Professional Documents
Culture Documents
Aset tetap adalah aset berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.
1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas, seperti tanah untuk lokasi
perusahaan, pertanian, dan peternakan.
2. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya bisa diganti dengan aset yang sejenis, misalnya gedung
dan peralatan.
3. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aset yang sejenis, seperti
sumber-sumber alam misalnya tambang dan hutan.
Penyusutan atas 3 kelompok aset tetap berujud tsb adalah:
1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan
penyusutanterhadap harga perolehannya
2. Aset tetap yang terbatas umurnya dilakukan
penyusutan terhadap harga perolehannya
Aset tetap yang dapat diganti dengan aset sejenis, penyusutannya
disebut depresiasi. Penyusutan sumber alam disebut deplesi, sedangkan
penyusutan aset tidak berwujud disebut amortisasi.
Nilai buku aset tetap adalah harga perolehan aset tetap dikurangi dengan
akumulasi depresiasi/deplesi aset tetap tersebut
1. Pembelian Tunai
2. Pembelian Angsuran
3. Ditukar dengan Surat-surat Berharga
4. Ditukar dengan Aset Tetap yang Lain
a. Pertukaran aset tetap yang tidak sejenis
b. Pertukaran aset tetap yang sejenis
5. Diperoleh dari Hadiah/Donasi
6. Aset yang Dibuat Sendiri
7. Pembelian dengan Menggunakan Wesel Berbunga
8. Pembelian dalam Satu Paket (lump-sum)
9. Perolehan dengan Membangun Sendiri
Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi
perusahaan, dicatat dalam buku sebesar:
1. dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai
nominalnya
2. selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening
agio/disagio
Ilustrasi PT XYZ menukar sebuah gedung dengan 10.000 lembar saham biasa,
nominal @ Rp10.000,00. Pada saat pertukaran harga pasar saham per lembar
adalah Rp11.000,00. Pertukaran ini dicatat dengan jurnal:
Gedung
Ilustrasi PT ALIT menerima hadiah berupa tanah dan gedung yang masing-
masing dinilai Rp60.000.000,00 dan Rp40.000.000,00. Pencatatannya adalah:
Kas
Apabila donasi yang diterima itu belum pasti akan menjadi milik perusahaan
(karena tergantung pada terlaksananya perjanjian) maka aset dan modal dicatat
sebagai elemen yang belum pasti (contingent). Apabila hak atas aset tersebut
sudah diterima, maka barulah contingent assets tersebut dicatat sebagai aset.
Ilustrasi Jika pada kasus PT ALIT di atas, hak atas tanah baru akan diserahkan 2
tahun kemudian maka jurnal yang dibuat adalah
Modal Hadiah
Kas
Apabila hadiah yang belum pasti tersebut berupa aset yang didepresiasi, maka
perhitungan depresiasi dimulai sejak aset tersebut diterima sebagai hadiah yang
belum pasti.
Permasalahan pada aset yang dibuat sendiri adalah alokasi BOP tidak langsung.
Aset
tetap
Harga perolehan adalah harga beli ditambah dengan
semua pengeluaran yang diperlukan untuk
mendapatkan aset tersebut sampai aset siap untuk
digunakan
berujud, termasuk:
1. Tanah
2. Bangunan/Gedung
3. Mesin dan Alat-alat
4. Alat-alat Kerja
5. Pattern dan Dies/Cetakan
6. Perabot/Mebelair dan Alat-alat Kantor
7. Kendaraan
8. Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan/Returnable Container
Tanah, harga perolehannya meliputi
Jika gedung dibuat sendiri, maka harga perolehan gedung terdiri dari:
1. harga beli
2. pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
3. biaya angkut
4. asuransi selama dalam perjalanan
5. biaya pemasangan
6. biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
Bila mesin dibuat sendiri, maka harga perolehannya meliputi semua biaya yang
dikeluarkan untuk membuat mesin.
Mesin yang disewa dari pihak lain, biaya sewanya tidak dikapitalisasi tetapi
dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya.
