Professional Documents
Culture Documents
Source/ Sumber:
1) Eva, Paul Riordan. John P. Whitcher.2012.Oftalmologi Umum Edisi 17.Jakarta:EGC.
2) (Rewritten by/ Diketik kembali oleh: Dimas Erda Widyamarta.2014. please follow blog/
silahkan ikuti
blog: www.ithinkeducation.blogspot.com orwww.ithinkeducation.wordpress.com)
A. Definisi
Tumor orbita mata adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata)
sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, syaraf mata dan kelenjar air mata.
Rongga orbital dibatasi sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus
ethmoid dan sfenoid. Sebelah superior oleh lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh
zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah inferior oleh atap sinus maksilaris.
(Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon)
Tumor sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas. Tumor ganas sering disebut sebagai
kanker. Tumor pada mata disebut juga tumor orbita. Berdasarkan posisinya tumor mata
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Tumor external yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti :
a. tumor palpebra (tumor yang tumbuh pada kelopak mata)
b. tumor konjungtiva (tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang melapisi mata bagian
depan)
2. Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata
Apabila ada massa tumor yang mengisi rongga mata maka bola mata akan terdorong
ke arah luar yang dalam bahasa kedokteran disebut proptosis (mata menonjol). Arah tonjolan
bola mata bergantung pada asal massa tumor. Tumor mata bisa berasal dari semua jaringan
disekitar bola mata atau karena penyebaran dari sinus, otak, rongga hidung atau penyebaran
dari organ lain ditubuh. Tumor mata dapat terjadi pada orang dewasa ataupun anak-anak.
B. Etiologi
Gejala tumor orbita sulit diketahui karena tumbuh di belakang bola mata. Umumnya
diketahui setelah terjadi penonjolan pada mata, gangguan pergerakan mata, atau terasa sakit.
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai factor. Penyebab tumor mata terutama faktor
genetik. Selain itu sinar matahari, terutama sinar ultraviolet dan infeksi virus Papiloma.
Tumor mata juga bisa akibat penjalaran dari organ tubuh lain, seperti dari paru, ginjal,
payudara, otak sinus, juga leukemia dan getah bening. Sebaliknya, sel tumor mata yang
terbawa aliran darah sering mencapai organ vital lain seperti paru, hati atau otak, dan
menyebabkan kanker di organ itu. Penderita tumor mata, kecuali retino blastoma, umumnya
berusia 24-85 tahun.Sebagian besar tumor orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena
perkembangan abnormal. Tumor ganas pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan
menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya jelek.
1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel
dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14)
2. Malformasi congenital
3. Kelainan metabolism
4. Penyakit vaskuler
5. Inflamasi intraokuler
6. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan
tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak
mengalami metastasis
7. Trauma
C. Epidemologi
Tumor secara umum dibedakan menjadi neoplasma dan non-neoplasma. Neoplasma dapat
bersifat ganas atau jinak. Tumor ganas terjadi akibat berkembang biaknya sel jaringan sekitar
infiltrat, sambil merusakkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak
menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak
mengalami metastasis.
Apabila ada massa tumor yang mengisi ronggga orbita maka bola mata akan terdorong
ke arah luar yang dalam bahasa kedokteran di sebut proptosis (mata menonjol). Arah tonjolan
bola mata bergantung pada asal massa tumor. Tumor orbita bisa berasal dari semua jaringan
di sekitar bola mata atau karena penyebaran dari sinus, otak, rongga hidung atau penyebaran
dari organ lain ditubuh. Tumor orbita dapat terjadi pada orang dewasa ataupun anak-anak.
Tumor orbital dapat jinak atau ganas. Mereka dapat terjadi baik pada anak dan dewasa.
Anak Dewasa
Jinak Ganas Jinak Ganas
Kista
Rhabdomiosarkoma Meningioma Limphoma
Dermoid
Fibrous Glioma saraf
Sarkoma Ewings Mestatases
dysplasia optik
Seperti ditunjukkan contoh diatas, CT scan berguna dalam diagnosis dan biopsy
sering kali memberikan garansi untuk membantu diagnosis dan manajemen pasien. Tumor
orbita relatif jarang dijumpai. Pada proses pengambilan ruangan di orbita penderita biasanya
datang dengan keluhan seperti ada benjolan yang menyebabkan perubahan bentuk wajah,
protopsis, nyeri peri okular, inflamasi, keluarnya air mata, massa tumor yang jelas nampak.
