You are on page 1of 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi

kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian , kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara(Syah Muhibbin, 2009:1). Dalam hal ini , tentu saja

diperlukan adanya kepedulian yang tinggi dari pendidik agar tujuan belajar siswa bisa

tercapai secara optimal.


Kegiatan belajar mengajar dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu

kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna

membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar.

Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan

memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran

diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan

sebelum pengajaran dilaksanakan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan


pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna

kepentingan pengajaran. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut

adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dipahami oleh anak

didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh

guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan

segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial yang mempunyai latar

belakang yang berlainan. Keluhan-keluhan guru yang sering terlontar hanya karena

masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru dalam mengelola kelas,

tujuan pengajaran akan sukar dicapai. Hal ini tidak perlu terjadi, karena usaha yang

dapat dilakukan masih terbuka lebar. Sehingga dapat memperbaiki pegelolaan kelas.
Pengelolaan kelas yang baik, akan menciptakan interaksi belajar mengajar yang

baik pula dan tujuan pembelajaran dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang

berarti. Pengelolaan yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan, hal ini

dikarenakan pada kondisi tertentu ada gangguan yang tidak dikehendaki datang

dengan tiba-tiba dan diluar kemampuan guru, sehingga menjadi kendala spontanitas

dalam pengelolaan kelas. Adanya kendala spontanitas suasana kelas biasanya

terganggu yang ditandai dengan pecahnya konsentrasi anak didik. Peran guru di sini

adalah mengkondisikan anak didik kembali belajar dengan mempertahankan tugas

belajar yang diberikan oleh guru. Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang

tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru dalam pembelajaran khususnya dalam

pembelajaran matematika
Dalam pembelajaran matematika seorang guru bertugas mendidik dan

membelajarkan siswanya agar dapat menguasai dan memahami sejumlah materi.


Oleh karena itu seorang guru harus memiliki sejumlah kompetensi. Antara lain adalah

kompetensi mengajar, kompetensi mengajar berhubungan erat dengan kompetensi

keterampilan mengajar. Seorang guru juga dituntut mempunyai kompetensi

pedagogik yaitu kemampuan memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-

prinsip perkembangan kognitif.


Prinsip-prinsip perkembangan kognitif juga suatu hal yang penting untuk

diperhatikan oleh seorang guru. Kompetensi guru dalam mengajar juga sangat

penting pengaruhnya bagi siswa dalam memahami suatu ilmu pengetahuan, seorang

guru yang berkompentensi serta profesional dalam bidangnya akan berbeda hasilnya

ketika mengajar dengan seorang guru yang kurang professional dan kompeten,maka

dari itu dalam karakteristik guru profesional dalam kode etik guru butir enam

dijelaskan bahwa seorang guru dituntut baik secara pribadi maupun kelompok untuk

selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya(Mulyasa E, 2007:31).


Dari penjelasan tersebut jelas bahwa tingkat pemahaman siswa dalam menguasai

suatu materi atau pokok bahasan tergantung kepada bagaimana guru menyampaikan

serta menyajikan materi kepada siswanya. Jika materi itu disajikan dengan alat bantu

komunikasi atau alat peraga memungkinkan siswa dapat menangkap dan menyerap

materi dengan baik, dan akhirnya siswa mempunyai pemahaman yang baik pula

terhadap materi yang disampaikan tersebut. Penerapan ini juga sangat penting

diterapkan oleh guru dalam pembelajaran matematika.


Matematika diakui penting tapi sulit dipelajari. Maka tidak jarang siswa yang

asalnya menyenangi pelajaran matematika, beberapa bulan kemudian menjadi tidak

acuh sikapnya. Mungkin salah satu penyebebnya adalah cara mengajar guru tidak
cocok baginya. Guru hanya mengajar dengan satu metode yang kebetulan tidak cocok

dan sukar dimengerti oleh siswa.


Dalam perkembangan kurikuum yang ada mulai dari kurikulum 1975, kurikulum

1984, kurikulum 1994, KBK, KTSP, sampai K13 untuk studi matematika, guru

diminta agar tidak mendominasi kelas dan pengajaran berpusat kepada anak. Siswa

diajar supaya aktif, gembira dan senang belajar matematika. Namun, di lain pihak

guru harus pula memperhatikan apakah metode yang sesuai dengan tuntutan itu

penerapannya sudah efektif dan efisien. Sebab waktu yang disediakan untuk bidang

studi matematika hanya 4 jam pelajaran perminggu, sedang barang yang harus

diselesaikan sudah ditetapkan. Kecuali itu juga harus pula diperhatikan kesiapan

mental siswa dan lain-lain agar siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan

sikap yang dikehendaki sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional.


Memperhatikan beberapa masalah yang sudah terurai diatas menyimpulkan

bahwa perlu adanya suatu perubahan pada metode pengajaran tertentu dalam proses

pembelajaran matematika dikelas, seorang guru harus pandai menyajikan suatu

metode yang dianggap penting dan cocok untuk pembelajaran anak didiknya supaya

tujuan pendidikan akan tercapai dengan baik.


Metode mengajar merupakan suatu komponen dalam kurikulum matematika.

Agar supaya suatu kurikulum matematika itu dapat tersusun menjadi suatu satuan

yang utuh, empat macam pertanyaan kurikulum matematika yaitu :

Mengapa,Apa,Bagaimana, dan Kepada siapa, materi matematika diajarkan dan

perlu dijawab. Dalam hal penjelasan ini diarahkan kepada materi jawab pertanyaan

Bagaimana dan Kepada siapa materi matematika tertentu diajarkan. Dengan


perkataan lain bagaimana cara kita menyampaikan strukturstruktur dan konsep

matematika kepada siswa-siswa sedemikian rupa sehingga mereka ikut aktif

berpartisipasi dalam proses belajarnya.


Didalam proses belajar, pengikut sertaan siswa secara aktif dapat berjalan efektif,

bila pengorganisasian dan penyampaian materi sesuai dengan kesiapan mental siswa.

Kita dapat memilih suatu metode mengajar yang tepat, apabila kita mengetahui

berbagai metode penyampaian. Disini peneliti mencoba menggunakan metode yang

sesuai untuk proses belajar matematika yaitu metode ekspositori, dimana metode ini

hampir sama dengan metode ceramah informasi terpusatnya adalah kepada guru,

tetapi dalam metode ini peran guru berkurang dan menuntut siswa agar ebih aktif

mengerjakan soal yang diberikan dan membuat pertanyaan dan disampaikan kepada

guru dan kemudian jika perlu soal yang menjadi pertanyaan itu ditulis dipapan tulis

sehingga teman-teman yang lain akan dapat mengetahui jawaban atas soal yang

dipertanyakan tersebut, metode belajar matematika seperti menurut peneliti adalah

yang sangat cocok untuk diterapkan.


