You are on page 1of 48

UJI BAKTERIOLOGIAIRBERSIHDARI

SUMBER SUMUR DANGKALDESA NGLAYANG


KECAMATAN JENANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas


Dokter Internsip

Oleh:
dr. Rizca Agil Maulida

PUSKESMAS JENANGAN
PONOROGO
2015
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah ........................................................ 1
B. RumusanMasalah................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Air ...........................................................................................
B. Sumur Dangkal........................................................................
C. Analisis MikrobiologiAir........................................................

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ....................................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................
C. Populasi Penelitian .................................................................
D. Sampling dan Teknik Sampling ..............................................
E. Kriteria Restriksi ....................................................................
F. Identifikasi Variabel.................................................................
G. Definisi Operasional ...............................................................
H. Alat dan Bahan .......................................................................
I. Cara Kerja ...............................................................................

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil .......................................................................................
B. Pembahasan ............................................................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan..............................................................................
B. Saran .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Parameter Kualitas Air Minum ........................................................


Tabel 2. Beberapa Agen Pembawa Penyakit pada Air ...................................
Tabel 3. Hasil Penelitian.................................................................................
Tabel 4.............................................................................................................
Tabel 5.............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1........................................................................................................
Gambar 2........................................................................................................
Gambar3.........................................................................................................
Gambar 4........................................................................................................
Gambar 5. Hasil Penelitian............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Alat-alat yang Digunakan..........................................................


Lampiran 2. Bahan-bahan yang Digunakan..................................................
Lampiran3. Proses Pengerjaan .....................................................................
Lampiran 4. Pengambilan Sampel Sumur Dangkal.......................................
Lampiran 5. Hasil Penelitian.........................................................................
Lampiran 6. Hasil Statistik ...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang penting dalam kehidupan
manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari,
termasuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan,
rekreasi, olah raga, dan sebagainya (Rainidkk, 2004).
Air (H2O) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat
di dalam tubuh manusia.Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa
terdiri dari air (Irawan,2007). Air dibutuhkan oleh organ tubuh agar dapat
melangsungkan metabolisme, sistem asimilasi, keseimbangan, memperlancar
proses pencernaan, melarutkan dan membuang racun dari ginjal, melarutkan
sisa zat kimia dari tubuh, serta memperingan kerja ginjal. Kecukupan air serta
kelayakan air yang masuk ke dalam tubuhakan membantu fungsi tersebut
dengan sempurna (Dwi dan Nur, 2009).
Rata-rata secara kasat mata manusia mengeluarkan urin sebanyak
1.150 ml dan tinja sebanyak 200 gram sehari. Dengan jumlah penduduk 38%
tinggal di perkotaan dan 62% di pedesaan, diperkirakan sebanyak 16 juta kg
tinja di buang tiap hari di perkotaan dan 26 juta kg tinja di buang di pedesaan.
Berdasarkan survei sosial ekonomi oleh BPS tahun 1999, diperoleh angka
penduduk yang membuang kotoran di septik tank untuk perkotaan sebesar
63,01%, sedangkan di pedesaan sebesar 20,25% selebihnya membuang
kotoran di sawah, kolam, sungai, danau, gali lubang tanah, permukaan tanah,
dan lainnya, yang kemungkinan besar menjadi sumber pencemaran air bersih
penduduk. Kondisi yang demikian mendukung masih seringnya terjadi KLB
(Kejadian Luar Biasa) diare di daerah-daerah tertentu (Achmadi,2001).
Datadari WHO tahun 1995 menyebutkan bahwa pada tahun 1995 diare
mengakibatkan lebih dari 3.000 kematian di mana 80% diantaranya terjadi
pada anak berusia di bawah lima tahun. Di Indonesiasekitar 162.000 balita
meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan
penyebab kematian nomor duabagi balita, nomor tiga bagi bayi, dan nomor
lima bagi semua umur (Ita, 2008). Kejadian ini dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku masyarakat, dan kualitas air minum yang dikonsumsi
(Jamaludindkk, 2007).
Di kabupaten Ponorogo khususnya kecamatan Jenangan, diare
merupakan penyakit infeksi saluran pencernaan bawah yang paling banyak
menjangkit masyarakat. Dari data di bagian Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Jenangan, angka kejadian diare dari Januari 2015 hingga Juni
2015 mencapai angka 740 kasus atau sekitar 62% dari semua penyakit infeksi
saluran pencernaan bawah. Setelah itu, diikuti penyakit thypus mencapai 398
kasus (33%), disentri dengan 21 kasus (2%), penyakit hati menahun dengan
15 kasus (1%), dan penyakit infeksi usus yang lainnya dengan jumlah 28
kasus (2%) (Bagian Kesling Puskemas Jenangan, 2015).
Jika dilihat dari angka kejadian penyakit diare di tiap bulannya selama
enam bulan terakhir, angka kejadian diare selalu menduduki peringkat
pertama. Pada bulan Januari 2015, angka kejadian diare mencapai 175 kasus
(56% dari total penyakit infeksi pencernaan bawah), bulan Februari 2015
mencapai 122 kasus (40%), bulan Maret 2015 mencapai 125 kasus (52%),
bulan April mencapai 105 kasus (47%)), bulan Mei 2015 mencapai 124 kasus
dan terakhir bulan Juni 2015 mencapai 89 kasus (56%) (Bagian Kesling
Puskemas Jenangan, 2015).
Dengan melihatlatar belakang yang telah dipaparkandi atas, penulis
mencoba menelitiUji Bakteriologi Air Bersih dari Sumber Sumur Dalam di
Desa SratenKecamatan Jenangan Kota Ponorogo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangdi atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: Bagaimana hasil uji bakteriologi air bersih dari sumber sumur
dangkal di Desa Nglayang Kecamatan Jenangan Kota Ponorogo?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahuihasil ujibakteriologi air bersihdari sumbersumur dangkal di
Desa Nglayang Kecamatan Jenangan Kota Ponorogo.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan gambaran keadaan kualitasair sumur dangkal ditinjau
dari segi bakteriologi di Desa Nglayang Kecamatan Jenangan Kota
Ponorogo.
b. Mengetahui tingkat pencemaran kuman koliform pada air bersih yang
bersumber dari sumur dangkal di Desa Nglayang Kecamatan Jenangan
Kota Ponorogo.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian diharapkan mampu menambah wawasan dan ilmu tentang
kualitas air yangdilihat dari pemeriksaan bakteriologi, khususnyahasil uji
bakteriologi air bersih dari sumbersumur dangkal di Desa
NglayangKecamatan Jenangan Kota Ponorogo.
2. Bagi Pembaca
Hasil penelitian diharapkan mampu menambah pengetahuan pembaca
tentang kualitas air yangdilihat dari pemeriksaan bakteriologi,
khususnyahasil uji bakteriologi air bersih dari sumbersumur dangkal di
Desa NglayangKecamatan Jenangan Kota Ponorogo.
3. Bagi Dinas Kesehatan
Hasilpenelitiandiharapkan mampumemberikaninformasi kepada
pemerintah untukdapat dijadikan masukandalammenentukan kebijakan
peningkatan kualitas air.
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkanmampumemberikan informasi kepada
masyarakat untuk telitidalam menentukan pilihan sumber air yang
digunakan sebagai air minumyang higienis dan sehat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air
1. Definisi
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimiaH2O, satu molekul
air tersusun atas dua atomhidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau
pada kondisi standaryaitu pada tekanan100 kPa (1 bar) dantemperatur
273,15 K (0 C) (Air Minum danPenyehatan Lingkungan, 2003).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1990 tentang air,
penggolonganairmenurut peruntukkannya ditetapkansebagai berikut:
a. Golongan A
Air yangdapat digunakansebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B
Air yang dapat digunakan sebagai air baku atau air minum.
c. Golongan C
Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
d. Golongan D
Air yangdapat digunakan untuk keperluan pertaniandan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik
tenaga air.

