You are on page 1of 21

Mikromeritik

LABORATORIUM FARMASEUTIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROMERITIK

OLEH :

NAMA: ABD RAHMAN MUNIR

STAMBUK: 150 2011 0296

KELAS: L2

KELOMPOK: II

ASISTEN: HARDIANA HANDAYANI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2012

Abd Rahman Munir 1


Mikromeritik

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat
kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang
farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan
farmakologik dari bahan obat tersebut.
Mikromeritik merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan
teknologi partikel kecil. Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran
ukuran partikel sangat penting dalam bidang farmasi. Secara klinik, ukuran
partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk
sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rectal, dan tropical. Formulasi
yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik, dan
respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dari
produk itu. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran
partikel sangat penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan
pencampuran yang benar dari granul dan serbuk.
Ukuran partikel tidak hanya mempengaruhi luas permukaan suatu
sediaan obat, yang secara langsung mempengaruhi cepat atau lambatnya
absorbsi obat dan membantu daya larut suatu bahan obat tapi juga dapat
mempengaruhi aktivitas biologik dan efek terapinya.
Mengingat pentingnya mikromeritik dalam bidang farmasi, maka sudah
sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami mengenai mikromeritik ini,
termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat.
Banyak metode yang digunakan dalam menentukan ukuran partikel suatu
bahan yaitu metode mikroskopik, metode ayakan dan cara sedimentasi.
Namun, dalam percobaan ini yang digunakan adalah metode ayakan karena
metode ini lebih sederhana, mudah dan murah serta waktunya relatif cepat.

Abd Rahman Munir 2


Mikromeritik

2. Tujuan Praktikum
Melakukan pengukuran partikel dengan metode pengayakan (shieving).

Abd Rahman Munir 3


Mikromeritik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Dasar Teori
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh Dalla
Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta
serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang
mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan (Martin, 2008).
Dalam suatu kumpulam partikel lebih dari satu ukuran (yakni dalam
suatu sampel polidispers), dua sifat penting yaitu (Martin, 2008):
a. Bentuk dan luas permukaan partikel
b. Kisaran ukuran dan banyaknya atau berat partikel-partikel yang ada dan,
karenanya, luas permukaan total
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik,
bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus
dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen,
yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang
mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis
tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas
permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Martin, 2008).
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya
jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang
representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena
dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan
kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan
apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang

Abd Rahman Munir 4


Mikromeritik

amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh
sebaiknya dipilih menurut program acak (Voigt, 1994).
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla
Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta
serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang
mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan (Martin, 2008).
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran
kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat
halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran
partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan
dengan istilah very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine,
yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mempu melalui lubang-lubang
ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu
periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat
pengaduk ayakan secara mekanis (Ansel, 1989).
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu
untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga
berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel.
Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya
atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung
ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 2008).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam
farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan
sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moechtar, 1990).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu (Parrot, 1970):
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi

Abd Rahman Munir 5


Mikromeritik

5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).


Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear (Parrot, 1970).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik,
bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus
dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen,
yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang
mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis
tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas
permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Martin, 2008).
Banyak metode tersedia untuk menetukan ukuran partikel. Mikroskopi,
pengayakan, sedimentasi, dan penentuan volume partikel dibicarakan dalam
bagian berikut. Tidak ada satu pun cara pengukuran yang benar-benar
merupakan metode langsung. Walaupun dengan mikroskopik kita dapat melihat
gambaran partikel yang sesungguhnya, hasil yang didapat kemungkinan besar
tidak lebih Langsung daripada menggunakan metode lain, karena hanya dua
dari tiga dimensi partikel yang biasanya terlihat. Metode sedimentasi
menghasilkan suatu ukuran partikel relatif terhadap laju di mana partikel itu
mengendap melalui suatu medium pensuspensi (Martin, 2008).
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel
(Martin, 1990):
a. Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan
atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada
pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel
terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel
tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah

Abd Rahman Munir 6


Mikromeritik

layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan


bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar
untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh
hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan
lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan
dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel
yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan
yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan
jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus
selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel
lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu
komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.
b. Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari
penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini
penentunya adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui
sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang
disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan
lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar
jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan
halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan
kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g
setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana
dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan.
c. Dengan cara sedimentasi
Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks.
Dasar untuk metode ini adalah Aturan Stokes:
d=
18
Metode yang digunakan dalam

penentuan
h
(- o)g t partikel cara sedimentasi ini adalah
metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.

