You are on page 1of 7

Konsep Stres dan Koping Keluarga

A. Konsep Stres
Stres adalah respon atau keadaan ketegangan yang dihasilkan oleh
stressor secara aktual / masalah yang tidak teratasi (Antonovsky, 1979; Burr,
1973). Stress adalah ketegangan dalam seseorang atau sistem sosial dan
merupakan reaksi terhadap situasi yang menimbulkan tekanan
(Burgess,1978)
Stressor adalah agen penyebab yang mengaktifkan proses stres (Burr
et al., 1993; Chrisman & Fowler, 1980). Stressor keluarga bisa berasal dari
dalam atau luar lingkup keluarga, lingkungan, ekonomi, atau pengalaman dan
kejadian sosiokultural.

B. Konsep Koping
Koping adalah proses pemecahan masalah dimana seseorang
mempergunakannya untuk mengelola kondisi stres. Derajat stres ditentukan
oleh perbandingan antara apa yang terjadi (sumber stresor) orang akan
secara sadar atau tidak sadar untuk mengatasi situasi tersebut (Smeltzer,
2001).
Koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk
menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/ancaman. Koping
lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan
yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain,
koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres atau tekanan
(Siswanto, 2007).

C. Mekanisme Koping
Menurut Lazarus dan Folkman (1984, dalam Safaria dan Saputra, 2009),
koping terbagi dalam 2 jenis yaitu :
1 Koping yang berfokus untuk mengatur emosi (Emotion-focused coping).
Adalah suatu usaha untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi
yang sangat menekan. Emotionfocused coping cenderung dilakukan
apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi
yang stressful, yang dilakukan individu adalah mengatur emosinya.
Sebagai contoh, ketika seseorang yang dicintai meninggal dunia, dalam
situasi ini, orang biasanya mencari dukungan emosi dan mengalihkan diri
atau menyibukkan diri dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah atau
kantor.
Aspek dari koping yang berfokus untuk mengatur emosi:
a Seeking social emotional support Mencoba memperoleh dukungan secara
emosional maupun sosial dari orang lain.
b Distancing Mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari
masalah atau membuat sebuah harapan positif.
c Escape avoidance Menghayal mengenai situasi atau melakukan tindakan
atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan. Individu
melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk
tidak memikirkan mengenai masalah dengan tidur atau menggunakan
alkohol yang berlebih.
d Self control Mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan
dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.
e Accepting responsibility Menerima untuk menjalankan masalah yang
dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.
f Positive reappraisal Mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi
dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat
yang religius.
2 Koping yang berfokus pada permasalahan (Problem-focused coping). Adalah
suatu usaha untuk mengurangi stresor, dengan mempelajari cara-cara atau
keterampilan-keterampilan yang baru untuk digunakan mengubah situasi,
keadaan, atau pokok permasalahan. Setiap hari dalam kehidupan kita secara
tidak langsung problemed-focused coping telah sering digunakan, saat kita
bernegosiasi untuk membeli sesuatu di toko, saat kita membuat jadwal
pelajaran, mengikuti treatment-treatment psikologis, atau belajar untuk
meningkatkan keterampilan.
Aspek koping yang berfokus pada permasalahan:
a Confrontative coping: yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap
sumber tekanan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang tinggi,
dan pengambilan resiko.
b Seeking Social Support: atau mencari dukungan sosial yaitu usaha untuk
mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain.
c Planful Problem Solving: yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang
dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.

D. Metode Koping
Ada 2 metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah
psikologis seperti dikemukakan oleh Rasmun (2004) yang mengutip pendapat
Bell (1977), metode tersebut antara lain:
1 Metode koping jangka panjang (konstruktif). Merupakan cara yang efektif
dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu
yang lama, contohnya berbicara dengan orang lain, mencoba mencari
informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi,
menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan
kekuatan supranatural, melakukan latihan fisik untuk mengurangi
ketegangan, membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi
situasi, mengambil pelajaran atau pengalaman masa lalu, dan lain-lain.
2 Metode koping jangka pendek (destruktif). Cara ini digunakan untuk
mengurangi stres dan cukup efektif untuk waktu sementara, contohnya
menggunakan alkohol atau obat, melamun dan fantasi, mencoba melihat
aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan, tidak ragu dan
merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, dan lain-lain.

Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah


seperti yang di kemukakan oleh Mc.Cubbin (1979, dalam Rasmun, 2004)
adalah; mencari dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga, tetangga,
teman, atau keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu
agar lebih dapat menanganinya dan menerima, menggunakan pengalaman
masa lalu untuk mengurangi stres/kecemasa, mencari dukungan spiritual,
berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah,
menggerakkan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan, penilaian
secara pasive terhadap peristiwa yang di alami dengan cara menonton tv,
atau diam saja.

E. Tingkat Stress
Stres tahap l: Tahapan stres paling ringan, disertai perasaan semangat
kera besar bahkan berlebihan (overacting), senang dengan pekerjannya
dan lebih bersemangat.
Stres tahap II: Dampak stres yang semula menyenangkan mulai
menghilang dan timbullah berbagai keluhan akibat cadangan energi yang
menipis; merasa letih dan tidak dapat santai.
Stres tahap III: Keluhan-keluhan semakin nyata dan mengganggu,
gangguan lambung dan usus semakin nyata, rasa tidak tenang dan
ketegangan emosional semakin meningkat, sulit tidur malam (insomnia),
namun kelainan fisik pada organ belum ditemukan.
Stres tahapIV: Suatu pekerjaan yang semula menyenangkan dan menjadi
membosankan dan sulit dikerjakan, tidak mampu melaksanakan kegiatan
rutin sehari-hari, rasa takut dan cemas tanpa sebab yang jelas.
Stres tahap V: Kelelahan fisik dan mental semakin mendalam tidak
mampu kerja ringan dan sederhana, gangguan sistem pencemaan
semakin berat, rasa ketakutan dan cemas meningkat, mudah bingung dan
panik.
Stres tahap VI: Merupakan tahapan klimaks, Pasien mengalami serangan
panik dan perasaan takut mati, sering dibawa ke UGD/ICCU, keluhan
jantung berdebar sangat keras, sulit bernafas, tidak mampu kerja ringan
(Maramis, 2005).