Alat-alat kerja berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan (seperti drei,
catut, & palu) memiliki harga perolehan yang relatif kecil shg tidak didepresiasi
tetapi diperlakukan sbb:
1. pada waktu pembelian dikapitalisasi, kemudian pada setiap akhir periode
dihitung fisiknya. Selisihnya dicatat sebagai biaya untuk periode yang
bersangkutan dan rekening alat-alat kerja dikredit; atau
2. dikapitalisasi sebagai aset dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai
persediaan normal, kemudian setiap kali pembelian baru dibebankan
sebagai biaya.
Pattern dan Dies/Cetakan yang dipakai untuk produksi dalam beberapa
periode dicatat dalam rekening aset tetap dan didepresiasi selama umur
ekonomisnya.
Tetapi jika cetakan hanya dipakai memproduksi pesanan khusus, maka harga
perolehannya dibebankan sebagai biaya produksi pesanan tersebut.
Harga perolehannya terdiri atas harga beli, biaya angkut, dan pajak yang
menjadi tanggungan pembeli.
Pajak yang dibayar setiap periode (seperti pajak kendaraan bermotor dan jasa
raharja) dibebankan sebagai biaya pada periode yang bersangkutan.
Bila tempat barang tersebut dikembalikan, maka harga jual tidak termasuk
harga tempat barang tersebut
Aset lama yang diganti serta akumulasi depresiasinya dihapuskan dari rekening-
rekeningnya.
Biaya tersebut dikapitalisasi sebagai biaya dibayar dimuka atau beban yang
ditangguhkan dan akan diamortissi ke periode yang memperoleh
manfaatrearrangement.
Ilustrasi
Mesin yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2002 dengan harga Rp5.700.000,00;
pada tanggal 1 Juli 2006 dijual dengan harga Rp1.200.000,00. Mesin tersebut
ditaksir berumur 5 tahun, didepresiasi menggunakan metoda garis lurus, dan
taksiran nilai residu Rp450.000,00. Penjualan pada tanggal 1 Juli 2006 dicatat:
Perhitungan
Harga jual
Rp1.200.000,00
Akumulasi depresiasi:
2002: 11 bulan = Rp962.500,00
ASURANSI KEBAKARAN
Jumlah kerugian yang akan diganti oleh perusahaan asuransi adalah nilai
yang paling rendah dari jumlah berikut:
80% x Rp30.000.000,00
80% x Rp30.000.000,00
(Rp12.000.000,00 +
Rp3.000.000,00)
(Rp12.000.000,00 +
Rp3.000.000,00)
Rp4.000.000,
00
80% x Rp20.000.000,00
80% x Rp20.000.000,00
Rp3.750.000,0
0
90% x Rp20.000.000,00
80% x Rp20.000.000,00
Rp3.416.666,6
7
POLIS GABUNGAN
Bila perusahaan mengasuransikan beberapa aset dalam satu polis, maka polis
tersebut akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalah harga pasar
aset-aset tersebut pada saat terjadinya kebakaran.
PerhitunganCoinsurance:(Rp20jt/Rp32jt)xRp40.000.000,00 = Rp25.000.000,00
Apabila terjadi kebakaran atas aset yng diasuransikan, maka langkah yang
harus dilakukan untuk mengadakan pencatatan akuntansinya adalah
TEORI ASSET
Nama Kelompok :
1. Fitri Ramdhani
2. Sariati
3. Siti Sarahadi
1. 1. Latar Belakang
Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik
berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu
kewajiban dan ekuitas. Aset merepresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis
yang memampukan badan usaha untuk menyediakan barang dan jasa.
Terdapat beberapa sumber dari definis aset, diantaranya adalah menurut FASB.
FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg. 25)
sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau
dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian
masa lalu. Hampir sama dengan itu IASC juga mendefinisi aset sebagai suatu
sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil kejadian masa
lalu yang mana manfaat ekonomis masa depan diharapakan didapatkan oleh
perusahaan. Sumber lain, yaitu AASB, mendefinisi aset sebagai potensial jasa
atau manfaat ekonomis yang dikendalikan oleh pelaporan entitas sebagai hasil
transaksi masa lalu atau kejadian masa lalu lainnya. APB No. 4 membedakan
aset menjadi sumber ekonomik dan nonsumber ekonomik. APB No. 4 merinci
aset yang digolongkan sebagai sumber ekonomik yaitu: sumber produktif,
produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha, uang Klaim untuk menerima
uang, hak kepemilikan atau investasi pada perusahaan lain.
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus memiliki manfaat
ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Manfaat ekonomik ini ditunjukkan
oleh potensi jasa atau utilitas yang melekat padanya sebagai yaitu suatu daya
atau kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam
upayanya untuk mendapatkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik.
Disamping manfaat ekonomik, suatu objek bisa dikatakan sebagai aset, objek
tersebut tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas.
Artinya, untuk memiliki aset harus terdapat proses yang disebut dengan transfer
kepemilikan. Krtieria lain yang merupakan penyempurnaan dalam pendefinisian
objek sebagai aset adalah aset merupakan akibat transaksi atau kejadian masa
lalu.
2. Identifikasi Masalah
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau diperoleh
atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian
masa lalu.)
Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset
dinilai mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan
bukan sebagai sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak
membatasi bentuk atau jenis sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai
aset.
AKTIVA ATAU ASSET adalah semua harta atau kekayaan yg dimiliki perusahaan .
Kekayaan yang dimiliki perusahaan tentu jumlahnya cukup banyak, oleh karena
aktiva dapat dikelompokan lagi kedalam pos-pos seperti berikut ini .
1. Aktiva Lancar (Current Asset) adalah harta yg berupa uang tunai, yg cepat
menjadi uang atau yg cepat menjadi biaya dalam waktu kurang dari satu
tahun.
Contoh :
-Kas
-Piutang Dagang
-Piutang wesel
2. Aktiva Tetap adalah harta yg dimiliki oleh perusahan yang dapat dipakai
lebih dari setahun.
Aktiva tetap ada 3 macam :
Tanah-Gedung/Bangunan
-Mesin-Peralatan
-Truk Pengangkutan
Goodwill
-Patent
-Merk dagang
1. B. Karakteristik Aktiva
Karakteristik aktiva berkaitan dengan kriteria yang dapat digunakan untuk
menentukan apakah transaksi tertentu diakui sebagai elemen aktiva dalam
laporan keuangan. Karakteristik tersebut berhubungan dengan definisi aktiva.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki 3 karakteristik
utama:
1. Produk yaitu barang yang siap untuk dijual/ barang yang masih dalam
proses produksi.
2. Uang
3. Klaim untuk menerima uang
4. Hak pemilikan pada perusahaan lain
Dikuasai Oleh Suatu Unit Usaha Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit
usaha tertentu dapat menggunakan manfaat aktiva tersebut dan menguasainya
sehingga dapat mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva tersebut. Jadi
penguasaan terhadap suatu manfaat merupakan faktor yang sangat penting
agar suatu unit usaha dapat menghalangi akses pihak lain terhadap pemakaian
aktiva. Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu ativa dapat diperoleh
suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian, Penemuan, perjanjian,
produksi, penjualan, dan pertukaran. Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan
merupakan kriteria utama untuk mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya
dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu
barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak memusatkan pada masalah hukum.
Akuntansi lebih memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang
mempengaruhi posisi keuangan/ hasil usaha suatu perusahaan. Pemilikan hanya
merupakan karakteristik pendukung untuk mengakui aktiva karena ada hak
yuridis yang pasti untuk menguasainya. Bentuk fisik bukan faktor penentu dari
aktiva
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah terjadi transaksi
atau peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau
pengendalian terhadap manfaat dari aktiva tersebut. Meskipun definisi FASB
tersebut dapat diterima secara umum, banyak kritik yang ditujukan. Hal ini
disebabkan dalam definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability. Mac
Neal mengatakan bahwa suatu barang kehilangan faktor exchangeability berarti
kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak
memungkinkan untuk dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat
padabarang tersebut. Meskipun demikian, FASB menolak ise tersebut karena
pada dasarnya manfaat dari suatu aktiva tidak terbatas pada unsur dapat saling
dipertukarkan.
