You are on page 1of 16

Tinjauan Teori

1. Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


kuman TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007)
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru
yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002)
2. Etiologi

Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium


tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan
Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan
Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia
melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau
penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang
penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium


tuberculosis :

a) Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara


genetik

b) Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan
kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
c) Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.Pada masa puber
dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi cukup
tingggi karena diit yang tidak adekuat.

d) Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi,
stress emosional, kelelahan yang kronik)

e) Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi


dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.

f) Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih


mudah.

g) Nutrisi : status nutrisi kurang

h) Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis10.Tidak mematuhi aturan pengobatan.

3. Patofiologi

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran


pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi
melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu
yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan
gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke
bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah
atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi
tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam
jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran
ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan
tersebar ke organ-organ tubuh.
4. Manifestasi klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau


malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001)
a) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
dapat mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
b) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan yang berlangsung lebih dari 3 minggu. Mula-mula bersifat non
produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan
c) Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit
tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
d) Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
e) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya
f) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada
malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

5. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
a) Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
b)Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c) Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d) Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
f) Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

6. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
- Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
- Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
- Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
- Anemia bila penyakit berjalan menahun
- Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
- LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali
normal pada tahap penyembuhan.
- GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
- Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
- Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
b) Radiologi
- Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat
termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih
berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak
pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
- Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.
- Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan
pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio
lusen dipinggir paru atau pleura)

7. Penatalaksanan Keperawatan
a) Pencegahan
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka
pemeriksaan radiologis foto thorax diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang.
Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi
konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.

2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok


populasi tertentu misalnya: karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai
pengobatan, penghuni rumah tahanan, dan siswa-siswi pesantren.

a. Vaksinasi BCG
b. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-
12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi
bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau
utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif,
sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok
berikut: bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif
karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB, anak dan
remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif yang
bergaul erat dengan penderita TB yang menular, individu yang
menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi
positif, penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang, penderita diabetes mellitus.

c. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit


tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di
tingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM
(misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonsia
PPTI).

b) Pengobatan
Terdapat 2 fase dalam pengobatan yaitu :
- Fase intensif (2-3 bulan)
Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif membelah
sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat yang bersifat
bakterisidal. Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, terjadi
pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang infeksi
menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan
sputum BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan. Menurut
The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society, fase awal
diberikan selama 2 bulan yaitu INH 5 mg/kgBB, Rifampisin 10 mg/kgBB,
Pirazinamid 35 mg/kgBB dan Etambutol 15 mg/kgBB.
- Fase lanjutan (4-7 bulan)
Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang
lebih panjang. Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat selama fase
lanjutan akan mengurangi resiko terjadinya resistensi selektif. Menurut The
Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society fase lanjutan
selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis paru dan
ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien dengan resistensi
terhadap INH.

8. Auhan keperawatan teoritis


a. Pengkajian
1) Data Subjektif
- Rasa cepat lelah
- Batuk produktif atau non produktif lebih dari 3 minggu
- Sulit tidur
- Demam
- Menggigil
- Berkeringat pada malam hari
- Penurunan berat badab
- Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
- Mual
2) Data Objektif
- Sesak nafas
- Demam
- Gelisah
- Batuk dengan sputum berwarna hijau atau bercak darah
- Takikardia
- Pengembangan dada tidak simetris
- Turgor kulit kurang elastis
- Kulit bersisik
- Pembengkakan kelenjar limfe
- Dispnea
- Anoreksia
b. Perencanaan
1) Prioritas
- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental
atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal.
- Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi
sputum, dispnea, anoreksia
- Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
- Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
- Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan
berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang
salah, informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya
pengetahuan/kognitif
- Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan
dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis
penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi,
malnutrisi,sekret, kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen
2) Rencana keprerawatan
Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Bersihan jalan Setelah diberikan 1. Kaji ulang 1. Penurunan
napas tidak tindakan fungsi bunyi
keperawatan pernapasan: napas
efektif
kebersihan jalan bunyi napas, indikasi
berhubungan napas efektif, kecepatan, atelektasis,
dengan sekret dengan criteria irama, ronki
hasil: kedalaman indikasi
kental atau
dan akumulasi
sekret darah, Mempertaha penggunaan secret/keti
kelemahan, nkan jalan otot aksesori. dakmampu
napas pasien. 2. Catat an
upaya batuk
kemampuan membersih
buruk, edema Mengeluarka untuk kan jalan
trakeal/faringeal n sekret mengeluarka napas
tanpa n secret atau sehingga
bantuan. batuk efektif, otot
catat aksesori
Menunjukka karakter, digunakan
n prilaku jumlah dan kerja
untuk sputum, pernapasa
memperbaiki adanya n
bersihan hemoptisis meningka
jalan napas. 3. Berikan 2. Pengeluar
pasien posisi an sulit
semi atau bila sekret
Fowler, tebal,
Bantu/ajarka sputum
n batuk berdarah
efektif dan akibat
latihan napas kerusakan
dalam. paru atau
4. Bersihkan luka
sekret dari bronchial
mulut dan yang
trakea, memerluka
suction bila n
perlu. evaluasi/in
tervensi
lanjut
3. Meningkat
kan
ekspansi
paru,
ventilasi
maksimal
membuka
area
atelektasis
dan
peningkata
n gerakan
sekret agar
mudah
dikeluarka
n
4. Mencegah
obstruksi/a
spirasi.
Suction
dilakukan
bila pasien
tidak
mampu
mengeluar
kan sekret