2. Air Bersih
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 416
tahun 1990,yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hariyang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum jika telah dimasak.
Pada dasarnya air bersih harus memenuhi syarat kualitasyang
meliputi syarat fisika, kimia, biologi, dan radioaktif. Syarat fisika air
bersihyaitu air tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Syarat
kimiayaitu air tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan manusia.Syarat biologi yaitu air tidak mengandung mikro-
organisme atau kumanpenyakit. Sedangkan syarat radioaktif yaitu air tidak
mengandung unsur-unsur radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan
(Marsono, 2009).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/ Menkes/Per/IX/1990. Air yang memenuhi syarat air bersih dimana
MPN/100 ml : 10 untuk yang perpipaan dan 50 yang non perpipaan.
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan
bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan
SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori
sebagai berikut :
1) Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang dari 50
2) Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51 100
3) Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101 1000
4) Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001 2400
5) Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih
2400
(Pitojo dan Purwantoyo, 2003).
a. Syarat Fisika
1) Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa.
Rasa ditimbulkan karena adanya zat organik, bakteri,
atau unsur lain yang masuk ke dalam air.
2) Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau
karena bau ini dapat ditimbulkan oleh pembusukan
zat organik seperti bakteri dan kemungkinan akibat
tidak langsung dari pencemaran lingkungan terutama
sistem sanitasi.
3) Suhu
Kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan
kenaikan aktivitas biologi sehingga akan membentuk
O2lebih banyak lagi.Kenaikan suhu perairan secara
alamiah biasanya disebabkan oleh aktivitas
penebangan vegetasi di sekitar sumber air sehingga
menyebabkan banyak cahaya matahari masuk yang
mempengaruhi akuifer secara langsung atau tidak
langsung (Chay, 1995).
4) Kekeruhan
Kekeruhan airdapat ditimbulkan oleh adanya bahan-
bahan organik dan anorganik.Kekeruhan jugadapat
mewakili warna. Dari segi estetika,kekeruhan air
dihubungkan dengan kemungkinan adanya
pencemaran melalui buangan dan warna air
tergantung pada warna buangan yang memasuki air.
5) TDS atau Jumlah Zat Padat Terlarut (Total Dissolved
Solids)
Bahanyang tertinggal (residu) pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 103-105o C dalamportable
water. Kebanyakan bahan bakarterdapat dalam
bentuk terlarut yangterdiri dari garam anorganik dan
gas-gas yang terlarut. Kandungan total solids pada
portable water biasanya berkisar 20-1.000 mg/l.
Semua bahan cair koloid yang tidak terlarut dan
bahantersuspensi akan meningkat sesuai dengan
derajat pencemaran air (Sutrisno, 1991).Zat padat
selalu terdapat dalam air dan jika terlalu banyak
tidak baik untuk air minum.Banyaknya zat padat
yang disyaratkan untuk air minum adalah kurang dari
500 mg/l.
b. Syarat Kimia
1) pH (Derajat Keasaman)
Penting dalam proses penjernihan air karena
keasaman air pada umumnya disebabkan gas oksida
yang larut dalam air terutama gas karbondioksida.
Pengaruh kesehatan dari penyimpangan standar
kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5
dan lebih besar dari 9,2 menyebabkan beberapa
senyawa kimia berubah menjadi racun yang
mengganggu kesehatan.
2) Kesadahan
Kesadahan ada duamacamyaitu kesadahan
sementara dan kesadahan nonkarbonat (permanen).
Kesadahan sementara akibat keberadaan kalsium
dan magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan
memanaskan air hingga mendidih atau
menambahkan kapur dalam air.Kesadahan non
karbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan
karbonat,chlorida dan nitrat dari magnesiumdan
kalsium, disamping besi dan alumunium.
Konsentrasi kalsium yang lebih rendah dari 75 mg/l
menyebabkan penyakit tulang rapuh sedangkan
konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l
menyebabkan korosivitas pipa-pipa air. Dalamjumlah
lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan tulang tetapi dalam jumlah yang lebih
besar dari 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.
3) Besi
Air yang mengandung banyak besiakanberwarna
kuningdan menyebabkan rasalogam besi dalam air
serta menimbulkan korosi pada bahanmetal. Besi
adalah salah satu unsurhasil pelapukan batuan
indukyang banyak ditemukan di perairan umum.
Batas maksimal yang terkandung di dalam air adalah
1,0 mg/l.
4) Aluminium
Batas maksimal yang terkandung di dalam air
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82
tahun 2001 yaitu 0,2mg/l. Air yang mengandung
banyak aluminium menyebabkan rasa tidak enak.
5) Zat organik
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat
berupa unsur hara makanan maupun sumber energi
lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan
(Chay, 1995).
6) Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat
mengakibatkan kerak air yang keras pada alat
merebus air (panci), bau, dankorosi pada pipa.
Dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan
air bekas.
7) Nitrat dan Nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari
tanahdan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO 2
atmosfer maupun dari pupuk sertaoksidasi NO2 oleh
bakteriNitrobacter. Jumlah nitrat yang lebih besar
dalam usus cenderungberubah menjadi nitrit
yangbereaksi langsung dengan
hemoglobinmembentuk methemoglobin yang
menghalangi perjalanan oksigen di dalam tubuh.
8) Chlorida
Dalam konsentrasi layak bagi manusia, chlorida
dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan
tetapi jika berlebihan dan berinteraksi dengan ion
Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada
pipa-pipa air.
9) Zink
Batas maksimal zinkdalam air adalah 15 mg/l.
Penyimpanganstandar kualitas ini dapat
menimbulkan rasa pahit,sepet, danmual. Dalam
jumlah kecil, zink adalahunsurpenting untuk
metabolisme karenakekurangan zink menyebabkan
hambatanpertumbuhan anak.
c. Syarat Biologi
1) Coli
Air minum tidak boleh mengandung bakteri penyakit
(patogen) sama sekali dan tidak boleh
mengandungColi melebihi batas yang telah
ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air (Sutrisno, 1991).
2) COD (Chemical Oxygen Demand)
COD yaitu uji yang menentukan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium
dikromat untuk mengoksidasi bahan organik dalam
air (Nurdijanto, 2000). Kandungan COD dalam air
bersih maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l.
Jika nilai COD melebihi batas maka kualitas air
tersebut buruk.
3) BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh
organisme untuk memecah bahan buangandalam air
(Nurdijanto, 2000).Nilai BOD tidak menunjukkan
jumlah bahanorganik yang sebenarnya
tetapimengukur secara relatif jumlah oksigen yang
dibutuhkan. Penggunaanoksigen yang rendah
menunjukkan kemungkinan air jernih.Mikroorganisme
tidak tertarik menggunakan bahan organik maka
makin rendah nilai BOD sehingga kualitas airtersebut
makin baik.Kandungan BODdalam air
bersihmaksimum dianjurkan adalah 6 mg/l.

3. Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum,
menyatakan bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan
dapat langsung diminum.
Jenis air minum yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor492/MENKES/PER/IV/2010tentang syaratkualitas air minum yaitu:
a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
b. Air yang didistribusikan melalui tangki air
c. Air kemasan
d. Air yang digunakan untuk produksi makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat dan harus memenuhi syarat kesehatan air
minum.
Dalam peraturan tersebutdijelaskan parameter air minum yaitu:
Tabel 1.Parameter Kualitas Air Minum
a. Parameter Wajib
Kadar Maksimum
No. Jenis Parameter Satuan yang
Diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E. Coli Jumlah per 100 ml 0
Sampel
2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml 0
Sampel
b. Kimia An-organik
1) Arsen Mg/l 0.01
2) Fluorida Mg/l 1.5
3) Total Kromium Mg/l 0.05
4) Kadmium Mg/l 0.003
5) Nitrit (sebagai NO2-) Mg/l 3
6) Nitrat (sebagai NO3-) Mg/l 50
7) Sianida Mg/l 0.07
8) Selenium Mg/l 0.01
2 Parameter yang tidak berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
3) Rasa Tidak berasa
4) Total Disolved Solid Mg/l 500
5) Kekeruhan NTU 5
6) Suhu C Suhu udara + 3
b. Parameter Kimiawi
1) Alumunium Mg/l 0.2
2) Besi Mg/l 0.3
3) Kesadahan Mg/l 500
4) Khlorida Mg/l 250
5) Mangan Mg/l 0.4
6) Ph Mg/l 6.5-8.5
7) Seng Mg/l 3
8) Sulfat Mg/l 250
9) Tembaga Mg/l 2
10) Amonia Mg/l 1.5
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Nomor492/MENKES/PER/IV/2010
b. Parameter Tambahan
Kadar Maksimum
No. Jenis Parameter Satuan yang
Diperbolehkan
1. Kimiawi
a. Bahan Anorganik
1) Air raksa Mg/l 0.001
2) Antimony Mg/l 0.02
3) Barium Mg/l 0.7
4) Boron Mg/l 0.5
5) Molybdenum Mg/l 0.07
6) Nikel Mg/l 0.07
7) Sodium Mg/l 200
8) Timbale Mg/l 0.01
9) Uranium Mg/l 0.15
b. Bahan Organik
1) Zat Organik (KMnO4) Mg/l 10
2) Deterjen Mg/l 0.05
3) Chlorinated alkanes
a) Carbon tetrachloride Mg/l 0.004
b) Dichloromethane Mg/l 0.02
c) 1,2-Dichloroethane Mg/l 0.05
4) Chlorinated athenes
a) 1,2-Dichloroethene Mg/l 0.05
b) Trichloroethene Mg/l 0.02
c) Tethracloroethene Mg/l 0.04
5) Aromatic hydrocarbons
a) Benzene Mg/l 0.01
b) Toluene Mg/l 0.7
c) Xylenes Mg/l 0.5
d) Ethylbenzene Mg/l 0.3
e) Styrene Mg/l 0.02
6) Chlorinated benzene
a) 1,2-Dichlorobenzene Mg/l 1
(1,2-DCB)
b) 1,4-Dichlorobenzene Mg/l 0.3
(1,4-DCB)
7) Lain-lain
a) Di(2- Mg/l 0.008
ethylhexyl)phthalate
b) Acrylamid Mg/l 0.0005
c) Epichlorohydrin Mg/l 0.0004
d) Hexachlorobutadiene Mg/l 0.0006
8) Chlorinated acetic acid
a) Dichloroacetid acid Mg/l 0.05
b) Trichloroacetic acid Mg/l 0.02
9) Chloral hydrate
10) Halogenated acetonitrilies
a) Dichloroacetonitrile Mg/l 0.02
b) Dibromoacetonitrile Mg/l 0.07
11) Cyanogen chloride Mg/l 0.07
(sebagai CN)
2 Radioaktivitas
a. Gross alpha activity Bg/l 0.1
b. Gross beta activity Bg/l 1
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010

4. Pengolahan Air
Sifat dan jenis pengolahan tergantung kualitas air baku yang akan
diolah dan air yang akan diinginkan. Proses pengolahan yang umumnya
digunakan adalah seperti berikut (Itishom, 2010):
a. Mataair, karena kualitas airnya cukup baikbiasanya tidak diperlukan
perlakuan khusus dalam pengolahannyahanyadiberikandesinfektan
(chlor).
b. Sumur dangkal, perlakuan dalam pengolahannyasama dengan mata air.
c. Sumurdalam, pada umumnya kualitas air baku baikmaka hanya perlu
dibubuhkan desinfektan saja. Namun, banyak sumur dengan kandungan
Fedan Mn tinggisehingga perlu perlakuan khususdalam pengolahannya
yaitu denganunit pengolahan Fe dan Mn, removal, aerator, dan lain-lain.
d. Air permukaan,merupakan sumber air baku yang paling tidak baik
karena kondisinya yang kurang bersih (kotor)dan merupakan alternatif
terakhir dalam penggunaan sebagai air baku. Jika mau dipergunakan
sebagai air baku, perlu adanya perlakuan khusus dalam pengolahannya
yang memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam pembangunan instalasi
pengolahan maupun operasional dan pemeliharaannya.
Pengolahan airpaling efektif yaitu mempergunakan sistematika
pengolahan air yang langsung berhubungan antara satu dengan yang lain
dan terdiri dari beberapa tipe operasional untuk membuang zat pengotor
dalam air atau menaikkan kemurnian air sehingga menghasilkan air yang
dapat dikonsumsi. Kualitas air yang dikonsumsi sangat mempengaruhi
kualitas kesehatan masyarakat.Semakin tinggi kualitas air, maka tingkat
kesehatan masyarakat akan semakin baik (Itishom, 2010).
Kualitas air yang layak dikonsumsi merupakanair sehatyaitu tidak
mengandung zat-zatbahaya bagi kesehatan manusia maupun dari bakteri
yang merugikan.Kualitas air dapat diketahui dengan pasti melalui uji fisik,
uji kimia,dan uji bakteri. Ketigates tersebutdigunakan untuk mengetahui
kandungan zat-zatbahaya dan bakteri yang merugikan kesehatan manusia.
Namun,secara sederhana dapat pula ditentukan dari tidak adanya bau,
warna, dan rasa yang mengkontaminasi air bersih.Jika air tersebutberbau,
berwarna, dan berasamaka air tersebut memiliki kandungan zat tertentu
didalamnya yang mungkin dapat membahayakan kesehatan. Jika tidak
berbau, berwarna, ataupun berasamaka air tersebut relatif bebaspolutan
tetapi tetapdiperlukansuatu uji laboratorium untuk lebih memastikannya
(Sulistyandari, 2009).

