You are on page 1of 18

TUGAS MANAJEMEN PUSKESMAS

Poskestren: UKMB Atau Klinik Pratama?

OLEH :
SHOHIFATUL FIRDAUS
101614453051

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
MINAT MANAJEMEN KESEHATAN
SURABAYA
2016
POSKESTREN: UKBM ATAU KLINIK PRATAMA?

Shohifatul Firdaus1*
1
Mahasiswa Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Universitas Airlangga, NIM: 101614453051

*korespondensi: shohifatulfirdaus@gmail.com, +6281242725232

ABSTRAK

Pendahuluan:
Poskestren (pos kesehatan pesantren) merupakan suatu upaya kesehatan
bersama masyarakat yang dilakukan oleh Puskesmas. Poskestren dilaksanakan oleh
Pondok Pesantren dan untuk Pondok Pesantren. Keberadaan Poskestren diharapakan
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Pondok Pesantren terhadap kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat Pondok Pesantren. Dewasa ini
beberapa Poskestren yang memiliki tenaga kesehatan dan dana yang cukup mulai
mengarahkan Poskestren untuk menjadi sebuah Klinik Pratama yang merupakan
salah satu badan usaha yayasan Pondok Pesantren. Dengan dibangunnya Klinik
Pratama yang memiliki tenaga kesehatan minimal satu dokter dan perawat diharapkan
masalah kesehatan santri dapat tertangani dengan baik.

Metode: Jenis penelitian ini dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan literatur review. Literatur review dilakukan dari laporan kesehatan dan
penelitian yang bisa diakses dari internet.

Hasil dan Pembahasan: terdapat beberapa perbedaan dasar antara poskestren dan
klinik pratama : A). Legalitas: poskestren merupakan UKBM puskesmas, klinik
pratama merupakan badan usaha pesantren di bidang kesehatan. B). Kepemilikan:
poskestren merupakan milik Pondok pesantren yang digagas dan dibina oleh
puskesmas, klinik pratama merupakan milik yayasan pondok pesantren. C). SDM:
tenaga poskestren merupakan masyarakat pondok pesantren yang telah dibina oleh
puskesmas, klinik pratama memiliki tenaga kesehatan ahli (dokter, perawat, bidan,
apoteker, analis dll). D). Promotif dan preventif: sasaran poskestren adalah
masyarakat pondok pesantren, sasaran klinik pratama adalah individu yang terkena
atau beresiko terkena penyakit. E) Kuratif: poskestren hanya dapat rujuk ke
puskesmas atau memberi obat untuk penyakit ringan, klinik pratama dapat
melaksanakan praktik kedokteran sesuai kewenangan klinis pada tenaga kesehatan.

Kesimpulan: Peran poskestren dan klinik terhadap kesehatan pondok pesantren pun
berbeda. Poskestren lebih berperan pada promotif dan preventif pada masyarakat
pondok pesantren untuk meningkatkan kesehatan melalui beberapa program
penyuluhan sedangkan klinik pratama pondok pesantren lebih kepada kuratif untuk
warga pondok pesantren yang telah sakit.

