You are on page 1of 10

BAB I

LATAR BELAKANG

Pirit (FeSO2) merupakan mineral yang sangat sering dijumpai pada batuan sedimen dan
batuan yang kaya akan material organic. Pirit memiliki densitas yang cukup tinggi begitu juga
dengan nilai konduktivitasnya, sifat kelistrikan yang dialami pirit berasal dari elemen elemen
lain yang bersifat sebagai pengotor yang menyumbangkan sifat kelistrikan tersebut (Pridmore &
Shuey, 1976). Oleh karena nilai densitas dan konduktivitasnya yang tinggi ini, dalam jumlah
tertentu, kehadiran pirit pada batuan dapat menganggu pembacaan alat alat dalam eksplorasi
minyak, khususnya pada alat logging (Clavier, 1976). Kehadiran pirit dalam jumlah tertentu,
dapat membuat pembacaan porosity log khususnya density menjadi sangat tinggi, dikarenakan
pirit memang merupakan mineral yang memiliki nilai densitas cukup tinggi, selain itu kehadiran
mineral pirit ini juga dapat menurunkan nilai hasil pembacaan dari log resistivity yang pada
akhirnya akan menyebabkan overestimation pada pembacaan saturasi air. Sejauh ini, sudah
cukup banyak penelitian yang meneliti tentang bagaimana cara mengkoreksi kesalahan
pembacaan alat logging khususnya porosity dan resistivity logging serta pengaruh akibat dari
kehadiran pirit ini. Clavier et al (1976), dengan sangat baik telah memberikan gambaran berupa
pengaruh frekuensi pada grafik Rc/Ra vs persen volume pirit, pengaruh suhu pada grafik
resistivity vs frekuensi, serta perhitungan resistivitas dari sandpack pada beberapa volume pirit
dan porositas berbeda, namun pada penelitian oleh Clavier ini tidak dijelaskan bagaimana
pengaruh salinitas yg berbeda terhadap pembacaan Rt pada batuan yang mengandung pirit,
bagaimana pengaruh porositas terhadap pengukuran Rt pada batuan yang mengandung pirit, dan
bagaimana Sw line pada grafik hubungan antara volume pirit vs Rc/Ra. Seiring berjalannya
waktu, beberapa peneliti mencoba untuk menyempurnakan penelitian yang dilakukan oleh
Clavier (1976), Prayitno et al (2001) dan Clennel et al (2010) dalam penelitiannya membuat Sw
line pada grafik volume pirit vs resistivitas, namun dari hasil kedua peneliti di atas didapatkan
bahwa nilai hasil pengukuran resistivitas pada grafik volume pirit vs resistivitas pada hampir
semua Sw masih terlalu besar untuk dapat dikatakan berada dalam zona low resisitivity dimana
hasil pembacaan nilai resistivitasnya berkisar antara 5 80 ohm.m pada nilai persen volume pirit
>7%, sedangkan suatu zona dapat disebut sebagai zona low resistivity pada nilai resistivitas <3
ohm.m (Yadagiri et al, 2013).
Di Indonesia sendiri kehadiran mineral pirit pada lapangan minyak dan gas bumi dapat
ditemukan pada Formasi Kelesa dan Lakat Cekungan Sumatera Tengah dengan kelimpahan
sekitar 1 9 %. Sedangkan di luar negeri, kehadiran pirit sering dijumpai pada lapangan Balken
(USA), NW Australia dll.
Untuk itu penulis merasa perlu untuk melengkapi penelitian mengenai efek pirit pada alat
alat log, dengan harapan kedepannya dapat didapatkan hasil pembacaan log pada batuan yang
mengandung pirit akan lebih presisi, sehingga akan menghasilkan estimasi Sw yang semakin
optimal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II.1. Pyrite (FeS2)


