You are on page 1of 8

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

EKSTRAKSI KAFEIN DARI TEH

Oleh :

1. Silvia Andini (652005007)

2. Elisabeth Rahayuni (652005013)

Program Studi Kimia


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2007
Praktikum Kimia Organik II

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Nama/NIM : 1. Silvia Andini (652005007)


2. Elisabeth Rahayuni (652005013)

Tanggal Praktikum : 23 Februari 2007

JUDUL : EKSTRAKSI KAFEIN DARI TEH

TUJUAN
1. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk mengekstraksi senyawa kafein yang terkandung
di dalam teh.
2. Menentukan kadar kafein yang terkandung di dalam teh.

DATA FISIK
Bahan/senyawa Mw Bp (0C) Mp (0C) d Sifat khusus
Kafein 194,19 - 238 1,23 o Larut dalam air, alkohol,
aseton, eter, benzen
kloroform, THF, Pyrol, Etil
asetat
o Sedikit larut dalam
petroleum eter
o Kelarutan dalam air
ditingkatkan dengan
penambahan alkali benzoat,
sinamat, sitrat, salisilat
Diklormetan 84,94 39,75 -95 1,3255 o Larutan tidak berwarna
o Uapnya tidak mudah terbakar
o Ketika bercampur dengan
udara tidak mudah meledak
o Larut dalam alkohol, eter,
dimetil formamid
o Pada konsentrasi tinggi

2
Praktikum Kimia Organik II

bersifat membius
o Dapat bercampur dengan air
dengan perbandingan 50% :
50%
Aseton 58,08 56,5 -94 0,788 o Larutan tidak berwarna
o Mudah menguap, mudah
terbakar
o Berbau tajam & menyengat
o Larut dalam air, alkohol, eter,
benzen, kloroform, dimetil
formamid
Na2SO4 142,06 - 800 2,7 o Berbentuk serbuk atau kristal
bipiramidal ortorombik
o Larut dalam air
o Tidak larut dalam alkohol
Air (aquades) 18,016 100 0 0,998 o Merupakan pelarut universal
yang paling sering digunakan
o Cairan jernih, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak berasa
o Tidak mudah menguap &
tidak mudah terbakar

METODE
Ekstraksi kafein
1. Satu bungkus teh celup dibuka kemudian diukur beratnya.
2. Satu bungkus teh celup diseduh dengan 50 ml air panas (air mendidih) dan didiamkan selama
10 menit.
3. Air teh dituang ke tempat lain dan didinginkan hingga suhu kamar.
4. Teh celup tersebut diseduh lagi dengan 20 ml air panas dan didiamkan selama 10 menit.
5. Air teh ditampung pada tempat yang sama dan didinginkan hingga suhu kamar.
6. Air teh dari no 5 dimasukkan ke corong pisah.
7. Diekstraksi dengan diklormetan sebanyak 3 x @ 10 ml.

3
Praktikum Kimia Organik II

8. Lapisan bawah ditampung kemudian ditambahkan drying agent (Na 2SO4) sampai tidak
menggumpal.
9. Kemudian ditampung dalam erlenmeyer yang sudah ditara.
10. Diklormetan diuapkan di dalam waterbath sampai habis.
11. Ditunggu hingga terbentuk kristal.
12. Erlenmeyer berisi kristal tersebut dimasukkan ke dalam desikator selama 10 menit kemudian
ditimbang.
13. Dihitung massa kristal yang diperoleh kemudian dihitung % yield kasar.

Rekristalisasi
1. Aseton dipanaskan.
2. Kristal kasar dilarutkan dalam aseton panas tersebut (hasil semua kelompok dijadikan satu).
3. Didiamkan hingga terbentuk kristal.
4. Disaring dengan kertas saring yang telah ditara.
5. Kristal murni ditimbang.
6. Dihitung % yield kristal murni.

