You are on page 1of 40

Makalah Askep Anak

Disusun Oleh:

Ahmad Saputra
Fraga Batara
Nirwanda
Vega Ayu Syaputri

Tingkat : 2-C

Kasus : Leukimia Pada Anak

AKADEMI KEPERAWATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


TAHUN AJARAN 2016 / 2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena dengan rahmat dan
hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Leukemia Pada Anak,
yang di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Keperawatan Anak.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca makalah ini, demi
perbaikan dimasa yang akan datang.

Samarinda, 22 Maret 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .. ii
BAB I PENDAHULUAN .... 1
A. LATARBELAKANG . 1
B. TUJUAN PENYUSUNAN.. 1
C. MANFAAT PENULISAN .. 1
D. SISTEMATIKA PENULISAN ... 2
BAB II PEMBAHASAN LEUKEMIA . 3
A. KONSEP MEDIK .. 3
1. DEFINISI . 3
2. ETOLOGI . 3
3. PATOFISIOLOGI . 7
4. MANIFESTASI KLINIS . 8
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG . 9
6. PENATALAKSANAAN . 10
B. KONSEP KEPERAWATAN 14
1. PENGKAJIAN .... 14
2. ANALISA DATA .............................................. 15
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN .. 15
4. INTERVENSI ................................................... 16
BAB III PENUTUP 26
A. KESIMPULAN .. 26
B. SARAN .. 27
DAFTAR PUSTAKA 28

BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar belakang
Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak.
Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari
60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.

Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel
induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan ganas, menyebabkan supresi dan
penggantian elemen sumsum normal (Baldy, 2006). Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum:
leukemia limfositik dan leukemia mielogenosa (Guyton and Hall, 2007).

Sebagai seorang perawat, sangat penting mengetahui tentang penyakit leukemia ini.
Melihat ruang lingkup pelaksanaan tindakan keperawatan salah satunya adalah anak-anak,
dengan mengetahui lebih jauh tentang apa dan bagaimana leukemia ini membuat seorang
perawat menjadi lebih percaya diri dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dan yang
paling penting dapat menambah atau meningkatkan derajat kesehatan khususnya pada anak.

2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui konsep dasar leukemia


2. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan leukimia

3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
masyarakat luas terutama perawat menganai leukemia atau kanker darah. Makalah ini juga
memberikan pemahaman yang lebih dalam proses balajar mengajar di semester III ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP TEORI


1. ANATOMI FISIOLOGI DARAH
Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton, 1992).
Proses pembentukan sel darah (Hemopoesis) terdapat di 3 tempat:

a. Sumsum tulang, Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah tulang
vertebrae, sternum (tulang dada), dan costa (tulang iga).
b. Hepar
c. Limpa, Limpa berfungsi sebagai organ limfoid, memfagosit material tertentu dalam
sirkulasi darah, dan menghancurkan sel darah merah yang rusak.
Volume darah pada tubuh sehat sekitar 1/13 dari BB atau 4-5 liter. Keadaan jumlah
tersebut tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tekanan viskositas atau kekentalan darah mempunyai berat jenis 1,041 1,067 dengan
temperatur 380C dan pH 7,37 7,45.
Fungsi darah secara umum terdiri atas :
a. Mengangkut O2, CO2, dan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun.
c. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
Darah terbagi atas :
a. Eritrosit (sel darah merah)
Tidak berinti, ukurannya, banyaknya 5 juta/mm3, berwarna kuning kemerahan
karena mengandung Hb. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak
mengandung O2. Fungsi eritrosit : mengangkut O2 dan CO2. Eritrosit beredar ke
seluruh tubuh selama 14 -15 hari, setelah itu akan mati. Jumlah Hb anak-anak 10-16
gr/dl.
b. Leukosit
Bentuknya berubah-ubah dan bergerak dengan pseudopodia, mempunyai inti,
bening, banyaknya 4000 11000/mm3 darah. Fungsi : membunuh dan memakan bibit
penyakit yang masuk ke tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel System), mengangkut
dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke pembuluh darah.
c. Trombosit (sel plasma)
Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000-450.000/mm3. Trombosit
memegang peran penting dalam pembekuan darah.
d. Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening kekuningan. Hampir
90% plasma darah terdiri dari :
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral : metabolisme dan juga mengadakan osmotic.
3) Protein darah (albumin dan globulin) : meningkatkan viskositas darah dan tekanan
osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin)
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
6) Antibodi atau anti toksin

2. DEFINISI

Penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel


hematopietik. (Sylvia&Lorraine,1992). Proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah
putih dalam sumsumtulang menggantikan elemen sumsum tulang normal.
(Brunner&Suddarth,1996). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel
pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Leukemia adalah
istilah umum yang digunakan untuk keganasan padasumsum tulang dan sistem limpatik
(Wong, 1995).
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel
imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit
dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
trombositopenia. (Hidayat, 2006).
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai darah putih pada
tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi
sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu
atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada
waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis.
Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi
progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat
menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.

