Professional Documents
Culture Documents
SH DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN
DI WISMA DRUPADI RSJ GRHASIA
Disusun oleh:
Disusun Oleh :
Oleh :
A. MASALAH UTAMA
Halusinasi pendengaran dan penglihatan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang
sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau
sensasi: proses penerimaan rangsang (Stuart, 2007).
Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi.
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di
telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari,
2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa
kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima
indera tersebut.
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).
2. Jenis-Jenis
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia,
hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam
keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai
klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut
(Stuart, 2007).
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
f. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine.
g. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi,
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
4. Fase-Fase Halusinasi
a. Fase I Comforting (Ansietas sedang : halusinasi menyenangkan)
1) Karakteristik
Klien mengalami perasaan, mendalam seperti ansietas,
kesepian, rasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk berfokus
pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu
mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada
dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat ditangani non
psikotik.
2) Perilaku kx
a) Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai
b) Menggerakkan bibir tanpa suara
c) Pergerakan mata yang cepat
d) Respon verbal yang lambat
e) Jika sedang asyik diam dan asyik sendiri
b. Fase II Cumdemning (Ansietas berat : halusinasi menjadi menjijikkan)
1) Karakteristik
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak
dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin
mengalami oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang
lain Psikotik ringan
2) Perilaku klien
Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan, TD.
Rentang perhatian menyempit asyik dengan pengalaman sensori
dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
c. Fase III Controlling (Ansietas berat : pengalaman sensori menjadi
berkuasa)
1) Karakteristik
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi
menarik. Kx mungkin mengalami pengalaman kesepian jika
sensori halusinasi berhenti psikotik
2) Perilaku Klien
a) Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti
b) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
c) Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit
d) Adanya tanda-tanda fisik ansietas berat, berkeringat, tremor,
tidak mampu mematuhi perintah
d. Fase IV Canquering (panik : umumnya menjadi melebur dalam
halusinasinya)
1) Karakteristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika kx mengikuti
perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam/hari jika
tidak ada intervensi terapeutik psikotik berat
2) Perilaku Klien
a) Perilaku kekerasan
b) Agitasi
c) Menarik diri
d) Katatonia
e) Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks
f) Tidak mampu berespon lebih dari satu orang
5. Mekanisme Koping
a. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
c. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal. (Stuart, 2007).
Adaptif Maladaptif
C. POHON MASALAH
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Risiko Perilaku Kekerasan
4. Risiko Mencederai diri.
F. RENCANA KEPERAWATAN
1. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Salam terapeutik perkenalkan diri jelaskan tujuan ciptakan
lingkungan yang tenang buat kontrak yang jelas (waktu, tempat,
topik)
2) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
3) Empati
4) Ajak membicarakan hal hal nyata yang ada di lingkungan
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
1) Kontak sering dan singkat
2) Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan
non verbal)
3) Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada
suara yang didengar apa yang dikatakan oleh suara itu Katakan
bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi perawat
tidak mendengamya. Katakan bahwa perawat akan membantu.
4) Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu,
frekuensi teriadinya halusinasi serta apa yang dirasakan jika
teriadi halusinasi
5) Dorong untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi
muncul
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
1) Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika teriadi halusinasi
2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru
untuk mengontrol halusinasinya
3) Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara
dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan,
mengatakan pada suara tersebut saya tidak mau dengar!
4) Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih / dilakukan
5) Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian
jika berhasil
1. TUM : klien terhindar Ekspresi wajah bersahabat ada Bina hubungan saling percaya Dengan hubungan saling
dari halusinasi kontak mata, mau berjabat dengan mengungkapkan prinsip percaya klien dapat
tangan, mau menyebut nama. komunikasi mengungkapkan
TUK1: klien dapat
perasaan / masalahnya.