KOS : Jumlah rupiah yang disepakati untuk barang dan jasa yang diperoleh atau
untuk surat surat berharga yang diterbitkan dalam transaksi keuangan antara
dua pihak yang bebas (independen)
Dalam transaksi tunai, kos ditentukan berdasarkan jumlah rupiah tunai pada
saat trasaksi, dalam transaksi kredit, kos ditetukan berdasarkan jumlah rupiah
tunai yang disepakati seandainya transaksi kredit tersebut dilakukan secara
tunai (implied cash cost)
Bila penghargaan (jumlah rupiah yang disepakati) tidakk berupa kas tetapi
berupa barang atau surat berharga yang nilainya tidak dapat ditentukan secara
pasti, dasar pengukurannya adalah jumlah rupiah setara tunai (cash equivalent)
barang atau surat berharga yang terlibat (yang diserahkan) dalam transaksi
tersebut.
Aktiva MONETER (kas, surat berharga dan piutang) kedudukannnya sebagai kos
tidak berbeda dengan aktiva lainnya sebagai suatu potensi jasa untuk
menghasilkan.
Dasar pengukuran kos : Jumlah rupiah uang tunai yang seharusnya dibayarkan
pada saat transaksi.
1. Potongan tunai & keringanan : harga tunai netto (net cash priced)
2. Pembelian kredit dengan kontrak utang : jumlah rupiah uang yang akan
diperoleh bila surat tanda utang yang dipakai untuk pembelian tersebut
ditunaikan.
KOS HIPOTESIS :
Jumlah rupiah yang timbul bukan karena transaksi yang pasti dan jelas dan oleh
karenanya tidak mempunyai dasar penentuan kos yang objektif dan dapat
diterima umum.
RELEVANSI
NILAI KELUARAN
(OUTPUT VALUES)
NILAI MASUKAN
(INPUT VALUES)
Nilai keluaran : dasar penilaian ini digunakan jika aliran dana dapat diukur
dengan cukup pasti atau jelas
Nilai masukan : dasar penilaian ini digunakan jika aliran dana dapat diukur
dengan cukup pasti atau jelas
OBJEKTIVITAS PENILAIAN
NILAI PERTUKARAN
PENJUALAN
PEMEROLEHAN
NILAI KELUARAN
(OUTPUT VALUES)
NILAI MASUKAN
(INPUT VALUES)
INPUT
AKTIVA /
SUMBER EKONOMIK
OUTPUT
Dasar penilaiannya :
Digunakan jika : harapan penerimaan kas atau setaranya cukup pasti dan
senggang waktu sampai penerimaan cukup panjang tapi saat atau tanggal
penerimaan pasti.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : investasi dalam obligasi,
piutang wesel jangka panjang, dan deposito berjangka.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : surat berharga dan
beberapa jenis persediaan barang tertentu.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos aktiva berwujud.
Dasar penilaiannya :
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos aktiva tetap
berwujud.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos aktiva berwujud.
Digunakan jika : jika kos tersebut menggambarkan kos pada saat sekarang
dalam kondisi perusahaan yang normal, yaitu pada tingkat efisiensi dan
kapasitas yang normal.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : fasilitas fisik yang
dibangun sendiri.
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset
yang berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis
penilaian yang sesuai. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang dapat membantu investor dan kreditor dalam
menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha.
Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan pelaporan
keuangan.
FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi
berkaitan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67)
dapat diringkas sebagai berikut:
c. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan
atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi
perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga
digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai
bukunya.
d. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan
barang disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau
setaranya yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi
dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut
menjadi kas atau setaranya.
e. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi
jangka panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa
mendatang sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi
dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan
penerimaan tersebut.