Keywords: Poskestren, UKBM, Klinik Pratama

1.0 Pendahuluan

Pondok Pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan


keagamaan yang tumbuh dan berkembang dari oleh dan untuk masyarakat yang
berperan penting dalam pengembangan sumber daya manusia, diharapkan para santri
dan para pemimpin serta pengelola pondok pesantren tidak saja mahir dalam aspek
pembangunan moral dan spiritual dengan intelektual yang bernuansa agamis, namun
dapat pula menjadi penggerak motivator dan inovator dalam pembangunan kesehatan,
serta menjadi teladan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat
sekitar.
Kebanyakan pondok pesantren di Indonesia memiliki masalah yang begitu
klasik yaitu tentang kesehatan santri dan masalah terhadap penyakit. Masalah
kesehatan dan penyakit di pesantren sangat jarang mendapat perhatian dengan baik
dari warga pesantren itu sendiri maupun masyarakat dan juga pemeintah. Puskesmas
sebagai unit pelayanan kesehatan memiliki tanggung jawab terhadapa kesehatan
masyarakat pondok pesantren yang ada di wilayahnya
Poskestren (pos kesehatan pesantren) merupakan suatu upaya kesehatan
bersama masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas. Poskestren dilaksanakan oleh
pondok pesantren dan untuk pondok pesantren. Tugas puskesmas adalah memberikan
pembimbingan terhadap kader poskestren untuk kemudian digunakan sebagai dasar
pemberian penyuluhan kepada masyarakat.
Keberadaan poskestren diharapakan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat pondok pesantren terhadap kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat pondok pesantren.
Dewasa ini beberapa poskestren yang memiliki tenaga kesehatan dan dana
yang cukup mulai mengarahkan poskestren untuk menjadi sebuah klinik yang
merupakan salah satu amal usaha yayasan pondok pesantren. Dengan dibangunnya
klinik pratama yang memiliki tenaga kesehatan minimal satu dokter dan perawat
diharapkan masalah kesehatan santri dapat tertangani dengan baik. Anggota Komisi E
DPRD Jatim mengatakan akan memperjuangkan pendirian klinik di pondok pesantren
di jawa timur yang akan disampikan dalam APBD 2016.
Poskestren ataupun klinik pratama yang berada dalam naungan pondok
pesantren mempunyai tujuan yang sama yaitu memperbaiki tingkat kesehatan di
pondok pesantren. Terdapat perbedaan yang mendasar antara poskestren dan klinik
pratama, poskestren mempunyai peran promotif dan preventif dalam lingkup
masyarakat sebagai UKBM puskesmas, sedangkan klinik dalam buku panduan
pelayanan BPJS disebutkan melaksanakan tindakan preventif dan promotif
perorangan. Dalam hal ini poskestren akan kehilangan perannya sebagai UKBM
puskesmas setelah menjadi klinik pratama.

2.0 Metode: Jenis penelitian ini dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan literatur review. Literatur review dilakukan dari laporan kesehatan
dan penelitian yang bisa diakses dari media massa. Data yang diperoleh selanjutnya
dijadikan referensi untuk melakukan pengkajian dan pembahasan.

