You are on page 1of 31

BAB I

PENDAULUHAN

A. Latar Belakang

Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yangterdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptusdidalamnya, bagian organ tubuh
yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanandan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil
yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran
yang disebut cincin Waldeyer.Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium
dan berasal dariinvaginasi hipoblas di tempat ini.

Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan olehinfeki virus
atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidungatau mulut, tonsil
berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-
sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalantubuh untuk membentuk antibody
terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bilatonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari
bakteri atau virus tersebut maka akantimbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3
macam tonsillitis, yaitutonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena
itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur
diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.

1 | Page
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan
asuhankeperawatan pada klien dengan tonsilitis secara komprehensif.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien tonsilitis
b. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien tonsilitis
c. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalahkeperawatan
yang timbul pada klien tonsilitis
d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
kliendengan tonsilitis

C. Rumusan masalah

1. Apa saja pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien dengan tonsilitis?

2. Apa saja masalah-masalah keperawatan yang muncul pada tonsilitis?

3. Intervensi apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan pada
tonsillitis?

BAB II

2 | Page
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITAS

A. KONSEP MEDIK

1. PENGERTIAN TONSILITIS

Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta
hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing,
2004).
Tonsilitis adalah peradangan amandel sehingga amandel menjadi bengkak, merah, melunak
dan memiliki bintik-bintik putih di permukaannya. Pembengkakan ini disebabkan oleh infeksi
baik virus atau bakteri.

2. KLASIFIKASI TONSILITIS

3 | Page
1. Tonsillitis akut
Tonsilitis akut dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis permukaan nya yang
diliputi eksudat (nanah) berwarna putih kekuning- kuningan.

Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :

a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab paling
tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta hemoliticus yang
dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus
piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
Dari kedua Tonsilitis viral dan Tonsilitis Bakterial dapat meenimbulkan gejala
perkembangan lanjut tonsillitis akut yaitu :
a) Tonsilitis folikularis dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis dengan
permukaannya berbentuk bercak putih yang mengisi kripti tonsil yang disebut detritus.
Detritus ini terdiri dari leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan, dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
b) Infiltrat peritonsiler dengan gejala perkembangan lanjut dari tonsiitis akut.
Perkembangan ini sampai ke palatum mole (langit-langit), tonsil menjadi terdorong ke
tengah, rasa nyeri yang sangat hebat , air liur pun tidak bisa di telan. Apabila dilakukan
aspirasi (penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum
mole (langit- langit) akan keluar darah.
c) Abses peritonsil dengan gejala perkembangan lanjut dari infiltrat peritonsili. Dan gejala
klinis sama dengan infiltrat perintonsiler. Apabila dilakukan aspirasi (penyedotan
dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum mole (langit- langit)
akan keluar NANAH.

2. Tonsilitis membranosa
Tonsilitis membranosa dengan gejala eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang
membengkak tersebut meluas menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau
di buang dan berwarna putih kekuning- kuningan.

4 | Page
Tonsilitis lakunaris dengan gejala bercak yang berdekatan, bersatu dan mengisis lakuna
(lekuk-lekuk) permukaan tonsil.

a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk
Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga
menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara
pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.

3. Angina Plout Vincent


Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada
penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam
sampai 39 C, nyeri kepala, badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.
- Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan
pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya sama dengan
tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.
(Soepardi,Efiary Arsyad,dkk 2007)

3. ANATOMI FISIOLOGI

5 | Page
Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30
kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil
terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap
kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih tonsil dapat
meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi velofaring atau obstruksi
hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah ke arah hipofaring,
sehingga sering menyebabkan terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas.
Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama:
1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda.
3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium.

Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada daerah
faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan mulai berfungsi sebagai
bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas warisan dari ibu mulai menghilang dari

6 | Page
tubuh anak. Pada saat itu (usia lebih kurang 1 tahun) tonsil dan adenoid merupakan organ
imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain yang ada di seluruh
tubuh belum bekerja secara optimal.
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas seluler
bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat memakan kuman dan virus serta
membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat
menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan virus. Kuman yang
dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang
disana serta menyebabklan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi
yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan memproduksi
sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat
melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel
yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit demam
dan batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan penyakit pada ginjal
(Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis) dan kulit.
(Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis media pada anak seringkali juga disebabkan adanya
infeksi kronis pada amandel dan adenoid.

