You are on page 1of 6

LTM Keperawatan Dewasa V

Nama : Wita Widiani


Kelas : B Ekstensi 2015
NPM : 1506800905
Topik : Pengkajian pada gangguan eliminasi fekal: pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


eliminasi fekal, diperlukan pengkajian terlebih dahulu. Pengkajian diawali dari
riwayat kesehatan pasien, diikuti dengan pemeriksan fisik, hingga pemeriksaan
diagnostik lainnya. Pada LTM ini penulis akan menguraikan pengkajian pada
gangguan eliminasi fekal, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
(Black, 2014)
Gambar di bawah ini dapat digunakan dalam pengkajian pada pasien dengan
gangguan eliminasi fekal (Black, 2014).

Hal mendasar dalam pengkajian selain data demografi yaitu riwayat


kesehatan. Riwayat kesehatan dapat ditanyakan:
LTM Keperawatan Dewasa V

1. Riwayat kesehatan saat ini: Adanya nyeri saat BAB, feses bercampur darah,
BAB cair dengan frekuensi sering, dan lain-lain.
2. Riwayat kesehatan dahulu: Adanya riwayat perdarahan pada saluran
gastrointestinal (GI), adanya penyakit penyerta, riwayat operasi yang
berhubungan dengan saluran GI, riwayat alergi, dan riwayat pengobatannya.
3. Riwayat keluarga: Adanya keluarga yang memiliki penyakit terkait saluran
GI, seperti kanker kolon. (Black, 2014)
Selain itu perlu dikaji pola kebiasaan sehari-hari terkait dengan asupan nutrisi
atau kebiasaan diet dan pola eliminasi pasien. Pada kebiasaan diet dikaji mengenai
jenis makanan yang dikonsumsi pasien (tinggi serat, makanan olahan sendiri, atau
makanan berlemak). Setelah itu pola eliminasi, terutama defekasi. Hal yang perlu
dikaji antara lain:
1. Pola defekasi: Frekuensi, pernah berubah atau tidak
2. Perilaku defekasi: Penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola
3. Deskripsi feses: Warna, bau, dan tekstur
4. Penggunaan medikasi: obat obatan yang mempengaruhi defekasi (Black,
2014; Hidayat, 2008).
Setiap karakteristik feses dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menginspeksi karakteristik feses sangat penting untuk dikaji. Berikut merupakan
tabel mengenai karakteristik feses normal dan abnormal pada usia dewasa
(Hidayat, 2008).
Karakteristik Feses Normal dan Abnormal
Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan Penyebab
Warna Kecoklatan Pekat/putih Adanya pigmen empedu (obstruksi empedu);
pemeriksaan diagnostik menggunakan barium
Hitam Perdarahan bagian atas GI
Merah Terjadi hemoroid, perdarahan bagian bawah GI (seperti
rectum), makan buat bit
Pucat dengan Malabsorpsi lemak, diet tinggi tinggi susu dan produk
lemak susu, dan rendah daging
Orange atau hijau Infeksi usus
Lendir darah Darah pada feses dan infeksi
Konsistensi Berbentuk, Keras kering Dehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurangnya
lunak/ lembek, serat, kurang latihan, gangguan emosi
basah Cair Peningkatan motilitas usus, misalnya akibat iritasi
kolon oleh bakteri ( menyebabkan diare), kekurangan
absorpsi
Bentuk Silinder Mengecil bentuk Kondisi obstruksi rektum
(bentuk pensil atau seperti
rectum) benang
dengan
diameter 2,5
LTM Keperawatan Dewasa V

cm
Jumlah Tergantung
diet
(100-400
gram/hari)
Bau Aromatik Tajam, pedas Sumber bau pada feses, berasal dari senyawa indole,
diperngaruhi skatol, hydrogen, sulfidedan amine diproduksi oleh
oleh makanan pembusukan protein oleh bakteri perusak atau
yang dimakan pembusuk. Bau menusuk hidung tanda terjadinya
dan peningkatan kegiatan bakteri yang tidak kita hendaki
flora/bakteri
Unsur pokok Sejumlah kecil Pus, mukus, Infeksi bakteri, kondisi peradangan, perdarahan
bagian kasar parasit, darah, gastrointestinal, malabsorpsi, salah makan
makanan yang lemak dalam
tidak dicerna, jumlah besar,
potongan benda asing
bakteri yang
mati, sel
epitel, lemak,
protein, unsur-
unsur kering,
cairan
pencernaan
Frekuensi Biasanya Lebih dari 6x Hipermotility
1-2x/2 hari sehari

