You are on page 1of 17

1.5.

2 Asuhan keluarga berencana


1. Pengkajian data
a. Data subyektif
1) Biodata
a) Umur
Pemilihan kontrasepsi yang rasional untuk fase menunda

kehamilan (usia <20 tahun) berturut-turut adalah pil, IUD, sederhana,

implant dan suntikan, untuk fase menjarangkan kehamilan (usia 2035

tahun) berturut-turut adalah IUD, suntikan, mini pil, pil, implant,

sederhana dan steril, sedangkan untuk fase tidak hamil lagi (usia >35

tahun) berturut-turut adalah steril, IUD, implant, suntikan, sederhana dan

pil (Saifuddin, 2012:U-9).


Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak

mempunyai anak dulu karena berbagai alasan (Hartanto, 2004:30).

Kontrasepsi progestin dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun

sampai perimenopause (Saifuddin, 2010:MK-42). Pasien yang dapat

menjalani tubektomi adalah usia >26 tahun (Saifuddin, 2012:MK-82).


b) Agama
Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 1983 dalam

Zuhdi (1993:183), tubektomi diharamkan kecuali dalam keadaan

terpaksa, misalnya untuk menghindarkan penurunan penyakit dari

bapak/ibu terhadap anak keturunannya yang akan lahir, atau terancamnya

jiwa ibu bila mengandung atau melahirkan lagi.

2) Keluhan utama
Keluhan utama pada ibu pascasalin menurut Saifuddin (2012:U-9)

adalah:
a) Usia 2035 tahun ingin menjarangkan

kehamilan.
b) Usia >35 tahun tidak ingin hamil lagi.
3) Riwayat kesehatan
a) Penyakit stroke, penyakit jantung koroner/infark, kanker payudara tidak

diperbolehkan menggunakan kontrasepsi minipil (Saifuddin, 2012:MK-

51). Mni pil cocok diberikan pada wanita yang tidak boleh menggunakan

ekstrogen atau lebih senang tidak menggunakan ekstrogen (Saifuddin,

2012:MK-50)
b) Ibu yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan

menderita diabetes mellitus disertai komplikasi tidak dapat menggunakan

kontrasepsi suntikan progestin (Saifuddin, 2012:MK-43). Hartanto

(2004:169) menambahkan pada ibu yang menderita karsinoma traktus

genetalia dan perdarahan abnormal uterus tidak dapat menggunakan

kontrasepsi suntikan.
c) Pada pasien yang memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker

payudara, miom uterus, gangguan toleransi glukosa tidak boleh

menggunakan alat kontrasepsi implant (Saifuddin, 2012:MK-55).


d) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut sebaiknya tidak menjalani

tubektomi (Saifuddin, 2012:MK-83).

4) Riwayat kebidanan
a) Haid
Pada metode KB MAL, ketika ibu mulai haid lagi, itu pertanda ibu

sudah subur kembali dan harus segera mulai menggunakan metode KB

lainnya (Saifuddin, 2012:MK-4). Pasien dengan dismenore yang berat,

darah haid yang banyak, haid yang ireguler atau perdarahan bercak

(spotting), leukore merupakan kontraindikasi pemakaian IUD (Hartanto,

2004:209).
b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Pasien yang 3 bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita abortus septik tidak boleh menggunakan kontrasepsi IUD

(Saifuddin, 2012:MK-77).
Pada klien pascapersalinan yang tidak menyusui, masa

infertilitasnya rata-rata berlangsung sekitar 6 minggu, sedangkan pada

klien yang menyusui, masa infertilitasnya lebih lama. Namun kembalinya

kesuburan tidak dapat diperkirakan (Saifuddin, 2012:U-51).


c) Riwayat KB
Pasien yang tidak pernah mampuan mengetahui tanda-tanda bahaya

dari IUD, ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri ekor IUD

merupakan kontraindikasi untuk KB IUD (Hartanto, 2012:209).