4. ETIOLOGI TONSILITIS
Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini
yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections).
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering
disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus

7 | Page
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
1. Streptococcus B hemoliticus grup A
2. Streptococcus viridens
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Pneumococcus
6. Virus
7. Adenovirus
8. ECHO
9. Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi
virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai
tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

5. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil

8 | Page
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia (sakit di telinga)
14. Malaise

6. PATHOFISOLOGI
Penyebab terserang tonsilitis akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Bakteri
lain yang juga dapat menyebabkan tonsilitis akut adalah Haemophilus influenza dan bakteri
dari golongan pneumokokus dan stafilokokus. Virus juga kadang kadang ditemukan
sebagai penyebab tonsilitis akut.
1. Pada Tonsilitis Akut
Penularan terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan Epitel
kemudian bila Epitel ini terkikis maka jaringan Umfold superkistal bereaksi dimana
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfo nuklear.
2. Pada Tonsilitif Kronik
Terjadi karena proses radang berulang maka Epitel mukosa dan jaringan limpold
terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpold, diganti oleh jaringan
parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus)
yang akan di isi oleh detritus proses ini meluas hingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Jadi tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu abu atau kekuningan
pada permukaannya, dan jika berkumpul maka terbentuklah membran. Bercak
bercak tersebut sesungguhnya adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati, juga
kuman kuman baik yang hidup maupun yang sudah mati.

Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau tonsil
berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu
tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang
amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear.
Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis
akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu
maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan

9 | Page
hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti
makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah
bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh
tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien
mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak
menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka
epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan
limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok
melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini
disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

10 | P a g e
11 | P a g e
7. TEST DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut
adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
4. Terapi
5. Tes Schick atau tes kerentanan di ptori
6. Audiometri : adenoid terinfeksi

8. KOMPLIKASI
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
4. Laringitis
5. Sinusitis
6. Abses paraparineal
7. Abses Retrofaringeal
8. Adenitis servikal supuratif
9. Ketulian permanen
10. Komplikasi sistemik : radang ginjal akut dan demam rematik

9. PENCEGAHAN
1. Tidak boleh makan sembarangan
2. Kebersihan gigi dan mulut
3. Imunisasi DPT
4. Kumur air hangat 3 X sehari
5. Terapi antibiotik
6. Kompres hangat di leher
7. Operasi tonsil
8. Menghindari kontak langsung penderita tonsillitis

12 | P a g e
10. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
- Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
- Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
- Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
- Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
- Hemoragi
Merupakan komplikasi potensial setelah tonsilektomi. Jika pasien memuntahkan banyak
darah dengan warna yang berubah atau dengan warna merah terang pada interval yang sering,
atau bila frekuensi nadi dan pernapasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter
bedah. Siapkan alat yang digunakan untuk memeriksa tempat operasi terhadap pendarahan :
sumber cahaya, cermin, kasa, hemostat lengkung, dan basin pembuang. Kadang, akan berguna
jika dilakukan menjahit atau meligasi pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi pendarahan
lebih lanjut , beri pasien es dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk tidak banyak bicara dan
batuk karena dapat menyebabkan nyeri tenggorok.
Bilas mulut alkalin dan larutan normal salinhangat mengatasi lendir kental yang
mungkin ada setelah operasi tonsilektomi ( masih dipertanyakan keefektivitasannya). Diet cairan
atau semicari beberapa hari . Serbat dan gelatin adalh makanan yang dapat diberikan. Makanan
yang harus dihindari adalah makanan pedas, dingin, panas, asam, atau mentah. Makanan yang
dibatasi adalah makanan yang cenderung meningkatkan mukus yang terbentuk misanya susu dan
produk lunak (es krim).
Pendidikan yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga adalah tentang tanda dan
gejala hemoragi. Biasanya tanda dan gejala muncul 12-24 jam pertama. Paien diinstruksikan
untuk melapor setiap pendarahan yang terjadi.
c. Pasca operasi
- Pemantauan keperawatan kontinu diperlukan pada pasca operasi segera
- Periode pemulihan karena risiko signifikan hemoragi
- Kepala dimiringkan kesamping memungkinkan drainase dari mulut dan faring
memberi kenyamanan posisi
- Napas oral dilepaskan jika menunjukkan reflek menelan
- Collar es dipasang pada leher, dan basin serta tisu disiapkan ekspectorasi darah dan
lendir.