3. ETIOLOGI

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

1. Genetik

2. Umur, jenis kelamin, ras


3. Virus
4. Sinar Radioaktif
5. Zat Kimia
6. Obat-obatan
7. Merokok
8. Lingkungan

4. KLASIFIKASI
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan infasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia sering diklasifikasikan sesuai galur sel yang terkena, seperti limfositik
atau mielositik, dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut (sel imatur) atau
kronis (sel terdeferensiasi).

1. Leukemia Mielogenus Akut

Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel stem hematopoetik yang kelak
berdiferensiasi kesemua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil,
eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia non limfositik
yang paling sering terjadi.

a. Manifestasi klinis

Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya produksi sel


darah normal. Kepekaan terhadap infeksi terjadi akibat granulositopenia,
kekurangan granulosit; kelelahan dan kelemahan yang terjadi karena anemia;
dan keccendrungan perdarahan terjadi akibat trombositopenia, kekurangan
jumlah trombosit. Proliferasi sel leukemi dalam organ mengakibatkan
berbagai gejala tambahan; nyeri akibat pembesaran limpa atau hati; masalah
kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal (sering
terjadi pada leukemia limfositik); dan nyeri tulang akibat penyebaran sumsum
tulang.

Kelainan ini terjadi tanpa peringatan, dengan gejala terjadi dalam periode
1-6 bulan. Hitung sel darah menunjukan penurunan baik eritrosit maupun
trombosit. Meskipun jumlah leukosit total bisa rendah, normal atau tinggi,
namun presentase sel yang normal biasanya sangat menurun. Specimen
sumsum tulang merupakan penegak diagnose, menunjukan kelebihan sel blast
imatur. Adanya batang Auer didalam sitoplasma menunjukan adanya leukemia
mielogenus akut (AML).

b. Penatalaksanaan

Kemoterapi merupakan bentuk terpi utama dan pada beberapa kasus


dapat menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih.
Obat yang biasanya digunakan meliputi daunorobicin hydrochloride
(cerubidine), cytarabin (cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol). Asuhan
pendukung terdiri atas pemberian produk darah dan penanganan infeksi
dengan segera.

Apabila dapat diperoleh jaringan yang cocok dari kerabat dekat, maka
dapat dilakukan transplantasi sumsum tulang untuk memperoleh sumsum
tulang normal, setelah terlebih dahulu dilakukan penghancuran sumsum
lekemik dengan kemotrapi.

2. Leukemia Mielogenus Kronis

Leukemia mielogenus kronis (CML) juga dimasukkan dalam keganasan sel stem
myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan
kromosom Philadelphia ditemukan pada 90% sampai 95% pasien dengan CML.
CML jarang menyerang individu berusia di bawah 20 tahun, namun insidensinya
menignkat sesuai pertambahan usia.

a. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran AML, tetapi tanda dan
gejalanya lebih ringan. Banyak pasien yang menunjukkan tanda gejala selama
bertahun-tahun. Terdapat penignkatan leukosit, kadang sampai jumlah yang
luar biasa. Limpa sering membesar.

b. Penatalaksanaan
Tetapi pilihan leukemia mielogenus kronis adalah buslfan (Myleran),
hydroxyurea, dan chlorambucil (Leukeran) sendiri atau dengan kortikosteroid.
Ketahanan hidup meningkat secara bermakna dengan transplantasi sumsum
tulang pada pasien yang berusia di bawah 50 tahun dengan donor HLA yang
sesuai. Interferon alfa merupakan alternative pilihan penanganan, namun
sangat mahal, mempunyai efek samping yang tidak menyenangkan dan tidak
terbukti memperpanjang ketahanan hidup. Fludarabin (Fludar) efektif bagi
pasien yang penyakitnya tidak berespons terhadap penanganan yang telah
dilakukan atau terus memberat setelah penanganan. Pada kebanyakan pasien,
kelak akan mengalami leukemia mielogenus akut dan biasanya resisten
terhadap terapi apapun. Secara keseluruhan, pasien dapat bertahan selama 3
sampai 4 tahun. Kematian biasanya akibat infeksi atau perdarahan.