5) Pola kebiasaan sehari-hari


a) Nutrisi
Depo medroksiprogeteron asetat (DMPA) merangsang pusat

pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor

makan lebih banyak dari biasanya (Hartanto, 2004:171).


b) Kehidupan seksual
Pada penggunaan kontrasepsi suntikan progestin jangka panjang

dapat menimbulkan kekeringan pada vagina serta menurunkan libido

(Saifuddin, 2012:MK-42).
6) Riwayat ketergantungan
Ibu yang menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat untuk

epilepsi (fenitoin dan barbiturat) tidak boleh menggunakan pil progestin

(Saifuddin, 2012:MK-50)
7) Keadaan psikologis
a) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum

(Saifuddin, 2012:MK-19).
b) Sifat khas kontrasepsi hormonal dengan komponen estrogen

menyebabkan pemakainya mudah tersinggung dan tegang (Manuaba,

2010:599).
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Tanda-tanda vital
Pil dapat menyebabkan sedikit peningkatan tekanan darah pada

sebagian besar pengguna (Fraser, 2009:657). Suntikan progestin dan

implant dapat digunakan oleh wanita yang memiliki tekanan darah

<180/110 mmHg (Saifuddin, 2012:MK-43).


2) Pemeriksaan antropometri
a) Berat badan
Pada penggunaan kontrasepsi progestin, umumnya pertambahan

berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara <1 kg sampai 5 kg dalam

tahun pertama. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas,

tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh (Hartanto,

2004:171). Salah satu keterbatasan kontrasepsi hormonal yaitu terjadi

peningkatan/penurunan berat badan (Saifuddin, 2012:MK-50).


3) Pemeriksaan fisik
a) Muka
Akan timbul hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah

muka) pada penggunaan kontrasepsi progestin, namun keterbatasan ini

sangat jarang terjadi (Saifuddin, 2012:MK-50).

b) Mata
(1) Kehilangan penglihatan atau pandangan kabur merupakan peringatan

khusus untuk pemakai pil progestin (Saifuddin, 2012:MK-52).


(2) Pada penggunaan AKDR, akibat terjadi perdarahan hebat pada waktu

haid atau diantaranya memungkinkan terjadinya anemia (Saifuddin,

2012:MK-75).
c) Payudara
(1) Kontrasepsi suntikan tidak menambah risiko terjadinya karsinoma

seperti karsinoma payudara atau serviks, justru progesteron termasuk

DMPA dapat digunakan untuk mengobati karsinoma endometrium

(Hartanto, 2010:164).
(2) Keterbatasan pada penggunaan KB progestin dan implant akan

timbul nyeri pada payudara (Saifuddin, 2012:MK-50-55).


(3) Terdapat benjolan/kanker payudara/riwayat kanker payudara tidak

boleh menggunakan implant maupun progestin (Saifuddin,

2012:MK-55).
d) Abdomen
(1) Bila ditemukan pengguna implant disertai nyeri perut bagian bawah

yang hebat kemungkinan terjadi kehamilan ektopik (Saifuddin,

2012:MK-58).
(2) Dapat terjadi kram abdomen sesaat setelah pemasangan AKDR.

Pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang panggul dan

penyebab lain dari kekejangan. Apabila klien mengalami kejang

yang berat, lepaskan AKDR (Saifuddin, 2012:MK-79).


e) Genetalia
Ibu dengan varises di vulva dapat menggunakan AKDR (Saifuddin,

2012:MK-77).
f) Ekstremitas
Ibu dengan varises di tungkai dapat menggunakan AKDR

(Saifuddin, 2012:MK-77). Lokasi yang biasa digunakan untuk

penanaman kapsul implant adalah bagian dalam lengan atas yang tidak

dominan, walaupun implant sebenarnya dapat dimasukkan di bagian

tubuh lain (misal bokong, abdomen bagian bawah, tungkai bawah),


lengan atas bagian dalam merupakan area tubuh yang terlindungi, mudah

dijangkau untuk memasang dan kembali melepas implant, tidak terlalu

terlihat oleh orang lain, tetapi dapat dilihat dan mudah dijangkau oleh

klien saat melakukan perawatan pascainsersi dan pascapelepasan

(Varney, 2006:485).

2. Diagnosa kebidanan
PAPIAH usia 1549 tahun, anak terkecil usia ......, calon peserta KB, belum ada

pilihan, tanpa kontraindikasi, keadaan umum baik. Prognosa baik.