3.0 Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil
Pondok Pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dari oleh dan untuk masyarakat yang
berperan penting dalam pengembangan sumber daya manusia, diharapkan para santri
dan para pemimpin serta pengelola pondok pesantren tidak saja mahir dalam aspek
pembangunan moral dan spiritual dengan intelektual yang bernuansa agamis, namun
dapat pula menjadi penggerak motivator dan inovator dalam pembangunan kesehatan,
serta menjadi teladan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat
sekitar. Pondok Pesantren telah tumbuh dan berkembang hampir diseluruh daerah,
maka diharapkan kegiatan ini dapat menyebar secara merata di seluruh Indonesia
(Fauzi, 2014)
Pondok pesantren tumbuh dan berkembang melayani berbagai kebutuhan
masyarakat, sebagai warisan budaya umat islam Indonesia. Pesantren merupakan
penghubung antara masyarakat pelosok pedesaan yang belum pernah tersentuh
pendidikan modern, tatkala masyarakat membutuhkan pendidikan (ikhwanuddin,
2013).
Kebanyakan pondok pesantren di Indonesia memiliki masalah yang begitu
klasik yaitu tentang kesehatan santri dan masalah terhadap penyakit. Masalah
kesehatan dan penyakit di pesantren sangat jarang mendapat perhatian dengan baik
dari warga pesantren itu sendiri maupun masyarakat dan juga pemeintah. Pesantren
sendiri merupakan sebuah sub-kultur dimana pondok pesantren mempunyai kultur
tersendiri yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. pesantren sebagai sub-
kultur yang memiliki eksistensi yang berbeda dengan masyarakat luar dan memiliki
tata nilai dan lengkap dengan simbol-simbol bagi masyarakat pesantren itu sendiri
(ikhwanuddin, 2013).
Masalah kesehatan yang sering muncul di pondok pesantren adalah scabies
dan penyakit kulit lainnya, sesak nafas, demam, pingsan, batuk pilek dan gastritis.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fauzi pada pondok pesantren darul hikmah
jember didapatkan data selama tahun 2013, penyakit penderita Skabies
dan Dermatitis menunjukan angka tertinggi yaitu sebanyak 45,7% santri,
dilanjutkan dengan penderita penyekit ISPA sebesar 24,5% santri,
kemudian penderita penyakit suspek Typoid sebanyak 17,3% santri,
penyakit Diare 7,5%, santri dan penyakit lainya 5% santri. Penelitian yang
dilakukan di pondok pesantren wali songo ponorogo tahun 2003-2004
menunjukkan data penyakit santri meliputi, scabies sebanyak 36,53%,
dermatitits sebanyak 19,5%, ISPA 17,3%, diare 9,3%, typoid 2,5%,
gastritis 9,5% dan alergi sebanyak 5,3%. Dari dua data diatas bisa terlihat
bahwa masalah kesehatan yang terjadi di pondok pesantren adalah
masalah kesehatan kulit.
Berbagai perilaku hidup yang tidak bersih dan tidak sehat masih dapat
dijumpai di pesantren-pesantren salafi/ tradisional di perdesaan. Berdasarkan
observasi yang dilakukan oleh wahyuni dan arifin di pesantren salafi/ tradisional di
perdesaan di Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi, penulis menemukan
bahwa santri di Pondok Pesantren salafi/ tradisional biasanya tidur dengan cara
meletakkan kasur di lantai sebagai tempat tidur mereka dan ada juga yang hanya
sekadar memakai tikar saja. Sebelum melakukan kegiatan rutin, mereka
membersihkan kasur dan alas tidur lainnya dengan cara menumpuk di pinggir
ruangan kamar tidur. Pada kehidupan sehari-hari santri sering memakai baju dan
handuk secara bergantian atau saling meminjam pakaian. Selanjutnya, penelitian Isa
Marufi, menemukan bahwa faktor sanitasi berperan dalam prevalensi penyakit
scabies. Perilaku santri yang tidak saniter, seperti saling meminjam pakaian,
menggunakan alat mandi bersama, serta tempat tidur yang berimpitan adalah
penyebab menularnya penyakit scabies di pesantren. Perilaku yang tidak sehat yang
lain adalah kamar tidur yang tidak saniter dan kurangnya pencahayaan.
Dalam beberapa penelitian yang tentang penyakit menular di pondok
pesantren di Jawa Timur. penelitian Dhini Marga Rahadian, (2008), Higiene
Perorangan Santri dan Sanitasi Pondok pesantren putrid KHA. Wahid Hasyim
Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. Disimpulkan bahwa kondisi sanitasi pondok