Kurang dari sekali Hipomotility


seminggu

Pemeriksaan fisik dari saluran GI bawah meliputi pemeriksaan abdomen,


anus, dan rektum. Menurut Black (2014) pemeriksaan dilakukan dengan posisi
supinasi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu:
1. Inspeksi: lihat apakah datar, membulat, atau skafoid. Perhatikan adanya
gelombang peristaltik yang tampak atau abnormal. Perhatikan jaringan parut
atau adanya vena yang membesar. Lihat posisi, bentuk, dan warna umbilikal.
Umbilikal yang menonjol dapat mengindikasikan hernia umbilikalis.
2. Auskultasi: Auskultasi bising usus dengan menggunakan diafragma
stetoskop. Dapat terdengar pergerakan cairan dan udara. Normalnya
terdengar setiap 5-10 detik dan umumnya sekitar 5-35 x/menit.
a. Hipoaktif, sangat lemah dan jarang (1x/menit), menunjukkan
penurunanan motilitas usus yang berhubungan dengan ileus paralitik.
b. Hiperaktif (setiap 3 detik). Menunjukkan peningkatan motilitas
berhubungan dengan diare, obstruksi usus awal, dan penggunaan laksatif.
LTM Keperawatan Dewasa V

c. Tidak ada bising usus (tidak terdengar


selama 3-5 menit) menunjukkan
penghentian mortilitas usus.
Auskultasi bunyi vaskular menggunakan
bel stetoskop. Dengarkan adanya bruit
atau tidak.
3. Perkusi: Perkusi digunakan untuk mendeteksi
keberadaan cairan distensi akibat gas, atau
massa padat. Perkusi beberapa area di tiap
empat kuadran. Suara normal yang muncul
adalah timpa ni. Keberadaan fese dan cairan
menyebabkan bunyi tumpul (dull)
4. Palpasi: Palpasi menyentuh dan dalam
untuk menentukan ukuran dan bentuk
organ dan massa abdomen. Apakah ada
tegangan di area tertentu atau empuk
(tenderness). (Black, 2014)

Setelah pemeriksaan dilakukan, selanjutnya yaitu pemeriksaan laboratorium.


Pada pasien dengan gangguan eliminasi fekal, dapat dilakukan pemeriksaan
seperti:
1. Pemeriksaan Darah Samar Feses
Tes ini bermanfaat pada skrining awal kanker. Tes ini mendeteksi bagian yang
mengandung besi-heme dari molekul hemoglobin yang diubah selama transit
melalui usus. Tes yang paling sering digunakan adalah hemetest. Tes ini tidak
menimbulkan risiko pada pasien. Tetapi tidak boleh digunakan pada pasien
dengan perdarahan hemoroid. Spesimen feses diusap pada slide kertas kering
dan dicelupkan pada guaiak. Dan dianjurkan tes seri 3 hari. Terdapat faktor
yang mempengaruhi sensitivitas dan spesivitas tes. Seperti pasien yang
mengkonsumsi daging,
unggas, sardin, dan salmon
dalam 48 jam sebelum atau
selama tes akan membuat
LTM Keperawatan Dewasa V

hasil positif palsu. Obat-


obatan seperti besi, iodin,
kolkisin, salisilat, kortikosteroid, dan vitamin C dapat menyebabkan hasil tes
positif palsu. Hemetest II SENSA dan Hemo-Quant merupakan contoh tes
yang dikembangkan untuk hasil lebih spesifik dan sensitif. (Smeltzer, 2010)
2. Pemeriksaan Feses untuk Telur dan Parasit Patogen Bakteri
Pemeriksaan spesimen feses dapat mendeteksi infeksi usus yang disebabkan
oleh beberapa tipe parasit dan telurnya (ova). Pemeriksaan bakteriologi dari
feses dapat mengidentifikasikan patogen yang menyebabkan penyakit
gastointestinal yang jelas. Mengidentifikasikan organisme ini penting untuk
merawat pasien dan selanjutnya mencegah terjadinya komplikasi yang serius.
(Black, 2014)

Daftar Pustaka

Black J.M.&Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis


Untuk Hasil Yang Diharapkan, (8th.ed). Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, S. C., et al.. (2010). Brunner & Suddarths Textbook of Medical-
Surgical Nursing 12th Ed., Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
LTM Keperawatan Dewasa V

You might also like