Insiden tumor orbita bervariasi, tergantung pada metode pemeriksaan yang dipakai.
Frekwensi relatif benigna dan maligna menurut handerson (1984); disebutkan sebagai berikut
: karsinoma (primer metastasis dan pertumbuhan terus 21 %, kista 12 %, tumor vaskular 10
%, meningioma 9 %, malformasi vaskuler 5% dan tumor saraf tengkorak 4%, serta glioma
optikus dan neurisistik 5%.
Prognosis atau angka keberhasilan kelangsungan hidup penderita tumor orbita
mencapai 80%, artinya masih ada harapan hidup yang cukup baik. Angka kematian sangat
dipengaruhi oleh stadium dari tumor itu sendiri. Tentu saja pada stadium lanjut angka
kelangsungan hidupnya lebih buruk. Pada jenis-jenis tertentu angka kekambuhannya juga
cukup tinggi.
D. Patologi
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang
diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor orbita pada
anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada anak-anak
jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya
jelek. Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun
masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang
berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis.
Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau
kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor
padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat
menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea. Pertumbuhan tumor ini
dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui
sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui
pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam
badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak
normal.
Tumor bisa tumbuh dari struktur yang terletak didalam atau sekitar orbit:
1. Kelenjar lakrimal:
Adenoma fleomorfik: tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai pada
kelenjar parotid biasanya jinak, tapi rekurensi terjadi bila tidak dilakukan eksisi
lengkap.
2. Karsinoma
a. Jaringan limfoid:
Limfoma: kanker sel darah putih yang disebut limfosit-B, atau sel-B
b. Retina:
Retinoblastoma: Tumor anak-anak yang sangat ganas.
3. Melanoma
Tulang:
a. Osteoma: biasanya mengenai sinus frontal atau ethmoid, bisa menyebabkan
mukosel frontal.
b. Kista dermoid, adalah suatu kista atau tumor yang berisi cairan kental seperti
bubur yang disebut sebum, bisa berisi rambut, dimana kantungnya dilapisi oleh
dermis. Umumnya letaknya pada bidang garis tengah tubuh. Dapat tumbuh di
kepala, badan atau perut . Didapatkan pada anak-anak atau pada bayi sejak lahir.
c. Kista epidermoid adalah suatu kista yang kantungnya dilapisi epidermis berisi
massa kental. Sering terdapat di kulit telapak kaki atau tangan. Penyebabnya
diduga trauma dimana sel epidermis masuk ke subkutan dan tumbuh disana.
4. Sinus paranasal, nasofaring:
Karsinoma: Sering menginvasi dinding medial orbit pada tahap dini penyakit.
5. Selubung saraf optik:
Meningioma: sering meluas keintrakranial melalui foramen optik.
6. Saraf optik:
Glioma (astrositoma pilositik): tumor yang tumbuh di berbagai bagian otak.
Tumbuh sangat lambat.
Neurofibroma/neurinoma: benjolan seperti daging yang lembut, yang berasal dari
jaringan saraf.
7. Jaringan ikat:
Rabdomiosarkoma: Tumor anak-anak ganas dengan pertumbuhan dan
penyebaran lokal cepat.
8. Metastasis melalui darah:
Dewasa:
a. Karsinoma 'breast'
b. Karsinoma bronchial
Anak-anak:
a. Neuroblastoma
b. Sarkoma Ewing
c. Leukemia
d. Tumor testikuler
9. Lesi orbital non-neoplastik:
a. Hemangioma/limfangioma kavernosa: Lesi jinak yang sering terjadi pada dewasa.
b. Pseudotumor
c. Eksoftalmos endokrin
d. Granulomatosis Wagener
e. Histiositosis X
f. Sarkoidosis
g. Fistula karotid-kavernosa tampil dengan eksoftalmos pulsatif.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologik : untuk melihat ukuran rongga orbita, terjadinya kerusakan tulang,
terdapat perkapuran pada tumor dan kelainan foramen optik.
3. CT-scan : untuk menentukan ganas atau jinak tumor, adanya vaskularisasi pada tumor dan
terjadinya perkapuran pada tumor.
4. Arteriografi : untuk melihat besar tumor yang mengakibatkan bergesernya pembuluh darah
disekitar tumor, adanye pembuluh darah dalam tumor. (Sidarta, ilyas. 2005)
G. Penatalaksanaan
Penanganan tumor orbita bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe tumor.