Abd Rahman Munir 7


Mikromeritik

Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran
kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat
halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran
partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan
dengan istilah very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine,
yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mempu melalui lubang-lubang
ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu
periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat
pengaduk ayakan secara mekanis (Voigt, 1994).
Pengetahuan mengenai bentuk dan luas permukaan suatu partikel
dikehendaki. Bentuk partikel mempengaruhi aliran dan sifat-sifat pengemasan
dari suatu serbuk, juga mempunyai beberapa pengaruh terhadap luas
permukaan. Luas permukaan persatuan berat atau volume merupakan
karakteristik serbuk yang penting jika seseorang mempelajari adsorpsi
permukaan dan laju disolusi (Martin, 2008).
Partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta berpori
dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-hati.
Kerapatan secara umum diartikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan
timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dari partikel yang
mengandung retakan-retakan mikroskopis, pori-pori dalam dan ruang-ruang
kapiler (Martin, 2008).
Tidak ada metode yang telah diketahui untuk menentukan bentuk partikel
yang tidak beraturan secara geometris, namun telah dikembangkan metode
statistic untuk menyatakan ukuran partikel yang tidak beraturan pada suatu
dimensi tunggal, yaitu dalam diameternya. Jika diameter ini diukur dengan
prosedur yang telah dibakukan untuk sejumlah besar partikel, nilainya dapat
dinyatakan dengan berbagai diameter. Hanya dibutuhkan luas permukaan yang
sebanding dengan diameter kuadrat dan volume yang sebanding dengan
diameter kubik (Lachman, 1989).
2. Uraian Bahan
Laktosa (Ditjen POM, 1979)

Abd Rahman Munir 8


Mikromeritik

Nama resmi : LAKTOSUM


Nama lain : Saccharum Lactis
RM / BM : C12H22OH. H2O / 36.30
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak
manis
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih , sukar larut dalam etanol (95%) P dan
dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
3. Prosedur Kerja (Anonim, 2012)
No. Alat Bahan
1. Timbangan Amylum
2. Mikroskop Aquades
3. Mikrometer okuler Parasetamol
4. Mikrometer objektif Kertas perkamen
5. Objek Gelas
6. Deck gelas
7. Pipet tetes
8. Botol semprot
9. Ayakan
10. Vibrator
11. Kuas

Mengukur diameter partikel secara mikroskopi


Kalibrasi skala okuler: tempat mikrometer objektif pada meja objek dan
mikrometer okuler pada lensa okuler. Himpitkan garis awal skala okuler
dengan garis awal skala objektif kemudian tentukan garis kedua skala yang
tepat berhimpit. Tentukan jarak skala lensa okuler.
Hasil kalibrasi = Skala objektif / Skala okuler x 0,01 mikron

Abd Rahman Munir 9


Mikromeritik

1. Buat suspensi encer partikel (serbuk amilum diencerkan dengan aquades


dengan secukupnya) yang akan dianalisa dan buat sediaan yang cukup (3-5
sediaan) di atas objek gelas.
2. Lakukan grouping: tentukan ukuran partikel yang terkecil dan terbesar,
bagilah jarak ukur yang diperoleh menjadi beberapa bagian.
3. Ukur partikel dan golongkan ke dalam group yang telah ditentukan dan
ukurlah 100 partikel.
4. Buat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameter-diameter
dengan rumus:
a. Length-number mean
b. Surface-number mean
c. Volume-number mean
d. Surface-length
e. Volume-surface
f. Volume-weighted
Mengukur diameter partikel menurut metode pengayakan:
1. Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari ataske bawah
makin besar nomor ayakan yang bersangkutan.
2. Masukkan 100 g granul paracetamol ke dalam ayakan paling atas pada
bobot tertentu yang ditimbang seksama.
3. Diayak serbuk yang bersangkutan selama 3 menit pada getaran tertentu pada
alat shaker.
4. Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan.
5. Buat kurva distribusi % bobot di atas / dibawah ayakan.