Nilai akuntansi dari aktiva dikurangi akumulasi penyusutan. Terdapat dua jenis
nilai buku, yaitu:
Harga sekuritas yang seharusnya, jika dihargai secara benar berdasarkan faktor
faktor penunjang penilaian aktiva, pendapatan, prospek masa depan,
manajemen, dll atau berdasarkan fakta fakta yaitu nilai sekarang (Present
Value) dari arus kas yang disediakan untuk investor, didiskontokan pada tingkat
pengembalian yang ditentukan sesuai dengan jumlah resiko yang menyertainya.
KESIMPULAN
PSAK 16 Aktiva Tetap Dan Aktiva Lain-Lain (Fixed Assets and Other Assets)
Pengakuan Aktiva tetap
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan
sebagai aktiva tetap bila:
Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu
aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur
berdasarkan biaya perolehan.
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian
untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos
semacam itu diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepas atau yang diperoleh,
yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang
dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang
ditransfer.
Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga
taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun Modal yang
Berasal dari Sumbangan.
Penyusutan
Masa manfaat suatu aktiva tetap harus ditelaah ulang secara periodik dan, jika
harapan berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya, beban
penyusutan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus
disesuaikan.
Metode penyusutan yang digunakan untuk aktiva tetap ditelaah ulang secara
periodik dan jika terdapat suatu perubahan signifikan dalam pola pemanfaatan
ekonomi yang diharapkan dari aktiva tersebut, metode penyusutan harus
diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode
penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu perubahan kebijakan akuntansi
dan dilaporkan sesuai dengan PSAK No.25 dan beban penyusutan untuk periode
sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan.
Apabila manfaat keekonomian suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar jumlah
tercatatnya maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang
sepadan dengan nilai manfaat keekonomian yang tersisa. Penurunan nilai
kegunaan aktiva tetap tersebut dilaporkan sebagai kerugian.
Suatu aktiva tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aktiva
secara permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada manfaat
keekonomian masa yang akan datang diharapkan dari pelepasannya.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghen-tian atau pelepasan suatu
aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi.
Pengungkapan
(a) dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto.
Jika lebih dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar
dalam setiap kategori harus diungkapkan;
(b) metode penyusutan yang digunakan;
(c) masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
(d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir
periode;
(e) suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
memperlihatkan:
(i) penambahan;
(ii) pelepasan;
(iii) akuisisi melalui penggabungan usaha;
(iv) revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah;
(v) penurunan nilai tercatat sesuai dengan paragraf 66;
(vi) penyusutan;
(vii) perbedaan pertukaran neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan
suatu entitas asing; dan
(viii) setiap pengklasifikasian kembali.
Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
(a) eksistensi dan batasan atas hak milik, dan aktiva tetap yang dijaminkan
untuk hutang;
(b) kebijakan akuntansi untuk biaya perbaikan yang berkaitan dengan aktiva
tetap; dan
(c) jumlah pengeluaran pada akun aktiva tetap dalam konstruksi; dan
(d) jumlah komitmen untuk akuisisi aktiva tetap.
Jika aktiva tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali hal berikut harus
diungkapkan:
Aktiva lain-lain
Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap, dan juga
tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/penyertaan maupun
aktiva tak berwujud, seperti: aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang kepada
pemegang saham, beban yang ditangguhkan dan aktiva lancar lainnya disajikan
dalam kelompok aktiva lain-lain.
Bentuk Jurnalnya :
[-Debit-]. Depreciation = xxxx
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = xxxx
Saat pencatatan :
Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (entah : akhir bulan,
akhir kwartal, akhir tahun buku).
Besar-nya :
Dicatat sebesar nilai penyusutannya, tergantung berbagai faktor (lebih rincinya,
lanjutkan ke sub pokok bahasan berikut ini).
Ada berbagai metode penyusutan, hanya beberapa metode saja yang biasa
dipergunakan.