5. Peranan Air terhadap Pencemaran Penyakit


Airmempunyaiperananbesar dalam penularan beberapa penyakit
menular.Peranan air dalam penularan penyakitdisebabkan keadaan air itu
sendiri sangat membantu dalam kehidupan mikrobiologi. Airmerupakan
tempat untuk berkembang biak mikrobiologi dantempat tinggal sementara
(perantara) sebelum mikrobiologi berpindah ke manusia. Dalam hal ini ada
empat macam cara di mana penyediaan air dapat mempengaruhi transmisi
penyakit dari seseorang ke orang lainnya. Adapun 4 macam cara tersebut
yaitu (Marsono, 2009):
a. Cara Water Borne
Water bornedisease adalah penyakityang ditransmisikanorganisme
penyebab penyakit (patogen) berada di dalam air terminum oleh orang
atau hewan sehingga menimbulkan infeksi.Water borne disease ini
dapat disebarkan tidak hanya lewat air tetapi juga tiap sarana yang
memungkinkan tinja untuk memasuki mulut (faecal oral) misalnya
lewat makanan yang terkontaminasi.Water borne disease meliputi
penyakittifoid, kholera,disentri amuba atau basiler, dan hepatitis
infeksiosa.
b. Cara Water Washed
Cara penularan penyakitini berkaitanerat dengan airbagi kebersihan
umum alat-alat terutama alat-alat dapur dan makan serta kebersihan
perorangan. Tersedianya air bersihdalam kuantitasmemadai akan
memperbaiki kondisi higiene dan kebersihan perorangan sehingga
mengurangi kemungkinan infeksi penyakit menular.
c. Cara Water Based
Penyakit inidalamsiklusnya memerlukanpejamu (host)perantara
yanghidupdi air, misalnya siput air. Penyakitjenis ini disebabkan oleh
cacingparasityang tergantungpada pejamuperantaranya untuk
melengkapi siklus kehidupannya.
d. Cara Mekanisme Vektor Insekta
Penyakit tersebarkan melalui insekta yang berkembangbaik di dalam
air atau menggigit didekat air.Beberapa penyakityang disebabkan oleh
insekta ini adalah malaria,dengue,yellowfever, dan filariasis.
Tabel 2. Beberapa AgenPembawa Penyakit pada Air

Agen Penyakit
Virus:
Rotavirus Diare pada anak-anak
Virus Hepatitis A Hepatitis A
Virus Poliomyelitis Polio
Bakteri:
Vibrio cholerae Kholera
Escherichia coli enteropatogenik Diare disentri
Salmonella typhi Thypus abdominalis
Salmonella paratyphi Parathypus
Shigella dysentriae Disentri
Protozoa :
Entamoeba histolytica Disentri amoeba
Balantidia coli Balantidiasis
Giardia lamblia Giardiasis
Metazoa :
Ascaris lumbricoides Ascariasis
Clonorchis sinensis Clonorchisasis
Dyphylobothrium latum Dyphylobothriasis
Taenia saginata/solium Taeniasis
Schistosoma Schistosomiasis

Sumber: Marsono (2009)

B. Diare
1) Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada
bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah
dalam faeces (Ngastiyah, 1999). Definisi Diare adalah kehilangan cairan
dan elektrolit secara buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair (Suriadi,2001). Sedangkan menurut (Arief Mansjoer, 2000) Diare
adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah atau lendir.

2) Epidemiologi
Datadari WHO tahun 1995 menyebutkan bahwa pada tahun 1995
diare mengakibatkan lebih dari 3.000 kematian di mana 80% diantaranya
terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun. DiIndonesiasekitar 162.000
balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare
merupakan penyebab kematian nomor duabagi balita, nomor tiga bagi
bayi, dan nomor lima bagi semua umur (Ita, 2008).Kejadianini
dipengaruhi oleh faktor lingkungan,perilaku masyarakat, dan kualitas air
minum yang dikonsumsi (Jamaludin dkk, 2007).
Di kabupaten Ponorogo khususnya kecamatan Jenangan, diare
merupakan penyakit infesi saluran pencernaan bawah yang paling banyak
menjangkit masyarakat. Dari data di bagian Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Jenangan, angka kejadian diare dari Januari 2015 hingga Juni
2015 mencapai angka 740 kasus atau sekitar 62% dari semua penyakit
infeksi saluran pencernaan bawah. Setelah itu, diikuti penyakit thypus
mencapai 398 kasus (33%), disentri dengan 21 kasus (2%), penyakit hati
menahun dengan 15 kasus (1%), dan penyakit infeksi usus yang lainnya
dengan jumlah 28 kasus (2%) (Bagian Kesling Puskemas Jenangan, 2015).
Jika dilihat dari angka kejadian penyakit diare di tiap bulannya
selama enam bulan terakhir, angka kejadian diare selalu menduduki
peringkat pertama. Pada bulan Januari 2015, angka kejadian diare
mencapai 175 kasus (56% dari total penyakit infeksi pencernaan bawah),
bulan Februari 2015 mencapai 122 kasus (40%), bulan Maret 2015
mencapai 125 kasus (52%), bulan April mencapai 105 kasus (47%), bulan
Mei 2015 mencapai 124 kasus dan terakhir bulan Juni 2015 mencapai 89
kasus (56%) (Bagian Kesling Puskemas Jenangan, 2015).