membina hubungan - Sapa klien dengan ramah
saling percaya - Perkenalkan diri dengan sopan
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
2. TUK 2 : Klien Klien dapat menyebutkan waktu, Observasi tingkah laku klien terkait Dapat mengetahui oping
mengenal isi, frekuensi, timbulnya dengan halusinasinya: yang dilakukan klien jika
halusinasinya halusinasi - Adakah kontak yang sering dan terjai halusinasi
singkat secara bertahap
3. TUK 3 : Klien dapat Klien dapat menyebutkan Diskusikan dengan klien tentang Merupakan upaya untuk
mengontrol tindakan yang biasanya manfaat cara yang digunakan klien memutus siklus
halusinasinya dilakukan untuk mengendalikan untuk mengusir halusinasinya, jika halusinasi.
halusinasinya bermanfaat berikan pujian:
- Identifikasi bersama klien cara
tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasinya
4. TUK 4 : Klien dapat Klien dapat menyebutkan Diskusikan dengan klien tentang Dengan mengetahui
memanfaatkan obat manfaat, dosis dan efek samping dosis frekuensi dan manfaat obat efek samping obat klien
dengan baik obat klien dapat - Anjurkan klien minta sendiri tahu apa yang harus
mendemonstrasikan cara obat pada perawat dan dilakukan setelah minum
penggunaan obat yang benar merasakan manfaatnya. obat
BAB III
TINJAUAN KASUS
A PENGKAJIAN
1 IDENTITAS
a. Klien
1 Nama : Ny. SH
2 Tempat, Tanggal lahir : Bantul, 10 Maret 1965
3 Umur : 51 tahun
4 Jenis kelamin : Perempuan
5 Agama : Islam
6 Status perkawinan : Menikah
7 Pendidikan : SLTA
8 Pekerjaan : Tidak bekerja
9 Suku : Jawa
10 Alamat : Tegaltandan, Banguntapan, Bantul
11 Tanggal Masuk : 19 April 2016
12 No RM : 0027XXX
13 Dx Medis : F 20. 3 (Skizofrenia Tak Terinci)
2. ALASAN MASUK
- Klien dibawa ke RSJ Grhasia oleh keluarga karena beberapa hari tidak bisa tidur,
mondar-mandir, bicara kacau, bicara sendiri. Klien mengatakan melihat banyak
arwah orang mati yang mengikutinya & mendengar arwah itu mengajaknya ngobrol,
terkadang ada yang menyuruhnya untuk membunuh orang. Klien mengatakan arwah
yang mengganggunya sering datang terutama di malam hari.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. Klien mengatakan pernah
dirawat di RSJ sebelumnya. Klien mengatakan sudah ke lima kalinya ini masuk RSJ.
Klien mengatakan mendapat obat rutin yang harus diminum pagi dan malam hari.
Namun Klien mengatakan bosan minum obat sehingga obat tidak diminum. Klien
mengatakan obatnya sering tersisa banyak saat jadwal kontrolnya telah tiba. Data
dari RM Klien masuk ke RSJ yang terakhir karena putus obat. Anggota keluarga tidak
ada yang memiliki gangguan jiwa. Klien mengatakan tidak memiliki pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a Keadaan Umum : Composmentis
b Tanda-tanda vital :
TD : 134/79 mmHg RR : 20 x/mnt
HR : 101 x/mnt Suhu : 36,2C
c Status Nutrisi :
TB : 155 cm
BB : 64 kg
IMT : 28,7kg/m
d Keluhan fisik : klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik.
5. PSIKOSOSIAL
a Genogram
Keterangan:
: Laki-laki / : Meninggal
: Perempuan : Tinggal bersama
: pernikahan : Keturunan
: Klien
b Konsep Diri
1 Gambaran Diri
Klien menyukai semua bagian tubuhnya
2 Identitas
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang perempuan, berpakaian seperti
perempuan. Klien mengatakan adalah seorang ibu dari ketiga anaknya dan
seorang istri dari seorang suaminya. Klien mengetahui bahwa sekarang
sedang di RSJ Ghrasia
3 Peran
Klien mengatakan ketika dirumah melakukan peran aktivitasnya sebagai ibu
rumah tangga. Selain itu melakukan pekerjaan sebagai penjahit di rumah
4 Ideal Diri
Klien mengatakan ingin segera pulang dan dapat beraktivitas seperti biasa
5 Harga Diri
Klien mengatakan dirinya baik-baik saja & tidak malu jika bertemu dengan
orang lain
c Hubungan Sosial
1 Orang Yang Berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah anak-
anaknya
2 Peran Serta dalam Kegiatan Kelompok atau Masyarakat
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang warga dikampungnya. Klien
mengatakan mengikuti kegiatan gotong royong jika tidak sedang banyak
kerjaan
3 Hambatan dalam Berhubungan dengan Orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain. Teman-teman dan tetangganya bersikap baik padanya, kadang-kadang
juga mempercayakan jahitan padanya
d Spiritual
1 Nilai Dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan sakit yang dialaminya adalah cara
Allah untuk menghapus dosanya
2 Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan sholat 5 waktu dan selalu berdoa untuk kesembuhannya.