pesantren masih kurang baik dan kebanyakan santri sering menderita sakit flu,
pusing, pilek batuk, migrain, sakit gigi dan sebagainya. penelitian tesis Siti Rahayu
(2006). Tentang perbedaan prevalensi Anemi pada tingkat kesegaran jasmani antara
santriwati di pondok pesantren pesisir dan non-pesisir, ditemukan bahwa pondok
pesantren non-pesisir pervalensi penyakit anemi lebih tinggi dari pada prevalensi
pondok pesantren di pesisir, karena pemenuhan gizi pesantren di pesisir lebih baik
dari pada pemenuhan gizi di pondok pesantren non pesisir (ikhwanuddin, 2013).
Promosi kesehatan merupakan proses meningkatkan kemampuan orang dalam
mengendalikan dan meningkatkan keadaan sehat, seseorang atau kelompok dan harus
mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, serta mampu memenuhi kebutuhan
dan perubahan atau mengendalikan lingkungan. Di dalam promosi kesehatan
berperan penting dalam edukasi kepada santri terhadap hidup sehat, menjaga dirinya
agar tetap sehat, meningkatkan kualitas kesehatan, peka dan tanggap terhadap
datangnya penyakit, mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan dan
perubahan-perubahan yang terjadi.
Poskestren (pos kesehatan pesantren) merupakan suatu upaya kesehatan
bersama masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas. Poskestren dilaksanakan oleh
pondok pesantren dan untuk pondok pesantren. Tugas puskesmas adalah memberikan
pembimbingan terhadap kader poskestren untuk kemudian digunakan sebagai dasar
pemberian penyuluhan kepada masyarakat.
Pos Kesehatan Pesantren yang biasa disebut dengan Poskestren merupakan
salah satu wujud UKBM atau upaya kesehatan bersama masyarakat di lingkungan
pondok pesantren. Upaya kesehatan bersama masyarakat merupakan salah satu upaya
pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh masyarakat dan untuk kepentingan
masyarakat dalam upaya menanggulangi permasalahan kesehatan yang dihadapi
dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki masyarakat setempat yang dalam hal ini
adalah warga pondok pesantren.Warga pondok pesantren adalah Kiai atau sebutan
lain Pimpinan/Pengasuh, santri, ustadz/ustadzah, pekerja, karyawan serta pengelola
(Permenkes RI nomor 1, 2013).
Poskestren sebagai UKBM memiliki prinsip dari, oleh dan untuk warga
pondok pesantren, dimana poskestren mengutamakan pelayanan promotif
(peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif
(pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), dengan binaan Puskesmas
setempat.
Tujuan utama dibentukanya poskestren adalah untuk Mewujudkan
kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dengan cara: a. Meningkatkan pengetahuan warga
pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang kesehatan; b. Meningkatkan
sikap dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi warga pondok pesantren dan
masyarakat sekitarnya; c. Meningkatkan peran serta aktif warga pondok pesantren
dan warga masyarakat sekitarnya dalam penyelenggaraan upaya kesehatan; dan d.
Memenuhi layanan kesehatan dasar bagi warga pondok pesantren dan masyarakat
sekitarnya (Permenkes RI nomor 1, 2013).
Sasaran dari Program Poskestren adalah pondok pesantren dan warga pondok
pesantren yang terdiri dari: a. Santri, Kiai, Pimpinan, Pengelola, dan Pengajar di
pondok pesantren termasuk wali santri; b. Masyarakat di lingkungan pondok
pesantren; c. Tokoh masyarakat: tokoh agama Islam, Pimpinan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan pimpinan organisasi kemasyarakatan lainnya di lingkungan
pondok pesantren; dan d. Petugas kesehatan dan stakeholders terkait lainnya.
Poskestren sebagai sebuah progam memiliki beberapa kegiatan pokok yang
meliputi: a. Pelayanan kesehatan dasar yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif dalam batas kewenangan
Poskestren. Selain itu Poskestren juga melakukan upaya pemberdayaan warga
pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam bidang kesehatan serta peningkatan
lingkungan yang sehat di pondok pesantren dan wilayah sekitarnya; b. Pemberdayaan
santri sebagai kader kesehatan (santri husada) dan kader siaga bencana (santri siaga
bencana).