13 | P a g e
d. Analgetik
e. Antipiretik

(Brunner & Suddart.(2001).Kperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Volume 2. Jakarta.EGC)

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Kompres air hangat
b. Istirahat yang cukup
c. Cairan diberikan adekuat
d. Banyak minum air hangat
e. Diit cairan atau lunak sesuai kondisi pasien

11. INDIKASI TINDAKAN TONSILAKTOMI


INDIKASI ABSOLUT:

1. Tonsil (amandel) yang besar hingga mengakibatkan gangguan pernafasan, nyeri telan
yang berat, gangguan tidur atau sudah terjadi komplikasi penyakit-penyakit
kardiopulmonal.

2. Abses peritonsiler (Peritonsillar abscess) yang tidak menunjukkan perbaikan dengan


pengobatan. Dan pembesaran tonsil yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan wajah
atau mulut yang terdokumentasi oleh dokter gigi bedah mulut.

3. Tonsillitis yang mengakibatkan kejang demam.

4. Tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi jaringan untuk menentukan gambaran


patologis jaringan.

INDIKASI RELATIF:

14 | P a g e
1. Jika mengalami Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan tidak menunjukkan
respon sesuai harapan dengan pengobatan medikamentosa yang memadai.

2. Bau mulut atau bau nafas tak sedap yang menetap pada Tonsilitis kronis yang tidak
menunjukkan perbaikan dengan pengobatan.

3. Tonsilitis kronis atau Tonsilitis berulang yang diduga sebagai carrier kuman Streptokokus
yang tidak menunjukkan repon positif terhadap pengobatan dengan antibiotika.

4. Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai berhubungan dengan
keganasan (neoplastik)

KONTRAINDIKASI
Ada beberapa keadaan yang merupakan kontraindikasi melakukan pembedahan tonsil
karena bila dikerjakan dapat terjadi komplikasi pada penderita, bahkan mengancam kematian.
Keadaan tersebut adalah kelainan hematologik, kelainan alergi-imunologik dan infeksi akut.
Kontraindikasi pada kelainan hematologik adalah anemi, gangguan pada sistem hemostasis dan
lekemi. Pada kelainan alergi-imunologik seperti penyakit alergi pada saluran pernapasan,
sebaiknya tidak dilakukan tonsilektomi bila pengobatan kurang dari 6 bulan kecuali bila terdapat
gejala sumbatan karena pembesaran tonsil. Pembedahan tonsil sebagai pencetus serangan asthma
pernah dilaporkan. Tonsilektomi juga tidak dikerjakan apabila terdapat infeksi akut lokal, kecuali
bila disertai sumbatan jalan napas atas. Tonsilektomi sebaiknya baru dilakukan setelah minimal
23 minggu bebas dari infeksi akut. Di samping itu tonsilektomi juga tidak dilakukan pada
penyakit-penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti diabetes atau penyakit jantung
pulmonal.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).