3. Leukemia Limfositik Akut


Leukemia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas
limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak
disbanding perempuan, dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia
15, ALL jarang terjadi.
a. Manifestasi
Limfosit imatur berproliferasi dalan sumsum tulang dan jaringan perifer
dan menganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal
terlambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, sel darah merah, dan
trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya rendah dan leukosit jumlahnya
dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Manifestasi infiltrasi
leukemia ke organ-organ lain lebih sering terjadi pada ALL dari pada bentuk
leukemia lain dan mengakibatkan nyeri karena pembesaran hati atau limpa,
sakit kepala, muntah karena keterlibatan meninges, dan nyeri tulang.
b. Penatalaksanaan dan Prognosis
Terapi ALL telah mengalami kemajuan, sekitar 60% anak mencapai
ketahanan hidup sampai 5 tahun. Bentuk terapi utama adalah kemoterapi
dengan kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin, dan asparaginase
untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine,
methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi untuk
daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu
mencegah kekambuhan pada sistem saraf pusat.
4. Leukemia Limfosit Kronis
Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung merupakan kelainan ringan yang
terutama mengenai individu antara usia 50-70 tahun. Negara- Negara barat
melaporkan penyakit ini sebagai leukemia yang umum terjadi.
a. Manifestasi klinis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan baru terdiagosa pada saat
pemeriksaan fisik atu penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi yang
mungkin terjadi adalah sehubungan dengan adanya anemia, infeksi, atau
pembesaran nodus limfe. Dan organ abdominal. Jumlah eritrosit dan trombosit
mungkin normal atau menurun. Terjadi penurunan jumlah limfosit.
(limfositopenia).

b. Penatalaksanaan medis dan prognosis

Apabila ringan, CLL tidak memerlukan penanganan. Kemoterapi dengan


kortikosteroid dan chlorambucil (leukeran) sering digunakan apabila
gejalanya berat. Banyak pasien yang tidak berespon terhadap terapi ini dapat
mencapai perbaikan dengan pemberian fludarabine monofospat, 2-
chorodeoxyadenosien (2-CBA), atau pentostatin. Efek samping utama obat ini
adalah penekanan sumsum tulang, yang termanifestasi dengan adanya infeksi
seperti pneumocystis carinii, listeria, mikobakteria, virus herpes dan
sitomegalovirus. Penanganan intra vena dengan immunoglobulin cukup
efektif mencegah masalah ini pada pasien tertentu. Ketahanan hidup rata-rata
pasien dengan CLL adalah 7 tahun.

5. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih
pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel
darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel
darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak
produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel
tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat
meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh
kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali),
delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah
bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan
mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian
normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat
dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias
menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal,
dan otak.

6. PATHWAY
7. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia,
neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
1. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan
sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi,
pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan
anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai
terutama pada sternum, tibia dan femur.
a. Malaise, demam, letargi, kejang
b. Keringat pada malam hari
c. Hepatosplenomegali
d. Nyeri tulang dan sendi
e. Anemia
f. Macam macam infeksi
g. Penurunan berat badan
h. Muntah
i. Gangguan penglihatan
j. Nyeri kepala

2. Leukemia Mielositik Akut


Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan
oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam
bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi
(lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak,
nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme
yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
a. Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang
b. Anemia
c. Perdarahan, petekie
d. Nyeri tulang
e. Infeksi
f. Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediatinum
g. Kadang kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5
h. Sakit kepala

3. Leukemia Limfositik Kronik


Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan
berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan
penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan
infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
a. Mudah terserang infeksi
b. Anemia
c. Lemah
d. Pegal pegal
e. Trombositopenia
f. Respons antibodi tertekan
g. Sintesis immonuglobin tidak cukup

4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik


LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas.
Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat
desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit
berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang
bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.
a. Rasa lelah
b. Penurunan berat badan
c. Rasa penuh di perut
d. Kadang kadang rasa sakit di perut
e. Mudah mengalami perdarahan
f. Diaforesis meningkat
g. Tidak tahan panas
8. KOMPLIKASI
a.Sepsis
b. Perdarahan
c.Gagal organ
d. Iron Deficiency Anemia
e.Splenomegali
f. Hepatomegali
g. Kematian

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.
1. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-
kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan
trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm 3,
sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast),
terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara
(leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.
Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih
dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh
peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan
hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis.
Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.

Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik

Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml


Retikulosit : jumlah biasaya rendah

Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)

SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur

PTT : memanjang

LDH : mungkin meningkat

Asam urat serum : mungkin meningkat

Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik

Copper serum : meningkat

Zink serum : menurun

Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.

10. PENATALAKSANAAN
1. Kemoterapi
Kemoterapi pada penderita LLA
Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar
sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia.
Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
vincristin, prednison dan asparaginase.
Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang
bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan
juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6
bulan kemudian.
Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan
yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah.
Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak
dan sistem saraf pusat.
Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini
biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak
hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh.
Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami
harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang
diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.

Kemoterapi pada penderita LMA


Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi
komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di
dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini
berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.
Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi
konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan
obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan
pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup
masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.

Kemoterapi pada penderita LLK


Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan
prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan/tanpa
gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan
kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I
atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III
atau IV diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat
hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup
rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata
dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.

