setelah itu dokter kembali ke UGD, perawat
memberikan kertas resep kepada pasien, keluarga pasien pun segera menebus ke
apotek. 15 menit kemudian kembalilah keluarga pasien dari apotek dan
mengatakan bahwa salah satu obat, obat X yang berfungsi sebagai anti
peradarahan tidak ada, perawat pun menyarankan untuk mencari di apotek-
apotek luar. Segeralah keluar keluarga pasien dan mencari obat itu di apotek
wilayah kendari.
Sekitar pukul 23.00 keluarga pasien kembali dan mengatakan bahwa ia telah
mencari di apotek-apotek besar, tapi hasilnya nihil, ia tidak mendapatkan obat
tersebut. Sehingga pasien hanya diberikan obat anti nyeri dengan dinjeksikan
pada bolusnya. Karena keadaan pasien yang masih terus batuk-batuk dan muntah
darah kemudian seorang perawat menawarkan memiliki teman yang punya obat
tersebut, tapi perawat berkata bahwa ia tidak menjual obat tapi ia hanya
memberitahu bahwa temannya punya stok obat tersebut, kalau keluarga mau ia
bisa memanggil temannya tersebut. Kemudian keluarga pun setuju, selang
beberapa menit dataglah teman perawat tersebut membawa obat ampul anti
perdarahan yang diresepkan oleh dokter, dan perawat menanyakan keluarga
pasien untuk memberikan injeksi langsung, setelah mendapt persetujuan dari
keluarga pasien, perawat pun melakukan injeksi pada pasien tersebut.
Sekitar pukul 24.45 pasien pun mulai batuk dan muntah darah terus-menerus.
Karena entah merasa heran kemudian keluarga pasien langsung ke meja jaga
perawat dan berkata obat tadi itu betul oat anti perdarahannya? Soalnya saya
cari ke apotek manapun dan sudah keliling obat itu tidk ada, kalaupun ada itu
obat sudah mau expire, makanya pihak apotek tidak memberi. Obat itu
bagaimana? Masih bagus? Bisa liat obat tadi? Soalnya kakak saya sudah dikasih
obat peradarahan tapi kenapa batuk dan muntah darahnya semakin banyak?,
karna merasa tidak ada masalah kemudian perawat memberikan salah satu
ampul dan dilihatlah oleh keluarga pasien, pasien itu kemudian marah-marah
dan berkata ini 3 bulan lagi expire, kenapa diberikan kepada kakak saya. Apa
mau tanggungjawab kalau ada apa-apanya dan kemudian keluarga terus marah-
marah. Kemudian sekitar 30 menit pasien mulai tenang, keluarga pasien kembali
ke meja jaga perawat dan mengatakan menjelaskan bahwa seharusnya perawat
meminta maaf atas kesalahan mereka, dan masalah pun dianggap sudah selesai.
Karna merasa sikonnya sudah mulai tenang, pukul 02.00 perawat pun masuk ke
ruang jaga perawat dan tidur. Tapi pada pukul 04.30 kemudian diketok-ketoklah
pintu ruang jaga perawat, terlihat keluarga pasien sangat panik,beranjaklah
semua perawat keluar dan melihat kondisi pasien C3, terlihat pasien sangat sesak
dan terus batuk dan muntah darah sangat banyak, dipanggillah kembali dokter W
yag merupakan dokter umum dikarenakan dokter ahli dalam yang lain sedang
berhalangan, kemudian dokter menganjurkan perawat untuk mengguyur cairan
jika pasien batuk darah terus-menerus. Setelah pergatian shift, keluarga pasien
trus marah-marah dan membuat keributan hingga keluar ruangan alhasil
berkumpullah orang-orang melihat keadaan yang ribut di ruang tersebut. Karna
merasa tidak ada perubahan kesehatan yang baik untuk pasien, keluarga pun
meminta untuk pasien dipulangkan (pulang paksa).

Penyelesaian Masalah :
Upaya penyelesaian konflik yang digunakan yaitu dengan tekhnik kompromi,
kompetisi dan akomodasi dari beberapa masalah yang dihadapi antar perawat
dan paien tersebut.
Pada saat terdapat masalah dimana tidak ada obat perdarahan, perawat
menggunakan tekhnik penyelesaian akomodasi yaitu dengan memberikan usul
bahwa mempunyai teman yang mungkin mempunyai obat aanti perdarahan yang
diresepkan oleh dokter. Perawat memberikan usulan tersebut dikarenakan tidak
tersedianya obat tersebut dimanapun. Perawat hanya berusaha untuk memenuhi
kebutuhan pasien, karna sebagai seorang perawat ia merasa tidak melakukan
apa-apa jika hanya membiarkan keadaan pasien semakin memburuk tanpa
adanya tindakan kepada pasien tersebut.
Upaya penyelesaian pada puncak konflik bergantung pada konteks dan
pandangan dari perawat itu sendiri. Bagaimana cara menyikapi masalah yang
menggelut perawat itu sendiri.
Perawat bisa menggunakan strategi akomodasi dimana menggunakan lose-
lose konsep. Jika keluarga pasien dapat mempertimbangkan upaya damai dalam
menghadapi masalah kesalahan dalam pemberian obat. Keluarga pasien harus
memikirkan keadaan perawat yang telah berusaha memberikan tindakan terbaik
buat pasien tersebut. Keluarga pasien harus fokus dalam upaya tindakan dn
kesehatan pasien selanjutnya. Ia harus memahami bahwa keadaan pasien
sendirilah yang memang sudah parah semenjak dibawa ke rumah sakit. Perawat
juga harus mengesampingkan egonya dengan mengakui kesalahan yang
dilakukannya. Ia harus meminta maaf dengan kelalaiannya tersebut dan berusaha
mendapatkan upaya damai dari pasien tersebut. Tapi sebelumnya keluarga pasien
harus diberikan penjelasan dan ketenangan tersebut.
Dan jika keluarga pasien tidak bisa diajak untuk berkompromi, maka perawat
harus menggunakan konsep kompetisi, dimana harus ada pihak yang mengalah
dan pihak yang menang. Kesalahan pemberian obat yang hampir expire dan
upaya penjualan obat yang sebenarnya dilarang oleh pihak rumah sakit menjadi
kesalahan yang fatal bagi perawat. Perawat harus mengakui kesalahan. Walau ia
telah mendapat izin dari keluarga pasien tetapi perawat tetaplah membuat resiko
yang dibuatnya sendiri dengan menjadi sarana pihak ketiga dalam transaksi obat
yang dilarang tersebut. Keluarga pasien memiliki posisi yang kuat dengan
memegang bukti ampul dengan tertera waktu expire obat tersebut. Dengan
kesalahan tersebut perawat harus mau bertanggungjawab dan juga mesti siap
menerima konsekuensi sesuai kelalaiannya.
Tetapi menggunakan konsep penyelesaian kompetisi menjadi pilihan kedua
jika tekhnik penyelesaian kompromi tidak mendapatkan titik temu. Jika
memungkinkan penyelesaian masalah kompromi dalam segala hal masalah
merupakan tekhnik penyelesaian yag baik dan diharapkan bagi kedua belah
pihak, agar tidak memperlebar masalah tersebut menjadi lebih besar.

You might also like