Karena semua soal yang ada didalam matematika adalah menuntut adanya

pemecahan masalah. Pemecahan masalah itu sendiri adalah suatu pemikiran yang

terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu

masalah yang spesifik(Rahardanto dan Kristanto, 2008:434). Maka dari itu suatu

pembelajaran matematika selalu dibutuhkan pemecahan masalah dalam setiap

pertemuannya. Tujuan dari penggunaan metode tertentu dalam belajar matematika

adalah supaya mencapai tujuan yang diharapkan daam pembeajaran tersebut yaitu

tersampainya materi kepada peserta didik dan tentunya setelah itu guru dan peserta
didik mengharapkan prestasi belajarnya pun juga memenuhi kriteria ketuntasan

minimal.
Salah satu materi ajar matematika yang penting untuk dipahami oleh siswa SD

adalah operasi hitung campuran bilangan asli. Semua siswa harus memiliki

kemampuan pemahaman konseptual untuk menguasai materi ajar yang memuat

banyak rumus supaya siswa dapat memahami konsep-konsep dalam materi tersebut

secara utuh serta terampil menggunakan berbagai prosedur didalamnya secara

fleksibel, akurat, efisien, dan tepat. Jika siswa memiliki kemampuan tersebut, maka

guru tidak perlu mengkhawatirkan siswanya melupakan konsep-konsep mengenai

materi ajar tersebut, karena pengetahuan mengenai konsep-konsep tersebut lebih

tertanam dalam pemikiran siswa.


Dengan itu, penerapan metode pembelajaran ekspositori dianggap sesuai untuk

mengajarkan materi operasi hitung campuran bilangan asli pada siswa kelas III SD

yang masih termasuk kelas rendah. Dengan metode ini, siswa diajak untuk mencoba

menalar sendiri konsep materi tersebut dengan informasi-informasi yang sedikit

diberikan oleh guru. Siswa dipancing untuk menggabungkan kemampuan berhitung

yang telah dipelajari sebelumnya untuk menyelesaikan operasi hitung campuran.

Penerapan metode ekspositori ini diharapkan dapat membantu guru dalam

mengakomodasikan siswa dalam mencapai kemampuan pemahaman konsep

matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.


Berdasarkan dari uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan

judul Pengaruh Penerapan Metode Ekspositori Terhadap kemampuan menyelesaikan


opersi hitung campuran bilangan asli pada Siswa kelas III SD Inpres Rappokalling II

Makassar Tahun Ajaran 2014/2015.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :


1. Apakah ada pengaruh penerapan metode ekspositori terhadap kemampuan

menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan asli pada siswa kelas III SD

Inpres Rappokalling II Makassar?


2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan metode ekspositori dalam

pembelajaran matematika yang dilaksanakan?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah ada pengaruh penerapan metode ekspositori terhadap

kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan asli pada siswa

kelas III SD Inpres Rappokalling II Makassar.


2. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan metode ekspositori dalam

pembelajaran matematika yang dilaksanakan.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan asli dengan penerapan metode

ekspositori sehingga prestasi belajarnya pun meningkat


2. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konseptual

siswa dengan menggunakan metode ekspositori dalam pembelajaran yang

dilaksanakan sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran matematika

yang lebih bermakna.


3. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu solusi

mengajarkan siswa kelas rendah suatu pembelajaran yang bermakna sehingga

tidak hanya menggunakan metode ceramah untuk siswa kelas rendah.


4. Bagi peneliti, dengan penelitian ini peneliti dapat lebih mengenal metode

pembelajaran ekspositori sehingga kelak ketika menjadi guru kelas rendah dapat

menggunakan metode selain metode ceramah dalam mengajarkan matematika

pada siswa.

E. Batasan Masalah
Permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang sebelumnya akan dibatasi

dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar masalah yang dikaji menjadi lebih

terfokus. Masalah akan dibatasi pada variable terikat yang digunakan pada penelitian

ini, yaitu kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan asli.

Kemampuan ini akan dikhususkan pada kemampuan matematika dalam ranah

kognitif yang termasuk dalam kemampuan pemahaman konseptual. Batasan masalah

lainnya yaitu mengenai metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran,

yaitu metode ekspositori yang akan digunakan untuk dalam pembelajaran di kelas III

SD.

F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
1. Kemampuan siswa menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan asli

dengan menggunakan metode ekspositori dan dengan menggunakan metode

konvensional.
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan menyelesaikan operasi hitung

campuran antara siswa yang diajar dengan metode ekspositori dengan siswa

yang diajar dengan metode konvensional.


H1 : Rata-rata kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran siswa yang

diajar dengan metode ekspositori lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan

metode konvensional.
2. Respon siswa terhadap penerapan metode ekspositori dalam pembelajaran

matematika yang dilaksanakan.


H0 : Tidak ada perbedaan respon siswa antara siswa yang diajar dengan metode

ekspositori dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional.


H1 : Rata-rata respon siswa yang diajar dengan metode ekspositori lebih baik

dari pada siswa yang diajar dengan metode konvensional..

G. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman mengenai istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka beberapa istilah yang perlu didefenisikan secara

operasional, yaitu:
1. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para

pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.
2. Pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang / beda) yang ikut

membentuk watak kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Qodratilah dkk,

2011:400). Dalam penelitian ini pengaruh yang dimaksudkan adalah pemberian

perlakuan dengan menerapkan metode ekspositori yang kemudian hasil

belajarnya dibandingkan dengan kelas yang tidak mendapat perlakuan khusus.

Ratarata kelas yang menerapkan metode ekspositori mendapatkan hasil belajar

yang lebih baik.


3. Metode Ekspositori adalah suatu cara untuk menyampaikan idea atau gagasan

atau memberikan informasi dengan lisan atau tulisan. Apabila dengan lisan,

pengajar berbicara terus didepan kelas sedang peserta didik mendegarkan

(Hudojo Herman, 1990:123). Mnurut Erman Suherman metode ekspositori

sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru

sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori

dominasi guru banyak berkurang karena tidak terus-menerus bicara.


4. Matematika adalah matematika adalah simbol; ilmu deduktif yang tidak

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan

struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisi, ke unsur

yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya memiliki objek

tujuan abstrak, bertumpu ada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubunganhubungannya,

simbolsimbol diperlukan . Simbol itu penting untuk memantu memanipulasi

aturanaturan dengan operasi yang ditetapkan (Hudojo Herman, 1988:3).