Kadang juga mengikuti pengajian yang diadakan di sekitar rumahnya.
6. STATUS MENTAL
a Penampilan
Penampilan klien tidak rapi, rambut tidak dikucir, terlihat acak-acakan. Pakaian
sesuai, mengenakan seragam dari RSJ. Klien tidak bersolek.
b Pembicaraan
Klien dapat berbicara dengan jelas & menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan baik, kadang suka berbelit-belit dahulu.
c Aktivitas Motorik
Aktivitas klien tampak lesu. Klien terlihat kelelahan dan mengantuk saat pagi
karena malam telah diganggu dengan halusinasinya. Selain itu menjadi kurang
bersemangat untuk mengikuti kegiatan rehabilitasi. Klien terkadang terlihat
melamun.
d Alam Perasaan
Klien mengatakan merasa sedih karena kangen dengan keluarga di rumah dan
ingin segera pulang.
e Afek
Afek klien luas karena klien dapat mengekspresikan perasaan secara tepat. Saat
bercerita tentang hal yang menyenangkan Klien tampak gembira.
f Interaksi Selama Wawancara
Klien kooperatif, menjawab semua pertanyaan dengan baik, walau terkadang
memperhatikan hal lain. Klien terkadang terlihat melamun.
g Persepsi
Klien mengatakan melihat banyak arwah orang mati yang mengikutinya &
mendengar arwah itu mengajaknya ngobrol, terkadang ada yang menyuruhnya
untuk membunuh orang. Klien mengatakan arwah yang mengganggunya sering
datang terutama di malam hari. Informasi dari perawat Klien sering teriak-teriak
ketakutan saat malam. Klien kadang terlihat bicara sendiri
h Proses Pikir
Sirkumtansial. Klien berbelit-belit dalam menjawab pertanyaan, namun
pertanyaan dapat terjawab.
i Isi Pikir
Tidak ada gangguan isi pikir
j Tingkat Kesadaran
Kesadaran klien composmentis. Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu
baik.
k Memori
Klien tidak memiliki gangguan memori. Klien dapat mengingat kejadian beberapa
bulan yang lalu & mengingat kegiatan yang dilakukan tadi malam, serta dapat
mengingat nama perawat sampai akhir percakapan.
l Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung
Selama berbincang-bincang klien berkonsentrasi & tidak mudah beralih ke
keadaan sekitar. Kemampuan berhitung klien baik, dapat menghitung
penjumlahan pengurangan sederhana dengan benar.
m Kemampuan Penilaian
Kemampuan penilaian klien baik. Klien dapat mengambil keputusan dengan tepat
saat tempat tidur berantakan, klien langsung merapikannya
n Daya Tilik Diri
Klien menyadari penyakit yang diderita. Klien mengatakan tidak menyalahkan
siapapun atas penyakitnya ini, karena penyakit ini adalah cara Allah untuk
menghapus dosa-dosa.
g Pemeliharaan Kesehatan
Jika obat sudah mau habis kontrol ke puskesmas terdekat. Sistem pendukung
yang dimiliki klien yaitu keluarga yang mengingatkan untuk minum obat &
mengantarkan kontrol.
h Kegiatan di dalam rumah
Klien mengatakan dirumah biasa mempersiapkan makan, menjaga kerapihan
rumah, mencuci pakaian dan mengatur keuangan.
i Kegiatan diluar rumah
Klien mengatakan biasa berbelanja kebutuhan sehari-hari. Jika berpergian
menggunakan sepeda.