Kemoterapi pada penderita LGK/LMK


Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien
bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat
yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan
pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain
dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi
gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma.
Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan
karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
3. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka
keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada
penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada
awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit
leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk
penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Pengkajian Identitas pasien berisi data demografik faktual tentang klien. Data
tersebut dapat berupa nama anak/orang tua, umur, alamat, nomor telepon,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, agama, kewarganegaraan dan tipe
asuransi yang di tanggung serta data klien masuk RS.
a. Pengkajian umur klien adalah untuk mengetahui usia anak terkait insidensi
terjadinya leukimia pada anak, misalnya pada Leukemia limfoblastik akut
(LLA) berjumlah kira-kira 75% dari semua kasus dengan insidensi tertinggi
pada umur 4 tahun dan Leukemia mieloid akut (LMA) berjumlah kira-kira 20%
dari leukemia, dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai umur 10 tahun,
meningkat sedikit pada masa remaja. Anak dengan LLA sel-T umumnya dari
kelompok umur lebih tua dan lelaki lebih banyak; 66% menunjukkan massa
mediastinum anterior, suatu gambaran yang sangat berkaitan dengan subtipe
leukemia.
b. Pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan menentukan seberapa jauh pengetahuan orang tua terhadap
kesehatan mangingat kecenderungan pada msyarakat dengan pendidikan rendah
kepedulian terhadap kesehatan maupun dalam mencari pertolongan kesehatan.
c. Pekerjaan orang tua
Pekerjaan orang tua menentukan kedekatan terhadap anak. Pada orng tua
dengan karir yang padat makan hubungan antara anak dan orang tua sedikit
mengalami jarak yang menyebabkan kurangnya perhatian terhadap masalah
anak.
2. Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai
infeksi) juga disertai dengan sakit kepala.
3. Riwayat Perawatan Sebelumnya
4. Riwayat kelahiran anak : Prenatal, Natal, Post natal
5. Riwayat Tumbuh Kembang Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan
pada masa pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.
6. Riwayat keluarga Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak
yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).
7. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum tampak lemah Kesadaran composmentis selama belum terjadi
komplikasi.
b. Tanda-Tanda Vital Tekanan darah : 100/70 mmHG Nadi :100x/mnt Suhu :39 c
RR : 20x/mnt
c. Pemeriksaan Kepala Leher Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi
oleh jamur atau bakteri), perdarahan gusi Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi
gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP.
d. Pemeriksaan Integumen Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor
menurun jika terjadi dehidrasi.
e. Pemeriksaan Dada dan Thorax - Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi
intercostae. - Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret
akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada - Palpasi denyut apex
(Ictus Cordis) - Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
f. Pemeriksaan Abdomen - Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran,
terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila ada
pembesaran hepar dan limpa.
g. GI: hipermetabolisme, anoreksia, BB menurun dan keringat padamalam hari
h. Genetalia: pembesaran testis (relaps testikular biasanya menyebabkan
pembengkakan tidak nyeri pada satu atau kedua testis), jarang terjadi priaspismus
11. Pengkajian Kebutuhan Nanda
a.Health promotion : Pengetahuan/kesadaran untuk hidup sehat atau berfungsi
normal dan strategis untuk kontrol utama dan meningkatkan kualitas (hidup
sehat) atau normalitas fungsi.
1) kesadaran kesehatan (pengenalan dari fungsi normal dan kesejahteraan)

Persepsi klien terhadap sakitnya


Pengetahuan klien terhadap penyakitnya
2) managemen kesehatan (pengidentifikasian, pengontrolan, penampilan dan
pembagian aktivitas untuk tujuan kesehatan dan kesejahteraan)
Usaha pencarian pengobatan
Penatalaksanaan klien terhadap penyakitnya
b. Nutrisi : Kegiatan/aktivitas-aktivitas pengambilan, perpaduan/penerimaan dan
penggunaan nutrisi dalam tujuan untuk pemenuhan kebutuhan jaringan,
perbaikan jaringan dan produksi energi.

1) Ingesti.(asupan makanan/nutrisi-nutrisi ke tubuh).


Kaji intake nutrisi sebelum di RS
Kaji pola makan (berapa kali sehari)
Kaji porsi makan
2) Digesti (aktivitas kimia dan fisika dalam mencukupi kebutuhan makan ke
dalam suatu substansi yang dapat diserap dan dipadukan).
Kaji kemampuan menelan
Kaji adanya gangguan di gigi dan mulut
Kaji kemampuan mengunyah
3) Penyerapan (usaha dalam mengambil nutrisi melalui jaringan tubuh).
Kaji gangguan saluran cerna
4) Metabolisme (proses kimia dan fisika yang terjadi pada kehidupan organ-
organ dan untuk penggunaan dan pengembangan protoplasma, produksi
kotoran dan energi, dengan pelepasan energi bagi seluruh proses vital).
Kaji kemampuan dalam sekresi
5) hydrasi (pengambilan dan penyerapan cairan dan elektrolit).
Kaji intake cairan (dalam sekali minum berapa liter)
Kaji jenis makanan
c.Eliminasi : Sekresi dan eksresi produksi kotoran dari tubuh
1) sistem urinari (proses sekresi dan eksresi urine).
Kaji pola BAK (berapa kali, kapan, ada kesulitan atau tidak)
2) sistem gastrointestinal (eksresi dan pengeluaran produksi kotoran dari
abdomen)
Kaji pola BAB (berapa kali, kapan, ada kesulitan atau tidak)