Konsep dasarnya :
Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata
(tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan
mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga
aktiva diarik dari penggunaannya.
Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan Matching Cost
Principle, metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva
yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa
yang dihasilkan. Misalnya : bangunan, peralatan kantor.
Formula :
Konsep Dasarnya :
Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat
kehausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva
mesin produksi.
Formula :
Pertanyaan
1. Sesi Pertama
1. Apabila masa manfaat suatu aktiva telah habis, apakah masih diakui
sebagai aktiva?contohnya gedung jika sudah rusak dan tidak bisa
digunakan lagi bagaimana cara penilaiannya? (Melisa)
Jawaban:
Sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika perusahaan dijual sebagai suatu
bisnis operasi yang berkesinambungan.
1. Sesi Kedua
1. Bagaimana peranan aktiva tetap dalam memperbaiki citra perusahaan
(Maysi)
Jawaban :
2. Bagaimana cara menilai asetnya untuk bangunan yang belum 100% jadi
akibat bangkrut (Indah)
Jawaban :
Bangunan, tanah, upah & material, modal yang sudah dikeluarkan dihitung. Dan
dinali aktivanya 80%, jika tidak bisa diuangkan maka yang dijual aktiva
tanahnya saja. Bisa dengan dijual ke pihak lain
Kendaraan
Pendapatan hadiah
Dalam prinsip entitas bisnis, harta harus dipisahkan secara tegas dan jelas
antara harta pemilik dan perusahaan. Sehingga biaya-biaya yang timbul
menjadi jelas. Jadi pencatatannya harus dipisahkan.
TAMBAHAN MATERI
1. Aktiva lancar
Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar apabila aktiva tersebut
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kas
Kas terdiri dari saldo kas (cash on-hand) dan rekening giro. Sementara setara
kas didefinisikan sebagai investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu
tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. (kurang dari tiga
bulan)
b) Piutang dagang
Aktiva ini timbul sebagai akibat perusahaan menjual barang/jasa secara kredit.
c) Persediaan
Persediaan ini diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang
lebih rendah. Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konvesi
dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat
yang siap untuk dijual atau dipakai.
Hal yang membedakan investasi jangka pendek dan jangka panjang adalah
pada tujuan dilakukannya investasi tersebut. Investasi jangka pendek bertujuan
untuk memanfaatkan dana yang menganggur. Sedangkan investasi jangka
panjang bertujuan untuk menguasai perusahaan lain.
Investasi diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada
nilai terendah antara biaya dan nilai pasar.
Investasi jangka panjang
Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar harus dicatat dalam
neraca berdasarkan biaya perolehan, kecuali jik aharga pasar ivestasi jangka
panjang menunjukkan penurunan nilai di bawah biaya perolehan secara
signifikan dan permanen, perlu dilakukan penyesuaian atas nilai investasi
tersebut. Penilaian dalam hal ini dilakukan untuk masing-masing investasi
secara individual.
Contoh aktiva yang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar antara lain:
a) Kendaraan
b) Bangunan
c) Mesin
d) Peralatan
e) Tanah
f) Hak paten
g) Goodwill
turnover
Proyeksi aliran pendapatan atau arus kas mendatang yang diharapkan dari
suatu bisnis yang menggunakan aset tak berwujud
Proyeksi aliran pendapatan atau arus kas mendatang yang diharapkan dari
suatu bisnis yang tidak menggunakan aset tak berwujud
x royalty rate
= royalty savings
-taxes
Arus kas yang tidak terkait dengan aktiva tak berwujud karena adanya
kontribusi aktva lain disebut Contributory Asset Charges (CAC), dan arus kas
tersebut wajib dikurangkan termasuk goodwill.
Historical Cost
Dunia usaha pada umumnya selalu mendasarkan diri pada historical cost yaitu
asumsi adanya stable monetary unit yang mengakibatkan semua transaksi yang
terjadi dicatat atas dasar nilai historis atau nilai yang didapat saat terjadi
transaksi. Di sisi lain disadari pula bahwa stable monetary unit tersebut pada
kenyataannya tidak ada, apalagi pada Negara yang menganut ekonomi terbuka
seperti Indonesia.