Sebagian tumor orbita hanya membutuhkan terapi medis (obat-obatan) dan sebagian
membutuhkan tindakan yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total massa
tumor, sebagian lainnya tidak membutuhkan terapi. Kadang-kadang setelah
pengangkatan massa tumor pasien masih membutuhkan terapi tambahan seperti
radioterapi (sinar) dan kemoterapi.
1. Tumor jinak
Memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak
dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif.
2. Tumor ganas
Memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga berreaksi baik dengan
khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan
reseksi radikal.
Pendekatan Perioperatif
Pengobatan tumor mata umumnya bersifat operatif. Kadang-kadang diperlukan
pemberian obat antikanker (sitostatika) atau penyinaran. Organ mata relatif kecil, sehingga
operasi tumor sering sulit dilakukan tanpa mengorbankan mata, apalagi jika datang pada
stadium lanjut. Selain itu, penanganan tumor harus tuntas, operasi tidak bersih menyebabkan
kekambuhan.
1. Orbital medial, untuk tumor anterior, terletak dimedial saraf optik.
2. Transkranial-frontal, untuk tumor dengan perluasan intrakranial atau terletak posterior dan
medial dari saraf optik.
3. Lateral, untuk tumor yang terletak superior, lateral, atau inferior dari saraf optik.
Pendekatan Keperawatan
1. Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut
2. Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman penglihatan
3. Mencegah komplikasi
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan pengobatan
H. Komplikasi
1. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi
dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.
2. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada
bagian epitel kornea.
3. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh.
I. Pathway
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Apakah klien mengalami gangguan penglihatan/adanya benjolan pada mata.
b. Riwayat kesehatan Sekarang
Apakah ada benjolan pada daerah sekitar mata/dahi, ada perasaan yang tidak nyaman akibat
adanya benjolan, nyeri, takut. Tampak benjolan pada daerah orbita, kaji ukuran benjolan,
jenis benjolan (keras, lunak, mobile/tidak ).
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah klien punya riwayat trauma pada mata atau riwayat penyakit tumor, memiliki faktor
resiko penyakit mata (memiliki diabetes, tekanan darah tinggi, riwayat penyakit mata dalam
keluarga seperti glaukoma, atau mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi mata).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau
penyakit degeneratif lainnya
B. Intervensi
Nyeri b.d adanya massa pada mata
Tujuan: setelah mendapat tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri klien berkurang atau
hilang
Kontrol Resiko
Kriteria hasil :
1) Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3
2) Ekspresi wajah tenang
3) klien dapat istirahat dan tidur
v/s dbn
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Pantau nyeri secara komprehensif Mengevaluasi dan memantau nyeri yang
( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dirasakan klien
kualitas dan faktor presipitasi ).
Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori dari
organ penerima.
Tujuan: Setelah mendapat tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat mempertahankan
ketajaman lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Kriteria Hasil:
4. Tanda-tanda vital normal (Tekanan darah: 110-130 mmHg, suhu: 36,5-37,5 derajat
Celsius, nadi: 60-90 x/menit, Respirasi rate: 16-24x/menit)
NO INTERVENSI RASIONAL
Orientasikan pasien terhadap memberikan peningkatan, kenyamanan, dan
lingkungan, staf, orang lain di areanya. kekeluargaan, serta mampu menurunkan
cemas.
Letakkan barang yang dibutuhkan atau memungkinkan pasien melihat objek lebih
posisi bell pemanggil dalam jankauan. muda dan memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila dibutuhkan.
Dorong mengekspresikan perasaan sementara intervensi dini mencegah kebutaan,
tentang kehilangan atau kemungkinan pasien menghadapi kemungkinan atau
kehilangan penglihatan. mengalami pengalaman kehilangan
penglihatan sebagian atau total. Meskipun
kehilangan penglihatan telah terjadi dan tidak
dapat diperbaiki, kehilangan lebih lanjut dapat
dicegah.
Lakukan tindakan untuk membantu menurunkan bahaya, keamanan, berhubungan
pasien menangani keterbatasan dengan perubahan lapang pandang atau
penglihatan, contoh : atur perabot/ kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil
permainan, terutama perbaiki sinar terhadap sinar lingkungan.
suram dan masalah penglihatan malam.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan, factor
budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam, klien tidak terjadi gangguan citra diri
Kriteria hasil:
4 Beriakan umpan balik positif terhadap umpan balik dapat membuat klien berusaha
perasaan anak. lebih keras lagi mengatasi masalahnya.