3) sistem pulmonary (pembersihan sisa-sisa/produksi metabolic, sekresi dan


material asing dari paru-paru atau bronchus).
Kaji adanya batuk
Berapa jumlah produksi sputum
d. Aktivitas/istirahat : Produksi, konservasi, pengeluaran atau balance sumber energi

1) tidur/istirahat (tidur, berbaring, ketenangan, tidak beraktivitas)


Kaji pola tidur
Frekuensi
Lama tidur
Kapan waktu tidur
Bisa tidur nyenyak
Ada sesak atau tidak
2) Aktivitas/olahraga (mobilitas tubuh, mengerjakan pekerjaan atau penampilan
tindakan kadang/tidak selalu bertentangan dengan ketahanan)
Frekuensi olah raga
Kemampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari
Aktivitas yang masih bisa dilakukan selama kondisi sakit
Kaji apakah sesak mengganggu aktivitas klien
3) keseimbangan energi (suatu keadaan dinamis dari keharmonisan antara
pemasukan dan pengeluaran dari sumber-sumber)
Kaji tenaga yang digunakan ketika tidur dan aktivitas
4) respon kardiovascular/kardiopulmoner (mekanisme kardiopulmoner yang
mensuport aktivitas/istirahat).
Kaji kemampuan dalam beraktivitas
Kaji adanya kelelahan ketika beraktivitas
Kaji TTV sebelum dan sesudah beraktivitas
Apakah aktivitas yang dilakukan menimbulkan sesak
e. Persepsi/kognisi : Proses sistem informasi manusia tentang perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi dan komunikasi

1) perhatian (kesiapan mental untuk mengerti /mengamati)


2) orientasi (kesadaran akan waktu, tempat dan orang)
3) sensori/persepsi (penerimaan informasi melalui indra perabaan, rasa, bau,
penglihatan, pendengaran dan kinesthesia dan pengertian dari suatu data
sensasi berupa penamaan, asosiasi atau pemahaman)
4) kognitif (penggunaan memori, belajar, berpikir memecahkan masalah,
wawasan, kapasitas intelektual dan bahasa)
5) komunikasi (mengirim dan menerima verbal dan non verbal informasi)
f. Persepsi diri : Kesadaran tentang diri sendiri
g. Peran hubungan : Keuntungan dan kerugian berhubungan/berasumsi antara
orang/group dan berarti oleh yang mana hubungan ini terwujud.
h. Seksualitas :Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi
i. Koping/toleransi terhadap stress : Kemampuan untuk menyelesaikan masalah
terhadap peristiwa hidup/proses hidup
j. Prinsip hidup : Prinsip-prinsip mendasar, mencakup, pemikiran dan tingkah laku
tentang tindakan, kebiasaan atau adat yang tampak nyata atau mempunyai nilai
yang dalam
k. Keselamatan/perlindungan :Kebebasan dari bahaya, perlukaan total, kerusakan
sistem imun, menjaga dari suatu kehilangan, perlindungan dari kesehatan dan
keselamatan.
l. Kenyamanan : Perasaan mental, psikis, kebutuhan sosial atau kenyamanan.
m. Pertumbuhan dan perkembangan : Sesuai usia, pertumbuhan dalam dimensi fisik,
sistem organ atau pencapaian perkembangan yang berarti.

1) pertumbuhan (peningkatan dimensi fisik atau kematangan sistem organ)


2) pencapaian (kekurangan pencapaian, kehilangan perkembangan yang berarti).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Wong, D.L (2004 :596 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
4. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
7. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
8. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA Perencanaan Keperawatan Rasional