8. MEKANISME KOPING
Saat di RSJ klien suka berbincang-bincang dengan perawat ataupun Klien lain.
2 DS: Ketidakefektifan
- Klien mengatakan bosan minum obat sehingga obat Menejemen
tidak diminum Regimen Terapi
- Klien mengatakan obatnya sering tersisa banyak saat
Obat
jadwal kontrolnya telah tiba
DO:
- Data dari RM Klien masuk ke RSJ yang terakhir karena
putus obat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran dan penglihatan ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan melihat banyak arwah orang mati yang mengikutinya
- Klien mengatakan arwah tersebut mengajaknya ngobrol
- Klien mengatakan terkadang arwah tersebut menyuruhnya membunuh orang
- Klien mengatakan arwah yang mengganggunya sering datang terutama di malam
hari
DO:
- Klien kooperatif
- Klien kadang terlihat bicara sendiri
- Informasi dari perawat Klien sering teriak-teriak ketakutan saat malam
- Klien terkadang terlihat melamun
- Klien terlihat kelelahan dan mengantuk saat pagi karena malam telah diganggu
dengan halusinasinya
K. L. Ganggu N. Senin, 2 Mei 2016 Y. Senin, 2 Mei 2016 AG. Senin, 2 Mei 2016
O. Pukul 11.30 WIB Z. Pukul 11.30 WIB AH. Pukul 11.30 WIB
an
P. AA. AI.
sensori
persepsi Q. TUM: AB. SP 1 : AJ.
halusina R. Setelah diberikan - Bina hubungan saling percaya - Membina rasa kepercayaan Klien untuk
si asuhan keperawatan dengan Klien. memudahkan dalam menggali masalah
AC.
pendeng selama 1 minggu Klien.
- Identifikasi halusinasinya: isi,
- Mengetahui jenis halusinasi pada Klien
aran dan diharapkan Klien tidak
frekuensi, waktu terjadi, situasi
dan menentukan tndakan keperawatan
pengelih mengalami halusinasi.
pencetus, perasaan, respon.
S. TUK: selanjutnya.
atan - Jelaskan cara mengontrol
T. Setelah dilakukan - Memberikan alternatif cara yang ingin
halusinasinya dengan cara:
asuhan keperawatan Klien pilih untuk mengontrol
M.
menghardik, obat, bercakap-cakap,
selama 4 x halusinasinya.
melakukan kegiatan. AK.
pertemuan, Klien
AD. AL.
diharapkan
mengontrol
dapat
AE. Farida AM. Farida
AF.Farida AN. Farida
halusinasinya dengan
AR. Senin, 2 Mei 2016 BA. Senin, 2 Mei 2016
kriteria: AS. Pukul 11.30 WIB BB. Pukul 11.30 WIB
1. Klien dapat membina AT. BC.
hubungan saling percaya. AU. SP 2 : BD.
2. Klien dapat mengenal - Jelaskan cara mengontrol halusinasi - Menghardik merupakan salah satu
halusinasinya; jenis, isi, dengan cara menghardik. kegiatan/cara mengontrol halusinasi pada
AV.
waktu, dan frekuensi Klien.
- Masukkan pada jadwal kegiatan
- Kegiatan yang dilakukan secara terjadwal
halusinasi, respon
untuk latihan menghardik dan minum
akan menjadikan Klien terbiasa dan lebih
terhadap halusinasi, dan
obat.
bersemangat.
tindakan yg sudah
AW. BE.
dilakukan.
Farida
Farida
3. Klien dapat menyebutkan BF.
AX. BG. Farida
dan mempraktekan cara
AY. Farida BH.
mengntrol halusinasi yaitu AZ.
BL.Senin, 2 Mei 2016 BT.Senin, 2 Mei 2016
dengan menghardik,
BM. Pukul 11.30 WIB BU. Pukul 11.30 WIB
bercakap-cakap dengan BN. BV.