BAB III

CARA KERJA

1. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan :
Ayakan 35, 40, 60, 120, 170, 230

Abd Rahman Munir 10


Mikromeritik

Kuas
Sendok tanduk
Timbangan analitik
Vibrator
b. Bahan yang digunakan :
Kertas perkamen
Laktosa
Tissue
2. Langkah Percobaan
a. Ditimbang laktosa sebanyak 400 gram
b. Dibersihkan ayakan dengan menggunakan kuas
c. Ayakan disusun sedemikian rupa dengan nomor terkecil sampai nomor
yang paling besar
d. Dimasukkan laktosa yang telah ditimbang ke dalam ayakan
e. Dijalankan mesin ayakan dengan kecepatan 60 rpm selama 10 menit
f. Hasil ayakan yang tertinggal pada masing-masing ayakan ditimbang
beratnya dan dicatat hasilnya
g. Dihitung berat zat yang tertinggal, % tertinggal, dan dav dari laktosa

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil dan Pehitungan


a. Hasil
No. Ayakan Ukuran pori (mm) Berat zat yang tertinggal (g)
35 0,050 0,180
40 0,42 1,428
60 0,250 3,390
120 0,125 80,54

Abd Rahman Munir 11


Mikromeritik

170 0,088 88,828


230 0,062 90,19

Ukuran pori Berat zat % tertinggal


No. Ayakan (rata-rata) yang % tertinggal x ukuran
(mm) tertinggal (g) pori
35 / 40 0,46 0,804 0,226 0,103
40 / 60 0,335 2,409 0,679 0,227
60 / 120 0,187 41,965 11,838 2,213
120 / 170 0,106 84,684 23,889 2,532
170 / 230 0,075 89,509 25,250 1,893
Sisa 135,11
Jumlah 354,481 61,882 6,968

b. Grafik

c. Perhitungan
Ukuran pori (rata-rata) (mm)
No ayakan 35 / 40
Ukuran pori 35 + Ukuran pori 40
2
0,050 + 0,42
2

Abd Rahman Munir 12


Mikromeritik

= 0,46 mm
No ayakan 40 / 60
Ukuran pori 40 + Ukuran pori 60
2
0,42 + 0,250
2
= 0,335 mm
No ayakan 60 / 120
Ukuran pori 60 + Ukuran pori 120
2
0,250 + 0,125
2
= 0,187 mm
No ayakan 120 / 170
Ukuran pori 120 + Ukuran pori 170
2
0,125 + 0,088
2
= 0, 106 mm
No ayakan 170 / 230
Ukuran pori 170 + Ukuran pori 230
2
0,088 + 0,062
2
= 0,075 mm
% Tertinggal
No ayakan 35 / 40
Berat zat tertinggal 35 / 40
X 100%
Berat zat tertinggal
0,804 g
X 100%
354,481 g
= 0,226 %
No ayakan 40 / 60
Berat zat tertinggal 40 / 60
X 100%
Berat zat tertinggal

Abd Rahman Munir 13


Mikromeritik

2,409 g
X 100%
354,481 g
= 0,679 %
No ayakan 60 / 120
Berat zat tertinggal 60 / 120
X 100%
Berat zat tertinggal

41,965 g
X 100%
354,481 g
= 11,838 %
No ayakan 120 / 170
Berat zat tertinggal 120 / 170
X 100%
Berat zat tertinggal
84,684 g
X 100%
354,481 g
= 23,889 %
No ayakan 170 / 230
Berat zat tertinggal 170 / 230
X 100%
Berat zat tertinggal
89,509 g
X 100%
354,481 g
= 25,250 %
% Tertinggal X Ukuran pori
No ayakan 35 / 40
= 0,226 X 0,46
0,103
No ayakan 40 / 60
= 0,679 X 0,335
= 0,227
No ayakan 60 / 120
= 11,838 X 0,187