3) Etiologi
Adapun faktor penyakit diare yang dibagi menjadi 4(empat) faktor
antara lain :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi eksternal adalah infeksi saluran pencernaan makanan
a) Infeksi bakteri : vibrio, E coli, rotavirus
b) Infeksi virus : intervirus, adenovirus, rotavirus
c) Infeksi parasit : cacing, protozoa, jamur
2) Infeksi parental adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan
a) Tonsilitis
b) Bronkopneumonia
c) Ensefalitis
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsiprotein
c. Faktor Makanan
1) Makanan beracun
2) Makanan basi
3) Alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas ( jarang terjadi pada anak yang lebih besar)

4) Penyebab Diare
Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui
dengan pasti, penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Penyebab tidak langsung
Penyakit tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah
atau mempercepat terjadinya diare seperti : keadaan gizi, hygiene dan
sanitasi, kepadatan penduduk, sosial ekonomi.
b. Penyebab langsung
Termasuk dalam penyakit langsung antara lain infeksi bakteri
virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun
keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan
sayur-sayuran. Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyakit diare akut
dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Diare sekresi
a) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti shigella,
salmonella, E. coli, bacilluscareus, clostridium. Golongan virus
seperti protozoa, entamoeba histolitica, giardia lamblia, cacing
perut, ascaris, jamur.
b) Hiperperistaltic usus halus yang berasal dari bahan-bahan
makanan kimia misalnya keracunan makanan, makanan pedas,
terlalu asam, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa dingin,
alergi.
c) Definisi imun yaitu kekurangan imun terutama IgA yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri dan jamur.
2) Diare osmotik yaitu malabsorbsi makanan, kekurangan kalori
protein dan berat badan lahir rendah

5) Patogenesis
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
a. Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat
yang tidak diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga penggeseran air dan elektrolit berlebihan
akan merangsang usus dan mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu
(misalnya: foksin) pada dinding usus yang akan terjadi suatu
peningkatan sekresi, selanjutnya menimbulkan diare karena
peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus yaitu hiperstaltik yang mengakibatkan
kurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan yang
menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang menimbulkan diare.

6) Tanda dan gejala


1) Cengeng, gelisah
2) Suhu tubuh meningkat
3) Nafsu makan berkurang
4) Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lender atau lendir darah
5) Warna tinja kehijau-hijauan
6) Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi
7) Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare
8) Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan
dehidrasi
9) Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar,
menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit tampak
kering.

7) Angka Kejadian Penyakit infeksi Saluran Pencernaan Bawah di


Puskesmas Jenangan Bulan Januari- Juni 2015
Tabel 3. Angka Kejadian Penyakit infeksi Saluran Pencernaan
Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan Januari 2015

Janu
%
ari Jenis Penyakit Infeksi Saluran Jumlah Pasien
Pencernaan Bawah LA WANIT TOTA
2015 KI A L
56.09
1 Diare 89 86 175 %
2 Dysentri 0 2 2 0.64%
22.12
3 Tipus Perut (Typhoid) 31 38 69 %
4 Apendicitis 0 1 1 0.32%
5 Penyakit hati menahun 0 1 1 0.32%
20.51
6 Infeksi Penyakit usus yang lain 25 39 64 %
14 100.00
TOTAL 5 167 312 %

Prosentase Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Bawah


Januari 2015
Diare Dysentri Tipus Perut (Typhoid)

21%
0%
0%
56%
Apendicitis Penyakit hati menahun Infeksi Penyakit usus yang lain
22%

1%

Diagram 1. Prosentase Kejadian Penyakit infeksi Saluran


Pencernaan Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan Januari
2015
Tabel 4. Angka Kejadian Penyakit infeksi Saluran Pencernaan
Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan Februari 2015

Febru
ari Jenis Penyakit Infeksi Saluran Jumlah Pasien
%
Pencernaan Bawah LA WANIT TOTA
2015 KI A L
40.13
1 Diare 56 66 122 %
2 Dysentri 0 1 1 0.33%
36.84
3 Tipus Perut (Typhoid) 47 65 112 %
4 Apendicitis 0 0 0 0.00%
5 Penyakit hati menahun 1 2 3 0.99%
21.71
6 Infeksi Penyakit usus yang lain 33 33 66 %
13 100.0
TOTAL 7 167 304 0%
Prosentase Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Bawah
Februari 2015
Diare Dysentri Tipus Perut (Typhoid)

22%
40%
1%
Apendicitis Penyakit hati menahun Infeksi Penyakit usus yang lain

37% 0%

Diagram 2. Prosentase Kejadian Penyakit infeksi Saluran


Pencernaan Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan Februari
2015

Tabel 5. Angka Kejadian Penyakit infeksi Saluran Pencernaan


Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan Maret 2015
Maret Jumlah Pasien %
Jenis Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan
LAK TOTA
Bawah
2015 I WANITA L
1 Diare 59 66 125 51.65%
2 Dysentri 3 2 5 2.07%
3 Tipus Perut (Typhoid) 38 14 52 21.49%
4 Apendicitis 1 0 1 0.41%
5 Penyakit hati menahun 1 1 2 0.83%
6 Infeksi Penyakit usus yang lain 23 34 57 23.55%
100.00
TOTAL 125 117 242 %
Prosentase Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Bawah
Maret 2015
Diare Dysentri Tipus Perut (Typhoid)

24%
1%
Apendicitis 0%menahun 52%
Penyakit hati Infeksi Penyakit usus yang lain
21%
2%

Diagram 3. Prosentase Kejadian Penyakit infeksi Saluran


Pencernaan Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan Mareti
2015

Tabel 6. Angka Kejadian Penyakit infeksi Saluran Pencernaan


Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan April 2015

April Jumlah Pasien %


Jenis Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan
LAK TOTA
Bawah
2015 I WANITA L
1 Diare 47 58 105 46.88%
2 Dysentri 3 2 5 2.23%
3 Tipus Perut (Typhoid) 19 31 50 22.32%
4 Apendicitis 1 0 1 0.45%
5 Penyakit hati menahun 1 1 2 0.89%
6 Infeksi Penyakit usus yang lain 31 30 61 27.23%
TOTAL 102 122 224 100.00
%

Prosentase Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Bawah


April 2015
Diare Dysentri Tipus Perut (Typhoid)

27%

1% 47%
Apendicitis Penyakit hati menahun Infeksi Penyakit usus yang lain
0%
22%
2%

Diagram 4. Prosentase Kejadian Penyakit infeksi Saluran


Pencernaan Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan April 2015

Tabel 7. Angka Kejadian Penyakit infeksi Saluran Pencernaan


Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan April 2015

April Jumlah Pasien %


Jenis Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan
LAK TOTA
Bawah
2015 I WANITA L
1 Diare 47 58 105 46.88%
2 Dysentri 3 2 5 2.23%
3 Tipus Perut (Typhoid) 19 31 50 22.32%
4 Apendicitis 1 0 1 0.45%
5 Penyakit hati menahun 1 1 2 0.89%
6 Infeksi Penyakit usus yang lain 31 30 61 27.23%
100.00
TOTAL 102 122 224 %

Prosentase Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Bawah


April 2015
Diare Dysentri Tipus Perut (Typhoid)

27%

1% 47%
Apendicitis Penyakit hati menahun Infeksi Penyakit usus yang lain
0%
22%
2%

Diagram 4. Prosentase Kejadian Penyakit infeksi Saluran


Pencernaan Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan April 2015

Tabel 8. Angka Kejadian Penyakit infeksi Saluran Pencernaan


Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan Mei 2015

Mei Jumlah Pasien %


Jenis Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan
LAK TOTA
Bawah
2015 I WANITA L
1 Diare 61 63 124 48.63%
2 Dysentri 5 2 7 2.75%
3 Tipus Perut (Typhoid) 33 43 76 29.80%
4 Apendicitis 0 0 0 0.00%
5 Penyakit hati menahun 1 3 4 1.57%
6 Infeksi Penyakit usus yang lain 22 22 44 17.25%
100.00
TOTAL 122 133 255 %