Poskestren dalam pelaksanaannya berfungsi sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan, dalam alih informasi, pengetahuan dan
keterampilan, dari petugas kepada warga pondok pesantren dan masyarakat
sekitarnya, dan antar sesama pondok pesantren dalam rangka meningkatkan perilaku
hidup sehat. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada
warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. Sebagai wadah pembelajaran
tentang nilai dan ajaran agama Islam dalam menghadapi permasalahan kesehatan.
Keberadaan poskestren di pondok pesantren diharapkan dapat memberi
manfaat Bagi pondok pesantren, warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar,
kader poskestren dan Puskesmas. Manfaat yang didapatkan oleh pondok pesantren
sebagai sebuah lembaga berupa tersedianya layanan dan akses kesehatan dasar,
adanya penyebaran informasi kesehatan dan terpeliharanya sarana sanitasi
lingkungan. Manfaat yang didapatkan Bagi Warga Pondok Pesantren dan Masyarakat
Sekitarnya adalah memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi.
pengetahuan dan pelayanan kesehatan dasar, Memperoleh bantuan secara
professional dalam pemecahan masalah kesebatan, Mendapatinfomasi awal tentang
kesehatan dan dapat mewujudkan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi warga
pondok pesantren maeyarakat sekitarnya.
Poskestren selain memberi manfaat untuk pondok pesantren dan warga
pondok pesantren, poskestren juga memberi manfaat penting untuk kader kesehatan
yang ada di pondok pesantren. Manfaat yang didaptkan antara lain: a. kader
kesehatan bisa mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan, b. Dapat
mewujudkan aktualisasi dirinya untuk membantu warga pondok pesantren dan
masyarakat sekitarnya dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di
lingkungannya.
Poskestren juga memberikan manfaat untuk puskesmas. Dengan adanya
poskestren, Puskesmas dapat mengoptimalkan fungsi puskesmas sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Dapat memfasilitasi warga pondok
pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai
kondisi setempat. Dan Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui
pemberian pelayanan kesehatan secara terpadu.
Kegiatan rutin Poskestren diselenggarakan dan dimotori oleh kader
Poskestren dengan bimbingan teknis dari puskesmas setempat dan sektor terkait.
Pelayananan yang disediakan oleh Poskestren adalah pelayanan kesehatan dasar, yang
meliputi promotif, preventif, reha bilitatif (memelihara kesehatan, mencegah
pemulihan kesehatan) dan kuratif (pengobatan). Khusus untuk pelayanan kuratif dan
beberapa pelayanan preventif tertentu, seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan
berkala dilaksanakan oleh petugas kesehatan.
Pelayanan kesehatan kesehtan yang dilakukan diposkestren antara lain:
1. Upaya Promotif, antara lain: a. konseling kesehatan; b . penyuluhan
kesehatan, antara lain: PHBS, penyehatan lingkungan, gizi, kesehatan
reproduksi, kesehatan jiwa dan NAPZA, penyakit menular dan tidak menular,
serta TOGA; c. olahraga teratur; dan d. lomba lingkungan bersih dan sehat,
mading, poster.
2. Upaya Preventif, antara lain: a. pemeriksaan kesehatan berkala; b. penjaringan
kesehatan santri; c. imunisasi; d. kesehatan lingkungan dan kebersihan diri; e.
pemberantasan nyamuk dan sarangnya; f. penyediaan dan pemanfaatan air
bersih ; dan g. deteksi dini gangguan jiwa dan NAPZA.
3. Upaya Kuratif, Upaya kuratif d apat dilak ukan oleh Poskestren dalam bentuk
merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau kunjungan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dari puskesmas . Selain itu upaya kuratif
yang dapat dilakukan oleh Poskestren antara lain melakukan pertolongan
pertama pada penyakit ringan dan menyediakan kotak P3K (Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan).
4. Upaya Rehabilitatif Upaya rehabilitatif dilakukan oleh Poskestren untuk
menindaklanjuti penanganan pasien pasca perawatan di puskesmas/ rumah
sakit.
` Dalam upaya meningkatkan peran poskestren, pondok pesantren yang
memiliki tenaga kesehatan dan dana yang cukup mulai mengarahkan poskestren
untuk menjadi sebuah klinik yang merupakan salah satu amal usaha yayasan pondok