3. Perencanaan
Diagnosa : PAPIAH usia 1549 tahun, anak terkecil usia ......, calon peserta KB,

belum ada pilihan, tanpa kontraindikasi, keadaan umum baik


Tujuan : Ibu menggunakan salah satu metode kontrasepsi pascapersalinan

Kriteria :

a. Ibu dapat memilih KB yang sesuai dengan keinginan dan kondisinya


b. Setelah dilakukan asuhan kebidanan, keadaan akseptor baik dan kooperatif
c. Ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan petugas

Intervensi menurut Saifuddin (2012:U-3) adalah sebagai berikut:

a. Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan.


R/ Meyakinkan klien membangun rasa percaya diri.
b. Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya (pengalaman KB dan kesehatan

reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, keadaan kesehatan dan kehidupan

keluarganya).
R/ Mengetahui indikasi dan adanya kontraindikasi dalam pemakaian alat

kontrasepsi.
c. Uraikan pada klien mengenai beberapa jenis kontrasepsi, meliputi jenis, cara

kerja, keuntungan, kerugian, efektivitas, indikasi dan kontraindikasi.


R/ Membantu klien dalam memilih jenis kontrasepsi yang cocok.
d. Bantulah klien menentukan pilihannnya.
R/ Membantu klien dalam mengambil keputusan.
e. Diskusikan pilihan tersebut dengan pasangan klien.
R/ Meningkatkan keikutsertaan pasangan dalam pemilihan alat kontrasepsi.
f. Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
R/ Meningkatkan pengetahuan klien mengenai kontrasepsi yang dipilihnya.
g. Kaji pengetahuan klien tentang kontrasepsi pilihannya.
R/ Mengevaluasi hasil penjelasan petugas.
h. Pesankan pada klien untuk melakukan kunjungan ulang.
R/ Dengan kunjungan ulang, klien mendapatkan pelayanan KB selanjutnya dan

untuk memantau alat kontrasepsi yang digunakan.


i. Dampingi klien dalam proses penggunaan alat kontrasepsi.
R/ Klien mendapatkan pelayanan KB yang sesuai dengan keadaannya.

1) MAL
Konseling KB MAL menurut Saifuddin (2012:U-51) adalah:
a) Anjurkan klien memberi ASI eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai

usia 6 bulan.
b) Anjurkan klien agar tidak mengehentikan ASI untuk mulai suatu metode

kontrasepsi.
c) Jelaskan bahwa metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar

tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.


2) Suntik progestin
Pelayanan kontrasepsi suntikan progestin adalah:
a) Berikan kontrasepsi suntikan progestin pada klien.
b) Jelaskan pada klien tentang efek samping kontrasepsi suntikan progestin

dan penanganannya. Menurut Saifuddin (2012:MK-47MK-48),

penanganan efek samping dari kontrasepsi suntikan progestin adalah:


(1) Amenorea
Penanganan: Bila tidak hamil, tidak perlu pengobatan. Jelaskan

bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Bila terjadi

kehamilan, rujuk klien dan hentikan penyuntikan. Bila terjadi

kehamilan ektopik, rujuk klien segera. Jangan berikan terapi

hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan berhasil.

Tunggu 36 bulan, bila tetap tidak terjadi perdarahan, rujuk ke

klinik.
(2) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting)
Penanganan: Informasikan bahwa perdarahan ringan sering

dijumpai, tapi hal ini bukan masalah serius dan biasanya tidak perlu

pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan

ingin melanjutkan suntikan, maka berikan pengobatan 1 siklus pil

kontrasepsi kombinasi (3035 g etinilestradiol) atau ibuprofen

(sampai 800 mg, 3 x/hari untuk 5 hari). Jelaskan bahwa setelah

pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila

terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan, berikan 2

tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 37 hari dilanjutkan

dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 g

etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 1421

hari.
(3) Meningkatnya/menurunnya berat badan
Penanganan: Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat

badan sebanyak 12 kg dapat terjadi. Perhatikan diet klien. Bila berat

badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode

kontrasepsi lain.
c) Anjurkan klien untuk kembali 12 minggu lagi, berikan tanggal pastinya.
d) Anjurkan klien agar kembali ke klinik sebelum waktu suntik ulang yang

dijadwalkan apabila mengalami perdarahan banyak pervaginam dan

terlambat menstruasi (pada pola haid yang biasanya teratur).


