You are on page 1of 8

I.

PROSESING DAN PENYIMPANAN BENIH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih merupakan alat perkembangbiakan yang penting dalam proses
budidaya. Perlu adanya pengelolaan dan teknologi yang tepat dalam
memproduksi benih. Benih dibutuhkan oleh petani dalam jumlah yang
banyak. Benih seringkali harus melewati proses penyimpanan sebelum
digunakan untuk bahan tanam. Vigor dan viabilitas benih harus dijaga agar
dapat digunakan secara optimal dan menghasilkan tanaman yang sehat.
Benih saat disimpan juga harus dijaga kebersihannya agar terhindar dari
hama dan patogen.
Prosesing dan penyimpanan benih merupakan proses dalam
penyediaan benih. Prosesing benih itu sendiri sering disebut pengolahan
benih. Prosesing benih merupakan satu dari beberapa proses dalam
teknologi benih. Hasil prosesing benih menentukan kemampuan benih untuk
mempertahankan viabilitas pertumbuhannya serta meningkatkan
produksinya baik kuantitas maupun kualitas. Tujuan penyimpanan benih
adalah untuk mempertahankan viabilitas benih yang telah dicapai pada saat
masak. Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenisnya,
cara dan tempat penyimpanan.
Benih rekalsitran adalah benih yang viabilitasnya segera turun sampai
nol jika disimpan dalam waktu yang lama dan kadar air yang rendah, karena
jenis benih ini harus disimpan pada kadar air tinggi dan tidak terlalu lama.
Benih ortodoks baik disimpan pada kadar air rendah dan relatif tanah lama.
Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mewujudkan benih tanaman
yang unggul. Manfaat dari praktikum acara prosesing dan penyimpanan
benih ini dalam bidang pertanian adalah mahasiswa dapat mengetahui
pengolahan benih yang baik, teknik penyimpanan benih yang tepat, media
yang baik untuk menyimpan dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi viabilitas benih selama proses penyimpanan.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara Prosesing dan Penyimpanan Benih adalah
sebagai berikut :
a. Mengetahui cara prosesing benih.
b. Mengetahui cara penyimpanan benih.

B. Tinjauan Pustaka
Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang menduduki posisi ketiga
setelah jagung dan kedelai. Taksonomi (sistematika) tumbuh-tumbuhan kacang
tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi spermatophyta, subdivisi
angiospermae, kelas dycotiledonae, ordo rosales, famili papilionaceae, genus
arachis, spesies Arachis hypogaea, subspesies fastigiata, hypogaea. Kacang
tanah umumnya ditanam petani di tegalan atau lahan kering. Kacang tanah
termasuk benih ortodoks (Pitojo 2009).
Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak
digemari oleh masyarakat kita. Buah jeruk selalu tersedia sepanjang tahun
karena tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang khusus. Tanaman
jeruk dapat ditanam di mana saja, baik di dataran rendah maupun didataran
tinggi. Jeruk termasuk ke dalam divisi spermatophyte, subdivisi angiospermae,
kelas dicotyledonae, ordo rutales, famili rutaceae dengan nama latin Citrus sp.
(Aak 2011).
Salah satu faktor yang menghambat upaya peningkatan produksi kacang
tanah adalah penyediaan benih bermutu tinggi. Mutu benih menyangkut mutu
fisiologis, mutu fisik dan mutu genetik yang dipengaruhi oleh proses
pengadaannya secara menyeluruh mulai dari pra tanam sampai pasca panen.
Kegiatan ini meyangkut aspek transportasi, pengemasan dan penyimpanan.
Penyimpanan benih pada dasarnya merupakan upaya untuk mempertahankan
viabilitas benihsepnajng mungkin dalam periode simpan. Benih kacang tanah
mempunyai daya simpan rendah karena dipengaruhi oleh komposisi kimia
yang dikandungnya yaitu lemak dan protein yang tinggi. Biji kacang tanah
mempunyai komposisi lemak 40-50% dan protein 20-30%. Jenis dan kadar zat
makanan yang terdapat dalam benih dapat mepengaruhi daya simpan. Benih
yang kadar lemak atau minyaknya tinggi lebih rendah daya simpannya
(Zuhry dan Yoesdi 2007).
Benih merupakan salah satu bahan pertanaman yang memiliki kelebihan
antara lain lebih mudah diperoleh, lebih mudah disimpan dalam waktu relatif
lama, kemungkinan kerusakan dalam transportasi kecil, ongkos angkut murah
dan mudah dalam pengepakannya namun demikian memilki kekurangan antara
lain seringkali sifat anaknya berbeda dengan induk dan membutuhkan waktu
yang lebih lama. Benih yang berkualitas tinggi akan menghasilkan semai yang
sehat dan memiliki kondisi pertumbuhan yang baik. Pertumbuhan tersebut
sesuai dengan materi genetik benih. Masalah yang dihadapi dalam
penyimpanan benih semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air
benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko
terserang cendawan (Suryanto 2013).