BO. SP 3 : BW.
orang lain, terlibat/
- Evaluasi kegiatan menghardik - Menilai kemampuan kegiatan menghardik
melakukan kegiatan, dan - Jelaskan cara mengontrol halusinasi - Dengan mengetahui pentingnya
minum obat. dengan cara bercakap-cakap. bercakap-cakap saat halusinasi muncul
4. Klien dapat BP.
mendukung Klien dalam mengontrol
BQ.
memanfaatkan obat
- Masukkan pada jadwal kegiatan halusinasinya.
dengan baik. - Kegiatan yang dilakukan secara terjadwal
untuk latihan menghardik dan minum
5. Klien mengungkapkan
akan menjadikan Klien terbiasa dan lebih
obat.
halusinasi sudah hilang
atau terkontrol BR. Farida bersemangat.
DL. DM. K DN. Senin, 2 Mei DU. Senin, 2 Mei 2016 DZ.Senin, 2 Mei 2016
DV.Pukul 11.30 WIB EA. Pukul 11.30 WIB
etidakefe 2016
DW. EB.
DO. Pukul 11.30
ktifan
- Evaluasi kebiasaan minum obat Klien - Untuk mengetahui sejauhmana
WIB
manage
DP. dan adanya putus obat. kebiasaan minum obat Klien.
men DQ. TUM: - Kontrol obat Klien selama perawatan - Pemantauan kemandirian Klien alam
DR. Setelah
regimen dan efek samping obat yang mungkin minum obat.
dilakukan asuhan EC.
terapi muncul.
- Memberikan pengertian kepada Klien
keperawatan selama - Beri edukasi tentang obat pada
obat
bahwa teratur minum obat diperlukan
1 minggu diharapkan Klien : dosis, waktu, jenis, guna, cara,
untuk mencegah kekambuhan.
managemen regimen kontinuitas minum obat.
- Obat merupakan psikofarmaka bagi
- Kelola pemberian terapi obat sesuai
terapeutik efektif.
Klien sesuai indikasi pengobatan.
DS. TUK: anjuran dokter
DT.Setelah dilakukan
asuhan keperawatan DX. Imsak ED. Imsak
EE. Imsak
DY.Imsak
selama 1 x
pertemuan,
managemen regimen
terapi obat efektif,
dengan kriteria hasil:
1. Klien bersedia minum
obat rutin sesuai jadwal
2. Bersedia kontrol setiap
obat mau habis
3. Memahami manfaat obat
yang diminum.
EF.
EG.
EH. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
FS. Karunia -
-
SP 3 optimal, TUK 3 tercapai sebagian
GPS : halusinasi pendengaran dan penglihatan teratasi sebagian
FT. Karunia GC. P:
FU. - Evaluasi SP 3
FV. - Lanjutkan SP 4
- Motivasi mengikuti TAK
GD. Karunia
GE. Karunia
GF.Gangguan GH. Rabu, 4 Mei 2016 GP.Rabu, 4 Mei 2016
Sensori GI. Pukul 11.00 WIB GQ. Pukul 11.45 WIB
Persepsi : GJ. GR.
GG. Pende - Mengevaluasi SP 3 cara bercakap-cakap GS. S:
GK.
ngaran dan - Klien mengatakan senang dibantu membuat jadwal aktivias
GL. SP 4 : - Klien mengatakan akan mengikuti kegiatan sesuai jadwal
Penglihatan
- Menjelaskan cara mengontrol halusinasi GT.O :
dengan aktivitas terjadwal - Klien kooperatif
- Membantu klien menyusun jadwl kegiatan - Klien mampu membuat jadwal aktivitas
- Motivasi untuk melakukan aktivitas sesuai - Klien mampu melakukan bercakap-cakap
- Klien tampak mengikuti TAK
jadwal
- Menganjurkan klien untuk mengikuti TAK GU. A:
GM. Farida -
-
SP 4 optimal, TUK 3 tercapai sebagian
GPS : halusinasi pendengaran dan penglihatan teratasi sebagian
GN. Farida GV.P :
GO. - Evaluasi SP 4
- Lanjutkan SP 5
- Motivasi mengikuti TAK
- Diskusikan dengan klien : dosis, frekuensi, manfaat, bahaya obat
tanpa konsultasi
- Bantu klien menggunakan prinsip 5 benar
GW. Farida
GX. Farida
GY.Gangguan HA. Kamis, 5 Mei 2016 HJ.Kamis, 5 Mei 2016
Sensori HB. Pukul 09.00 WIB HK. Pukul 09.15 WIB
Persepsi : HC. HL.