Gangguan Setelah diberikan 1. Catat status 1. Berguna


keseimbangan tindakan nutrisi dalam
nutrisi, kurang keperawatan
paasien: mendefinis
dari kebutuhan diharapkan
kebutuhan nutrisi turgor kulit, ikan
berhubungan
dengan adekuat, dengan timbang derajat
kelelahan, batuk kriteria hasil:
berat badan, masalah
yang sering,
Menunjukkan integritas dan
adanya produksi
sputum, dispnea, berat badan mukosa intervensi
anoreksia meningkat
mulut, yang tepat
mencapai 2. Memaksim
tujuan dengan kemampuan
nilai alkan
menelan,
laboratoriurn intake
adanya
normal dan nutrisi dan
bebas tanda bising usus,
menurunka
malnutrisi. riwayat
n iritasi
mual/rnuntah
Melakukan gaster
atau diare
perubahan 3. Memberik
2. Anjurkan
pola hidup an
makan dan bantuan
untuk
minum dalarn
meningkatkan
dan sedikit tapi perencaaa
mempertahank sering n diet
an berat badan 3. Kolaborasi
dengan
yang tepat ke ahli gizi
nutrisi
untuk
adekuat
menentukan
unruk
komposisi
kebutuhan
diet
metabolik
dan diet.