Prosentase Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Bawah


Mei 2015
Diare Dysentri Tipus Perut (Typhoid)

17%
2%
49%
Apendicitis Penyakit hati menahun Infeksi Penyakit usus yang lain
30%
3%

Diagram 5. Prosentase Kejadian Penyakit infeksi Saluran


Pencernaan Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan Mei 2015

Tabel 9. Angka Kejadian Penyakit infeksi Saluran Pencernaan


Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan Juni 2015

Juni Jumlah Pasien %


Jenis Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan
LAK TOTA
Bawah
2015 I WANITA L
1 Diare 43 46 89 55.63%
2 Dysentri 0 1 1 0.63%
3 Tipus Perut (Typhoid) 12 27 39 24.38%
4 Apendicitis 0 0 0 0.00%
5 Penyakit hati menahun 2 1 3 1.88%
6 Infeksi Penyakit usus yang lain 10 18 28 17.50%
100.00
TOTAL 67 93 160 %

Diare
Prosentase Penyakit InfeksiDysentri
Saluran Pencernaan Bawah
Tipus Perut (Typhoid) Apendicitis
Juni 2015
Penyakit hati menahun 18%
Infeksi Penyakit usus yang lain
2%
56%
24%
1%

Diagram 6. Prosentase Kejadian Penyakit infeksi Saluran


Pencernaan Bawah di Puskesmas Jenangan Bulan Juni 2015

C. Sumur Dangkal
Sumur dangkal adalah air tanah sampai kedalaman 15
m. Dinamakan juga air tanah bebas karena lapisan air
tersebut tidak berada di dalam tekanan. Profil permukaan air
tanah dangkal tergantung dari profil permukaan tanah dan
lapisan tanah sendiri (Surbakti, 1987).
Pemanfaatan sumur dangkal untuk memenuhi
keperluan rumah tangga akan air bersih dan industri sudah
banyak dilakukan. Di daerah dataran rendah umumnya
didapatkan cukup air tanah dangkal. Jika tidak ada sumber air
minum lainnya, air tanah dangkal merupakan sumber utama
dan sebagian besar dieksploitasi dengan jalan membuat
sumur. Sehingga air sumur merupakan sumber air yang
penting maka dari itu lingkungan sumur maupun
konstruksinya harus diperhatikan (Surbakti, 1989).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sumur


dangkal adalah sebagai berikut:

1. Sumur harus diberi tembok rapat air 3.00 m 2 dari muka


tanah agar perembesan air permukaan dapat dihindari.

2. Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1-1,5


m2 untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar.

3. Pada lantai sekelilingnya harus diberi saluran pembuangan


air kotor agar air dapat tersalurkan dan tidak akan
mengotori sumur.

4. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air


dipompa ke luar.

5. Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman


setinggi 1 m2 (Sutrisno, 1991).

D. Analisis Mikrobiologi Air


Analisisterhadap suatu habitat yang ditujukan untuk kepentingan
pengolahanlingkunganharusmemperhitungkan antara faktor biotis dan abiotis
sehingga secara langsung ataupun tidak langsung, analisis tersebut harus
menggunakan pendekatan ekologis (Suriawiria,1996). Adapun analisis
tersebut adalah:
1. Total Plate Count
Uji Total Plate Count (TPC)dimaksudkan untuk menunjukkan
jumlahmikrobayang terdapat dalam suatu produk dengan cara
menghitung koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media agar (Standar
Nasional Indonesia/SNI Nomor 2897, 2008).
2. Penentuan Nilai Indeks Pencemar Biologis (IPB)
Kepentingan nilai IPB suatu perairanpada umumnya dilakukan jika
air dari perairan tersebut akan digunakan sebagai bahan bakukepentingan
pabrik, industri, atau rekreasi (berenang).Perhitungan nilai dilakukan
secara langsung (tidak mengalami pembiakan atau penanaman terlebih
dahulu) yaitu 500-1.000 ml.Contoh air dipekatkan sampai50 mlbaik
melalui penyaringan atau sentrifuge (rata-rata 1.500 rpm).Endapan yang
terjadi kemudian dianalisis mikroorganismenyamenggunakan kolum
hitung microalgaedan pewarnaan (untuk bakteridan fungi). Kandungan
keduakelompok tersebutdapat dijadikan dasar untuk perhitungan nilai
IPB (Suriawiria, 1996).
3. Perhitungan Nilai Most Propable Number (MPN) Coli
UjiMost Propable Number(MPN) Coliform pada prinsipnya terdiri
dari uji presumtif dan uji konfirmasidengan menggunakan media cair
didalam tabung reaksi dan dilakukan berdasarkan jumlah tabung positif
(SNI Nomor 2897,2008).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian inimenggunakandesain penelitiandeskriptif.Metode ini
digunakan untuk menjelaskan data-data yang diperoleh dalam penelitian
untuk memperoleh kesimpulan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakanpada bulan Agustus 2015 di Laboratorium
Kesehatan Daerah (Lapkesda) Ponorogo.

C. Populasi Penelitian
Populasidalam penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau
objek yang diteliti (Arief,2004).
1. Populasi target : air bersih
2. Populasi terjangkau : air bersihdari sumber sumur dangkal di Desa
Nglayang KecamatanJenangan Kota Ponorogo

D. Sampling dan Teknik Sampling


Sampling adalahsebagianyang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan populasi(Notoadmojo, 2005).
Sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah air bersihdari sumber
sumur dangkal di Desa Nglayang Kecamatan Jenangan Kota Ponorogo
sebanyak 5 sampel. Teknik sampling yang digunakan adalah random
sampling.

E. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi (syarat yang harus dipenuhi)
a. Air bersih dari sumber sumur dangkal di Desa NglayangKecamatan
Jenangan Kota Ponorogo
2. Kriteria Eksklusi (syarat bias yang harus dihindari)
a. Air bersih dengan penampungan yang terkontaminasi
b. Air bersih dengan kran yang terkontaminasi
c. Air bersih dengan pipa yang terkontaminasi

F. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas :air bersihdari sumber dangkal di Desa Nglayang
KecamatanJenangan Kota Ponorogo
Skala Variabel : skala nominal
2. Variabel Terikat : indeks kuman koliform pada air bersih dari sumber
sumur dangkal
Skala Variabel : skala rasio
3. Variabel Pengganggu:
a. Terkendali :peralatan steril, pelaksanaan pengujiantepat waktu
b. Takterkendali : kontaminasi bakteri udara saat pengisian airke
dalamtabung, musim

G. Definisi Operasional
1. Air Baku Sumur Dangkal
Air baku adalah air yang belum diproses atau sudah
diproses menjadi bersih yang memenuhi syarat mutu
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan untuk diolah menjadi
produk air minum (Sulistyandari, 2009).
2. JumlahBakteri
Jumlah bakteri yang dihitung menggunakan metode uji mikrobiologi air
yaitu most probable number (MPN) (Suriawiria, 1996).