HASIL PENGAMATAN
Ekstraksi kafein
Teh celup yang digunakan : Teh TongTji
Massa teh celup : 2,1 gram

Massa Erlenmeyer + kristal = 60,0153 gram


Massa Erlenmeyer kosong = 59,8648 gram
Massa kristal kasar = 0,1505 gram

massa kristal
% yield kasar x100%
massa teh
0.1505
= x100%
2. 1
= 7,17 %
Bentuk kristal kafein : bentuk seperti jarum, warna putih kekuningan
Rekristalisasi

4
Praktikum Kimia Organik II

Massa beaker glass + kristal murni total = 33, 0462 gram


Massa beaker glass kosong = 32, 8516 gram
Massa kristal murni = 0, 1946 gram
No. Kelompok Massa Kristal Kasar (g) Massa Teh Celup (g)
1. Elisabeth & Silvia 0.1505 2.10
2. Bobby & Novina 0.0356 1.98
3. Shinta & Ryan 0.0812 1.89
4. Agustian L. & Herlina 0.0749 1.98
5. Vino & Wahyu 0.0999 2.26
6. Retno & Yonathan 0.0661 1.81
massa kristal murni total
% yield murni x100%
massa kristal kasar total
0.1946
= x100%
0.5082
= 38.29 %
Kandungan kafein murni dalam teh celup total (semua kelompok)
massa kristal murni total 0.1946
= x100% x100% 1.62%
massa teh total 12.02

PEMBAHASAN
Kafein merupakan suatu alkaloid yang merupakan senyawa aktif yang terkandung dalam teh dan
kopi. Dalam praktikum ini akan diuji kandungan kafein dalam teh. Sebagai bahan alam, kafein tidak
hadir sendiri di dalam teh melainkan ada bersama dengan senyawa-senyawa organik lainnya. Oleh
karena itu, perlu dilakukan ekstraksi kafein dari teh untuk memisahkan senyawa kafein dari senyawa-
senyawa organik lainnya yang terkandung dalam teh sehingga dapat diperoleh kafein murni.
Dalam percobaan ini, teh yang digunakan sebagai sampel untuk dihitung kadar kafeinnya adalah
teh celup TongTji. Pertama-tama teh direndam dalam 50 ml air panas (air mendidih) selama 10 menit.
Tujuannya adalah untuk melarutkan kafein yang terkandung di dalam teh. Perendaman / penyeduhan
teh ini diulangi sekali lagi dengan menggunakan 20 ml air panas agar jumlah kafein yang terlarut dapat
lebih maksimal. Selama proses perendaman, teh menyerap air sehingga total volume air setelah proses
perendaman kurang dari 70 ml. Setelah proses penyeduhan tersebut, air teh yang dihasilkan
dimasukkan ke dalam corong pisah untuk diekstraksi. Pelarut yang digunakan adalah diklormetan.
Diklormetan berfungsi untuk mengikat kafein yang terdapat pada filtrat teh (air teh hasil seduhan).
Digunakan diklormetan karena diklormetan mudah menguap sehingga setelah ekstraksi selesai maka
kafein yang terikat pada diklormetan dapat dengan mudah dipisahkan dari diklormetan dengan cara
menguapkan diklormetan secara keseluruhan. Waktu untuk menguapkan tidak akan terlalu lama karena