15 | P a g e
Pengkajian dalam sistem imun meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan prosedur
diagnostik yang merupakan data yang menunjang keadaan klinis dari pasien.
a. Identitas klien yang terdiri dari nama, umur, suku/bangsa, status perkawinan, agama,
pendidikan, alamat, nomor register, tanggal datang ke rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan yang terdiri dari :
1) Keluhan utama adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan pasien berobat atau
keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian pertama kali yang utama. Keluhan
utama klien tonsilitis biasanya nyeri pada tenggorokan dan pada saat menelan disertai
demam.
2) Riwayat kesehatan sekarang adalah faktor yang melatarbelakangi atau mempengaruhi
dan mendahuli keluhan, bagaimana sifat terjadinya gejala (mendadak, perlahan-lahan,
terus menerus atau berupa serangan, hilang dan timbul atau berhubungan dengan
waktu), lokalisasi gejalanya dimana dan sifatnya bagaimana (menjalar, menyebar,
berpindah-pindah atau menetap). Bagaimana berat ringannya keluhan berkurang,
lamanya keluhan berlangsung atau mulai kapan serta upaya yang telah dilakukan apa
saja.
3) Riwayat kesehatan masa lalu dapat ditanyakan seperti riwayat pemakaian jenis obat,
jumlah dosis dan pemakaiannya, riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan
atau penyakit yang pernah dialami atau riwayat masuk rumah sakit atau riwayat
kecelakaan.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
- Adakan keluarga yang menderita penyakit tonsilitis.
- Penyakit kronik yang lain seperti diabetes melitus, batu ginjal, kardiovaskuler,
hipertensi, kelainan bawaan.
5) Status Sosial
Status sosial ekonomi atau mempengaruhi tingkat pendidikan, sedangkan tingkat
pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan klien dan hal ini akan
berpengaruh pada pola hidup dan kebiasaan sehari-hari yang akan mencerminkan
tingkat kesehatan klien.
6) Penampilan Umum
- Kulit pucat kering.
- Lemah
- Tanda-tanda vital : pola pernafasan dan suhu tubuh meningkat.
- Tingkat kesadaran : composmetis, somnolen, sofor, koma, delirium
- Konsentrasi : mampu berkonsentrasi atau tidak.
- Kemampuan bicara : mampu bicara atau tidak.
- Gaya jalan : seimbang atau tidak

16 | P a g e
- Koordinasi anggota gerak : mampu menggerakan anggota tubuh atau tidak.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan adanya tanda dan gejala yang
menyebabkan klien mencari pertolongan kesehatan seperti : nyeri pada
tenggorokan, susah untuk menelan, peningkatan suhu tubuh, kelemahan hebat,
kehilangan perhatian pada lingkungan.
2. Riwayat penyakit tonsilitis akut atau kronik, menjalani tonsilektomi.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Anoreksia, mual, muntah, BB menurun karena intake kurang, nyeri untuk menelan,
nafas berbau, membran mukosa kering.
4. Pola eliminasi
Warna urin kunin pekat, ureum meningkat.
5. Pola aktivitas dan latihan
Kelelahan (fatique), kelemahan.
6. Pola tidur dan istirahat
Gelisah tidur sering terganggu karena nyeri pada tenggorokan.
7. Pola persepsi sensor dan kognitif
Kurangnya pendengaran perhatian berkurang atau menyempit, kemampuan berfikir
abstrak menurun, kehilangan perhatian untuk lingkungan, sakit kepala.
8. Pola persepsi diri dan konsep diri
Penurunan harga diri, perubahan konsep diri dan body image, menurunnya harga
diri, menurunnya tingkat kemandirian dan perawatan diri.
9. Pola peran dan hubungan sesama
Tidak dapat menjalankan sekolah, penurunan kontak sosial dan aktivitas.
10. Pola koping dan toleransi terhadap stress
Ketidak efektifan koping individu dan keluarga, mekanisme pertahanan diri : denial
proyeksi, rasionalisasi, displasmen
11. Pola nilai dan kepercayaan.
Kehilangan kepercayaan kepada pemberi pelayanan kesehatan.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan
posisi pasien, kesadaran (GCS / Gaslow Coma Scale), yang dapat meliputi
penilaian secara kualitas seperti composmentis, apatis, somnolen, sofor, koma,
delirium, dan status gizinya.

