You are on page 1of 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABSES OTAK

Adapun pengkajiannya :
1. Anamnesis
- Identitas klien ;usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tgl MRS, askes dst.
- Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran
- Riwayat penyakit sekarang ; demam, anoreksi dan malaise, peninggian tekanan
intrakranial serta gejala nerologik fokal .
- Riwayat penyakit dahulu : pernah atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media,
mastoiditis ) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema ) jantung
( endokarditis ), organ pelvis, gigi dan kulit.
2. Pemeriksaan fisik
- KU
- Pola fungsi kesehatan :
Aktivitas/istirahat, adapun gejalanya :
1. Malaise
Tanda ;ataksia,masalah berjalan,kelumpuhan,gerakan involunter.
2. Sirkulasi
Gejala ; adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda ; TD meningkat,nadi menurun (berhubungan peningkatan TIK dan pengaruh pada
vasomotor).
3. Eliminasi
Tanda;adanya inkontensia dan/atau retensi
4. Nutrisi
Gejala ; kehilangan nafsu makan,disfagia (pada periode akut )
Tanda ; anoreksia,muntah.turgor kulit jelek,membrane Mukosa kering.
5. Higiene
Tanda ; ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri(pada periode akut)
6. Neurosensori
Gejala ; sakit kepala,parestesia,timbul kejang, gangguan penglihatan
Tanda ; penurunan status mental dan kesadaran,kehilangan memori, sulit dalam mengambil
keputusan,afasia,mata, Pupil unisokor (peningkatan TIK),nistagmus.kejang umum lokal.
7. Nyeri /kenyamanan
Gejala ; Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan;leher/punggung kaku.
Tanda ; tampak terus terjaga. Menangis/mengeluh.
8. Pernapasan
Gejala ; adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda ;peningkatan kerja pernapasan ( episode awal ). Perubahan mental (letargi sampai
koma) dan gelisah.
9. Keamanan
Gejala ; adanya riwayat ISPA/infeksi lain meliputi ; mastoiditis, telinga tengah, sinus,abses
gigi; infeksi pelvis,abdomen atau kulit;fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada
tengkorak/cedera kepala.m
Tanda ; suhu meningkat, diaforesis, menggigil. Kelemahan secara umum; tonus otot flaksid
atau spastik;paralisis atau parese. Gangguan sensasi.
3. Prosedur diagnostic
Adapun pemeriksaan laboratoriumnya :
- LED meningkat dan mungkin disertai leukositosis.
Pemeriksaan penunjang :
- CT Scan
Mengidentifikasi dan melokalisasi abses besar dan abses kecil disekitarnya.
- Arteriografi
Menunjukkan lokasi abses di lobus temporal atau abses cerebellum
4. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
a. Tujuan : Nyeri teratasi atau dapat dikontrol.
b. Kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri, klien tidak gelisah,
skala nyeri 0-1 atau teratasi.
c. Intervensi :
- berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi (menurunkan
reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan relaksasi ).
- Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
(menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri)
Kolaborasi
- Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein (untuk menghilangkan nyeri)
2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan persepsi atau kognitif, penurunan kekuatan,terapi
pembatasan/kewaspadaan keamanan mis tirah baring, imobilisasi.
a. Tujuan : klien dapat menunjukkan cara mobilisasi secara optimal
b. Kriteria hasil : klien dapat mempertahankan posisi tubuh yang optimal, klien dapat
mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang sakit,mempertahankan
integritas kulit, kandung kemih dan fungsi usus.
c. Intervensi :
- Periksa kembali kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan
yang terjadi
(mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan
intervensi yang akan dilakukan )
- Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-4).
Nilai 0 : klien mampu mandiri.
Nilai 1 : memerlukan bantuan / peralatan yang minimal.
Nilai 2 : memerlukan bantuan sedang / dengan pengawasan / diajarkan.
Nilai 3 : memerlukan bantuan / peralatan yang terus menerus dan alat khusus.
Nilai 4 : tergantung secara total pada pemberi asuhan.
Seseorang dalam semua katagori sama-sama mempunyai risiko kecelakaan namun katagori 2
- 4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tersebut sehubungan dengan
imobilisasi.
- Letakkan pasien pada posisi tertentu. Ubah posisi pasien secara teratur dan buat
sedikit perubahan posisi antara waktu (perubahan posisi yang teratur menyebabkan
penyebaran terhadap berat badan dan menigkatkan sirkulasi seluruh bagian tubuh)
- Berikan bantuan untuk melakukan ROM (mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal ekstrimitas dan menurunkan terjadinya vena statis.
- Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab, ganti
linen/pakaian yang basah tersebut tetap bersih dan bebas dari kerutan ( meningkatkan
sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan terjadinya eksekoriasi kulit )
- Pantau haluaran urin. Catat warna dan bau urine. Bantu dengan latihan kandung
kemih bila memungkinkan.