3) Pil progestin
Pelayanan kontrasepsi pil progestin adalah:
a) Berikan kontrasepsi pil progestin pada klien.
b) Berikan instruksi pada klien tentang bagaimana menggunakan

kontrasepsi pil, efek samping dan penanganannya, masalah atau

komplikasi yang mengharuskan klien kembali ke klinik dan apa yang


harus dilakukan bila lupa minum pil. Menurut Saifuddin (2012:MK-53),

penanganan efek samping dari kontrasepsi pil progestin adalah:


(1) Amenorea
Penanganan: Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil tidak

perlu tindakan khusus, cukup konseling saja. Bila amenorea berlanjut

atau hal tersebut membuat klien khawatir, rujuk ke klinik. Bila

hamil, hentikan pil dan kehamilan dilanjutkan. Bila diduga

kehamilan ektopik, klien perlu dirujuk. Jangan berikan obat-obat

hormonal untuk menimbulkan haid karena tidak ada gunanya.


(2) Perdarahan tidak teratur/spotting
Penanganan: Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan/tidak

hamil, tidak perlu tindakan khusus. Bila klien tidak dapat menerima

kejadian tersebut, perlu dicari metode kontrasepsi lain.


c) Diskusikan kunjungan ulang dengan klien.
d) Yakinkan klien untuk kembali setiap saat apabila masih ada pertanyaan

atau masalah.
4) Implant
Pelayanan kontrasepsi implant adalah:
a) Berikan konseling pra pemasangan implant.
(1) Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping kontrasepsi

implant.
(2) Jelaskan proses pemasangan implant dan apa yang akan klien

rasakan pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan.


(3) Berikan informed consent.
b) Lakukan penapisan calon akseptor KB implant.
c) Lakukan pemasangan implant.
d) Berikan konseling pasca pemasangan implant.
(1) Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek

samping. Menurut Saifuddin (2012:MK-58MK-59), penanganan

efek samping dari kontrasepsi implant adalah:


(a) Amenorea
Penanganan: Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil

tidak perlu penanganan khusus, cukup konseling saja. Bila klien

tidak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan

menggunakan kontrasepsi lain. Bila hamil dan klien ingin

melanjutkan kehamilan, cabut implant dan jelaskan bahwa

progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga kehamilan

ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan obat

hormon untuk memancing timbulnya perdarahan.


(b) Perdarahan bercak (spotting) ringan
Penanganan: Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering

ditemukan terutama pada tahun pertama. Bila tidak ada masalah

dan klien tidak hamil, tidak perlu tindakan apapun. Bila klien

tetap mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan

pemakaian implant, dapat diberikan pil kombinasi 1 siklus atau

ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari. Jelaskan bahwa akan terjadi

perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan

lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 37

hari dan dilanjutkan dengan 1 siklus pil kombinasi, atau

diberikan 50 g etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin

konjugasi untuk 1421 hari.


(c) Ekspulsi
Penanganan: Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah

kapsul yang lain masih di tempat dan apakah ada tanda-tanda

infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain

masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada


tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi, cabut seluruh

kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain,

atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.


(d) Infeksi pada daerah insersi
Penanganan: Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan

dengan sabun dan air, atau antiseptik. Berikan antibiotik yang

sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan klien diminta

kembali 1 minggu. Bila tidak membaik, cabut implant dan

pasang yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari metode

kontrasepsi lain. Bila ditemukan abses, bersihkan dengan

antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan

perawatan luka dan berikan antibiotik oral 7 hari.