pesantren. Dengan dibangunnya klinik pratama yang memiliki tenaga kesehatan
minimal satu dokter dan perawat
Klinik Pratama adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau
spesialistik. Diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin
oleh seorang tenaga medis (Permenkes RI nomor 9, 2014)
Dalam pelaksanaan operasionalnya, Klinik pratama menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative yang berupa rawat jalan, rawat inap dan pelayanan satu hari(one day
care) dan/atau home care
Setiap Klinik mempunyai kewajiban (Permenkes RI nomor 9, 2014):
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan yang diberikan;
b. Memberikan pelayanan yang efektif, aman, bermutu, dan nondiskriminasi
dengan mengutamakan kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau
mendahulukan kepentingan finansial;
d. Memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed
consent);
e. Menyelenggarakan rekam medis;
f. Melaksanakan sistem rujukan dengan tepat;
g. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan;
h. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
i. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
j. Melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
k. Memiliki standar prosedur operasional;
l. Melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
m. Melaksanakan fungsi sosial;
n. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan;
o. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal klinik; dan
p. Memberlakukan seluruh lingkungan klinik sebagai kawasan tanpa rokok.
Terdapat beberapa persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam pendirian
dan operational klinik pratama (Permenkes RI nomor 9, 2014):
1. Kepemilikan
Sebagai sebuah fasilitas pelayanan kesehatan, klinik pratama dapat dimiliki
oleh Pemerintah ataupun masyarakat. Klinik pratama pemerintah harus didirikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Klinik pratama yang
dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat jalan dapat didirikan oleh
perorangan atau badan usaha. Klinik pratama yang dimiliki oleh masyarakat yang
menyelenggarakan rawat inap harus didirikan oleh badan hukum.
2. Tenaga kerja
Tenaga Klinik rawat jalan minimal terdiri atas tenaga medis (dokter dan/atau
dokter gigi, tenaga keperawatan, Tenaga Kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan
sesuai dengan kebutuhan. Tenaga kerja klinik rawat inap minimal terdiri atas tenaga
medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis kesehatan,
Tenaga Kesehatan lain dan tenaga non kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Pada era JKN sekarang ini, klinik pratama baik rawat jalan maupun rawat inap
harus bekerja sama dengan BPJS Kesehatan untuk mendukung program JKN.
Melalui sistem BPJS Kesehatan, masyarakat yang terdaftar sebagai anggota BPJS di
suatu klinik yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dapat mendapatkan
pelayanan tanpa harus membayar. Biaya pengobatan anggota bpjs akan ditanggung
oleh BPJS melalui dana kapitasi, klinik tiap bulan akan mendapatkan dana kapitasi
sesuai dengan jumlah peserta bpjs yang terdaftar di klinik tersebut dan jenis
pelayanan yang diberikan.
1. Jenis pelayanan yang harus diberikan oleh Klinik Rawat Jalan Tingkat Pertama
(BPJS Kesehatan, 2013)
a. Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk
berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas kesehatan
lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas kesehatan
tingkat pertama;
b. Pelayanan promotif preventif, meliputi: a). Kegiatan penyuluhan kesehatan
perorangan; b). Imunisasi dasar; c). Keluarga berencana; d). Skrining
kesehatan perorangan
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama;
g. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi ;
h. Upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi termasuk
penanganan komplikasi KB paska persalinan; i. rehabilitasi medik dasar.
2. Jenis pelayanan yang harus diberikan oleh Klinik Rawat Inap Tingkat Pertama
meliputi pelayanan rawat jalan tingkat pertama dengan tambahan akomodasi bagi
pasien sesuai indikasi medis.