GZ. Pende - Mengevaluasi SP 4 aktivitas terjadwal HM. S:
HD.
ngaran dan - Klien mengatakan senang, menjadi lebih tahu tentang obat
HE. SP 5 : - Klien mengatakan akan selalu minum obat teratur
Penglihatan
- Klien mengatakan akan menggunakan prinsip 5 benar
- Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
- Klien mengatakan halusinasi berkurang setelah menggunakan
dengan minum obat teratur
teknik menghardik dengan bercakap-cakap dan aktivitas terjadwal
- Motivasi klien minum obat teratur
- Mendiskusikan : dosis, frekuensi manfaat HN. O:
dan bahaya obat tanpa konsultasi - Klien tampak melakukan aktivitas sesuai jadwal
- Menjelaskan prinsip 5 benar - Klien kooperatif
- Membantu klien menggunakan prinsip 5 - Klien mampu menyebutkan manfaat,dosis, efek samping obat dan
benar akibat pemakaian obat tanpa konsultasi
HF. - Klien mampu menyebutkan 5 benar penggunaan obat
- Mengevaluasi halusinasi klien setelah
HO. A:
dilakukan teknik mengontrol halusinasi
- SP 5 optimal, TUK 3, 4 dan 5 tercapai
HG. Jessi - GPS : halusinasi pendengaran dan penglihatan teratasi sebagian
HH. Jessi HP.P :
HI.
- Pantau keteraturan klien minum obat
- Pantau prinsip 5 benar penggunaan obat pada klien
- Motivasi klien minum obat teratur dan tidak putus obat
HQ. Jessi
HR. Jessi
HS. Ketida HT.Selasa, 3 Mei 2016 HZ.Selasa, 3 Mei 2016
kefektifan HU. Pukul 11.15 WIB IA. Pukul 11.30 WIB
managemen HV. IB.
regimen terapi - Memberikan edukasi tentang pentingnya IC. S :
obat minum obat dan kontrol rutin - Klien mengatakan akan minum obat teratur
- Memberi edukasi tentang akibat dari tidak - Klien mengatakan akan control rutin jika sudah boleh pulang
- Klien mengatakan tidak ingin kembali mondok lagi
control rutin
- Klien mengatakan sudah jelas tentang obat dan jadwal minum obat
- Memberikan edukasi tentang jadwal yang
ID. O :
tepat pada setiap obat
- Memberikan edukasi tentang obat, manfaat - Klien kooperatif saat dijelaskan atau diberikan edukasi
- Klien mendengarkan dengan serius
dan efek sampingnya
- Klien mampu menjawab akibat dari tidak kontrol rutin
HW. Jessi - Saat ditanya tentang obat (dosis, frekuensi, nama obat, rute) klien
HX. Jessi belum bisa menghafal dengan tepat
- Saat ditanya tentang manfaat dan efek samping masing-masing
HY.
obat klien belum bisa menjawab dengan tepat
IE. A :
- TUK 1 tercapai, TUK 2,3 belum tercapai
- Ketidakefektifan managemen regimen terapi obat teratasi sebagian
IF. P :
- Edukasi untuk minum obat rutin
- Motivasi control rutin
- Motivasi menghafal obat yang diberikan
IG. Jessi
IH. Jessi
II. Ketidakefektif IJ. Rabu, 4 Mei 2016 IP. Rabu, 4 Mei 2016
an IK. Pukul 12.40 WIB IQ. Pukul 13.00 WIB
managemen IL. IR.
regimen terapi - Motivasi klien untuk kontrol rutin IS. S :
- Menjelaskan kembali tentang obat, manfaat
obat - Klien mengatakan ingin segera pulang
dan efek samping - Klien mengatakan ingin meminum obatnya secara rutin
- Menjelaskan kembali jadwal minum obat - Klien mengatakan obatnya diminum pagi dan sore
yang tepat IT. O :
- Memotivasi untuk minum obat secara rutin
- Klien dapat menyebutkan nama obat dan rute serta waktu dengan
- Memotivasi untuk menghafal obat yang
tepat, dengan bantuan minimal
diminumnya
- Klien dapat menyebutkan manfaat dari meminum obat
IM. Karunia -
-
Klien belum dapat menyebutkan efek samping obat
Klien terlihat berusaha menghafal
IN. Karunia
IU. A :
IO.