Pirit merupakan mineral sulfide yang paling banyak atau sering ditemukan pada
permukaan bumi. Keterdapatannya sendiri sangat beragam mulai dari batuan beku, batuan
sedimen, batuan metamorf, hingga ditemukan dalam urat urat pada lingkungan laut dalam
(Rickard and Luther 2007 dalam King, 2013). Proses pembentukannya sendiri yang paling
banyak ditemui adalah pririt dari proses diagenesis. Sangat jarang pirit yang terbentuk dari
proses detrital atau transportasi (Klimentos, 1995), Pirit juga sangat sering ditemukan
berasosiasi dengan batuan yang kaya akan material organic (Ledda, 1997 dalam Ma et al, 2016).
Pirit sendiri memliki kristal berbentuk kubus dan memiliki sifat kelistrikan semi-konduktif.
Kristal berbentuk kubus dari pirit sendiri tersusun atas Fe(II) pada bagian sudut dan pusat bidang
dari kubus, dan S22- pada bagian pusat dari kubus dan titik tengah dari kubus . (Rickard and
Luther 2007 dalam King, 2013)
Secara komposisi, mineral pirit yang terbentuk di alam akan mengandung atau memiliki
komposisi unsur jejak, unsur minor dan unsur pengotor. Definisi dari unsure jejak disini sendiri
adalah unsure yang memiliki kelimpahan dengan nilai maksimum 0,1 %wt, yang pada umumnya
terdiri dari Te, Sn, Se, Ru, Pt, Pd, Cd, dan Ag. Sedangkan definisi dari unsure minor sendiri
adalah unsure yang memiliki nilai kelimpahan maksimum senilai 1 wt%, yang pada umumnya
terdiri dari Zn, Tl, Sb, Pb, Ni, Hg, dan Au. Elemen pengotor sendiri merupakan elemen yang
ditemukan dalam kelimpahan paling besar pada pirit yg terbentuk di alam, dengan kelimpahan
kurang lebih 1 10 wt%. dimana elemen pengotor ini sendiri terdiri dari Mo, Cu, Co, dan As.
Unsure Co dan As merupakan unsure pengotor yang unik, karena unsure ini menyumbangkan
sifat semi konduktif dari pirit sendiri. Unsur unsure minor dan jejak ini, dapat hadir pada pirit
dalam bentuk substitutions atau inklusi. (King, 2013).

II.1.1. Semi-konduktivitas
Mineral pirit mengalami sifat semi konduktiv, sifat semi-konduktiv sendiri merupakan
sifat yang berada diantara sifat isolative dan konduktif, dimana material ini tidak dapat
menghantarkan arus listrik dengan cukup baik, namun juga tidak dapat dikatakan menghambat
arus listrik itu sendiri. Sifat semi konduktivitas yang dialami mineral pirit adalah tipe n dan juga
tipe p (King, 2013), semi konduktivitas dengan tipe n merupakan semi konduktivitas yang
terbentuk karena adanya unsure pendonor yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan
muatan sehingga arus listrik akan tercipta, sedangkan semi konduktivitas dengan tipe p
merupakan sifat semi konduktivitas yang diakibatkan karena lubang electron memiliki jumlah
yang lebih banyak daripada electron itu sendiri, sehingga dari sini arus listrik pun akan tercipta.
Resistivitas pada semikonduktor pada umumnya sangat dipengaruhi oleh temperature, dimana
nilai dari resistivitas akan semakin rendah seiring dengan naiknya temperaturm namun pada pirit
temperature tidak terlalu mempengaruhi resistivitas, Karena resistivitas pada pirit dipengaruhi
oleh charge carrier. (Kennedy, 2004)
Faktor utama yang menentukan perbedaan dari tipe semi konduktivitas yang dimiliki oleh
pirit adalah kandungan dari unsure pengotor pirit tersebut sendiri dan juga proses keterbentukan
dari mineral pirit itu sendiri. Pada umumnya, pirit yang terbentuk pada batuan sedimen dan suhu
pembentukan yang rendah akan cenderung memiliki sifa semi konduktuvitas bertip p, sedangkan
pirit yang terbentuk pada suhu pembentukan tinggi, akan cenderung memiliki sifat semi
konduktivitas bertipe n. pirit dengan tipe p sendiri akan cenderung lebih resistif dengan nilai
resistivitas berkisar 0,5 35 .cm dibandingkan dengan pirit bertipe n dengan nilai resistivitas
berkisar antara 0 0,64 .cm (King, 2013).
II.1.2. Sifat Termodinamika
Terdapat cukup banyak publikasi berkaitan dengan sifat termodinamik dari pirit, rata
rata dari standard free energy of formation (Gfo) adalah diantara 159.5 kJ/mol dan 160.23
kJ/mol, sedangakan table di bawah ini menunjukan energy pembentukan yang didapatkan dari
beberapa publikasi berbeda, walaupun kebanyakan dari publikasi tersebut hanya men-citasi
publikasi lain, sehingga sumber orisinil terbilang cukup sedikit.