2. Nilai historis yang berdasarkan data obyektif dapat dipercaya, dapat diaudit
dan lebih sulit untuk memanipulasi bila dibandingkan dengan nilai yang lain
seperti current cost ataupun replecement cost.
3. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan
mengakibatkan laba dihitung terlalu besar.
Fair Value
Nilai wajar didefinisikan dalam IFRS sebagai, the amount for which an asset
could be exchanged between knowledgeable, willing parties in an arms length
transaction. Nilai wajar ini digunakan untuk mengukur:
1. Satu aset
2. Sekelompok aset
3. Satu liabilitas
4. Sekelompok liabilitas
5. Konsiderasi bersih dari satu atau lebih aset dikurangi satu atau lebih liabilitas
terkait
Banyak orang percaya bahwa standard akuntansi historical cost telah banyak
kehilangan relevansinya karena kegagalannya mengukur realitas ekonomi.
Hampir semua orang setuju bahwa peristiwa ekonomi yaitu, kejadian yang
mengubah waktu kapan arus kas diterima dan jumlahnya yang akan datang
harus tercermin (terungkap) dalam laporan keuangan lembaga. Akan tetapi,
seringkali model historical cost hanya mengukur transaksi sudah selesai dan
gagal mengakui adanya perubahan nilai riil lain yang dapat terjadi.
b) Reliability.
Masalah yang selalu ada yang tidak dapat dihindari adalah bahwa model
akuntansi berdasarkan historical cost tidak mengakui adanya perubahan nilai
bersifat ekonomis, dan cenderung membiarkan perusahaan memilih sendiri
apakah dan kapan mengakui adanya perubahan tersebut. Ini mendorong
adanya bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan, dan memperburuk kompromi
kenetralan dan dipercayainya informasi keuangan.
Yaitu aset dicantumkan pada harga pasar mereka jika diperdagangkan secara
terbuka. Menggunakan akuntansi mark-to-market akan berakibat perubahan
yang terus-menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset
mengalami kenaikan dan penurunan serta laba dan rugi yang dicatat. Hal ini
membuat semakin sulit untuk memastikan apakah laba dan rugi diakibatkan
oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh perubahan yang terjadi
di pasar
Kiranya perlu disadari bahwa, yang dimaksud dengan siklus operasi normal
pada salahsatu kriteria di atas adalah: RENTANG WAKTU sejak perolehan
(=pembelian) aset, diproses (jika ada), hingga dapat direalisasikan atau diubah
ke dalam bentuk bentuk kas atau setara kas (bahasa awamnya = terjual).
Note: PSAK 1 menambah bahwa, ketika siklus operasi normal entitas tidak
dapat diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan selama 12 bulan.
Khusus untuk aset lancar yang tidak bisa direalisasikan dalam jangka 12 bulan
setelah tanggal pelaporan, IAS 1 memandatkan agar nilai (=amount) yang
diperkirakan baru bisa direalisasika di tahun buku berikutnya, dijelaskan lebih
rinci di dalam penjelasan laporan keuanganistilahnya disclosed.
Untuk bisa diklasifikasikan sebagai aset lancar kas harus tersedia untuk
digunakan. Menurut IAS 1, kas yang disimpan tidak untuk digunakan dalam
periode ini atau penggunaannya dibatasi dan belum akan boleh digunakan
dalam siklus operasional normal, TIDAK diklasifikasikan sebagai aset lancar.
Masuk dalam kelompok ini antara lain: piutang pada pelanggan (piutang usaha),
piutang pada perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager,
eksekutif). Jika ada cadangan piutang atau penurunan nilai piutang akibat
adanya diskon, retur penjualan, dan piutang tak tertagih, harus dirinci dalam
penjelasan laporan keuangan.