17 | P a g e
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi, tekanan darah, pola pernafasan dan
suhu tubuh. Biasanya klien tonsilitis mengalami kesulitan bernafas karena ada
pembesaran pada tonsil dan mengalami peningkatan suhu tubuh
3. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening.
- Kulit meliputi warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterik, pucat, eritema),
turgor, kelembaban kulit dan atau ada tidaknya edema.
- Rambut meliputi dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik.
- Kelenjar getah bening meliputi dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda
radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal oksiptil, dan
retroavrikuler.
4. Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala meliputi dapat dinilai bentuk dan ukuran kepala, ubun-ubun, wajahnya
asimetris atau ada tidaknya pembengkakan, mata dilihat dari visus palpebra,
mata merah, alis, bulu mata, konjungtiva, anemis karena Hb nya menurun,
skelera, kornea, pupil, lensa. Pada bagian telinga dapat dinilai pada daun telinga,
lubang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran hidung dan
mulut ada tidaknya stismus.
- Leher meliputi kuku kuduk, ada tidaknya masa di leher, dengan ditentukan
ukuran, bentuk, posisi, konsistensi, dan ada tidaknya nyeri tekan.
5. Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara umum bentuk dada,
keadaan paru yang meliputi simetris atau tidaknya, pergerakan nafas, ada tidaknya
femitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas ada saat perkuasi didapatkan
(bunyi perkusinya bagaimana apakah hipersenosor atau timpani). Pada
pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut apeks atau dikenal dengan
siklus kordis dan aktivitas artikel, getaran bsising, bunyi jantung.
6. Pemeriksaan abdomen meliputi bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya
ketegangan dinding perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada
organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih, yang ditentukan ada tidaknya nyeri pada
pembesaran pada organ tersebut, kemudian pada daerah anus, rectum, serta
genitalia.
7. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya rentang gerak
keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki dan lainnya.
e. Prosedur Diagnostik
Prosedur Diagnostik menurut Doenges (2000) prosedur diagnostik untuk tonsilitis adalah

18 | P a g e
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam reumatik,
glomerulnefritis.
2. Pemeriksaan Penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3. Terapi
Menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur
yang mengandung desinfektan.

2. Diagnoas Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan: mual, anoreksia,


letargi.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah.

4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit.

5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan


kebutuhan pengobatan.

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi atau imflamasi: rasa sakit pada
jaringan tonsil.

19 | P a g e
3. Intervensi Keperawatan

N
NANDA NOC NIC Rasional
o
1. 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Mengindikasi
Nyeri akut Tujuan : Dapat
perhatikan lokasi, kebutuhan untuk
berhubungan hilang atau
intensitas (skala 1- intervensi dan juga
dengan berkurang
10), frekuensi dan tanda-tanda
pembengkaka Kriteria hasil :
waktu. Menandai perkembangan/resol
n tonsil.
non verbal, misal: usi komplikasi
1. Mengenal faktor
2. Dapat mengurangi
gelisah, takikardi,
Definisi : penyebab
ansietas dan rasa
Pengalaman 2. Mengenali meringis
2. Dorong takut, sehingga
emosional dan serangan nyeri
sensori yang 3. Tindakan pengungkapan mengurangi persepsi
tidak pertolongan non perasaan akan intensitas rasa
3. Berikan aktivitas
menyenangkan analgetik takut
4. Mengenali gejala hiburan, misal: 3. Meningkatkan
yang muncul
nyeri membaca, nonton kembali perhatian
dari kerusakan
5. Menunjukan
TV, bermain kemampuan untuk
jaringan secara
posisi/ekspresi
handphone menanggulangi
aktual dan
wajah rileks 4. Lakukan tindakan 4. Meningkatkan
potensial atau
paliatif, misal: relaksasi/menurun
menunjukkan
pengubahan posisi, ketegangannya
adanya 5. Meningkatkan
masase
kerusakan. 5. Instruksikan pasien relaksasi dan
perasaan sehat.
Serangan untuk
6. Memberikan