Tabel 2.1 Standard free energy of formation (Gfo) dari beberapa percobaan menggunakan pirit

II.2. Resistivitas Reservoar


II.2.1. Resistivitas
Resistivitas atau hambatan jenis (Ohmmeter) merupakan parameter elektrik pasif,
bersamaan dengan resistivitas, juga terdapat konstanta dielektrik. Resistivitas juga merupakan
kemampuan suatu material untuk menghambat arus listrik. Dalam resistivitas suatu material,
semakin rendah nilainya maka semakin mudah material menghantarkan arus listrik. Resistivitas
listrik pada silinder solid dengan panjang L dan luas alas A, serta resistansi R ditunjukkan
dengan rumus :
RA
=
L
Dimana A dalam meter persegi, L dalam meter dan R dalam ohms, serta unit resistivitas
ialah ohm-meter (m). Resistansi berbeda dari resistivitas, dimana resistansi merupakan
perbandingan antara tegangan yang diberikan sepanjang silinder dan arus yang mengalir
melaluinya, sehingga jika dirumuskan :
V
R=
I

Resistivitas merupakan parameterelektrik yang memiliki hubungan berbanding terbalik


dengan konduktivitas. Jika nilai konduktivitas tinggi maka nilai resistivitasnya rendah, begitu
pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan, konduktivitas merupakan kemampuan suatu material untuk
meloloskan arus listrik, semakin besar nilai konduktivitasnya maka semakin mudah material
tersebut meloloskan listrik, dengan kata lain juga semakin rendah nilai resistivitasnya. Secara
matematis dapat dituliskan dalam rumus berikut :
1 L I V J
= =
RA
=
A
/
L
=( )( )
E

Dimana J merupakan densitas arus (A/m2) dan E merupakan medan listrik (V/m), serta
unit untuk konduktivitas yaitu siemens per meter (S/m)

II.2.2. Low Resistivity Pay Zone


Seiring dengan perkembangan teknologi pada eksplorasi minyak dan gas bumi, saat ini
sudah sangat beragam peralatan yang digunakan yang bertujuan untuk mempermudah dalam
menginterpretasi dan menemukan lokasi minyak bumi di bawah permukaan bumi. Alat logging
merupakan salah satu dari sekian alat yang bertujuan untuk mempermudah dalam pencarian
lokasi titik keberadaan minyak bumi.
Minyak bumi merupakan penghantar listrik yang buruk, sehingga minyak bumi akan
cenderung memiliki sifat isolator terhadap arus listrik yang lewat. Sehingga pada saat resistivity
log membaca pada zona dengan kandungan minyak bumi, akan cenderung memberikan
pembacaan resistivitas yang cukup tinggi, namun pada beberapa daerah seperti Amerika,
Indonesia, dll, ditemukan adanya zona dengan pembacaan resistivitas yang rendah tetapi masih
menghasilkan hidrokarbon dalam jumlah yang cukup ekonomis, zona ini kemudian dikenal
dengan zona low resistivity pay zone, hal ini pun menarik perhatian bagi beberapa ilmuwan untuk
meneliti penyebab dari rendahnya resistivitas pada zona hidrokarbon. Semua zona yang
mengandung hidrokarbon dan memiliki nilai resistivitas kurang dar 3 ohm.m dikategorikan
sebagai zona low resistivity pay zone (Yadagiri et al, 2013)
Menurut Moore (1993) terdapat beberapa faktor yang meyebabkan alat loging
mengeluarkan hasil low resistivity adalah
1. Tebal perlapisan, beberapa lapisan batuan sangat tipis untuk terbaca dari peralatan
logging
2. Ukuran butir, ukuran butir yang sangat kecil dapat menghasilkan saturasi air yang tinggi
3. Mineralogi, beberapa mineral konduktif seperti pirit, galukonit, hematit ataupun grafit
dapat mempengaruhi dari nilai resistivity
4. Kemiringan struktur, perlapisan yang miring dapat menghasilkan perbedaan yang cukup
signifikan pada log resistivitas ketika orientasi antara alat dan perlapisan menyimpang
dari normal
5. Distribusi mineral lempung, dapat menyimpan air dengan jumlah yang signifikan
6. Salinitas air, salinitas yang cukup tinggi dapat menyebabkan hasil resistivitas yang kecil
7. Gabungan dari beberapa faktor diatas.