(e) Berat badan naik/turun
Penanganan: Informasikan bahwa perubahan berat badan

12 kg adalah normal. Kaji ulang diet klien bila terjadi

perubahan berat badan 2 kg atau lebih. Bila perubahan berat

badan tidak dapat diterima, bantu klien mencari metode

kontrasepsi lain.
(2) Beritahu klien kapan harus datang lagi ke klinik untuk kontrol.
(3) Ingatkan kembali masa pemakaian implant.
(4) Yakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila

memerlukan konsultasi atau ingin mencabut kembali implant

tersebut.
(5) Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien

pulang.
5) IUD
Pelayanan KB IUD adalah:
a) Berikan konseling pra pemasangan IUD.
(1) Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
(2) Tanyakan tujuan kunjungan
(3) Berikan informasi umum tentang keluarga berencana
(4) Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjunga
(5) Tanyakan tujuan pemakaina alat kontrasepsi (apakah ingin mengatur

jarak kelahiran, ingin membatasi jumlah anak, atau menghentikan

kemamuan reproduktifnya)
(6) Kumpulkan data data pribadi klien (nama, alamat dan sebagainya)
(7) Berikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan

resiko serta keuntungan dari masing masing kontrasepsi


- Tunjukan dimana dan bagaimna IUD dipasang
- Jelaskan bagaimana proses kerja IUD dan

efektifitasnya
- Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah

lain yang mungkin dialami


(8) Jelaskan pada klien bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan

panggul.
(9) Jelaskan proses pemasangan IUD dan apa yang akan klien rasakan

pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan.


(10) Berikan informed consent.
b) Lakukan penapisan calon akseptor KB IUD.
c) Lakukan pemasangan IUD.
d) Berikan konseling pasca pemasangan IUD.
(1) Ajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang IUD

dan kapan harus dilakukan.


(2) Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek

samping. Menurut Saifuddin (2012:MK-79), penanganan efek

samping dari kontrasepsi IUD adalah:


(a) Amenorea
Penanganan: Periksa apakah sedang hamil. Bila tidak

hamil, jangan lepas IUD, lakukan konseling dan selidiki

penyebab amenorea bila dikehendaki. Bila hamil, sarankan

untuk melepas IUD bila talinya terlihat dan kehamilan <13

minggu. Bila benang tidak terlihat atau kehamilan >13 minggu,


IUD jangan dilepaskan. Bila klien sedang hamil dan ingin

mempertahankan kehamilannya tanpa melepas IUD, jelaskan

adanya risiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan

infeksi, serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan

diperhatikan.
(b) Kejang
Penanganan: Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan

penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya bila

ditemukan. Bila tidak ditemukan penyebabnya, beri analgesik

untuk sedikit meringankan. Bila klien mengalami kejang berat,

lepaskan IUD dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi

yang lain.
(c) Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
Penanganan: Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik

dan kehamilan ektopik. Bila tidak ada kelainan patologis,

perdarahan berkelanjutan dan perdarahan hebat, lakukan

konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3x sehari

selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan

tablet besi (1 tablet setiap hari selama 13 bulan). IUD

memungkinkan dilepas bila klien menghendaki. Bila klien telah

memakai IUD selama >3 bulan dan diketahui menderita anemia

(Hb <7 g%), anjurkan untuk melepas IUD dan bantulah memilih

metode lain yang sesuai.


(d) Benang yang hilang
Penanganan: Pastikan adanya kehamilan atau tidak.

Tanyakan apakah IUD terlepas. Bila tidak hamil dan IUD tidak

terlepas, berikan kondom. Periksa talinya di dalam saluran


endoserviks dan kavum uteri (bila memungkinkan adanya

peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya. Bila

tidak ditemukan, rujuklah ke dokter. Bila tidak hamil dan IUD

yang hilang tidak ditemukan, pasanglah IUD baru atau bantulah

klien menentukan metode lain.


(e) Adanya pengeluaran cairan dari vagina/dicurigai adanya PRP
Penanganan: Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan

IUD bila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita

gonore atau infeksi klamidia, lakukan pengobatan yang

memadai. Bila PRP, obati dan lepas IUD sesudah 48 jam. Bila

IUD dikeluarkan, beri metode lain sampai masalahnya teratasi.


(3) Beritahu klien kapan harus datang lagi ke klinik untuk kontrol.
(4) Ingatkan kembali masa pemakaian IUD.
(5) Yakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila

memerlukan konsultasi atau ingin mencabut kembali IUD tersebut.