5
Praktikum Kimia Organik II

titik didih diklormetan yang rendah, sehingga dapat lebih menghemat waktu. Selain itu, diklormetan
tidak dapat bercampur dengan air sehingga yang dapat diikat oleh diklormetan hanya kafein. Oleh
karena itu, pada proses esktraksi ini, air dan kafein terpisah, di mana kafein terikat pada diklormetan.
Pada proses ekstraksi dengan diklormetan ini dihasilkan gas yaitu uap diklormetan yang dikeluarkan
melalui kran pada corong pisah, sebagaimana telah disebutkan bahwa diklormetan mempunyai titik
didih yang rendah sehingga sangat mudah menguap. Ekstraksi dengan diklormetan dilakukan sebanyak
tiga kali agar jumlah kafein yang terikat dalam diklormetan dapat lebih maksimum. Pada proses
ekstraksi di dalam corong pisah, corong pisah perlu diguncang-guncangkan ( dilakukan pengocokan
searah ) supaya diklormetan dapat mengikat kafein secara merata di seluruh bagian air sehingga
diperoleh jumlah kafein yang maksimal. Tetapi, pengguncangan ( pengocokan ) ini tidak boleh terlalu
kuat karena akan menimbulkan emulsi. Dalam percobaan yang dilakukan praktikan, terbentuk emulsi.
Emulsi dalam proses ekstraksi kafein ini sangat mudah terjadi sebab kafein diperoleh dari serbuk teh
(padatan), yang memiliki ukuran molekul cukup besar, sehingga ketika dicampur dengan suatu pelarut
cair maka kafein dapat menjadi zat yang terdispersi dalam medium pendispersinya, yang dalam hal ini
ialah diklormetan.
Dari proses ekstraksi ini dihasilkan dua lapisan, yaitu lapisan air di bagian atas ( berwarna coklat
kemerahan yang merupakan filtrat air teh tanpa kandungan kafein) dan lapisan diklormetan + kafein di
bagian bawah. Air berada di lapisan atas karena densitas air lebih rendah daripada densitas diklormetan.
Lapisan yang ditampung adalah lapisan bawah karena kafein yang terkandung dalam teh telah terikat
pada diklormetan. Emulsi yang berada di antara lapisan bawah dan lapisan atas tidak ikut diambil.
Padahal di dalam emulsi tersebut terdapat kafein yang terdispersi sehingga hal ini akan menyebabkan
kafein yang terambil kurang maksimal. Pada diklormetan yang telah ditampung, kemungkinan masih
terdapat air teh yang ikut tertampung, baik karena ikut mengalir turun saat kran pada corong pisah
dibuka untuk menampung lapisan bawah maupun pada saat pengeluaran gas di mana terdapat sedikit
air teh yang keluar dan berada di ujung saluran corong pisah tersebut, oleh karena itu dilakukan
penambahan drying agent berupa Na2SO4 untuk mengikat air. Jika tidak dilakukan pengikatan molekul
air, maka kristal yang ditimbang kemungkinan mengandung air sehingga beratnya menjadi lebih besar
dari yang seharusnya. Selain itu, pada proses kristalisasi, dapat terjadi titik didihnya akan menjadi lebih
tinggi sehingga memperlama waktu kristalisasi. Untuk memperoleh kristal kafein, filtrat (diklormetan +
kafein) dipindahkan ke dalam erlenmeyer yang sudah ditara terlebih dahulu supaya drying agent yang
ditambahkan tadi tidak ikut ke dalam diklormetan + kafein, lalu barulah dilakukan penguapan
diklormetan sampai benar-benar habis. Waktu penguapan ini tidak terlalu lama karena titik didih
diklormetan rendah dan sudah tidak ada kandungan air lagi. Pada saat proses penguapan ini, mulai
6
Praktikum Kimia Organik II

terbentuk kristal-kristal kafein yang berbentuk seperti jarum dan berwarna putih kekuningan. Kristal ini
terus terbentuk sampai diklormetan habis.
Sebelum penimbangan, erlenmeyer yang berisi kristal perlu dimasukkan desikator terlebih dahulu
untuk menyamakan suhu kristal dengan suhu ruang dan menyerap uap air yang terkandung dalam
kristal dari proses pemanasan karena proses pemanasan dilakukan dalam keadaan terbuka sehingga
dapat tercampur oleh uap air dari udara bebas. Dalam wadah desikator terdapat bahan-bahan yang
bersifat higroskopis, yang dapat / mudah menyerap uap air, misalnya silika. Dari hasil penimbangan
diperoleh bahwa % yield dari kristal kafein ini adalah 7,17 %. Persentase ini cukup besar karena
menurut literatur, kandungan kafein dalam teh hanya berkisar antara 2-5 %. Hal ini dapat disebabkan
karena proses desikator terlalu cepat sehingga suhu kristal belum stabil / belum sama dengan suhu
ruang dan kristal masih mengandung uap air. Pada pelaksanaan, desikator dilakukan selama 10 menit.
Sebaiknya desikator dilakukan selama 15-20 menit. Selain itu, penaraan erlenmeyer terlalu cepat
sehingga massa erlenmeyer dapat berubah karena pengaruh udara bebas dan lingkungan, apalagi
penimbangan dilakukan dengan neraca dengan ketelitian 0.0001 gram sehingga perubahan massa
sedikit saja dapat sangat berpengaruh. Kristal yang dihasilkan dari ekstraksi ini masih berupa kristal
kasar. Untuk memperoleh kristal yang lebih murni harus dilakukan rekristalisasi.
Proses rekristalisasi dilakukan dengan cara melarutkan kristal kafein hasil ekstraksi (kristal kasar)
dalam aseton panas. Kafein maupun zat-zat pengotor yang ikut bercampur dengan kristal kafein dapat
larut dalam aseton dalam keadaan panas. Akan tetapi setelah didiamkan hingga suhunya turun, maka
kafein akan kembali mengkristal tanpa mengendapkan zat-zat pengotor yang lainnya sehingga dari sini
dapat diperoleh kafein murni. Setelah itu dilakukan penyaringan. Dari penyaringan ini dihasilkan
kristal kafein yang lebih murni, karena zat-zat pengotor telah larut dalam aseton panas (telah diikat oleh
aseton panas) dan keluar sebagai filtrat yang dipisahkan dari kristal kafein. Kemudian kristal tersebut
dimasukkan dalam beaker glass yang sudah ditara dan didiamkan selama 3 hari. Setelah itu, dilakukan
penimbangan untuk menghitung massa kristal murni. Sebelum ditimbang, beaker glass + kristal
didesikator selama 10 menit. Berdasarkan hasil penimbangan, diperoleh massa kristal kafein murni
dari semua kelompok sebesar 0.1946 gram. Jumlah kristal murni ini jauh lebih kecil daripada kristal
kasar karena jelas bahwa pada kristal kasar masih terkandung pengotor sebab keberadaan kafein dalam
teh ada bersama-sama dengan senyawa lain. Bila dibandingkan dengan massa kristal kasar maka
persentase yield kristal murni ialah 38.29 % (kurang dari 50 %). Ini menunjukkan bahwa kadar kafein
yang terkandung dalam teh sangat kecil. Untuk menegtahui kadar kafein dalam teh maka dihitung
persentase dari massa kristal kafein murni dibanding dengan massa teh keseluruhan (karena kristal
murni diperoleh dari rekristalisasi semua kristal kasar dari seluruh teh). Dari hasil perhitungan,
7
Praktikum Kimia Organik II