Gambar 1.Kelayakan Air yang dapat Dikonsumsi menurutMPN


U
S
T
>
L
<
j
u
i
a
y
i
m
d
u
a
M
r
k
P
L
N
D
a
y
n
g
a
k
a
l

Sumber: Suriawiria (1996)

H. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Botol steril
b. Korek api
c. Kapas
d. Termometer raksa
e. Kertas lakmus (PH)
2. Bahan
a. Kotak pendingin
b. Alkohol
c. Kapas
d. Air sampel

I. Cara Kerja
Langkah penelitian untuk sampling yaitu:
1. Siapkan botol atau tempat penampung yang sudah disteril dengan api.
2. Bersihkan mulut kran secara aseptis dengan cara mengusap dengan
alkohol 70% dan diamkan beberapa menit sampai sisa alkohol menguap.
Kemudian kran dipanaskan di atas api selama 3-5 detik. Biarkan air
mengalir dari kran selama 2 menit.
3. Kemudian ulangi dengan memanaskan kran di atas api selama beberapa
detik lalu biarkan air mengalir dari kran selama 2 menit.
4. Secara aseptik tampunglah air kran yang masih mengalir ke dalam botol
steril yang telah disiapkan sebanyak 500 ml.
5. Setelah itu botol segera ditutupdan dimasukkan ke dalam kotak pendingin.
6. Di botol lain (tidak steril) isi dengan air kemudian ukur pH
dengan cara memasukkan kertas lakmus ke dalam air
minimal selama 2 menit dan ukur suhu menggunakan
termometer air raksa minimal selama 10 menit.
7. Sampel segera diperiksa secara bakteriologi dan kirimkan ke lapkesda.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pada penelitian mini projek dokter internship bersama ini, sampel air
yang diambil adalah dua puluh lima sampel, di mana diambil dari lima
sumber mata air penduduk di kecamatan Jenangan. Kelima sumber mata air
tersebut yaitu mata air (mata air pegunungan), sumur dalam, sumur dangkal,
PDAM, dan WSLIC. Kelima sumber mata air tersebut didapat dari empat
desa yaitu desa Semanding ( Mata air pegunungan ), desa Paringan (WSLIC),
desa Sraten (Sumur dalam) dan desa Nglayang (Sumur dangkal dan PDAM).
Penelitiandilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Ponorogo.
Adapun totalsampel yang diteliti oleh peneliti terkhusus ada 5 sampel air
bersih dari sumber mata air di Desa Nglayang Kecamatan Jenangan Kota
Ponorogo.
Sumur dangkal yang digunakan didapat dari mata air perkampungan
warga desa yang berupa sumur galian dengan topografi yang relatif sama.
Kedalaman sumur ini hanya sekitar 5-10 m dengan letak relatif sama yaitu
dibelakang rumah sekitar 5-10 m berdekatan dengan jamban. Seperti halnya
pada sumur dalam, air didapatkan keluar dari kran perpipaan yang dipompa
ke atas dengan pompa air listrik.
Dari sumur dangkal ini, peneliti mengambil lima sampel air yang
didapatkan dari lima rumah penduduk di desa Nglayang. Air yang didpatkan
diambil sesuai dengan prosedur pengambilan sampel yang sudah ditetapkan
oleh Laboratorium Kesehatan Daerah Ponorogo.
Setelah itu sampel dikirim segera ke Laboratorium Kesehatan Daerah
Ponorogo untuk diperiksa. Hal ini dikarenakan, peneliti mengharapkan
kevalidan jumlah MPN coliformnya. Jika jarak waktu pengambilan sampel
dengan pemeriksaan sampel tidak terlalu lama diharapkan bakteri coliform
belum berkembang biak sehingga data yang didapatkan akan menjadi valid.
Beberapa yang menjadi perhatian dalam pengambilan dan pengiriman
sampel adalah :
i. Prosedur pengambilan sampel. Dalam hal ini peneliti
sudah menggunakan alkohol dan korek api sebgai
desinfektan pada saluran keluaran pipa kran air.
Selanjutnya langkah-langkah pengambilan juga dilakukan
dengan selalu menjaga sterilisasi dari alat.
ii. Prosedur pengiriman sampel. Dalam hal ini, peneliti
berupaya dengan secepat mungkin sampel yang sudah
diambil dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah
Ponorogo dengan harapan kondisi sampel masih valid
untuk diperiksa. Selama pengiriman sampel, botol yang
dipakai dijaga temperaturnya dengan tas pendingin
sehingga kuman atau MPN coliform tidak bisa
berkembang biak dengan suhu tersebut.
iii. Prosedur pelabelan. Dalam hal ini label yang digunakan
nama, jenis sampel, pH, suhu, lokasi dan tanggal
pemeriksaan.
Berikut hasil pemeriksaan sampel yang didaptakan dari Laboratorium
Kesehatan Daerah Ponorogo.
Tabel, diagram dan prosentase di gambar itu loh,, yang bentuknya
landcape

B. Pembahasan

Dari data hasil penelitian di Laboratorium Kesehatan Daerah Ponorogo


tersebut diatas, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 416/ Menkes/Per/IX/1990, dapat kita ketahui bahwa sampel air bersih
yang berasal dari sumur dangkal tidak ada satupun yang memenuhi syarat 0 %
atau kelima sampel yang diperiksa tidak memenuhi syarat. Sedangkan sesuai
dengan SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA
Tahun 2000/2001, dapat kita ketahui bahwa sekitar 20 % (1 sampel) masuk
kategori B (air bersih yang kurang baik), dan sekitar 80% yang lain (4 sampel)
masuk kategori E (airbersih yang sangat amat jelek).
Air Sumur dangkal jika dibandingkan dengan sumber mata air lainnya
memang dinilai mempunyai kualitas yang lebih jelek. Hal ini dikarenakan air
sumur angkal secara topografi berada di permukaan tanahdan kemungkinan sudah
mengalamai pencemaran saat melalui media permukaan tanah. Selain itu, jika kita
lihat dari letak penggalian sumur ternyata disekitarnya sekitar radius 5-6 meter
adalah jamban, peternakan serta perkebunan. Rata-rata sumur dangkal juga tidak
menggunakan penutup sehingga dimungkinkan masih bisa tercemar oleh polutan
udara. Oleh karena itu, jika dilihat dari hasil penelitian ini tampaknya masih perlu
kewaspadaan dan pengelolaan lebih lanjut terkait mata air ini.
Dari analisis data tersebut tampak bahwa air sumur di desa Nglayang yang
masih menggunakan air sumur dangkal masih belum layak dijadikan sumber air
bersih untuk penduduk. Dari indikator bakteriologis yang dijadikan parameter uji
kualitas air ini, juga tampak bahwa MPN coliform masih banyak terkandung di
sumber mata air ini. Jumlah MPN coliform ini mengindikasikan bahwa dalam air
tersebut besar kemungkinan masih tercemar dengan tinja atau feses. Selain itu
dengan adanya MPN coliform ini, besar kemungkinan pula banyak bakteri yang
terkandung dalam air tersebut.
Dalam bidang mikrobiologi pangan, dikenal istilah bakteri indikator
sanitasi. Dalam hal ini pengertian pangan adalah pangan seperti yang tercantum
pada Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan
minuman (termasuk air minum). Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang
keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut
pernah tercemar oleh kotoran manusia. Bakteri-bakteri indikator sanitasi tersebut
pada umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia.
Jadi adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam
satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan tersebut pernah mengalami
kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya
mungkin mengandung bakteri patogen lainnya yang berbahaya.
Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah
E. coli , karena bakteri ini adalah bakteri komensial pada usus manusia hal ini
dikarenakan bakteri tersebut menguntungkan tidak hanya membantu mencerna
makanan tetapi juga melindungi organisme berbahaya yang mungkin masuk ke
saluran gastrointestinal melalui air dan makanan, umumnya bukan patogen
penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan
hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang notabene
bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E.
coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan
ditemukannya patogen pada pangan. Karena uji E. coli yang kompleks, maka
beberapa standar, misalnya Standar Nasional Indonesia (SNI), mensyaratkan
tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. Air yang kurang bersih atau
tercemar tentunya akan berdampak pada kesehatan . Dalam hal ini erat kaitannya
dengan angka kejadian penyakit infeksi pada saluran pencernaan khususnya
saluran pencernaan bagian bawah. Jika dilihat dari data angka kejadian penyakit
infeksi saluran pencernaan bagian bawah, tampak diare menjadi kasus terbanyak
di kecamatan Jenagan.
Prosentase Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Bawah
Januari - Juni 2015
Diare Dysentri Tipus Perut (Typhoid)