Abd Rahman Munir 14


Mikromeritik

= 2,213
No ayakan 120 / 170
= 23,889 X 0,106
= 2,532

No ayakan 170 / 230


= 25,250 X 0,075
= 1,893
dav Laktosa
Tertinggal X Ukuran pori

100
6,968
100
= 0,069 mikrometer
2. Pembahasan
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh Dalla
Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta
serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang
mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan.
Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk melakukan pengukuran partikel
dengan metode pengayakan (shieving). Pengayakan adalah sebuah cara
pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa
kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan
(butir halus) dan yang tertinggal diayakan (butir kasar).
Dalam pengukuran partikel dengan menggunakan metode pengayakan,
alat yang digunakan terlebih dahulu harus dibersihkan untuk menghindari
kesalahan dalam pengayakan yang disebabkan karena tertutupnya lubang-
lubang ayakan dengan suatu zat atau benda lain.
Ayakan yang digunakan disusun berturut-turut dari nomor ayakan terkecil
sampai nomor ayakan terbesar. Dalam percobaan ini digunakan ayakan dengan

Abd Rahman Munir 15


Mikromeritik

nomor mesh 35, 40, 60, 120, 170, dan 230. Menurut litaratur, dikatakan bahwa
untuk pengayakan diperlukan sekurang-kurangnya 5 buah ayakan untuk
memperoleh data analisis yang lebih rinci dan lebih tepat.
Metode ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel
yang lebih kasar, dan dapat mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer.
Keuntungan dari metode ayakan ini adalah waktu yang diperlukan relative
singkat dan alat yang digunakan sederhana.
Kekurangan dari metode ini adalah partikel yang diayak, yang
sebenarnya tidak dapat lolos, karena pengayakan yang lama bisa saja lolos.
Dalam artian data yang diperoleh tidak tepat, sehingga untuk menghindari hal
tersebut, proses pengayakan tidak boleh terlalu lama dan tidak boleh terlalu
cepat sehingga dalam percobaan ini untuk skala lab, digunakan kecepatan 60
rpm dengan lama waktu pengayakan 10 menit.
Dari percobaan diperoleh hasil, yaitu; berat zat yang tertinggal pada
nomor ayakan 35 / 40 = 0,804 gram, ayakan 40 / 60 = 2,409 gram, ayakan 60 /
120 = 41,965 gram, ayakan 120 / 170 = 84,684 gram, ayakan 170 / 230 =
89,509 gram, dan diperoleh sisa sebanyak 135,11 gram. Setelah dihitung maka
diperoleh ukuran partikel dari laktosa adalah 0.069 mikrometer dan menurut
literatur ukuran partikelnya yaitu 1,525 mikrometer.
Adanya data yang tidak sesuai pada percobaan ini disebabkan karena
beberapa hal antara lain :
1. Kurang tepat dalam menimbang sampel
2. Adanya sampel yang masih melekat pada ayakan
3. Pada waktu menuang hasil ayakan, banyak zat yang terbawa oleh angin
4. Ayakan yang kurang bersih.
Adapun faktor-faktor faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengayakan antara lain :
1. Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu
optimum), jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya
serbuk sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak akan menjadi
terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak terayak sempurna.
2. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika
sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.

Abd Rahman Munir 16


Mikromeritik

3. Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin


banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya
partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
4. Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik mewakili
semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud adalah
keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke yang
paling kasar.

BAB V

Abd Rahman Munir 17


Mikromeritik

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang ukuran partikel kecil dari
suatu zat.
Semakin kecil ukuran pori ayakan maka semakin banyak % laktosa yang
tertinggal.
Ukuran partikel dari laktosa yang diperoleh dari percobaan adalah 0,069
mikrometer.
2. Saran
Sebaiknya percobaan mikromeritik ini dilakukan dengan metode lain
seperti metode mikroskopik, atau metode sendimentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI-Press

Abd Rahman Munir 18


Mikromeritik

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta


Lachman, et all. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi III. Jakarta: UI-
Press
Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press
Parrot, L,E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish: Burgess Publishing
Company
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I. Yogyakarta:
UGM Press

LAMPIRAN

Abd Rahman Munir 19


Mikromeritik

SKEMA KERJA

Abd Rahman Munir 20


Mikromeritik

Laktosa 400 gram

Ayakan 35, 40, 60, 120, 170, 230

Diayak 60 rpm, 10 menit

Ditimbang dan dicatat berat laktosa yang tertinggal

Dihitung:
a. Berat zat tertinggal
b. % tertinggal
c. Ukuran partikel

Abd Rahman Munir 21

You might also like