II.3. Pengaruh Pirit Terhadap Parameter Kelistrikan Reservoar


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pirit merupakan mineral konduktif yang
memiliki persebaran cukup luas pada batuan sedimen, akibat dari nilai konduktivitas yang cukup
tinggi pada pirit, kehadirannya pada batuan sedimen akan mempengaruhi pembacaan pada alat
log, khususnya pada log resistivitas.
Pirit akan mempengaruhi pembacaan log resistivitas pada saat memiliki kelimpahan pada
batuan lebih dari 7% (Clavier et al, 1976). Resistivitas dari pirit sendiri merupakan suatu hal
yang kompleks, dikarenakan nilai resistivitas dari pirit sangat dipengaruhi oleh frekuensi, hal ini
disebabkan karena pirit mengalami polarisasi pada batas pertemuan antara pirit dan air
dikarenakan adanya pengalihan dari konduktivitas ionic menjadi konduktivitas elektrolit dan
sebaliknya (Clavier et al, 1976) (Crain, 2011). Pengaruh dari pirit terhadap resistivitas akan lebih
terasa pada frekuensi yang lebih tinggi, nilai resistivitas yang terbaca pada frekuensi yang lebih
tinggi, akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pembacaan pada frekuensi yang lebih
rendah. Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Clavier (1976), pengaruh dari konten
pirit, tidak akan memberikan efek pada frekuensi 19Hz.
Sifat frequency-dependent pada pembacaan resistivitas pirit, tidak dipengaruhi oleh suhu,
dengan cara mengkalibrasi pembacaan resistivitas pada frekuensi tinggi terhadap pembacaan
resistivitas pada frekuensi 19Hz, didapatkan bahwa penyimpangan dari nilai resistivitas yang
diukur pada frekuensi berbeda hanya menunjukan penyimpangan sekitar 5% antara suhu rendah
(22,5 0C) dengan suhu tinggi (76-80 0C) (Clavier, 1976).
Sifat frequency dependent pada pirit juga tidak terlalu dipengaruhi oleh saturasi, hal ini
didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Clavier et al (1976), diamana dalam
penelitiannya dia mengukur empat buah sand-pack campuran antara kuarsa dan pirit yang
dikondisikan dalam salinitas, porositas, dan volume pirit berbeda, diukur pada frekuensi 19 Hz, 1
kHz, dan 20 kHz, dan kemudian di desaturasikan dengan lambat (selama 12 jam), dari penelitian
tersebut, pada dua salinitas terendah, didapatkan resistivitas index yang relative sama antara
pengukuran menggunakan frekuensi 20 kHz dan 19 Hz, pada 8 saturasi berbeda.
Pengukuran pirit pada saturasi yang berbeda beda, akan mulai nampak pada persen
volume pirit >2% (Prayitno, 2001). Penurunan resistivitas pada batuan yang mengandung pirit
yang dijenuhkan dengan larutan NaCl 20.000 ppm, akan semakin terlihat signifikan pada saturasi
yang lebih rendah dibandingkan dengan batuan yang memiliki saturasi lebih tinggi (Prayitno,
2001). Sedangkan pada batuan yang dijenuhkan menggunakan NaCl 11.000 ppm, penurunan
pada semua Sw yang diteliti memiliki rasio yang sama. (Clennel, 2010). Hal ini secara tidak
langsung, mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh dari salinitas terhadap kehadiran pirit yang
berefek pada penurunan resistivitas. Namun sejauh ini, belum ada penelitian yang
menghubungkan secara langsung anatara pengaruh salinitas pada batuan yang mengandung pirit.