3. Perubahan persepsi-sensori b.d defisit neurologis.


a. Tujuan : mengembalikan dan mempertahankan fungsi persepsi sensori.
b. Kriteria hasil : tingkat kesadaran normal, fungsi persepsi membaik.
c. Intervensi :
- Evaluasi/pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara,alam
perasaan,sensorik, dan proses pikir.
- Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas / dingin, benda tajam /
tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan alat tubuh.
- Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang pendek dan
sederhana.
kolaborasi
- Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi kognitif.
4. Risti terhadap penyebaran infeksi b.d diseminata hematogen dari patogen, statis cairan.
a. Tujuan : Penyebaran infeks tidak terjadi
b. Kriteria hasil : mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tidak ada bukti
penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
c. Intervensi :
- berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan
( isolasi diperlukan sampai organismenya diketahui / dosis antibiotik yang cocok telah
diberikan untuk menurunkan risiko penyebaran pada orang lain )
- pertahankan tehnik aseptik dan tehnik mencuci tangan yang tepat baik pasien,
pengunjung, maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai kebutuhan (menurunkan
resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengotrol penyebaran sumber infeksi, mencegah
pemajanan pada individu terinfeksi)
- Teliti adanya keluhan nyeri dada, berkembangnya nadi yang tidak teratur atau
demam yang terus menerus ( infeksi sekunder seperti miokarditis / perikarditis dapat
berkembang dan memerlukan intervensi lanjut )
Kolaborasi :
- berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
(obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu.
- siapkan untuk intervensi pembedahan sesuai indikasi ( mungkin memerlukan drainase dari
adanya abses otak atau penglepasan pirau ventrikel mencegah ruptur/mengontrol
penyebaran infeksi )
5. Risti perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
a. Tujuan : Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit,
Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris.
b. Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, Rasa sakit kepala berkurang,
Kesadaran meningkat, adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda
tekanan intrakranial yang meningkat.
c. Intervensi :
- pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya,
seperti GCS
( pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial penigkatan
tekanan intrakranial adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi,dan perkembangan dari
kerusakan cerebral )
- pantau pernapasan, catat pola dan irama pernapasan.
( tipe dari pola pernapasan merupakan tanda yang berat dari adanya peningkatan TIK/daerah
serebral yang terkena dan mungkin merupakan indikasi perlunya untuk melakukan intubasi
disertai pemasangan ventilator mekanik.
- pantau intake dan output. Catat karakteristik urine, turgor kulit dan keadaan
membran mukosa.
(hipertermi menigkatkan kehilangan air tak kasat mata dan menigkatkan resiko dehidrasi,
terutama jika kesadaran menurun.
Kolaborasi
- tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai toleransi dan indikasi. Jaga
kepala tetap pada posisi netral.
(peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan TIK.)
- berikan obat sesuai indikasi seperti ; deksametason, klorpomasin, asetaminofen.
Deksametason : dapat menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi pembentukan
edema serebral. Klorpomasin : obat pilihan dalam mengatasi kelainan postut tubuh atau
mengigil yang dapat meningkatkan TIK. Asetaminofen : menurunkan metabolisme
seluler/menurunkan konsumsi oksigen dan resiko kejang.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi abses otak, prognosis dan perawatan abses otak b.d
kurangnya informs
a. Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi abses otak, prognosis dan perawatan
abses otak
b. Kriteria Hasil : Klien terlihat tenang, Klien mengerti tentang kondisinya
c. Intervensi :
- Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang sederhana ( menurunnya
rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk
menerima,mengingat,menyimpan informasi yang diberikan,)
- Beri kesempatan pada klien dan keluarga untuk bertanyaa mengenai hal-hal yang
tidak diketahuinya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia A. 2005.Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Ed.6 vol.2.
Jakarta : EGC
2. Long, Barbara C. 1996 . Perawatan Medikal Bedah, Suatu pendekatan proses keperawatan.
Bandung : Yayasan IAPK
3. Doenges, Moorhouse. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC.
4. Kamaluddin, M. Totong. Abses Otak .diunduh 15/11/ 2008.
5. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10AbsesOtak89.pdf/10AbsesOtak89. html
6. 15/11/2008.http://supersuga.wordpress.com/2008/03/26/anatomi-otak/.

You might also like