You are on page 1of 23

Pengkajian Sistem Respirasi pada Anak

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah
dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan
wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus
menambah distres pernapasan klien.Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen
pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien.Komponen
pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori distres pernapasan yaitu akut, sedang,
dan ringan.Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian.Data yang
dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan
keperawatan klien.
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan
melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian.Data yang dikumpulkan
selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan
klien.Dalam makalah ini, kelompok mencoba membahas dan memaparkan pengkajian
pernafasan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini diantaranya:
1. Bagaimana anatomi fisiologi system respirasi?
2. Bagaimana pengkajian sistem respirasi pada anak?

C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi system respirasi
2. Untuk mengetahui pengkajian system respirasi pada anak

D. Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :
1. Metode Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan
mempergunakan buku atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang
dibahas
2. Metode Media Informatika
Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet

BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi


1. Pengertian
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.Penghisapan
udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
2. Anatomi Sistem Respirasi
1) Hidung = Naso = Nasal
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.Selain itu, terdapat
juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang
masuk bersama udara.Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah
yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga
hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir
yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.

2) Tekak (Faring)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2
saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya
pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita
suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun
demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara
tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk
dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan
ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan.
3) Pangkal Tenggorokan(Laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring.Salah satu tulang rawan
pada laring disebut epiglotis.Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih
yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada
laring.Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat
keluar masuknya udara.
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk
jakun.Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok
(epiglotis).Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok
dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput
suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita
bicara.

4) Batang Tenggorokan ( Trakea)


Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak).Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia.Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga
dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus).Di
dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang
sangat kecil disebut bronkiolus.Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang
disebut gelembung paru-paru (alveolus).
5) Cabang Tenggorokan ( Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang
rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar
cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-
cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri
dan sebelah kanan.Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi
menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga
bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang
menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam
gelembung paru-paru atau alveolus.Dinding alveolus mengandung kapiler darah,
melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke
dalam darah.Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang
masuk dan keluar paru-paru.
6) Alveoli
Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung
udara.Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan
kapiler- kapiler darah.Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah
permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas.Pada bagian alveolus inilah
terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan perukaran
CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.
7) Paru paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.Paru-
paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus
dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.Paru-paru dibungkus
oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar
(pleura parietalis).Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus
masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus
bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus
respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris
mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.
8) Pleura
Merupakan lapisan tipisyang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi
menjadi 2:
1) Pleura perietalis yaitu yang melapisi rongga dada.
2) Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru..
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan.Juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.
3. Mekanisme Pernapasan
1) Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang
rusuk.Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar
yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang
berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot
antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga
volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menyebabkan tekanan
dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan
uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh
dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses inspirasi.
Sedangkan pada proses ekspirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang
rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh
meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan aliran
udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut ekspirasi.
2) Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot dinding
rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar. Hal
itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan udaranya
semakin kecil.Penurunan tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru,
sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru(inspirasi).
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2
jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus
dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang
terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara
dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga
dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam
rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.Sehubungan dengan organ yang
terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka
mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.

4. Disfungsi Pernapasan
Adalah gangguan terhadap kemampuan sistem pulmonal untuk penukaran oksigen dan
karbon dioksida secara adekuat.Beberapa contoh gangguan pada system pernapasan
manusia seperti asma, bronkopneumonia, bronkiolitis, displasia brinkoplumonar, batuk
rejan, fibrosis kistik, epiglottis, pneumonia, tuberkolosis.