F. Sumber Stress
Kejadian hidup yang dapat menimbulkan stress dalam keluarga (McCubbin,
Patterson, & Wilson, 1983):
a. Kehilangan
Kematian seorang anak
Kematian orangtua atau pasangan
Perceraian anak yang sudah menikah
b. Ketegangan hubungan pernikahan
Suami istri atau orangtua bercerai
Perselingkuhan suami istri
Kesulitan dengan hubungan seks suami istri
c. Pelanggaran hukum dalam keluarga
Kekerasan dalam rumah tangga, fisik maupun seksual
Seorang anggota keluarga masuk penjara
Seorang anggota keluarga kabur dari rumah
d. Penyakit dan perawatan keluarga
Seorang anggota keluarga menjadi disabilitas atau sakit kronis
Kesulitan dalam merawat keluarga disabilitas atau sakit kronis
Naiknya tanggung jawab dalam merawat atau membantu secara
finansial untuk mertua.
e. Ketegangan dalam keluarga
Seorang anggota keluarga ketergantungan alkohol dan obat-obatan
terlarang
Seorang keluarga mengalami gangguan jiwa
Kesulitan dalam menghadapi anak dalam fase remaja
G. Strategi Koping Keluarga
a. Strategi koping internal
1. Strategi hubungan
Kepercayaan keluarga
Berkumpul bersama keluarga adalah proses yang sangat penting
dalam menghadapi masalah keluarga. Keluarga membuat struktur
dan organisasi yang lebih baik didalam rumah. Ketika keluarga
berhasil membuat struktur yang lebih baik, ini membuat keluarga
dapat mengontrol hidup mereka menjadi lebih baik.
Melakukan sharing bersama
Salah satu cara yang dapat membawa keluarga menjadi lebih
dekat dan menghadapi stress adalah dengan berbagi perasaan
dan mengikutsertakan setiap anggota keluarga dalam kegiatan
keluarga. Sharing bersama dapat membuat hubungan keluarga
menjadi lebih erat.
Fleksibilitas peran
Sebuah keluarga harus mampu beradaptasi untuk perubahan atau
perkembangan lingkungan. Pasangan suami istri mampu berbagi
peran dan berganti peran saat diperlukan.
2. Strategi kognitif
Normalisasi
Kecenderungan bagi keluarga untuk dapat membuat masalah
senormal mungkin yang mereka bisa ketika mereka menghadapi
stressor dalam jangka waktu yang panjang. Dan cenderung dapat
mengganggu fungsi dalam rumah tangga mereka.
Mengontrol makna masalah dengan re-framin dan menilai secara
pasif
Dengan re-framing keluarga kembali melihat masalah mereka.
Bagaimana masalah itu terjadi dan membadingkannya dengan hal-
hal yang positif. Setelah membandingkan, kemudian keluarga
menilai apakah masalah tersebut menjadi hal yang positif atau
tidak.
Pemecahan masalah bersama
Keefektifan pemecahan masalah dalam keluarga melibatkan 7
tahap spesifik:
1) Identifikasi masalah
2) Mengkomunikasikan masalah
3) Kemungkinan pemecahan masalah
4) Menentukan strategi mana yang digunakan
5) Melakukan strategi
6) Memonitoring apkah strategi yang digunakan berhasil
7) Mengevaluasi semua proses pemecahan masalah
Mengumpulkan infromasi dan pengetahuan
Keluarga mencari informasi terkait stressor dan penyebab. Mencari
informasi apakah masalah mereka dapat mengancam kehidupan
atau tidak. Dengan mendapatkan informasi ini dapat menurunkan
tingkat ketakutan keluarga.
Menggunakan humor
Humor tidak hanya meningkatkan spirit tapi juga sistem imun.
Humor juga dapat membuat keluarga kepas dari kecemasan dan
ketakutan.
b. Strategi koping eksternal
Inti dari koping eksternal adalah menjaga hubungan sosial dengan
komunitas.
1. Strategi pendukung sosial ( keluarga besar, teman, tetangga,
komunitas, pendukung sosial secara formal)
2. Strategi spritual
Konsultasi ke pendeta/ustadz
Lebih terlibat dalam kegiatan agamis
Pasrah dan percaya kepada Tuhan
Berdoa
Lebih dekat dengan alam

H. Sumber dukungan sosial


a. Sumber informal
1. Keluarga besar
2. Teman
3. Tetangga
4. Komunitas sosial
b. Sumber formal
1. Konseling ke tenaga profesional
2. Mencari informasi dari layanan kesehatan dan tenaga profesional lain

Daftar Pustaka
Friedman, Marilyn. 1992. M. Family Nursing: Research, Theory & Practice

Siswanto, (2007) Kesehatan Mental, Konsep, cakupan dan perkembangannya, ANDI


Yogyakarta

Mc.Cubbin. 1979. Dalam Rasmun. 2004. Stres, Koping dan Adaptasi. Sagung Seto:
Jakarta.

Lazarus, R. S., & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. Dalam Safaria,
dkk. 2009. Manajemen Emosi. Bumi Saputra: Jakarta.

Maramis W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya.

Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

You might also like