O Tujuan Intervensi
1 Resiko infeksi Tujuan : Anak tidak a) Pantau suhu dengan a) untuk mendeteksi
berhubungan mengalami gejala- teliti kemungkinan infeksi
dengan gejala infeksi b) Tempatkan anak dalam b) untuk meminimalkan
menurunnya ruangan khusus terpaparnya anak
sistem pertahanan c) Anjurkan semua c) untuk meminimalkan
tubuh pengunjung dan staff pajanan pada
rumah sakit untuk organisme infektif
menggunakan teknik dari sumber infeksi
mencuci tangan dengan
baik
d) Gunakan teknik aseptik d) untuk mencegah
yang cermat untuk kontaminasi
semua prosedur invasif silang/menurunkan
resiko infeksi
e) untuk intervensi dini
e) Evaluasi keadaan anak
penanganan infeksi
terhadap tempat-tempat
munculnya infeksi
seperti tempat
penusukan jarum,
ulserasi mukosa, dan
masalah gigi
f) Inspeksi membran
mukosa mulut. f) rongga mulut adalah
Bersihkan mulut medium yang baik
dengan baik untuk pertumbuhan
g) Berikan periode organisme
istirahat tanpa g) menambah energi
gangguan untuk penyembuhan
dan regenerasi seluler
h) Berikan diet lengkap
nutrisi sesuai usia h) untuk mendukung
pertahanan alami
tubuh
i) Berikan antibiotik
i) diberikan sebagai
sesuai ketentuan
profilaktik atau
mengobati infeksi
khusus
2 Resiko tinggi Tidak terjadi a) Berikan antiemetik a) untuk mencegah mual
kekurangan kekurangan volume awal sebelum dan muntah
volume cairan cairan dimulainya kemoterapi
berhubungan b) Berikan antiemetik b) untuk mencegah
Pasien tidak
dengan mual dan secara teratur pada episode berulang
mengalami mual
muntah waktu dan program
dan muntah
kemoterapi
c) Kaji respon anak c) karena tidak ada obat
terhadap anti emetik antiemetik yang
secara umum berhasil
d) Hindari memberikan d) bau yang menyengat
makanan yang dapat menimbulkan
beraroma menyengat mual dan muntah
e) Anjurkan makan dalam e) karena jumlah kecil
porsi kecil tapi sering biasanya ditoleransi
f) Berikan cairan f) untuk
intravena sesuai mempertahankan
ketentuan hidrasi
3 Perubahan nutrisi pasien mendapat a) Dorong orang tua untuk a) jelaskan bahwa
kurang dari nutrisi yang adekuat tetap rileks pada saat hilangnya nafsu
kebutuhan tubuh anak makan makan adalah akibat
yang langsung dari mual
berhubungan dan muntah serta
dengan anoreksia, kemoterapi
malaise, mual dan b) Izinkan anak memakan b) untuk
muntah, efek semua makanan yang mempertahankan
samping dapat ditoleransi, nutrisi yang optimal
kemoterapi dan rencanakan unmtuk
atau stomatitis memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera
makan anak meningkat
c) Berikan makanan yang c) untuk memaksimalkan
disertai suplemen kualitas intake nutrisi
nutrisi gizi, seperti susu
bubuk atau suplemen
yang dijual bebas
d) Izinkan anak untuk d) untuk mendorong agar

terlibat dalam persiapan anak mau makan

dan pemilihan makanan


e) Dorong masukan nutrisi e) karena jumlah yang

dengan jumlah sedikit kecil biasanya

tapi sering ditoleransi dengan

Dorong pasien untuk baik

makan diet tinggi kalori kebutuhan jaringan

kaya nutrient metabolik


ditingkatkan begitu
juga cairan untuk
menghilangkan
produk sisa, suplemen
dapat memainkan
peranan penting dalam
mempertahankan
masukan kalori dan
protein yang adekuat
f) Timbang BB, ukur TB f) membantu dalam
dan ketebalan lipatan mengidentifikasi
kulit trisep malnutrisi protein
kalori, khususnya bila
BB dan pengukuran
antropometri kurang
dari normal
4 Nyeri yang pasien tidak a) Mengkaji tingkat nyeri a) informasi memberikan
berhubungan mengalami nyeri dengan skala 0 sampai data dasar untuk
dengan efek atau nyeri menurun 5 mengevaluasi
fisiologis dari sampai tingkat yang kebutuhan atau
leukemia dapat diterima anak keefektifan intervensi
b) Jika mungkin, gunakan b) untuk meminimalkan
prosedur-prosedur rasa tidak aman
(misal pemantauan suhu
non invasif, alat akses
vena c) untuk menentukan
c) Evaluasi efektifitas kebutuhan perubahan
penghilang nyeri dosis. Waktu
dengan derajat pemberian atau obat
kesadaran dan sedasi

d) Lakukan teknik d) sebagai analgetik


pengurangan nyeri non tambahan
farmakologis yang tepat
e) Berikan obat-obat anti e) untuk mencegah
nyeri secara teratur kambuhnya nyeri
5 Intoleransi terjadi peningkatan a) Evaluasi laporan a) menentukan derajat
aktivitas toleransi aktifitas kelemahan, perhatikan dan efek
berhubungan ketidakmampuan untuk ketidakmampuan
dengan berpartisipasi dala
kelemahan akibat aktifitas sehari-hari
anemia b) Berikan lingkungan
tenang dan perlu b) menghemat energi