4. Persediaan
Sederhananya, Uang Muka Biaya (prepaid expenses) adalah aset yang timbul
akibat pembayaran muka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai
dalam satu periode. Bisa juga disebut Biaya Dibayar Dimuka. Misalnya: sewa
dibayar dimuka, asuransi dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka
pendek.
Seperti PSAK 1, IAS 1 juga menggunakan istilah tak lancar (noncurrent) untuk
aset berwujud dan tak berwujudbaik itu aset keuangan dan operasionalyang
digunakan dalam jangka panjang. Baik PSAK 1 maupun IAS 1, sama-sama tidak
mematok penggunaan istilah ini secara pasti. Artinya, entitas diperkenaankan
untuk menggunakan istilah lain (aset tetap/fixed asset misalnya), sepanjang
jelas dan lumrah digunakan, sehingga bisa dipahami oleh pengguna laporan
keuangan.
Masuk dalam kelompok ini adalah instrument investasi yang disimpan hingga
jatuh tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang. Misalnya: efek hutang
(debt securities), efek ekuitas, dan saham istimewa yang wajib ditebus oleh
pihak lain (istilahnya redeemed preferred shares). Investasi jenis ini diukur
pada biaya teramortisasi.
2. Property Investasi
Masuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan peralatan, yang
digunakan dalam operasional perusahaan guna menghasilkan barang/jasa,
memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun buku.
Akumulasi penyusutan atas kelompok aset tak lancar ini harus disajikan dalam
laporan keuangan atau di catatan kaki atau di bagian penjelasannya. Misalnya:
Bangunan = xxx
Dikurangi akumulasi penyusutan = (xxx)
Nilai buku bangunan = xxx Atau
Bangunan (net dari akumulasi Rp xxx) = xxx
Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan, harus disebutkan di
bagian penjelasan laporan keuangan.
Hal ini penting dijelaskan dalam laporan keuangan, karena perubahan metode
penyusutan yang sering atau dalam kondisi perusahaan tertentu tanpa
dijelaskan alasan yang real, di khawatirkan merupakan satu bentuk kebijakan
manajemen dengan tujuan earning manajemen.
Aset Tak Berwujud (intangible assets) adalah aset tak lancar perusahaan yang
tidak memiliki wujud fisik, akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat
baik di masa kini maupun di masa yang akan datang.
Aset tak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi (misal: merk dagang,
patent, copyrights, dan biaya oragnisasional).
IAS 38 atau PSAK 19 mengharuskan perusahaan untuk mengamortisasi aset
tak berwujud. Seperti halnya aset berwujud, akumulasi amortisasi aset tak
berwujud-pun harus dinyatakan dengan jelas dalam laporan keuangan atau
dicatatan kaki atau di bagian penjelasannya.
Aset takberwujud (Inggris: intangible asset) adalah aset nonmoneter
teridentifikasi tanpa wujud fisik. Yaitu hak-hak istimewa, atau posisi yang
menguntungkan guna menghasilkan pendapatan. Jenis utama aset tidak
berwujud adalah hak cipta, hak eksplorasi dan eksploatasi, paten, merek
dagang, rahasia dagang, dan goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari
satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode
pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun. (wikipedia)
Sedikit mirip dengan property investasi, hanya saja aset dimiliki untuk dijual
tidak harus direncanakan sejak awal. Jika perusahaan berencana untuk menjual
sekelompok aset, mesikpun tadinya digunakan untuk operasional, maka aset
tersebut harus diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual.
Menurut IFRS 5, aset dimiliki untuk dijual diukur sebesar nilai buku yang lebih
rendah atau nilai wajar dikurangi ongkos penjualan.
Contohnya perusahaan real estate, yang menjual tanah dan rumah, apartement
dan sebagainya
6. Aktiva Lain-lain
Segala aset tak lancar yang tidak bisa dimasukan ke dalam 5 klasifikasi di atas,
masuk ke kelompok ini. Misalnya: Uang Muka yang baru akan habis
dibiayakan dalam jangka waktu lama (panjang), Aset Pajak Tangguhan yang
waktu pemulihannya lama atau tidak pasti.