0% 1% 2%

33%
Apendicitis Penyakit hati menahun Infeksi Penyakit usus yang lain
61%
2%

Jumlah Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Bawah


Januari - Juni 2015
740
800
700
600
500 398
400
300
200
21 3 15 28
100
0

Angka kejadian diare sangat erat kaitannya dengan sumber mata air yang
tercemar. Hal ini lah yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara
angka kejadian diare yang banyak di kecamatan Jenangan dengan sumber mata air
bersih belum memenuhi standar khususnya di desa Nglayang yang saat ini juga
masih banyak menggunakan air sumur dangkal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa air bersih yang berasal
dari sumber mata air sumur dangkal yang saat ini masih banyak juga
digunakan oleh penduduk desa Nglayang Jenangan sesuai dengan SK. Dirjen
PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun
2000/2001, sekitar 20 % (1 sampel) masuk kategori B (air bersih yang kurang
baik), dan sekitar 80% yang lain (4 sampel) masuk kategori E (air bersih yang
sangat amat jelek).

Sedangkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 416/ Menkes/Per/IX/1990, air bersih di desa Nglayang
belum memenuhi syarat

B. Saran
1. Perlu dilakukan upaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas air
bersih.
2. Perlu dilakukan pengawasan terhadap kualitas air baku yang digunakan
untuk air minum.
3. Perlu dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui jenis-jenis bakteri yang ada
pada air bersih sehingga dapat diketahui pilihan terapi yang digunakan jika
terjadi keluhan atau penyakit karena kontaminasi tersebut.
4. Perlu dilakukan penambahan besar sampelagar data yang diperoleh lebih
representatif.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi UF.2001. Peranan Air dalam Peningkatan Derajat Kesehatan


Masyarakat :Peringatan Hari Air Sedunia No. 4 Tahun XXVIII 2001.
Jakarta. Departemen Kimpraswil. pp. 2-3.

Arief TQ. 2004. Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan. Surakarta. UNSpers. pp.
65-71.

Cahyono DB, Supriharyono, Sarwoko. 2006. Analisis Tingkat Kepuasan


Terhadap Penyediaan Air Bersih PDAM di Perumahan Wijaya Kusuma
Kabupaten Demak.Majalah Pilar Volume 15 September 2006:71-7.

Dahlan S. 2001. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta. Penerbit


Salemba Medika. pp. 30-75.

Departemen Kesehatan. 2002.Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia2002.


Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. pp. IV.2-3.

Desiandi M, Rico JS, Hamzah H. 2009. Pemeriksaan Kualitas Air Minum Pada
Daerah Persiapan Zona Air Minum Prima (Zamp) PDAM Tirta Musi
Palembang Tahun 2009. Penelitian Pengembangan Kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Palembang Tahun 2009. pp. 37-41.
DwiR, Nur AN.2009. Pemantauan dan Pemeriksaan Sampel Air Bersih, Air
Minum di PDAM Piru Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku
Tahun 2009.Majalah Best Volume 3No. 1 April Tahun 2009:11-5.

Irawan AM. 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Mineral: Polton Sport Science
and Performance Lab. Sport Science Brief Volume 01 No. 01 Tahun
2007.http://www.pssplab.com/journal/01.pdf.

Ita. 2009. Kasus Diare di Indonesia dalam Buletin Piogama Edisi Januari 2009.
http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/01/epidemiologi-kasus-diare.

Itishom M. 2010. Pengelolaan Penyediaan Air Bersih oleh Masyarakat di


Kawasan Jetisharjo Kota Yogyakarta.Semarang. Program Pascasarjana
Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro
Semarang. Thesis.

Karsinah,Lucky HM, Suharto,Mardiastuti HW.1993.Batang Gram Negatif: Buku


Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. Binarupa Aksara. pp. 159-60.

Marsono. 2009.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis


Air Sumur Gali Di Permukiman. Semarang. Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang. Thesis.

Musadad A. 1996. Sistem Penyedia Air Bersih di Beberapa Rumah Sakit.Majalah


Cermin Dunia Kedokteran No. 109 Tahun 1996:33-4.

Notoadmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rhineka Cipta.


pp. 127-30.

PDAMKota Bandung. 2008.Pelayanan Air di Wilayah Kota Bandung. Bandung.


PDAM Kota Bandung. pp. 6-11.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/SK/IV/2010
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air

Raini M, Ani I, Kurniati. 2004. Kualitas Fisik dan Kimia Air PDAM DKI Jakarta,
Bogor, Tangerang, Bekasi Tahun 1999-2001.Media Litbang Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Volume XIV Nomor 3 Tahun
2004:14-9.

Said NI.2008. Cara Pengolahan Air Sumur untuk Kebutuhan Air


Minum.http://www.enviro.bppt.go.id/

Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 2897-2008.2008. Metode Pengujian


Cemaran Mikrobia dalam Daging, Telur dan Susu serta Hasil
Olahannya. http://www.sni.go.id.mpn/daging/telur/susu/olahanlainnya/

Suriawiria U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan


secara Biologis. Bandung. Penerbit Alumni. pp. 100-27.

Volk WA &Wheeler MF. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid II. Jakarta. Penerbit
Erlangga. 259-62.

Zulkifli. 2009. Sistem Pengolahan Air Baku Menjadi Air Bersih di


PDAM.Batam.
http://www.atbbatam.com/site/index.php/layanan/layanan-
infrastruktur/proses

You might also like