(6) Lakukan observasi selama 15 menit sebelum memperbolehkan klien

pulang.
6) Tubektomi
Konseling tubektomi adalah:
a) Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
b) Tanyakan tujuan kunjungan
c) Berikan informasi umum tentang keluarga berencana
d) Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungan
e) Tanyakan alasan klien mengikuti program KB (apakah ingin mengatur

jarak kelahiran, ingin membatasi jumlah anak, atau menghentikan

kemamuan reproduktifnya)
f) Tanyakan apa yang diketahui klien tentang kondidi/situasi yang

menurutnya dapat mendukung atau membatasi pilihanya terhadap

pilihanya atas satu atau beberapa metode kontrasepsi yang ada


g) Kumpulkan dan cata data pribadi klien (nama, alamat dan sebagainya)
h) Berikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia (keuntungan

dan keterbatasan) masing masing kontrasepsi


i) Diskusikan kebutuhan, pertimbangan, dan kekhawatiran klien dengan

impati dan simpatik, bantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang

sesuai untuk diri dan pasangannya.


j) Teliti seksama untuk memastikan bahwa klien telah memnuhi syarat :

sukarela, bahagia dan sehat.


k) Pastokan klien mengenali dan mngerti tentang keputusannya.
l) Mempersilahkan klien dan suaminya untuk membaca lembar informd

consent dan mintalah tanda tangan klien dan suaminya


m) Berikan konseling sebelum pelayanan.
(1) Tanyakan kepada klien
- Apa yang telah diketahuinya tentang kontrasepsi mantab.
- Apa alasan memilih tubektomi
- Bagaimana pendapatnya tentang tubektomi
- Bagaimana pendapat suami tentang tubektomi dan apa yang

telah diketahui mengenai prosedur tersebut


- Apakah pilihan terhadap tubektomi merupakan keputusan

bersama
- Apakah keputusan tersebut diambil melalui konseling dan telah

dinyatakan dalam persetujuan tindakan medic


(2) Beri dorongan agar klien mau mngutarakan perasaanya dan bertanya

tentang hal-hal yang belum diketahui


(3) Jelaskan bahwa sebelum prosedur tubektomi akan dilakukan

pemeriksaan fisik dan dalam (bimanual)


(4) Periksa apakah klien dalam waktu yang tepat untuk prosedur

tubektomi (interval, pasca persalinan, pasca keguguran)


(5) Singkirkan kemungkinan adanya kehamilan
(6) Jelaskan tentang teknik operasi, anastesi local dan kemungkinan rasa

sakit, atau tidak nyaman selama operasi


(7) Tanyakan kepada klien bila masih ada hal-hal yang ingin

diketahuinya tentang tubektomi


n) Berikan konseling pasca tindakan tubektomi.
(1) Pastikan klien dalam kondidi yang baik untuk menerima informasi

dan jelaskan jalanya, serta hasil prosedur tubektomi


(2) Jelaskan kepada klien untuk menjaga agar daerah luka operasi tetap

kering
(3) Yakinkan klien bahwa ia dapat datang kembali setiap saat apabila

diperlukan
(4) Jelaskan kepada klien, bila terjadi nyeri , perdarahan luka operasi /

pervaginam, demam , segera kembali untuk ditanggulangi


(5) Jelaskan kepada klien kapan senggama dapat dilakukan dan jadwal

kunjungan ulang
(6) Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah

diberikan
(7) Berikan kesempatan untuk bertanya, dan berikan penjelasan ulang

apabila masih ada informasi atau instruksi yang belum dimengerti

oleh klien
(8) Izinkan klien pulang apabila kondisinya stabil dan baik
4. Pelaksanaan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan (Kemenkes RI, 2011:6). Pelaksanaan ini dapat digunakan

untuk asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan keluarga

berencana.
5. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk

melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti

sesuai dengan kondisi klien/pasien. Menurut Kemenkes RI (2011:7), evaluasi ditulis

dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:


a. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.
b. O dalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan

yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara

komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

Evaluasi ini dapat digunakan untuk asuhan kebidanan kehamilan, persalinan,

nifas, neonatus dan keluarga berencana.

Tanda tangan

Nama terang

You might also like