3.2 Pembahasan
Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan islam tertua di
Indonesia. Sistem pondok pesantren mewajibkan para siswa (yang biasa disebut
dengan Santri) untuk tinggal dan menetap di pondok pesantren selama masa
pendidikan.
Data kemenag tahun 2011, Pondok pesantren yang ada di Indonesia berjumlah
27.218 lembaga, terdiri dari 13.446 (49,4 %) pondok pesantren salafi/salafiyah
(tradisional), 3.064 (11,3 %) pondok pesantren salafi/salafiah (modern), dan pondok
pesantren terpadu/kombinasi sebanyak 10.708 (39,3 %), dengan jumlah santri
sebanyak 3.642.738 orang. Dari jumlah santri tersebut, laki-laki terdiri 1.895.580
(52,0 %) dan perempuan 1.747.158 (48,0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
pondok pesantren yang ada diindonesia sangatlah banyak dengan jumlah santri yang
cukup banyak pula (Permenkes RI nomor 1, 2013)
Pondok pesantren merupakan suatu populasi dimana individu didalamnya
menjalani kehidupan sehari-hari dalam satu tempat. Pondok pesantren merupakan
tempat yang multikultural dimana terdapat individu dari berbagai usia, daerah dan
kebudayaan hidup bersama disana. Dengan kondisi demikian, Pondok pesantren
memiliki beberapa permasalahan kesehatan.
Masalah kesehatan yang sering muncul di pondok pesantren adalah scabies,
dermatitis, batuk pilek, gastritis dll. Di lingkungan pondok pesantren kejadian kasus
penyakit menular cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data pada beberapa pondok
pesantren dimana kejadian yang tertinggi adalah scabies. Jika terdapat penyakit
menular di pondok pesantren biasanya penyakit tersebut akan mudah menjadi wabah
melihat pola kehidupan dipondok pesantren dimana para santri berbagi kamar,
menggunakan kamar mandi bersama dan bahkan menggunakan satu alat mandi untuk
banyak orang.
Masalah kesehatan dipondok pesantren tidak hanya menjadi masalah bagi
pondok pesantren sendiri. puskesmas yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya juga bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat pondok
pesantren.
Puskesmas melalui upaya kesehatan bersama masyarakat membentuk pos
kesehatan pesantren (poskestren). Poskestren merupakan salah satu perpanjangan
tangan puskesmas sebagai penanggung jawab tingkat kesehatan masyarakat di
wilayahnya. Poskestren dijalankan oleh warga pondok pesantren dengan pembekalan
dan pengawasan yang dilakukan langsung oleh puskesmas.
Sebagai bentuk upaya peningkatan kesehatan di pondok pesantren. Poskestren
melakukan pelayanan kesehatan dasar, yang meliputi promotif, preventif, rehabilitatif
(memelihara kesehatan, mencegah pemulihan kesehatan) dan kuratif (pengobatan).
Khusus untuk pelayanan kuratif dan beberapa pelayanan preventif tertentu, seperti
imunisasi dan pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan oleh petugas kesehatan.
Dalam pelaksanaannya poskestren diharapkan mampu untuk meningkatkan kesehatan
warga pondok pesantren (Permenkes RI nomor 1, 2013).
Sebagai bentuk upaya peningkatan kesehatan di pondok pesantren melalui
program poskestren, Pada tahun 2007 kementerian Kesehatan menyerahkan bantuan
dana sosial pos kesehatan pesantren (poskestren), berupa 200 unit pos kesehatan
pesantren ke pondok pesantren di Jawa Timur yang meliputi 36 kota di Jawa Timur
yang masing masing Pondok Pesantren mendapat bantuan dana sebesar 10 juta
rupiah.
Pada penelitian yang dilakukan oleh fauzi di pondok pesantren darul hikmah
jember tentang hubungan peran poskestren terhadap perilaku personal hygiene remaja
putri di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran
poskestren dengan personal hygiene remaja putri di pondok. perilaku personal
hygiene remaja santri bergantung pada peran Poskestren, jika peran Poskestren baik
maka tingkat pelaksanan personal hygiene santri akan baik juga, tidak menderita
penyakit kulit dan penyakit lainnya sebaliknya responden yang tingkat pelaksanaan
personal hygiene buruk akan menderita penyakit kulit dan penyakit lainnya.
Dewasa ini beberapa poskestren yang memiliki tenaga kesehatan yang mulai
mengubah poskestren menjadi klinik pratama baik rawat inap maupun rawat jalan.
salah satunya adalah poskestren al-ishlah yang sekarang berubah nama menjadi klinik
pratama rawat inap al-ishlah. Keberadaan klinik pratama di pondok pesantren
diharapkan dapat memberikan solusi lebih terhadap kesehatan santri pondok
pesantren.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, klinik tentu saja sangat berbeda
dengan poskestren. Terdapat beberapa perbedaan antara poskestren dan klinik
dibawah pondok pesantren.
POSKESTREN KLINIK di bawah Ponpes
Badan usaha pesantren di
legalitas UKBM
bidang kesehatan
Pondok pesantren bersama
kepemilikan Yayasan pondok pesantren
puskesmas
Masyarakat pondok yang Tenaga kesehatan ahli
SDM telah dibina oleh (dokter, perawat, bidan,
puskesmas apoteker, analis dll)
Sasaran promotif preventif Masyarakat Individu
Melaksanakan praktik
Terbatas pada gejala ringan
kedokteran sesuai
Kuratif dan harus di rujuk ke
kewenangan klinis pada
puskesmas
tenaga kesehatan
Tabel 1. Perbedaan poskestren dan klinik pratama
Dilihat dari legalitasnya, poskestren merupakan program puskesmas yang
ditujukan kepada pondok pesantren dan ada didalam pondok pesantren dan
dilaksanakan oleh pondok pesantren dan puskesmas. Sebagai sebuah program,
poskestren tidak mengacu pada keuntungan sama sekali. Sedangkan klinik pratama
pondok pesantren yang dikembangkan dari poskestren merupakan sebuah badan
usaha milik yayasan pondok pesantren. Sebagai sebuah amal usaha, klinik pratama
pondok pesantren masih mendapatkan keuntungan dari pelayanan kesehatan yang
diberikan.
Poskestren merupakan UKMB dimana Poskestren ada untuk dan oleh pondok
pesantren, tenaga yang ada di poskestren adalah kader poskestren yang merupakan
binaan dari puskesmas. Untuk melaksanakan program kerja yang ditelah ditetapkan
poskestren dibantu oleh puskesmas dalam pelaksanaannya. Tenaga kesehtaan klinik
pondok pesantren merupakan tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang harus
dipenuhi oleh klinik sesuai dengan Permenkes RI nomor 9 tahun 2014.
Pada usaha promotif dan preventif terdapat perbedaan yang mecolok anatara
poskestren dan klinik di pondok pesantren. Pada Permenkes RI nomor 1 tahun 2013
tentang poskestren, tujuan utama poskestren adalah promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitative. Tujuan utama poskestren adalah
promotif prefentif melalui beberapa program penyuluhan dan pembinaan yang
dilakuakn oleh kader poskestren. Klinik pratama yang berada di bawah pondok
pesantren mempunyai fungsi promotif dan preventif yang tidak berbeda dengan klinik
pada umumnya. Klinik pratama lebih terfokus pada tindakan kuratif, promotif dan
preventif dilakukan secara individu berkaitan dengan kondisi klinis yang dialami oleh
pasien tersebut, contohnya edukasi kepada pasien dengan diabetes mellitus.
Poskestren melaksanakan upaya kuratif dengan melakukan rujukan ke
puskesmas dan memberikan pengobatan pada sakit ringan dan gawat darurat. Klinik
pratama melaksanakan upaya kuratif dengan pengobatan sesuai dengan kewenangan
yang tertera pada Permenkes RI nomor 9 Tahun 2014 dan buku panduan pelayanan
kesehatan dari BPJS.