Benih bersifat higroskopis, sehingga selama penyimpanannya akan
mengalami kemunduran tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban
relatif udara dan suhu lingkungan tempat benih disimpan. Pengemasan benih
bertujuan untuk melindungi benih dari faktor biotik dan abiotik,
mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta
memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan. Penggunaan bahan
kemasan yang tepat dapat melindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan
simpan yaitu kelembaban nisbi dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat
menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih
dapat disimpan lebih lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih
selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor
Internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan
kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi
gas, suhu dan kelembaban ruang simpan. Tujuan utama pengemasan benih
adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih yang salah satu tolok
ukurnya adalah kadar air benih (Suryanto 2013).
Prosesing atau pengolahan benih merupakan salah satu proses dalam
teknologi benih. Pengangkutan buah jenis rekalsitran, harus segera dilakukan
setelah pengumpulan buah. Wadah angkut buah selama pengangkutan
menggunakan wadah yang berpori (misalnya karung goni atau keranjang).
Setiap wadah angkut buah diberi label yang tidak mudah rusak dan berisi
informasi jenis tanaman, kelas dan lokasi sumber benih (letak geografi dan
administrasi), jumlah pohon induk (identitas pohon induk jika ada),
jumlah/berat buah, tanggal pengunduhan, dan nama pengunduh. Penanganan
benih dilakukan untuk memperoleh benih bersih dan murni dengan kualitas
fisik fisiologis yang baik. Benih yang belum mencapai tingkat kemasakan
sempurna (kulit buah yang belum matang) diperlukan pemasakan buatan
(pemeraman). Benih yang telah masak namun embrionya belum berkembang
perlu dilakukan pemasakan lanjutan (after ripening) hingga embrio matang
sempurna (seperti mahoni, kesambi, jati). Benih yang tidak memerlukan
pemeraman dan pemasakan lanjutan dapat langsung diekstraksi. Pengeringan
benih hanya ditujukan untuk benih intermediat dan benih ortodoks.
Pengeringan benih intermediat dikeringanginkan pada suhu kamar sampai
mencapai kadar air aman untuk penyimpanan (8-12%). Pengeringan benih
ortodoks dilakukan secara mekanis atau dijemur sampai mencapai kadar air
aman untuk penyimpanan (Sudrajat et al. 2015).
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budi daya aneka
tanaman perkebunan (mete, makadamia, kemiri, melinjo, dan asam). Peran
benih untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas semakin penting
dirasakan untuk meningkatkan ekspor dan daya saing komoditas tersebut.
Perhatian terhadap penggunaan benih unggul bermutu, khususnya benih aneka
tanaman perkebunan masih sangat terbatas. Hal ini, antara lain disebabkan oleh
belum atau kurang tersedianya benih unggul bermutu. Perbanyakan benih
unggul bermutu perlu dilakukan untuk mendukung program pengembangan
aneka tanaman perkebunan. Melalui kerja sama antara peneliti dari berbagai
disiplin ilmu (pemuliaan, ekofisiologi/teknologi benih, hama penyakit,
pascapanen) dan pengambil kebijakan, diharapkan pengadaan benih unggul
bermutu segera dapat diwujudkan. Beberapa faktor perlu diperhatikan agar
perbanyakan benih unggul bermutu memenuhi lima kriteria tepat, yaitu tepat
jenis, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat harga. Melalui cara
panen dan penanganan benih yang benar, diharapkan pengadaan benih unggul
bermutu dapat terpenuhi. Maksud utama dari penyimpanan benih adalah untuk
mempertahankan mutu fisiologis benih guna keperluan tanam pada berbagai
tingkat kadar air awal penyimpanan selama penyimpanan. Untuk
mempertahankan mutu benih selama penyimpanan, juga perlu diperhatikan
kerusakan benih akibat serangan hama dan cendawan gudang. Hama gudang
biasanya sangat aktif apabila kadar air benih selama penyimpanan antara 12-
14%, dan menjadi kurang aktif apabila kadar air benih kurang dari 8%.
Perkembangan hama gudang sangat tergantung pada suhu, kadar air, dan
kesesuaian bahan makanan (Sukarman dan Hasanah 2013).
Hal yang berkaitan dengan proses kemunduran benih selama periode
penyimpanan adalah kemunduran yang bersifat kronologis yang berkaitan
dengan unsur waktu dan kemunduran fisiologis yang disebabkan oleh berbagai
faktor lingkungan. Penyimpanan merupakan aspek yang penting bagi benih
rekalsitran untuk dapat mempertahankan viabilitasnya dalam kurun waktu
tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama
penyimpanan antara lain suhu, kadar air benih, kelembaban relatif dan gas
oksigen. Perubahan kondisi selama penyimpanan dapat menyebabkan
perubahan laju respirasi. Laju respirasi terus meningkat bila suhu lingkungan
meningkat sampai suatu saat lajunya dihambat karena terjadinya hal seperti
inaktivasi enzim, kehabisan cadangan nutrisi atau oksigen atau karena
karbondioksida terakumulasi, hingga mencapai tingkat yang menghambat.