- TUK 1 tercapai, TUK 2,3 tercapai sebagian
- Ketidakefektifan managemen regimen terapi obat teratasi sebagian
IV. P :
- Memotivasi klien dalam menghafal obat
- Evaluasi hafalan klien
- Edukasi akubat tidak minum obat rutin
IW.
IX. Karunia
IY. Karunia
IZ. Ketidakefektif JA.Kamis, 5 Mei 2016 JH.Kamis, 5 Mei 2016
an JB.Pukul 09.15 WIB JI. Pukul 09.30 WIB
managemen JC. JJ.
regimen terapi - Mengevaluasi hafalan klien ( nama obat, dosis, JK.S :
obat frekuensi dan rute) - Klien mengatakan sudah berusaha menghafal obat yang diberikan
- Mengevaluasi pemahaman klien tentang - Klien mengatakan lebih menguntungkan manfaat dari obat dari efek
manfaat dan efek samping obat sampingnya
- Memotivasi klien untuk rutin minum obat - Klien mengatakan akan minum obat rutin
- Memberikan penjelasan akibat dari tidak minum
obat rutin JL. O :
- Membandingkan bersama klien mana yang lebih
- Klien sudah bisa menyebutkan nama obat, rute, dosis dan frekuensi
menguntungkan, antara manfaat atau efek
secara lancar
samping obat - Klien sudah bisa membandingkan dan mencari yang lebih
JD. menguntungkan dan berguna dari manfaat dengan efek samping
JE. Imsak -
obat
Klien terlihat tidak ingin sakitnya kambuh lagi
JF. Imsak
JM. A:
JG.
- TUK 2,3 tercapai
- Ketidakefektifan managemen regimen terapi obat teratasi
JN.P :
- Motivasi minum obat
- Pantau kebiasaan minum obat klien
JO. Imsak
JP. Imsak
JQ.
JR.
JS.
JT.
JU.
JV.
JW.
JX.
JY. BAB IV
JZ. PENUTUP
KA.
A. KESIMPULAN
KB. Setelah dilakukan pengkajian pada pasien Ny. SH. Pada hari Senin, 2 Mei
2016, didapatkan diagnosa keperawatan yaitu: 1. Gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran dan penglihatan, 2. Ketidakefektifan managemen regimen
terapi obat dari 2 diagnosa keperawatan yang ditegakkan, 2 diagnosa tersebut
teratasi dengan faktor pendukung selama dilakukannya asuhan keperawatan pada
pasien Ny. SH. Faktor pendukung tersebut adalah:
1. Pasien adalah pasien yang mudah akrab, kooperatif jika diajak berkomunikasi, sehingga
pasien mampu diajak berdiskusi dan mampu serta bersedia menceritakan apa saja
tentang dirinya hingga dirinya dirawat sekarang ini.
2. Selama pemberian asuhan keperawatan tidak ditemui hambatan yang berarti karena
selama pemberian asuhan keperawatan, pasien kooperatif dan mau mengikuti saran
yang diberikan oleh perawat, meskipun kadang saat berkomunikasi dengan pasien
memerlukan penekanan pada pertanyaan tertentu dan harus memperhatikan ketika
pasien bicara karena dalam bercerita atau menjawab pertanyaan pasien suka berbelit
belit dahulu.
KC.
KD.
KE.
KF.
KG.
KH.
KI.
KJ.
KK.
KL.
KM.
KN. DAFTAR PUSTAKA
KO.
KP. Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
KQ. Stuart dan Sundeen . 2007. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
KR. Keliat, Budi Anna. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta: FakultasI lmu Keperawatan Universitas Indonesia.
KS. Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat. Jakarta: Salemba Medika.
KT.
KU.