istirahat tanpa untuk aktifitas dan

gangguan regenerasi seluler atau


penyambungan

c) Kaji kemampuan untuk jaringan

berpartisipasi pada c) mengidentifikasi

aktifitas yang kebutuhan individual

diinginkan atau dan membantu

dibutuhkan pemilihan intervensi

d) Berikan bantuan dalam


aktifitas sehari-hari dan d) memaksimalkan

ambulasi sediaan energi untuk


tugas perawatan diri
6 Kerusakan pasien a) Berikan perawatan kulit a) karena area ini
integritas kulit mempertahankan yang cemat, terutama di cenderung mengalami
berhubungan integritas kulit dalam mulut dan daerah ulserasi
dengan perianal
pemberian agens b) Ubah posisi dengan b) untuk merangsang
kemoterapi, sering sirkulasi dan
radioterapi, mencegah tekanan
imobilitas pada kulit
c) Mandikan dengan air c) mempertahankan
hangat dan sabun kebersihan tanpa
ringan mengiritasi kulit
d) Kaji kulit yang kering d) efek kemerahan atau
terhadap efek samping kulit kering dan
terapi kanker pruritus, ulserasi dapat
terjadi dalam area
radiasi pada beberapa
agen kemoterap
e) Anjurkan pasien untuk e) membantu mencegah
tidak menggaruk dan friksi atau trauma
menepuk kulit yang kulit
kering
f) Dorong masukan kalori f) untuk mencegah
protein yang adekuat keseimbangan
nitrogen yang negatif
g) Pilih pakaian yang g) untuk meminimalkan
longgar dan lembut iritasi tambahan
diatas area yang
teradiasi

7 Perubahan pasien tidak a) Inspeksi mulut setiap a) untuk mendapatkan


membran mukosa mengalami hari untuk adanya ulkus tindakan yang segera
mulut : stomatitis mukositis oral oral
yang b) Hindari mengukur suhu b) untuk mencegah
berhubungan oral trauma mukosa
dengan efek
samping agen c) Gunakan sikat gigi c) untuk menghindari
kemoterapi berbulu lembut, trauma
aplikator berujung
kapas, atau jari yang
dibalut kasa
d) Berikan pencucian
mulut yang sering d) untuk menuingkatkan

dengan cairan salin penyembuhan

normal atau tanpa


larutan bikarbonat
e) Gunakan pelembab bibir

e) untuk menjaga agar


bibir tetap lembab dan
mencegah pecah-
pecah (fisura)
f) Hindari penggunaan f) karena bila digunakan
larutan lidokain pada pada faring, dapat
anak kecil menekan refleks
muntah yang
mengakibatkan resiko
aspirasi dan dapat
menyebabkan kejang

g) agar makanan yang


masuk dapat
g) Berikan diet cair, lembut
ditoleransi anak
dan lunak
h) untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi
h) Inspeksi mulut setiap
i) untuk membantu
hari
melewati area nyeri
i) Dorong masukan cairan
dengan menggunakan
j) dapat mengiritasi
sedotan
jaringan yang luka
j) Hindari penggunaa swab
dan dapat
gliserin, hidrogen
membusukkan gigi,
peroksida dan susu
memperlambat
magnesia
penyembuhan dengan
memecah protein dan
dapat mengeringkan
mukosa
k) untuk mencegah atau
mengatasi mukositis
l) untuk mengendalikan
nyeri

k) Berikan obat-obat anti


infeksi sesuai ketentuan

l) Berikan analgetik
8 Resiko terhadap klien tidak a) Gunakan semua a) karena perdarahan
cedera/perdaraha menunjukkan bukti- tindakan untuk memperberat kondisi
n yang bukti perdarahan mencegah perdarahan anak dengan adanya
berhubungan khususnya pada daerah anemia
dengan ekimosis
penurunan jumlah b) Cegah ulserasi oral dan
b) karena kulit yang luka
trombosit rektal
cenderung untuk