5. Pemahaman konseptual adalah pemahaman pada konsep-konsep, operasi-

operasi dan relasi-relasi matematika.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakekat Matematika

1. Definisi Matematika

Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein ataumanthenein yang

artinya mempelajari. Mungkin juga kata tersebut erat hubungannya dengan kata

sansekerta medha atau widyayang artinya kepandaian, ketahuan, atau

intelegensi (Masykur dan Abdul Halim,2008:42) matematika adalah simbol; ilmu

deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola

keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisi, ke

unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya memiliki objek

tujuan abstrak, bertumpu ada kesepakatan, dan pola pikir yang dediktif.

Matematika sebagai ilmu mengenai strukturdan hubunganhubungannya,

simbulsimbul diperlukan . Simbol itu penting untuk memantu memanipulasi

aturanaturan dengan operasi yang ditetapkan (Herman Hudojo,1998:3 ).Secara

singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ideide konsepkonsep

abstrak yang tersusun secara hirearkis dan penalarannya deduktif.

Hal yang demikian ini tentu saja membawa akibat kepada bagaimana

terjadinya proses belajar matematika itu. Sedangkan Matematika menurut soedjadi

memiliki tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan,dan pola pikir yang deduktif .

Sedangkan menurut Rusefendi matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang
tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan

struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang

didefinisikan, ke aksioma atau postulat yang akhirnya ke dalil.

Selain menurut para ahli diatas Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya

mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,

pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang

didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan symbol dan

padat, lebih berupa symbol ide dari pada mengenai bunyi (Suherman dkk,17).

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Matematika

adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan konsepkonsep dan struktur yang

abstrak serta hubungan diantara halhal tersebut.

2. Belajar matematika

Dalam pendidikan terjadi rangkaian kegiatan komunikasi antara yang belajar

dan yang mengajar. Pemaparan tentang definisi belajar sebenarnya sudah banyak

dibahas oleh banyak ahli. Namun, pemaknaan dari belajar itu sendiri tidaklah selalu

sama bagi tiap orang. Sebab masingmasing orang memaknainya dari sudut pandang

yang berbeda. Selanjutnya berikut pemaparan tentang pengertian belajar dari

beberapa ahli:

a. Hilgard dan Bower mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan

tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamanpengalamannya yang berulangulang dalam situasi itu, dimana

perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon,
pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya

kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

b. Gagne menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama

dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya

(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu

sesudah ia mengalami situasi tadi.

c. Morgan dalam buku Introduction of psikologi (1978) mengemukakan bahwa:

Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

d. Witherington dalam buku Educational Psycology.mengemukakan Belajar adalah

suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu poin baru

dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu

pengertian.

Dari beberapa paparan tentang definisi belajar di atas penulis menyimpulkan

bahwa belajar dapat dikaitkan sebagai upaya perubahan atau pembaharuan tingkah

laku dan kecakapan dengan serangkaian usaha secara berkala, ada kalanya perubahan

itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan

mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

3. Mengajar Matematika

Adapun pengertian mengajar juga banyak para ahli yang mendefinisikannya

diantaranya:
a.) S.Nasution mengartikan mengajar adalah :

1. Menanamkan pengetahuan pada anak

2. Menyampaikan kebudayaan pada anak

3. Suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya

dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar

(Nasution,1995:4).

b.) Herman Hudojo berpendapat bahwa mengajar adalah suatu kegiatan dimana

pengajar menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada

peserta didik (Herman Hudojo,1988:5).

Setelah mengetahui maksud dari belajar dan mengajar, selanjutnya penulis akan

menguraikan tentang proses belajar mengajar matematika . seperti yang telah

dipaparkan sebelumnya bahwa matematika berkenaan dengan konsepkonsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga untuk mempelajari suatu konsep

tertentu haruslah paham konsepkonsep sebeulumnya. Penguasaan konsep yang

bertahap dari yang simple menuju ke yang kompleks.

Proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna

meningkatkan pemahaman dan mengembangkan kemampuan. Kemampuan siswa

antara lain kemampuan mengamati, menginterprestasikan, meramalkan,

mengaplikasikan konsep, merencanakan, dan melaksanakan penelitian serta

mengomunikasikan hasil penemuannya.

Setelah proses belajar mengajar dilakukan, maka langkah selanjutnya yang harus

disertakan oleh guru adalah evaluasi. Oleh sebab itu, guru hendaknya mempunyai
tujuan pembelajaran yang jelas. Tujuan pembelajaran hendaknya dinyatakan dalam

bentuk klasifikasi tingkah laku siswa yang menggambarkan hasil proses pembelajaran

atau yang dalam dunia pendidikan.

B. Metode Ekspositori

1. Defenisi Metode Ekspositori

Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya

kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada

metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus menerus

bicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan

pada waktu-waktu yanh diperlukan saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat

catatan. Tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Guru

dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa

secara individual atau klasikal.

Kalau dibandingkan dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar, metode

ceramah lebih terpusat pada guru dari pada metode ekspositori. Pada metode

ekspositori siswa belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Siswa mengerjakan

latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama

dengan temannya, atau disuruh membuatnya dipapan tulis.

Menurut herman hudoyo metode ekspositori dapat meliputi gabungan metode

ceramah, metode drill, metode Tanya jawab, metode penemuan, dan metode

peragaan. Melihat perbedaan-perbedaan diatas cara mengerjakan matematika yang


pada umumnya digunakan para guru matematika adalah lebih tepat dikatakan sebagai

menggunakan metode ekspositori daripada metode ceramah. Yang biasa dinamakan

mengajar matematika dengan metode ceramah (seperti yang tercantum dalam suatu

pelajaran) menurut penjelasan diatas sebenarnya adalah metode ekspositori, sebab

guru memberikan pula soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa dikelas.

Beberapa hasil penelitian (di Amerika serikat) menyatakan metode ekspositori

merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien. Demikian pula keyakinan

sementara ahli teori belajar mengajar. David P. Ausubel berpendapat bahwa metode

ekspositori yang baik merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam

menanamkan belajar bermakna.

Ausubel membedakan belajar menjadi:

a. Belajar dengan menerima (reception learning)

b. Belajar melalui penemuan (Dicovery learning)

Kalau materi yang disajikan kepada siswa lengkap sampai bentuk akhir yang

berupa rumus atau pola bilangan, maka cara belajar siswa dikatakan belajar

menerima. Pada belajar dengan penemuan, bentuk akhir yang berupa rumus, pola,

atau aturan itu harus ditemukan sendiri oleh siswa. Proses penemuannya dapat

dilakukan sendiri atau dapat pula dengan bimbingan.