20 | P a g e
mendadak atau menggunakan penutunan nyeri atau
perlahan dari visualisasi/ tidak nyaman:
intensitas bimbingan mengurangi demam.
ringan sampai imajinasi, relaksasi Obat yang dikontrol
berat yang progresif, teknik pasien atau
diantisipasi nafas dalam berdasarkan waktu
6. Berikan
atau diprediksi 24 jam
analgesik/antipireti
durasi nyeri mempertahankan
k.
nya kurang dari kadar analgesia
7. Gunakan ADP
6 bulan darah tetap stabil.
(analgesik yang
7. Mencegah
dikontrol pasien)
kekurangan ataupun
untuk memberikan
kelebihan obat-
analgesik 24 jam
obatan
dengan dosis prn.
2. Perubahan 1. Kaji kemampuan 1. Lesi mulut,
Tujuan : Kebutuhan
nutrisi kurang untuk mengunyah, tenggorokan dan
nutrisi dapat
dari kebutuhan merasakan dan implamasi pada
terpenuhi
tubuh menelan tonsil dapat
Kriteria hasil : 2. Timbang berat
berhubungan menyebabkan
badan sesuai
dengan disfagia, penurunan
1. Adanya
kebutuhan.
anoreksia, kemampuan pasien
peningkatan berat
Evaluasi berat
mual, muntah. untuk mengolah
badan sesuai
badan dalam hal
Definisi : makanan dan
tujuan
adanya berat badan
Asupan nutrisi 2. Berat badan mengurangi
yang tidak sesuai.
tidak sesuai tinggi keinginan untuk
Gunakan
mencukupi badan makan
3. Mampu serangkaian 2. Indikator kebutuhan
untuk
mengidentifikasi pengukuran berat nutrisi/pema-sukan
memenuhi
kebutuhan nutrisi badan dan yang adekuat
kebutuhan
4. Tidak ada tanda- 3. Mengurangi stimulus
antropometri
metabolic
tanda malnutrisi 3. Hilangkan pusat muntah di
rangsangan lingku- medulla

21 | P a g e
ngan yang 4. Mengurangi
berbahaya atau ketidaknyamanan
kondisi yang yang berhubungan
membentuk reflek dengan
gagal mual/muntah, lesi,
4. Berikan perawatan
oral, pengeringan
mulut terus
mukosa.
menerus, awasi 5. Mengurangi insiden
tindakan muntah,
pencegahan sekresi. meningkatkan fungsi
Hindari obat kumur gaster
6. Kekurangan vitamin
yang mengandung
terjadi akibat
alkohol
5. Berikan obat yang penurunan
antiemetik misal: pemasukan makanan
Ranitidin dan ataun kegagalan
6. Berikan suplemen
menguyah dan
vitamin
absorpsi dalam
sistem
gastrointestinal
3. Tujuan : Tidak 1. Catat peningkatan 1. Meningkatkan
Kekurangan
terjadinya dehidrasi suhu dan durasi kebutuhan metabo-
volume cairan
Kriteria hasil : demam. Berikan lisme dan diaforesis
berhubungan
1. Mempertahankan kompres hangat yang berlebihan
dengan
dehidrasi sesuai indikasi. yang dihubungkan
pembatasan 2. Membran
Pertahankan dengan demam
pemasukan: mukosa lembab
pakaian tetap dalam meningkatkan
3. Turgor kulit baik,
mual,
kering. Pertahankan kehilangan cairan tak
tanda-tanda vital
anoreksia,
kenyamanan suhu kasat mata
stabil
letargi. 2. Indikator tidak
lingkungan
2. Kaji turgor kulit, langsung dan status
Defenisi :
membrane mukosa cairan
pennurunan 3. Meskipun

22 | P a g e
cairan dan rasa haus kehilangan berat
3. Timbang berat
intravaskularr, badan dapat
badan sesuai
intestisial, dan/ menunjukkan
indikasi
atau penggunaan otot,
4. Pantau pemasukan
intraseluler. Ini fluktuasi tiba-tiba
oral dan
mengacu pada menunjukkan status
memasukkan cairan
dehidrasi, hidrasi.
sedikitnya 2500
4. Mempertahankan
kehilangan
ml/hari
keseimbangan
cairan saa 5. Berikan
cairan, mengurangi
tanpa cairan/elektrolit
rasa haus dan
perubahan pada melalui selang
melembabkan
natrium pemberi
membrane mukosa
makanan/IV
6. Elektrolit IV
5. Mungkin diperlukan
serum/urine
7. Antimetik, misal: untuk mendu-
proklo-perazin kung/memperbesar
maleat volume sirkulasi,
(Compazine); terutama jika
trimeto-benzamid pemasukan oral tak
(Tigan); metoklo- adekuat,
pramid (Reglan) mual/muntah terus
menerus
6. Bermanfaat dalam
memperkirakan
kebutuhan cairan.
7. Mengurangi insiden
muntah untuk
mengurangi
kehilangan
cairan/elektro-lit
lebih lanjut