diperoleh kadar kafein dalam teh sebesar 1.62 % berdasar massa. Kadar ini dapat dikatakan sebagai
kadar rata-rata. Ternyata, kadar kafein murni dalam teh lebih kecil dari 2 % ( batas terkecil dari range
2-5 % ). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa range 2-5 % merupakan kadar kafein kasar dalam teh
sedangkan kadar murninya kurang dari range tersebut.
Meskipun telah diperoleh kadar kafein murni dalam teh namun tidak menutup kemungkinan
terjadi kesalahan dalam pelaksanaan percobaan karena kristal murni yang diperoleh tidak benar-benar
dalam keadaan kering karena setelah dilakukan penyaringan, tidak dilakukan pengeringan. Walaupun
saat penyimpanan kristal selama 3 hari, wadah kristal ditutup rapat, tetapi tetap ada kemungkinan
kristal tersebut tercampur oleh uap air dari udara, mengingat keadaan udara yang lembab. Selain itu
proses desikator juga tidak terlalu lama. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa kadar kafein dalam teh
lebih kecil dari 1.62 %.

KESIMPULAN
Di dalam teh terkandung senyawa kafein dengan kadar yang sangat kecil.
Persentase yield kristal kafein kasar dalam 2,1 gram teh TongTji adalah sebesar 7,17 %, lebih
besar dari rata-rata 2-5 %.
Untuk melarutkan kafein yang terkandung dalam teh dapat digunakan air panas (air mendidih).
Ekstraksi dengan diklormetan berguna untuk mengikat kafein yang terkandung dalam filtrat teh
tanpa mengikat air sehingga pada proses ekstraksi akan terbentuk 2 lapisan.
Penambahan drying agent, Na2SO4, berfungsi untuk mengikat molekul air yang ikut terambil saat
pemisahan lapisan yang terbentuk dari proses ekstraksi.
Kristalisasi kafein dilakukan melalui penguapan diklormetan sampai habis.
Kristal yang diperoleh merupakan kristal kasar dan perlu dilakukan rekristalisasi dengan aseton
panas untuk memperoleh kristal kafein murni.
Aseton panas berfungsi untuk mengikat kafein dan pengotornya namun ketika suhu turun, kafein
kembali mengkristal tanpa mengendapkan pengotor.
Diperoleh kristal murni sebesar 38.29 % dari kristal kasar.
Persentase kristal kafein murni dalam teh (dari semua kelompok) sebesar 1.62 %.

You might also like