Belajar dibedakan pula menjadi:

a. Belajar menghafal (rote learning)

b. Belajar dengan pengertian (meaningfull learning)


Pada belajar dengan pengertian yang diutamakan adalah prosesnya, sedang

hasilnya hanya nomor dua. Belajar dengan menerima dan belajar melalui penemuan

kedua-duanya bisa menjadi belajar dengan menghafal atau belajar dengan pengertian.

Kalau seorang anak teorema pitagoras lengkap hingga rumusnya dengan cara

menerima, selanjutnya rumus itu selalu dikaitkan dengan hubungan antara ukuran sisi

siku-siku dan sisi miring segitiga siku-siku, maka belajar menerima itu menjadi

belajar dengan pengertian. Juga, bila seorang siswa memperoleh teorema pytagoras

itu melalui penemuan dan kemudian rumus selalu dikaitkannya dengan hubungan

dengan antara ukuran sisi siku-siku dengan sisi miring segitiga siku-siku, maka

belajar dengan penemuan itu menjadi belajar dengan pengertian. Jika dua orang siswa

belajar : = x ; seorang belajar dengan menerima dan yang seorang lagi belajar dengan

penemuan, tetapi selanjutnya mereka hanya menghafal bentuk akhir itu sebagai

aturan untuk melakukan pembagian dengan pecahan, maka belajar mereka akhirnya

hanya belajar menghafal saja.

Selanjutnya Dimyati dan Mujiono megatakan metode ekspositori adalah

memindahkan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru

yang penting adalah :

1) Menyusun program-program pembelajaran.

2) Memberi informasi yang benar.

3) Pemberi fasilitas yang baik.

4) Pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar.

5) Penilai perolehan informasi.


Sedangkan peran siswa adalah:

1) Pencari informasi yang benar.

2) Pemakai media dan sumber yang benar.

3) Menyelesaikan tugas dengan penilaian guru.

2. Ciri-Ciri Metode Ekspositori:

a. Guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir.

b. Mempersiapkan pertanyaan.

c. Mempertimbangkan dimana pertanyaan harus digunakan.

d. Tahapan mengajar dengan peta konsep.

e. Guru memberikan informasi melalui ceramah, demonstrasi dan Tanya jawab.

f. Siswa mencatat, menjawab pertanyaan atau tugas.

g. Konsep sukar melalui proses induktif.

3. Prinsip-Prinsip Pengajaran Ekspositoris:

a. Sebuah advanced Organizer (pendahuluan verbal atau grafis yang menyajikan

kerangka organisasional umum tentang materi yang akan dipelajari) membantu siswa

membuat hubungan-hubungan yang bermakna diantara berbagai hal yang mereka

pelajari. Perkenalkan unit-unit baru dengan menggambarkan ide-ide dan konsep

utama yang akan dibahas dan tunjukkan bagaimana berbagai ide dan konsep itu

saling berkaitan.

b. Hubungan yang berkesinambungan dengan pengetahuan awal, membantu siswa

mempelajari materi dikelas secara lebih bermakna, asalkan pemahaman dan

keyakinan mereka saat ini akurat. Ingatkan siswa akan sesuatu yaitu mengaktivasi
pengetahuan awal siswa, dan tunjukkan bagaimana suatu ide baru yang berhubungan

dengan pengetahuan awal tersebut. Juga angkatlah setiap kepercayaan siswa yang

keliru tentang topik tersebut.

c. Penyajian materi yang terorganisasi (organized presentation) membantu siswa

membuat saling keterkaitan yang tepat diantara berbagai ide/gagasan. Bantulah siswa

mengorganisasikan materi dalam suatu cara tertentu dengan menggunakan struktur

organisasional untuk menyajikan informasi.

d. Berbagai tanda/isyarat (Signal) yang menjadi bagian penting dari suatu presentasi.

Tekankan poin-poin yang penting, misalnya dengan menuliskannya di papan tulis,

mengajukan pertanyaan tentang poin-poin tersebut, atau sekedar memberitahu siswa

hal-hal mana yang paling penting untuk dipelajari.

e. Alat bantu visual (visual aids) membantu siswa mengkodekan materi secara visual

dan juga verbal. Ilustrasikan materi baru dengan gambar, foto, diagram, peta metode

fisik, dan peragaan.

f. Tingkat kecepatan (pacing) yang tepat memberi siswa waktu yang cukup untuk

memproses informasi. Sajikan presentasi secara pelan sehingga siswa dapat menarik

kesimpulan, membentuk pembayangan visual, dan terlibat dalam prpses penyimpanan

memori jangka panjang.

g. Rangkuman (summarize) membantu siswa mereview dan mengorganisasikan

materi serta mengidentifikasi ide-ide pokok. Setelah kuliah atau tugas bacaan

rangkumlah ide-ide pokoknya.


4. Langkah-Langkah Metode Ekspositori

Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori yaitu:

a. Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima

pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang

sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

strategi ekspositori sangatlah tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang

harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah:

a) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.

b) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.

c) Bukalah file dalam otak siswa.

b. Penyajian (Presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai

dengan persiapan yang telah dilakukan. Yng harus dipikirkan guru dalam penyajian

ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan

dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pelaksanaan langkah ini, yaitu:

a) Penggunaan bahasa,

b) Intonasi suara,

c) Menjaga kontak mata dengan siswa,

d) Menggunkan trik-trik yang menyenangkan.


c. Korelasi (correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaan dengan

pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat

menangkap keterkaitannyadala struktur pengetahuan yang telah dimilikimya.

Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi

pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah

dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan

kemampuan motorik siswa.

d. Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi

pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang

sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan

siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

e. Mengaplikasikan (Aplication)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka

menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting

dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat

mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh

siswa. Teknik yang bisa dilakukan pada tahap ini antara lain:
a) Dengan membuat tugas yang relevan pada materi yang telah disajikan.

b) Dengan memberi tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.

5. Kelebihan Dan Kelemahan Strategi Ekspositori:

a. Kelebihan

a) Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak

dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan,

diantaranya:

b) Dengan strategi pembelajara ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan

materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana sisa menguasai bahan

pelajaran yang disampaikan.

c) Strategi pembelajaran ekspositoris danggap sangat efektif apabila materi pelajaran

yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu materi yang dimiliki untuk

belajar sangat terbatas.

d) Melalui strategi pembelajaran ekspositoris selain siswa dapat mendengar melalui

penuturan (kuliah) tentan suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat

atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

e) Keuntungan lain adalah strategi ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran

kelas yang besar.

b. Kelemahan

Disamping memiliki kelebihan, strategi ekspositoris juga memiliki kelemahan

dantaranya:
a) Strategi pembelajaran ini mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki

kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki

kemampuan seperti itu lebih baik digunakan strategi lain.

b) Strategi ini tidak mungkin melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan

kemampuan, perbedaan pengetahuan, perbedaan minat, dan bakat serta perbedaan

gaya belajar.

c) Karena strategi banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit

mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan

interpersonal, serta berikir kritis.

d) Keberhasilan stretegi ekspositoris sangat tergantung kepada apa yang dimiliki

guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,

motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan

kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan prose pembelajaran

tidak mungkin berhasil.