23 | P a g e
4. Tujuan : Suhu tubuh 1. Pantau suhu
Hipertermi 1. Suhu 38,90C,
kembali normal pasien (derajat
berhubungan 41,10C menunjukan
Kriteria hasil : dan pola);
dengan proses penyakit
1. Suhu tubuh dalam perhatikan
peningkatan infeksius akut. Pada
rentang normal menggigil/
metabolisme 2. Suhu kulit dalam demam dapat
diafpresis
penyakit. batas normal 2. Pantau suhu membantu dalam
3. Nadi dan
lingkungan, diagnosis; misal
Definisi : pernafasan dalam
batasi/ tambahkan kurun demam lanjut
Peningkatan batas normal
linen tempat tidur berkahir dari 24 jam.
suhu tubuh 2. Suhu ruangan/jumlah
sesuai indikasi
diatas kisaran 3. Berikan kompres selimut harus diubah
normal mandi hangat untuk
4. Berikan
mempertahankan
antipiretik, misal:
suhu mendekati
paracetamol,
normal
asetaminofen 3. Dapat membantu
mengurangi demam
4. Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus,
meskipun demam
mungkin dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme dan
meningkatkan
autodestruksi dari
sel-sel yang

24 | P a g e
terinfeksi

5. Tujuan : Ansietas 1. Berikan informasi


Ansietas 1. Meningkatkan
berkurang atau mengenai terapi
berhubungan pemahaman dan
hilang obat-obatan,
dengan meni-ngkatkan
Kriteria hasil : interaksi efek
kurangnya kerjasama dalam
1. Berkurang atau samping dan
pengetahuan penyem-
hilang pentingnya
mengenai 2. Ansietas buhan/profilaksis
ketaatan pada
penyakit, berkurang dan mengurangi
program
3. Menunjukan
prognosis dan 2. Dorong periode risiko kambuhnya
pemahaman akan
kebutuhan istirahat adekuat komplikasi
proses penyakit 2. Mencegah
pengobatan. dengan aktivitas
dan prognosis kepenatan,
yang terjadwal
4. Memanifestasi
Definisi : 3. Tinjau perlunya penghematan energi
perilaku akibat
Perasaan tidak kesehatan pribadi dan meningkatkan
kecemasan tidak
nyaman atau dan kebersihan penyembuhan
ada 3. Membantu
kekawatiran lingkungan
4. Identifikasi tanda- mengontrol
yang samar
tanda/gejala-gejala pemajanan
disertai respon
yang membutuhkan lingkungan dengan
autonom
evaluasi medis, mengurangi jum-lah
(sumber sering
misalnya bakteri patogen yang
kali tidak
peningkatan suhu ada
spesifik atau
4. Pengenalan dini dari
menetap,
tiak diketahui
perkembangan/
takikardia, sinkope,
oleh individu).
kambuhnya infeksi
ruam yang tak
akan memung-
diketahui asalnya,
kinkan intervensi dan
kepenatan yang
mengurangi risiko
tidak dapat
perkembangan ke