DAFTAR PUSTAKA

Abraitis, P. K.; Pattrick, R.A.D.; Vaughan, D.J.; 2004, Variations in The Compositional, Textural,
and Electrical Properties of Natural Pyrite : A Review, International Journal of Mineral
Processing 74 page 41 - 59
Amyx, James W.; Bass, Daniel M.; Whiting, Robert L., 1998, Petroleum Reservoir Engineering,
New York : McGraw-Hill Inc.
Clavier C., Heim, A., Scala C., 1976, Effect of Pyrite on Resistivity and Other Logging
Measurements, SPWLA 17th Annual Logging Symposium
Clennell, Michael; Piane, Claudio Delle; Josh, Matthew; Verral, Michael, 2010, The Influence of
Pyrite on Rock Electrical Properties : A Case Study from NW Australian Gas, SPWLA 51st
Annual Logging Symposium
Crain, Ross, 2011, Unicorn in The Garden of Good and Evil : Tight Oil Reservoir, Reservoir
Issue 7
Dewan, John T., 1983, Essentials of Modern Open-Hole Log Interpretation, Oklahoma :
PennWell Books
Ellis, Darwin V. and Singer, Julian M., 2007, Well Logging for Earth Scientists 2 nd Edition,
Springer
Han, Tongcheng; Clennell, M.B.; Pervukhina, Marina, 2015, Modelling The Low Frequency
Electrical Properties of Pyrite-Bearing Reservoir Sandstones, Marine and Petroleum
Geology xxx page 1 - 11
Holmes, Michael; Holmes, Anthony; Holmes, Dominic, 2013, A Petrophysical Model to
Quantify Pyrite Volumes and to Adjust Resistivity Response to Account for Pyrite
Conductivity, 2013 AAPG ACE
Hu, Xuetao and Huang, Su, 2017, Physics of Petroleum Reservoirs, Berlin : Petroleum Industry
Press and Springer
Kennedy M.C., 2004, Gold Fools Detecting, Quantifying, and Accounting for The Effects of
Pyrite on Modern Logs, SPWLA 45th Annual Logging Symposium
King, Fraser, 2013, A Review of The Properties of Pyrite and The Implications For Corrosion of
The Copper Canister, Stockholm : Svensk Karnbranslehantering AB
Klimentos, T., 1994, Pyrite Volume Estimation by Well Log Analysis and Petrophysical Studies,
The Middle East Geoscience Exhibition and Conference
Lehner, Stephen; Savage, Kaye; Ciobanu, Madalina; Cliffel, David E., 2007, The Effect of As,
Co, and Ni Impurities on Pyrite Oxidation Kinetics : An Electrochemical Study of Synthetic
Pyrite, Geochimica et Cosmochimica Acta 71 page 2491 - 2509
Ma, Xiangxian; Zheng, Jianjing; Zheng, Guodong; XU, Wang; Qian, Yu; Xia, Yanqing; Wang,
Zuodong; Wang, Xiaofeng; Ye, Xiyan, 2016, Influence of Pyrite on Hydrocarbon
Generation During Pyrolysis of Type-III Kerogen, Fuel 167 page 329 - 336
Prayitno, Sayoga Heru; Mardisewodjo, Purwanto; Atmojo, Supomo M., 2001, Pengaruh Mineral
Pirit Terhadap Resistivitas Batupasir dan Aplikasinya pada Kasus Low Resistivity,
Proceeding Simposium Nasional IATMI 2001
Pridmore, Donald F.; Shuey, Ralph T., 1976, The Electrical Resistivity of Galena, Pyrite, and
Chalcoprite, American Mineralogist Volume 61 pages 248 - 259
Tew, Adam T., 2015, Impact of Conductive Minerals on Measurements of Electrical Resistivity,
Stanford University
Ursin, J.R.; and Zolotukhin, A.B., 1997, Fundamentals of Petroleum Reservoir Engineering,
Stavanger
Yadagiri, K.; Mohanty, A.D.; Prasad, IVSV, 2013, The Low Resistive Tertiary Clastic Reservoirs
in KG Basin, India A Challenge Towards Hydrocarbon Explorations, 10th Biennial
International Conference & Exposition

You might also like