6. Contoh Mengajar Dengan Metode Ekspositori:

Belajar menerima maupun menemukan smaa-sama dapat berupa belajar

menghafal atau bermakna. Misalnya dalam mempelajari konsen dalil Pytagoras

tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk terakhir c2 = b2 + a2 sudah disajikan

(belajar menerima), tetapi siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-

sisi sebuah segitiga siku-siku, jadi ia belajar secara bermakna. Siswa lain memahami

rumus c2 = b2 + a2 dari pencarian (belajar menemukan), tetapi bila kemudian ia


menghafalkan c2 = b2 + a2 tanpa dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku,

maka jadinya ia belajar menghafal.

C. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kaimat yang terdiri dari dua kata yakni

prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang

berbeda, sebelum mengetahui makna dari prestasi belajar peneliti akan membahas

makna prestasi dan belajar.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan baik secara

individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang

tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataannya, untuk mendapatkan prestasi

tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan

yang harus dihadap untuk mencapainya. Oleh karena itu maka wajar jika prestasi itu

pencapaiannya harus dengan keuletan kerja.

Meski pencapaian prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan yang

harus dihadapi oleh seseorang , namun seseorang tidak akan pernah menyerah untuk

mencapainya. Disinilah nampaknya persaingan dalam mendapatkan prestasi dalam

kelompok terjadi seca konsisten dan persisten (Syaiful Bahri, 1994:20).

Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan

prestasi. Semuanya tergantung dari potensi dan kesenangan masing-masing individu,

kegiatan mana yang akan digeluti untuk mendapatkan prestasi tersebut.


Konsekuensinya kegiatan itu harus digeluti secara optimal agar menjadi

bagian dari diri secara pribadi. Dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk

mendapatkan prestasi maka muncullah berbagai pendapat dari para ahli sesuai

keahlian mereka masing-masing untuk memberikan pengertian mengenai kata

prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan.

Belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar

adalah terjadinya suatu perubahan dalam arti menuju ke perkembangan pribadi

individu seutuhnya.

Perubahan yang terjadi dalam diri individu sebagai hasil dari pengalaman itu

sebenarnya usaha dari individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Interaksi dimaksud tidak lain adalah interaksi edukatif yang memungkinkan

terjadinya proses interaksi belajar mengajar.

Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam

belajar.

Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parential dalam

sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu

mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi beajar

(achievment) semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa

fungsi utama antara lain:

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah

dikuasai peserta didik.


2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi

biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (curiosity) dan merupakan

kebutuhan umum manusia.

3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya

adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam

meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik

(feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4. Prestasi belajar sebagai indicator ekstern dan intern dari suatu institusi pendidikan.

Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat

produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang

digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern

dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indicator tingkat

kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang

digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap kecerdasan peserta didik

(Zainal Arifin,2011:12). Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus

utama yang harus diperhatikan, karena peserta didikah yang diharapkan dapat

menyerap seluruh materi pelajaran.

Jika dilihat dari fungsi prestasi belajar diatas maka betapa pentingnya kita

mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta didik, baik secara perseorangan

maupun secara kelompok sebab fungsi prestasi beajar bukan hanya sebagai indikator
keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas

institusi pendidikan.

Pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen yang saling

berinteraksi, berinterelasi dan berinterdependensi. Salah satu komponen pembelajaran

adalah evaluasi. Begitu juga daam prosedur pembelajaran, salah satu angkah yang

harus ditempuh guru adalah evaluasi. Dengan demikian, dilihat dari berbagai konteks

pembelajaran, evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis

karena evaluasi merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu

sendiri.

Langkah pertama dari evaluasi adalah tujuan evaluasi, penentuan tujuan

evaluasi sangat bergantung pada jenis evauasi yang digunakan. Tujuan evaluasi ada

yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Yang paling sering digunakan

adalah tujuan evaluasi yang bersifat khusus, ada dua cara yang ditempuh guru untuk

mencapai tujuan evaluasi yang bersifat khusus. Pertama melakukan perincian ruang

lingkup evaluasi, dan kedua adalah melakukan perincian proses mental yang akan

dievaluasi.

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan

efisiensi system pembelajaran, baik yang menyengkut tentang tujuan, materi, metode,

media, sumber belajar, lingkungan, maupun sistem penilaian itu sendiri.

Dalam kegiatan bimbingan, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh

informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik, sehingga dapat

memberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya.


Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa

jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan

hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi

yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena

pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang

termasuk pendidikan.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan

perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang

diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek

kognitif, afektif maupun psikomotorik (Purwanto,2009:46).

Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk

melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses

belajar mengajar telah berlangsung afektif untuk memperoleh hasil belajar.

Hasil belajar merupakan komponen pendidikan yang harus disesuaikan

dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian

tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar.

Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah

diberikan.

2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik

terhadap program pembelajaran.


3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

4. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan dasar bagi guru

untuk memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan

kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan.

5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan

jenis pendidikan tertentu.

6. Untuk menentukan kenaikan kelas.

7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya36.

D. Materi Operasi Hitung

Operasi hitung campuran adalah operasi hitung bilangan yang melibatkan

lebih dari satu operasi hitung bilangan. Operasi hitung bilangan terdiri dari

penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Operasi hitung campuran

dapat berupa kombinasi dari keempat operasi hitung tersebut.

Ada beberapa operasi hitung yang dapat dikenakan pada bilangan. Operasi-

operasi tersebut adalah: (1) penjumlahan; (2) pengurangan; (3) perkalian; (4)

pembagian. Operasi-operasi tersebut memiliki kaitan yang sangat erat sehingga

pemahaman konsep dan keterampilan melakukan operasi yang satu akan

mempengaruhi pemahaman konsep dan keterampilan operasi yang lain (Muchtar A.

Karim, 1996: 99).


Operasi penjumlahan pada dasarnya merupakan suatu aturan yang mengaitkan

setiap pasang bilangan dengan bilangan yang lain. Operasi penjumlahan ini

mempunyai beberapa sifat yaitu: sifat pertukaran (komutatif), sifat identitas, dan sifat

pengelompokan (asosiatif).