berdarah
c) Gunakan jarum yang
c) untuk mencegah
kecil pada saat
perdarahan
melakukan injeksi
d) Menggunakan sikat gigi
d) untuk mencegah
yang lunak dan lembut
perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-
e) untuk memberikan
tanda perdarahan
intervensi dini dalam
(tekanan darah
mengatasi perdarahan
menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
f) Hindari obat-obat yang
mengandung aspirin f) karena aspirin
mempengaruhi fungsi
g) Ajarkan orang tua dan trombosit
anak yang lebih besar g) untuk mencegah
ntuk mengontrol perdarahan
perdarahan hidung
9 Gangguan citra pasien atau keluarga a) Dorong anak untuk a) untuk membantu
tubuh menunjukkan memilih wig (anak engembangkan
berhubungan perilaku koping perempuan) yang serupa penyesuaian rambut
dengan alopesia positif gaya dan warna rambut terhadap kerontokan
atau perubahan anak sebelum rambut rambut
cepat pada mulai rontok
penampilan b) Berikan penutup kepala b) arena hilangnya
yang adekuat selama perlindungan rambut
pemajanan pada sinar
matahari, angin atau
dingin
c) Anjurkan untuk menjaga c) untuk menyamarkan
agar rambut yang tipis kebotakan parsial
itu tetap bersih, pendek
dan halus
d) Jelaskan bahwa rambut d) untuk menyiapkan
mulai tumbuh dalam 3 anak dan keluarga
hingga 6 bulan dan terhadap perubahan
mungkin warna atau penampilan rambut
teksturnya agak berbeda baru
e) Dorong hygiene, berdan, e) untuk meningkatkan
dan alat alat yang sesuai penampilan
dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf,
topi, tata rias, dan
pakaian yang menarik
10 Perubahan proses pasien atau keluarga a) Jelaskan alasan setiap a) untuk meminimalkan
keluarga menunjukkan prosedur yang akan kekhawatiran yang
berhubungan pengetahuan tentang dilakukan pda anak tidak perlu
dengan prosedur diagnostik b) Jadwalkan waktu agar b) untuk mendorong
mempunyai anak atau terapi keluarga dapat komunikasi dan
yang menderita berkumpul tanpa ekspresi perasaan
leukemia gangguan dari staff
c) Bantu keluarga c) untuk meningkatkan
merencanakan masa perkembangan anak
depan, khususnya dalam yang optimal
membantu anak
menjalani kehidupan
yang normal
d) Dorong keluarga untuk d) memberikan
mengespresikan kesempatan pada
perasaannya mengenai keluarga untuk
kehidupan anak sebelum menghadapi rasa takut
diagnosa dan prospek secara realistis
anak untuk bertahan
hidup
e) Diskusikan bersama e) untuk
keluarga bagaimana mempertahankan
mereka memberitahu komunikasi yang
anak tentang hasil terbuka dan jujur
tindakan dan kebutuhan
terhadap pengobatan dan
kemungkinan terapi
tambahan
f) Hindari untuk f) untuk mencegah
menjelaskan hal-hal bertambahnya rasa
yang tidak sesuai khawatiran keluarga
dengan kenyataan yang
ada
11 .Antisipasi pasien atau keluarga a) Kaji tahapan berduka a) pengetahuan tentang
berduka menerima dan terhadap anak dan proses berduka
berhubungan mengatasi keluarga memperkuat
dengan perasaan kemungkinan normalitas perasaan
potensial kematian anak atau reaksi terhadap
kehilangan anak apa yang dialami dan
dapat membantu
pasien dan keluarga
lebih efektif
menghadapi
kondisinya
b) Berikan kontak yang b) untuk menetapkan
konsisten pada keluarga hubungan saling
percaya yang
mendorong
komunikasi
c) Bantu keluarga c) untuk meyakinkan
merencanakan bahwa harapan mereka
perawatan anak, diimplementasikan
terutama pada tahap
terminal
d) Fasilitasi anak untuk d) memperkuat
mengespresikan normalitas perasaan
perasaannya melalui atau reaksi terhadap
bermain apa yang dialam

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap
perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan
dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).

E. EVALUASI
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil
yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :

1. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

2. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya


laporan peningkatan toleransi aktifitas

3. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

4. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

5. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

6. Masukan nutrisi adekuat

7. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-
bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

8. Kulit tetap bersih dan utuh

9. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak


membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik

10. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga


menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama
anak.

11. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada
tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Leukimia merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal
dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari leukemia. Akan tetapi banyak
faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu faktor genetik, radiasi,
obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik, faktor herediter, ataupun kelainan
kromosom, misalnya pada down sindrom. Secara singkat manifestasi klinik yang sering
dijumpai pada penyakit leukemia yaitu pilek tidak sembuh-sembuh, pucat, lesu, mudah
terstimulasi, demam dan anorexia, berat badan menurun, ptechiae, memar tanpa sebab,
nyeri pada tulang, persendian, nyeri abdomen, lumphedenopathy, hepatosplenomegaly
dan abnormal WBC.

Di Indonesia kasus leukemia sebanyak 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai


83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan
60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan
bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak
tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal
dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan
untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel-
sel normal pada bagian tubuh yang sehat. Untuk kasus-kasus tertentu, dapat jugadilakukan
transplantasi sumsum tulang belakang.Mengenai kemungkinan keberhasilan terapi,
sangat tergantung waktupenemuan pertama penyakit si penderita. Apakah dalam stadium
awal atau sudahlanjut, subtipe penyakit, teratur tidaknya jadwal terapi yang dilakukan,
timbul Relapse (kambuh) atau tidak selama terapi maupun kemungkinan penyebab
yangbisa diperkirakan.

3.2 SARAN

Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan makalah yang
kami tulis ini sehingga menambah minat untuk mencari sumber lain. Karena kami pun
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.Dalam
pembuatan makalah ini kami sadar masih banyak sekali kekurangan. Kami mengharap
saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Sehingga nantinya dapat bermanfaat
untuk kami dalam pembuatan makalah kami berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC

Irianto, Koes. 2013. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

https://galihnd.wordpress.com/2014/03/12/makalah-leukemia/ diakses pada tanggal 22 Maret


2017 pukul 12.43

You might also like