4.0 Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan dipondok
pesantren sangat banyak. Masalah kesehatan pondok pesantren juga merupakan
tanggung jawab dari puskesmas dimana pondok pesantren tersebut berada. Poskestren
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas bersama
dengan pondok pesantren untuk meningkatkan kesehatan masyarakat pondok
pesantren.
Terdapat banyak perbedaan antara poskestren dan klinik. Peran poskestren
dan klinik terhadap kesehatan pondok pesantren pun berbeda. Poskestren lebih
berperan pada promotif dan preventif pada masyarakat pondok pesantren untuk
meningkatkan kesehatan melalui beberapa program penyuluhan sedangkan klinik
pondok pesantren lebih kepada kuratif untuk warga pondok pesantren yang telah
sakit.
4.2 Saran
Dalam meningkatkan kesehatan pondok pesantren diharapkan terdapat upaya
yang maksimal dari usaha preventif, promotif dan kuratif untuk itu diharapkan
program-program poskestren tetap dilaksanakan meskipun telah menjadi klinik
pratama. Diharapkan ada kerja sama antar puskesmas sebagai pelaksana UKM dan
klinik pratama pondok untuk meningkatkan usaha promotif dan preventif poskestren.

Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaTentang Pedoman Penyelenggaraan
Dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren, Nomor 1 Tahun 2013
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat Nomor 75 Tahun 2014
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Klinik, Nomor 9 Tahun
2014
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat Nomor 128 Tahun 2004
Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009-2011.
Badri, M. 2007. Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
Ponorogo. Media Litbang Kesehatan 12;2
Wijaya, K. 2007. Peran Pos Kesehatan Pesantren Dalam Meningkatkan Kesehatan
Reproduksi Remaja. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 10;2.
Ikhwanudin, A. 2013. Perilaku kesehatan Santri ( Studi Deskriptif Perilaku
Pemeliharaan kesehatan, Pencarian dan Penggunaan Sistem Kesehatan Dan
Perilaku Kesehatan Lingkungan di Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithroh
Surabaya. Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik,
Universitas Airlangga
Wahyudin, U. Arifin, HS. 2015. Sosialisasi Sanitasi Diri Dan Lingkungan di
Pesantren Salafi Melalui Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Dalam
Membentuk Sikap Santri Terhadap Sanitasi. Jurnal Kajian Komunikasi 1;2.
Fauzi, A. 2014. Hubungan Peran Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Dengan
Perilaku Personal Hygiene Remaja Santri Pondok Pesantren Darul Hikmal Al-
Ghazaali Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jembar. Jurnal
Artikel

You might also like