Operasi pengurangan merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan, tetapi

operasi pengurangan tidak memiliki sifat yang dimiliki operasi penjumlahan. Operasi

pengurangan tidak memenuhi sifat pertukaran, sifat identitas, dan sifat

pengelompokan.

Operasi perkalian dapat didefinisikan sebagai penjumlahan berulang.

Misalkan pada perkalian 4 x 3 dapat didefinisikan sebagai 3 + 3 + 3 + 3 = 12

sedangkan 3 x 4 dapat didefinisikan sebagai 4 + 4 + 4 = 12. Secara konseptual, 4 x 3

tidak sama dengan 3 x 4, tetapi jika dilihat hasilnya saja maka 4 x 3 = 3 x 4. Dengan

demikian operasi perkalian memenuhi sifat pertukaran (Muchtar A. Karim, 1996:

101).

Operasi perkalian memenuhi sifat identitas. Ada sebuah bilangan yang jika

dikalikan dengan setiap bilangan, maka hasilnya tetap bilangan itu sendiri. Bilangan

tersebut adalah 1. Jadi jika a x 1 = a. Operasi perkalian juga memenuhi sifat

pengelompokan. Untuk setiap bilangan a, b, dan c berlaku: (a x b) x c = a x (b x c).

Misalkan untuk operasi bilangan cacah (2 x 3) x 4 = 2 x (3 x 4). Selain sifat-sifat

tersebut, operasi perkalian masih mempunyai satu sifat yang berkaitan dengan operasi

penjumlahan. Sifat ini menyatakan untuk bilangan a, b, dan c berlaku: a x (b + c) = (a


x b) + (a x c). Sifat ini disebut dengan sifat penyebaran atau distributif (Muchtar A.

Karim, 1996: 102).

Operasi pembagian dapat didefinisikan sebagai pengurangan berulang. Secara

matematis ditulis sebagai a : b = a b b b .... = 0. Misal, 24 : 3 = 24 3 3 3

3 3 3 3 3 = 0. Berarti 24 : 3 = 8. Hasil ini ditunjukkan oleh banyaknya angka 3

yang muncul sebagai bilangan pengurangnya.

Operasi pembagian adalah kebalikan dari operasi perkalian. Jika sebuah

bilangan a dibagi bilangan b menghasilkan bilangan c (dilambangkan dengan a : b =

c), maka konsep perkalian yang terkait adalah c x b = a. Operasi pembagian memiliki

sifat sebagaimana operasi pengurangan yaitu tidak memenuhi sifat pertukaran, sifat

identitas, dan sifat pengelompokan (Muchtar A. Karim, 1996: 102). Operasi

pembagian tidak memenuhi sifat pertukaran. Jika a dan b suatu bilangan, maka a : b

b : a. Sifat pengelompokan juga tidak berlaku pada operasi pembagian. Jika a, b, dan

c adalah bilangan cacah, maka (a : b) : c a : (b : c). Operasi pembagian memenuhi

sifat penyebaran atau distributif. Sifat distributif pembagian dalam kaitannya dengan

penjumlahan untuk bilangan a, b, dan c berlaku: (a + b) : c = (a : c) + (b : c). Misalkan

42 : 3 = (30 + 12) : 3 = (30 : 3) + (12 : 3) = 10 + 4 = 14. Sifat distributif dalam

kaitannya dengan pengurangan berlaku: (a b) : c = (a : c) (b : c). Misalkan 42 : 3 =

(60 - 18) : 3 = (60 : 3) - (18 : 6) = 20 - 6 = 14.

Operasi hitung harus dikuasai oleh siswa sampai dengan taraf terampil.

Keterampilan operasi hitung merupakan modal utama dalam pembelajaran


matematika. Keterampilan operasi hitung harus dikuasai siswa agar pembelajaran

matematika dapat berjalan dengan baik.

Seseorang yang tidak dapat menghitung dengan benar, berarti dia tidak

memiliki keterampilan operasi hitung. Seseorang yang dapat melakukan operasi

hitung tetapi membutuhkan waktu lama, juga tidak dapat dianggap terampil dalam

operasi hitung. Keterampilan operasi hitung memuat dua hal utama yaitu kecepatan

dan ketepatan dalam melakukan operasi hitung.

Keterampilan operasi hitung merupakan salah satu kemampuan yang penting

dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menunjang cara berfikir yang cepat, tepat dan

cermat. Keterampilan ini sangat mendukung siswa untuk memahami simbol-simbol

dalam matematika.

Matematika adalah mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan operasi

hitung. Hampir dalam setiap materi matematika selalu menggunakan operasi hitung.

Hal ini berarti bahwa keterampilan operasi hitung menjadi bagian yang sangat

penting dalam matematika dan mutlak diperlukan agar siswa dapat belajar

matematika dengan baik termasuk bagi siswa kelas III SD.

Jika keterampilan ini belum dikuasai dengan baik, maka pembelajaran

matematika akan terhambat. Contohnya adalah jika siswa tidak dapat mengalikan

dengan baik, maka materi tentang operasi hitung bilangan bulat juga tidak akan dapat

dikuasai dengan baik.


E. Kajian Penelitian Terdahulu

Ada beberapa judul penelitan yang memiliki judul hampir sama dengan penelitian ini,

yaitu:

1. Penelitian dari Ni Ketut Suryani yang berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran

Ekspositori Berbantuan Peta Tematik dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar

Geografi Siswa Kelas V SMA Negeri 1 Bangli. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah: Metode Pembelajaran Ekspositori berbantuan peta tematik dan prestasi

belajar memberikan pengaruh yang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar

geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Bangli37.

2. Penelitian dari Rachmawati Ika Sukarsih yang berjudul, Perbedaan Pengaruh

Antara Pembelajaran Inkuiri Dan Pembelajaran Ekspositori terhadap motivasi dan

prestasi belajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Patologidi Prodi kebidanan

Universitas Muhammadiyah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: a.) Terdapat

perbedaan motivasi belajar antara metode pembelajaran inkuiri dan ekspositori.

Metode Pembelajaran Inkuiri lebih baik daripada pembelajaran ekspositoriuntuk

meningkatkan hasil belajar mahasiswa D III Kebidanan Universitas muhammadiyah

Surabaya. b.) Terdapat perbedaan prestasi belajar antara metode inkuiri dan

ekspositori. Metode pembelajaran inkuiri lebih baik daripada pembelajaran

ekspositori untuk meningkatkan prestasi belajar mata kuliah asuha kebidanan patologi

Universitas Muhammadiyah Surabaya.


F. Kerangka Berfikir Penelitian

Hasil belajar matematika ditentukan oleh banyak faktor yang bervarisi artinya

tidak semua faktor itu mendukung keberhasilan tetapi ada juga yang menghambat

keberhasilan seseorang. Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran

diantaranya adalah peran guru dan siswa. Pelaksanaan pendidikan saat ini menuntut

guru untuk berperan sebagai fasilitator, motivator, dan sekaligus evaluator dalam

kegiatan pembelajaran.