25 | P a g e
dijelaskan,
arah situasi
anoreksia,
membahayakan jiwa
peningkatan rasa
5. Penggunaan
haus dan perubahan
pencegahan terhadap
pada fungsi
infeksi
kandung kemih.
5. Tekankan
pentingnya
imunisasi
profilaktik/terapi
antibiotik sesuai
kebutuhan
6. Tujuan : 1. Auskultasi bunyi
Pola nafas 1. Memperkirakan
Mempertahankan nafas, tandai daerah
tidak efektif adanya perkem-
pola nafas efektif paru yang
berhubungan bangan
Kriteria hasil : mengalami
dengan proses komplikasi/infeksi
1. Tidak mengalami penurunan atau
infeksi atau pernafasan yang
sesak nafas kehilangan
imflamasi: rasa 2. Pernafasan dalam terjadi pada jaringan
ventilasi
sakit pada batas normal 2. Catat tonsil
3. Tidak terjadi 2. Takipnea, sianosis,
jaringan tonsil. kecepatan/kedalam
batuk tidak dapat
an pernafasan,
Definisi : beristirahat dan
sianosis, penggu-
Inspirasi dan/ peningkatan nafas
naan otot
atau ekspirasi menunjukkan
aksesori/kerja
yang tidak kesulitan pernafasan
pernafasan
memberi dan adanya
munculnya dispnea
ventilasi 3. Kaji perubahan kebutuhan untuk
tingkat kesadaran meningkatkan
pengawasan/interven
si medis
3. Hipoksemia dapat
terjadi akibat adanya

26 | P a g e
perubahan tingkat
kesadaran mulai dari
ansietas dan
kekacauan mental
dan mencegah
komplikasi
pernafasan

4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan,
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil
yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam,
2001).

Adapun evaluasi dari tiap-tiap masalah di atas adalah :

1. Nyeri berkurang atau teratasi


Kriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak mengalami
batuk saat menelan, menelan secara normal, menelan dengan nyaman.
2. Keseimbangan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, Turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil
3. Nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria hasil : Nafsu makan klien bertambah, mual dan muntah berkurang, peningkatan
berat badan.

27 | P a g e
4. Suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36-370C, keadaan, kulit dalam batas
normal tidak mengalami turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam batas normal
yaitu 80 x/menit dan pernapasan 18 x/menit.
5. Cemas tidak terjadi, kenyamanan pasien meningkat
Kriteria hasil : Ansietas berkurang, klien bisa mengendalikan tingkat kecemasannya,
mengetahui penyebab mengalami kecemasan.
6. Pola nafas efektif
Kriteria hasil : Tidak mengalami sesak nafas, pernafasan dalam batas normal, tidak terjadi
batuk

28 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Indikasi untuk tonsitektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat
perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsitektomi pada saat ini. Terakhir
dapat dicegah bila seorang pasien selalu menjaga personal hygene dan pola makan.

Dengan saya membuat, meneliti atau menggunakan kasus bedah post operasi
Tonsilitis akut pada Tugas Akhir saya. Saya serta anda semua dapat mengerti mengenai tanda,
gejala, ciri-ciri fisik, contoh pasien, dan therapy atau pengobatnya.\

Selama 2 hari saya mengkaji pasien dengan kasus post operasi tonsillitis akut saya
dapat menyimpulkan bahwa :

1. Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streepfokus
bila hemolitil, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi
virus.
2. Ciri-ciri atau dengan tanda dan gejala :
a. Demam
b. Tidak enak badan, mual, muntah
c. Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata
3. Dengan pengobatan / therapi-therapi dari dokter dan insisi bedah, dapat
menyembuhkan tonsillitis.

B. SARAN

29 | P a g e
Beberapa hal yang ingi penulis sampaikan / sarankan setelah mem berikan asuhan
keperawatan dengan Tonsilitis yaitu :

1. Diharapkan untuk masyarakat lebih memperhatikan kesehatan untuk mencegah


timbulnya masalah kesehatan dalam keluarga.
2. Selain itu agar meningkatkan mutu kesehatan dalam masyarakat melalui pelaksanaan
penyakit kesehatan dalam masyarakat atau keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

30 | P a g e
Adams, George L. 1997.BOISE Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta:EGC.

Doengoes, Marilynn D. 1999.Rencana Asuhan Keparawatan.

Jakarta:EGC.

Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.

Ngastiyah. 1997.Perawatan anak Sakit.Jakarta:EGC.

Pracy R, dkk.1985.Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan.

Jakarta:Gramedia.

31 | P a g e

You might also like