Selama penyimpanan, benih yang mengandung banyak lemak lebih cepat rusak
dibandingkan dengan benih yang banyak mengandung pati atau protein.
Potensi benih dapat diprediksi sehingga teknik penyimpanan atau pengujian
yang tepat dapat ditetapkan bagi benih tersebut dengan mengetahui kandungan
biokimianya (Yuniarti et al. 2013).
Hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan benih adalah kadar air
benih, kemasan yang digunakan dan kondisi ruang simpan. Penggunaan
desikan dapat menjaga kelembaban sekitar benih, sehingga kadar air benih
relatif stabil. Deteriorasi benih tidak lepas dari serangan hama gudang selama
penyimpanan. Kerusakan biji disebabkan oleh peningkatan populasi hama
seiring dengan lamanya penyimpanan. Viabilitas dan vigor benih menjadi
rendah jika terserang hama penyakit, bahkan benih tersebut tidak dapat
berkecambah akibat rusaknya embrio. Serangan hama ini dapat dicegah dengan
memperhatikan kemasan yang digunakan . Kemasan yang digunakan adalah
kemasan kedap udara dan uap air agar kadar air benih tetap terjaga. Kemasan
yang kedap udara juga akan membatasi kandungan oksigen di dalamnya,
sehingga hama gudang akan mati karena kekurangan oksigen, sehingga tingkat
kerusakan benih pun akan menurun ( Dewi et al. 2015).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Prosesing dan Penyimpanan Benih ini dilakukan pada
hari Jumat, tanggal 14 Oktober 2016 di Laboratorim Ekologi dan
Manajemen Produksi Tanaman (EMPT), Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) 20 biji kacang tanah (Arachis hypogaea)
2) 20 biji jeruk (Citrus sp.)
3) Abu dapur
b. Bahan
1) Pisau
2) 6 Gelas aqua
3) Nampan
4) Petridish
5) Kertas buram
6) Seed moisture tester
3. Cara Kerja
a. Prosesing Benih
1) Memisahkan antara biji dengan buah, malai/tongkol dengan cara
mebelah buah, mengupas, memipil, dan lain sebagainya.
2) Menghilangkan pulp yang menempel pada biji.
b. Penyimpanan benih
1) Mengukur kadar air benih sebelum dan sesudah dilakukan
penyimpanan.
2) Menyimpan benih ortodoks pada kertas yang dibungkus, disimpan di
tempat yang kering selama 1 bulan.
3) Menghitung daya kecambah sebelum dan sesudah penyimpanan, dan
mengamati kapan saat muncul tunas.
4) Menyimpan benih rekalsitran pada gelas aqua yang berisi abu dapur
selama 1 bulan.
5) Menyimpan benih rekalsitran dan ortodoks; dengan sistem curah
(pada gelas aqua terbuka) selama 1 bulan, menghitung daya kecambah
sebelum dan sesudah penyimpanan, dan mengamati kapan saat
muncul tunas, dan membandingkan dengan metode penyimpanan di
atas.
4. Pengamatan yang dilakukan
Variabel yang diamati dalam praktikum acara Prosesing dan
Penyimpanan Benih adalah sebagai berikut :
a. Jumlah biji
b. Kadar air benih
c. Kondisi benih
d. Kecepatan Kecambah (KK)
e. Daya Kecambah (DK)
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2011. Budidaya tanaman jeruk. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Dewi FO, Sumadi, Sobarna DS. 2015. Pengaruh berbagai jenis kemasan dan
desikan terhadap viabilitas, vigor benih kedelai (Glycine max (L.) Merr.)
dan perkembangan hama Callosobruchus maculatus selama periode simpan
tiga bulan. J Agric 2(1): 20-30.
Pitojo S. 2009. Benih kacang tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sudrajat DJ, Nurhasybi, Bramasto Y. 2015. Teknologi penanganan benih dan bibit
untuk memenuhi standar benih dan bibit bersertifikat. Prosiding Seminar
Hasil Penelitian Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.
Bandar Lampung: Balai Penelitian Kehutanan Palembang.
Sukarman, Hasanah M. 2013. Perbaikan mutu benih aneka tanaman perkebunan
melalui cara panen dan penanganan benih. J Litbang Pertanian 22(1): 16-23.
Suryanto H. 2013. Pengaruh beberapa perlakuan penyimpanan terhadap
perkecambahan benih suren (Toona sureni). J Penelitian Hutan Wallacea
2(1): 26-40.
Yuniarti N, Syamsuwida D, Aminah A. 2013. Dampak perubahan fisiologi dan
biokimia benih eboni ( bakh.) selama penyimpanan. J Penelitian Hutan
Tanaman 10(2): 65-71.
Zuhry E dan Yoesdi Y. 2007. Peranan urea dalam penyimpanan kacang tanah. J
Penelitian 16(1): 34-37.

You might also like