Nyeri akut Setelah diberikan 1. Observasi 1. Nyeri


berhubungan tindakan karakteristik merupakan
keperawatan rasa
dengan inflamasi nyeri, mis respon
nyeridapat
paru, batuk berkurang atau tajam, subjekstif
menetap terkontrol, dengan konstan , yang dapat
KH:
ditusuk. diukur
2. Perubahan
Selidiki
Menyatakan frekuensi
perubahan
nyeri jantung
karakter
berkurang TD
atauterkontrol /lokasi/intens
menunjuka
itas nyeri.b.
Pasien tampak 2. Pantau TTV n bahwa
rileks 3. Kolaborasi
pasien
dalam
mengalami
pemberian
nyeri,
analgesik
khususnya
sesuai
bila alasan
indikasi
untuk
perubahan
tanda vital
telah
terlihat
3. Obat ini
dapat
digunakan
untuk
menekan
batuk non
produktif,
meningkat
kan
kenyaman
an
Hipertermi Setelah diberikan 1. Kaji suhu 1. Mengetahu
berhubungan tindakan tubuh pasien i
2. Beri kompres
dengan proses keperawatan peningkata
diharapkan suhu air hangat n suhu
inflamasi.
tubuh kembali 3. Berikan/anju tubuh,
normal dengan KH rkan pasien memudahk
: untuk banyak an
minum 1500- intervensi
Suhu tubuh 2000 cc/hari 2. Menguran
36C-37C (sesuai gi panas
toleransi) dengan
4. Anjurkan pemindaha
pasien untuk n panas
menggunaka secara
n pakaian konduksi.
yang tipis Air hangat
dan mudah mengontro
menyerap l
keringat pemindaha
5. Kolaborasi
n panas
pemberian
secara
cairan
perlahan
intravena dan
tanpa
pemberian
menyebabk
obat sesuai
an
program.
hipotermi
atau
menggigi
3. Untuk
mengganti
cairan
tubuh yang
hilang
akibat
evaporas
4. Memberik
an rasa
nyaman
dan
pakaian
yang tipis
mudah
menyerap
keringat
dan tidak
merangsan
g
peningkata
n suhu
tubuh
5. Pemberian
cairan
sangat
penting
bagi
pasien
dengan
suhu tubuh
yang
tinggi.
Obat
khususnya
untuk
menurunka
n panas
tubuh
pasien.
Intoleransi Setelah diberikan 1. Evaluasi 1. Menetapka
aktivitas tindakan respon n
berhubungan keperawatan
pasien kemampua
dengan pasien diharapkan
mampu melakukan terhadap n atau
ketidakseimbang
an antara suplai aktivitas dalam aktivitas kebutuhan
dan kebutuhan batas yang 2. Berikan
oksigen. ditoleransi dengan lingkungan pasien
kriteria hasil: tenang dan memudahk
batasi an
Melaporkan pengunjung pemilihan
atau selama fase intervensi
menunjukan 2. Menurunk
akut sesuai
peningkatan
an stress
toleransi indikasi
terhadap 3. Bantu pasien dan
aktivitas yang memilih rangsanag
dapat diukur posisi n
dengan adanya
nyaman berlebihan
dispnea,
kelemahan untuk ,
berlebihan, istirahat meningkat
dan tanda vital
kan
dalam rentan
normal. istirahat
3. Pasien
mungkin
nyaman
dengan
kepala
tinggi,
tidur di
kursi atau
menunduk
ke depan
meja atau
bantal
Kurang Setelah diberikan 1. Kaji ulang 1. Kemampu
pengetahuan tindakan kemampuan an belajar
tentang kondisi, keperawatan belajar berkaitan
pengobatan, tingkat
pengetahuan pasien dengan
pencegahan
berhubungan pasien meningkat, misalnya: keadaan
dengan tidak ada dengan kriteria perhatian, emosi dan
yang hasil:
kelelahan, kesiapan
menerangkan,
interpretasi yang tingkat fisik.
salah, informasi Menyataka partisipasi, Keberhasil
yang didapat n
lingkungan an
tidak pemahaman
proses belajar, tergantung
lengkap/tidak
akurat, penyakit/pro tingkat pada
terbatasnya gnosisdan
pengetahuan, kemarnpua
pengetahuan/kog kebutuhan
pengobatan. media, orang n pasien
nitif
2. Informasi
dipercaya.
Melakukan 2. Berikan tertulis
perubahan Informasi dapat
prilaku dan
yang spesifik membantu
pola hidup
unruk dalam bentuk mengingat
memperbaiki tulisan kan pasien
kesehatan 3. Mencegah
misalnya:
umurn dan
keraguan
menurunkan jadwal
resiko terhadap
minum obat
pengaktifan 3. Jelaskan pengobata
ulang tentang efek n sehingga
luberkulosis
paru. samping mampu
obat: mulut menjalani
kering, terapi
konstipasi,
gangguan
penglihatan,
sakit kepala,
peningkatan
tekanan
darah
Resiko tinggi Setelah diberikan 1. Anjurkan 1. Perilaku
infeksi tindakan pasien yng
( penyebaran / keperawatan
untuk batuk diperlukan
aktivitas ulang ) tingkat
pengetahuan / bersin dan untuk
berhubungan
dengan pasien meningkat, mengeluark mencegah
pertahanan dengan kriteria
an pada penyebaran
primer tak hasil:
adekuat, mencegah / tissue & infeksi
penurunan kerja menurunkan menghindar dapat
silia / statis resiko
i meludah membantu
penurunan penyebaran
infeksi. di tempat menurunka
pertahanan /
penekanan untuk umum serta n rasa
proses meningkatka
tehnik terisolir
imflamasi, n lingkungan
yang aman mencuci pasien &
malnutrisi,sekret
, kurang tangan membuang
pengetahuan yang tepat stigma
untuk 2. Identifikasi
sosial
menghindari orang lain
sehubunga
pemajanan
yang
patogen n dengan
beresiko,
penyakit
contoh
menular
anggota 2. Orang
rumah, orang yang
anggota, terpajan ini
sahabat perlu
karib / program
teman therapy
obat untuk
mencegah
penyebaran
infeksi.

c. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dala
rencana tindakan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
yaitu aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama,
seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
d. Evaluasi
Evaluai merupakan tahap akhir dari suatu tindakan yang telah
dilaksanakan, dimana untuk mengevaluasi tindakan yang diberiikan
kepada klien apakah sudah sesuai tujuan yang telah ditetapkan dalam
rencana tindakan keperawatan.

9. WOC

You might also like