Metode ekspositori merupakan metode pembelajaran yang secara langsung

melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti bermaksud untuk

mengkaji dalam proses pembelajaran dengan kedua metode yaitu konvensional dan

metode ekspositori akan menghasilkan hasil belajar siswa yang berbeda atau tidak.
Berikut ini bagan tentang kerangka berpikir penelitian ini:

Gambar 2.15. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

MATERI

Operasi Hitung Campuran Bilangan Asli

Metode Metode

Ekspositori Konvensional

POST TES

Hasil Post Tes Hasil Post Tes

Metode Metode
Ekspositori Konvensional

EVALUASI EVALUASI

Terdapat Perbedaan
Prestasi Belajar Siswa
Yang Diajar Dengan
Metode Ekspositori
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Suatu penelitian

yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian juga pemahaman

akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila juga disertai dengan table, grafik,

bagan, gambar atau tampilan lain.

Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji suatu teori yang menjelaskan

tentang hubungan antara kenyataan sosial. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk

mengetahui apakah teori yang ditetapkan didukung oleh kenyataan atau bukti-bukti

empiris atau tidak. Proses penelitiannya mengikuti proses berfikir deduktif, yakni

diawali dengan penentuan konsep yang abstrak berupa teori yang masih umum

sifatnya kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan bukti-bukti atau kenyataan untuk

pengujian. Berdasarkan hasil pengujian tersebut kemudian diambil kesimpulan (Ibnu

hajar,1999:34)

B. Pola Penelitian dan Jenis Penelitian

Berdasarkan dari jenis permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka

penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen yaitu

metode penelitian yang sistematis guna membangun hubungan yang mengandung

fenomena sebab akibat (causal-effect relation ship) (Sukardi, 2007:179).


Ditinjau dari jenis penelitian yang digunakan, maka penelitian ini

menggunakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variable-

variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasional variabel masing-

masing (Tanzeh Ahmad, 2009:19).

Pendekatan kuantitatif ini bertujuan untuk menguji teori,membangun fakta,

menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan

meramalkan hasilnya.

C. Populasi, Sampling Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Sedangkan

menurut Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini

yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas III SD Inpres Rappokalling II

Makassar Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Sampling

Sampling adalah suatu teknik yang dilakukan oleh peneliti di dalam

mengambil atau menentukan sampel penelitian (Nasution, 2009:80). Sampling yang

digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Arikunto

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti
jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan

sampelnya.

Dalam penelitian ini, diambil adalah semua kelas IIIA dan IIIB dengan

pertimbangan sudah mencapai materi yang sama dan siswa dalam kedua kelas

tersebut mempunyai kemampuan yang homogeny sehingga data yang diperoleh akan

mewakili.

3. Sampel

Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti oleh peneliti. Sesuai

dengan pengertian tersebut, sampel dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik

kelas IIIA dan IIIB SD Inpres Rappokalling II Makassar

D. Data, Sumber Data, Dan Variabel

1. Data dan Pengukuran

a. Data

Data adalah kumpulan hasil pengukuran yang diperoleh dari pengamatan.

Data berasal dari bahasa ingris data yang merupakan jamak datum menurut

kamus ingris Indonesia oleh john m.echols dan hasan.

Data yang diperoleh dari sampel melalui instrument yang dipilih akan digukan

untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Oleh karena itu, data

perlu diolah dan dianalisis agar mempunyai makna guna pemecahan masalah.
b. Pengukuran

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan alat ukurnya.

Dalam pendidikan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan testing

untuk membandingkan kemampuan peserta didik yang diukur dengan tes sebagai alat

ukurnya pada akhir proses belajar mengajar, hasil yang dicapai peserta didik dalam

proses itu diukur menggunakan tes untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan

pembelajaran.

Pengukuran hasil dimaksudkan untuk melihat tingkat keberhasilan peserta

didik mencapai tujuan pembelajaran dan membuat keputusan evaluasi berdasarkan

hasil keputusan pengukuran. Dalam hal ini peneliti menggunakan pengukuran ratio.

2.Variabel

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau

sifat yang berdiri sendiri sedangkan menurut Arikunto (2002:118) Variabel adalah

objek penelitian apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang dikontrol dan dimanipulasi

oleh peneliti. Sedangkan variabel terikat adalah sesuatu yang diobservasi untuk

mengetahui perubahan akibat dari perlakuan (Turmudi dan Sri Harsini, 2000:141).

Dalam penelitian ini variabel bebas diberi simbol X dan variabel terikat diberi tanda

Y. Adapun variabel X yaitu penerapan metode ekspositori sedangkan variabel Y

adalah kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran.


3.Sumber Data

Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah

ketersediaan sumber data. Karena dari sumber data inilah kita bisa mendapatkan data

sesuai yang kita harapkan, yang dimaksud sumber data adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh.

Dalam hal ini peneliti berusaha untuk mendapatkan data data yang

bersumber dari:

1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber data pertama

pada lokasi penelitian atau objek penelitian. Sumber ini merupakan diskripsi langsung

tentang kenyataan yang dibuat oleh individu yang melakukan pengamatan.

Responden dalam penelitian ini adalah peserta didik SD Inpres Rappokalling II

Makassar.

2. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

kedua dari data yang kita perlukan, data diperoleh dari pihak lain, sumber data ini

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian. Dalam hal ini yang

menjadi sumber data sekunder adalah guru kelas, kepala sekolah, staf, dan

dokumentasi.

E. Metode Dan Instrument Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Ada beberapa metode pengumpulan data dalam

penelitian ini, diantaranya:


a. Metode Observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis artinya observasi serta

pencatatanya dilakukan menurut prosedur dan aturan aturan tertentu sehingga dapat

diulangi kembali oleh peneliti lain. Selain itu hasil observasi harus memberi

kemungkinan untuk menafsirkanya secara ilmiah.

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan mencatat atau melihat suatu

laporan yang sudah tersedia. Dokumentasi sebagai metode pengumpulan data adalah

setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan

pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.

Penggunaan metode ini adalah untuk memperoleh data tentang kegiatan yang

berkaitan dengan keadaan dan operasional dari objek penelitian, misalnya arsip

arsip penting mengenai seluk beluk sekolah dan publikasinya.

c. Metode Test

Metode Test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Dengan metode inilah peneliti mendapatkan data atau hasil yang akan

dianalisis untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan metode ekspositori

terhadap kemampuan menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan asli siswa

kelas III SD Inpres Rappokalling II Makassar.

2. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen adalah alat ukur dalam penelitian karena pada prinsipnya meneliti

adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Dalam penelitian

ini menggunakan instrumen:

a. Pedoman observasi

Pedoman observasi yaitu alat bantu yang digunakan peneliti ketika

mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena yang diselidiki.

b. Pedoman dokumentasi

Pedoman dokumentasi yaitu alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data-data dan arsip dokumentasi maupun buku kepustakaan yang

berkaitan dengan variabel.

c. Pedoman Soal Tes Tertulis

Pedoman soal tes tertulis yaitu alat bantu yang berupa soalsoal tes tertulis

yang digunakan untuk memperoleh nilai sebagai alat ukur dalam penelitian. Tes

tersebut nantinya oleh peneliti akan dimodifikasi dan diklasifikasikan untuk

memperoleh hasil sesuai aspek yang nantinya akan diteliti, yaitu soal tentang sifat-

sifat bangun datar.

F. Teknik Analisis Data

Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh

responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan.

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan

analisis data atau pengolahan data. Analisis data merupakan proses pengolahan,

penyajian interpretasi dan data yang diperoleh dari lapangan, dengan tujuan agar data

yang disajikan mempunyai makna, sehingga pembaca dapat mengetahui hasil

penelitian kita. Adapun langkah- langkah dalam analisis datanya sebagai berikut:

1. Uji Pra Penelitian

Uji Pra penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah uji kesamaan

dua varians atau uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh

asumsi bahwa sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen.

Uji homoginitas varians dilakukan untuk mengetahui ketiga kelas sampel

mempunyai varians yang homogen atau tidak. Prosedur yang digunakan untuk

menguji homogenitas varian dalam kelompok adalah dengan jalan menemukan harga

Fmax. Pada uji homogenitas, harga F yang diharapkan adalah F yang tidak signifikan

maksudnya harga F empirik lebih kecil dari atau sama dengan F tabel. Hal tersebut

menunjukkan tidak adanya perbedaan atau dapat diartikan sama, sejenis, tidak

heterogen, atau homogen.

Rumus untuk menguji Homogenitas varians:

Var. Tertinggi
Fmax= Var. Terendah
X2 - (X2 / N )
Varian (SD2) =
(N-1)

2. Uji Prasyarat Analisis

Penggunaan statistik parametrik mensyaratkan bahwa data setiap variabel

yang akan dianalisis berdistribusi normal. Maka dari itu sebelum menguji hipotesis

penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Langkah-langkah pengujian

normalitas data dengan SPSS adalah sebagai berikut:

1. Buka Program SPSS for windows

2. Definisikan variable view sebagai berikut:

Pada kolom Name (baris pertama) ketikkan eksperimen dan biarkan kolom yang lain

isian defaut.

3. Lakukan analisis data, pada menu bar klik Analyze>>Descriptive

Statistic>>explore, pada kotak dialog explore klik plots>>Normality plots with

test.

4. Selanjutnya klik Continue dan OK.

Jika nilai signifikansi dari kolmogorov smirnov tes > 0,05 maka data tersebut

berdistribusi normal, dan jika < 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

3. Uji t-tes

Teknik t-test adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji

signifikansi perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua buah distribusi.

Rumus uji t sebagai berikut:


Kesimpulannya apabila t hitung t tabel maka ada perbedaan yang signifikan

dan apabila t hitung < t tabel maka tidak ada perbedaan yang signifikan.

Adapun uji t dengan SPSS dapat dilihat langsung dari output perhitungan

anava satu jalur sebelumnya. Kesimpulannya apabila nilai signifikansi < 0,05 artinya

terdapat perbedaan yang signifikan dan apabila nilai signifikansi > 0,05 artinya tidak

terdapat perbedaan yang signifikan.

G. Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh hasil dari penelitian, peneliti menggunakan prosedur atau

sistem tahapan-tahapan, sehingga penelitian akan lebih terarah dan terfokus. Adapun

prosedur dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahapan ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:


a. Meminta surat ijin peneliti dari instasi terkait yakni Universitas Muhammadiyah

Makassar untuk mendaftarkan diri pada sekolah yang akan diteliti.

b. Mengajukan surat permohonan ijin pada pihak sekolah yakni pada SD INpres

Rappokalling II Makassar selaku sekolah yang akan dijadikan sebagai objek

penelitian.

c. Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran matematika sebelum

melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan dengan ini terkait masalah tentang

proses penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

2. Pelaksanaan Penelitian

Dalam hal ini kegiatan penelitian dipusatkan pada kelas III dengan berbagai

proses yang telah disiapkan oleh peneliti dan melaksanakan prosedur penelitian

sesuai dengan rencana awal. Peneliti mengadakan observasi kemudian pembagian

angket dan pengumpulan data. Cara pengelolaan data yaitu sebagai berikut:

1. scoring data

2. coding

3. tabulating

4. prosesing/ pengolahan

5. analisis data

6. uji signifikansi

7. kesimpulan

8. pembahasan hasil penelitian

9. Penulisan Laporan Penelitian


Dalam mengakhiri suatu penelitian harus diadakan proses analisa data yang

ditulis dan dibukukan untuk dijadikan sebuah laporan. Penulisan laporan ini sangat

penting, artinya karena merupakan pembuktian awal bagi kualitas penelitian untuk

menilai ketepatannya dalam menyelesaikan masalah secara nyata.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tanzeh. 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras.

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Pengantar Metode Penelitian Suatu Pendekatan Prestasi.

Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya:

Usaha Nasional.

Drs.H. Erman Suherman Ar, M.Pd dkk. 1995. Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Jakarta: UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

E, Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Rahardanto, Mikael dan Batuadji, Kristanto. 2008. Psikologi kognitif. Jakarta: PT

Gelora.

Hajar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematikadi Sekolah Dasar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Hudojo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP

MALANG.

Karim, Muchtar A.dkk. 1996. Buku Pendidikan Matematika I. Malang: Depdikbud.


Masykur, Moch.dan Fathani, Abdul Halim. 2008. Mathematical Intelegence.

Jogjakarta: Ar Ruz Media Group.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Qodratilah, Meity Taqdir dkk. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk Pelajar.

Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

S, Nasution. 1995. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

S, Nasution. 2009. Metodologi Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi Dan Praktiknya.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Turmudi, Sri Harsini. 2000. Metode Stastistika pendekatan teoritif dan aplikatif.

Malang: UIN Malang.

http://Hannypoehs.Blogspot

http://Dayufunmath.blogspot

http://Master-of-learning-metode-ekspositori-dalam-pembelajaran-matematika-by-

dayufunmath.blogspot

You might also like