B. Pengkajian Sistem Respirasi pada Anak


1. Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Anak
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada anak yang bertujuan untuk memperoleh data status
kesehatan anak serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis keperawatan,
adapun pengkajian fisik keperawatan meliputi:
a. Pengkajian keadaan umum
Pada pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan secara umum seperti pemeriksaan status
kesadaran, status gizi, tanda-tanda vital, dan lain-lain.
b. Pemeriksaan kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran anak, status kesadaran ini
dilakukan dengan dua penilaian yaitu penilaian secara kualitatif dan penilaian secara
kuantitatif
c. Pemeriksaan Status Gizi
Penilaian tentang status gizi dapat dilakukan dengan melakukan beberapa
pemeriksaan seperti pemeriksaan antropometri meliputi pemeriksaan berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, pemeriksaan klinis dan laboratorium.
d. Pemeriksaan Nadi
Dalam melakukan pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau
istirahat, pemeriksaan nadi dapat disertai dengan pemeriksaan denyut jantung untuk
mengetahui adanya pulsus deficit yang merupakan denyut jantung yang cukup kuat
untuk menimbulkan denyut nadi sehingga dneyut jantung lebih tinggi dari denyut
nadi.
e. Pemeriksaan Tekanan Darah
Dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya sebaiknya dicantumkan
dalam posisi atau keadaan apa seperti tidur, duduk, berbaring, atau menangis sebab
posisi akan mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah yang dilakukan.
Pemeriksaan yang sering kita lakukan adalah pemeriksaan secara tidak langsung
dengan menggunakan tensimeter yang dapat dilakukan secara palpasi atau secara
auskultasi dengan bantuan stetoskop.
f. Pemeriksaan Pernapasan
Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi pernapasan, irama
pernapasan, kedalaman pernapasan dan tipe atau pola pernapasan.
g. Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rectal, aksila, dan oral yang digunakan
untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang digunkan untuk membantu
menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
h. Pemeriksaan Kuku, Kulit, Rambut, Kelenjar Getah Bening
1) Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis,
ikterus, eczema, pucat, purpura, eritema, macula, papula, pesikula, pustula,
ulkus, turgor kulit, kelembapan kulit, tekstur kulit dan edema.Pemeriksaan
warna kulit ini untuk mengetahui adanya pigmentasi kulit, kondisi normal
dapat disebabkan karena melanin pada kulit.
2) Pemeriksaan Kuku
Pada pemeriksaan kuku ini dilakukan dengan mengadakan inspeksi terhadap
warna, bentuk dan keadaan kuku.Adanya jari tabuh yang menunjukkan
penyakit pernapasan kronik atau penyakit jantung serta bentuk kuku yang
cekung atau cembung menunjukkan adanya cedera, defisinsi besi, dan
infeksi.
3) Pemeriksaan rambut
Pada pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai adanya warna,
kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya dari rambut.Keadaan normal
adalah rambut menutupi semua kecuali telapak tangan dan kaki, permukaan
labia sebelah dalam dan rambut kepala seperti berkilauan seperti sutra dan
kuat.Adanya rambut kering rapuh kurang pigmen dapat menunjukkan adanya
kekurangan gizi, adanya kurang tumbuh rambut dapat menunjukkan adanya
malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat dll.
4) Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening
Pemeriksaan getah bening dengan cara melakukan palpasi pada daerah leher
atau inguinal yang lain, apabila terjhadi pembesaran dengan diameter >10mm
menunjukkan adanya kemungkinan tidak normal atau indikasi penyakit
tertentu.
i. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1) Kepala
Pada pemeriksaan ini menilai tentang lingkaran kepala, apabila didapatkan lingkar
kepala yang lebih besar dari normal dinamakan Makrosefali biasanya dapat
ditemukan pada penyakit hidrocephalus dan mikrocefali dimana lingkar kepala
kurang dari normal. Pemeriksaan yang lain adalah ubun-ubun atau fontanel.
2) Wajah
Pemeriksaan wajah ynag dilakukan pada anak dapat dilihat tentang adanya
asimetri atau tidak, asimetri pada wajah dapat disebabkan karena adanya paralisis
fasialis, kemudian menilai adanya pembengkakan pada wajah.
3) Mata
Pada pemeriksaan mata ini menilai adanya visus atau ketajaman penglihatan, pada
pemeriksaan visus ini dapat dilakukandengan pemberian rangsangan cahaya pada
umur neonates. Telinga
Dalam pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, telinga
bagian tengah dan telinga bagian dalam. Pada pemeriksaan telinga bagian luar
dapat dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dan liang telinga. Pemeriksaan
liang telinga ini dapat dilakukan dengan bantuan otoskop kemudian selanjutnya
pemeriksaan membrane timpani dimana dikatakan normal membrane timpaninya
adalah sedikit cekung dan mengkilat kemudian dilihat juga adanya perforasi atau
tidak, kemudian pemeriksaan mastoid dengan melihat adanya pembengkakan
pada daerah mastoid kemudian dilakukan pemeriksaan pendengaran apakah
mengalami gangguan atau tidak dengan bantuan alat garpu tala.

4) Hidung
Pada pemeriksaan hidung untuk menilai adanya kelainan bentuk dari hidung atau
juga untuk menentukan ada tidaknya etistaksis, pemeriksaan yang dapat
digunakan adalah pemeriksaan rhinoskopi anterior maupun posterior.
5) Mulut
Pada pemeriksaan mulut dapat ditemukan ada tidaknya trismus, halitosis,
ladiostosis.Selanjutnya adalah pemeriksaan gusi dapat ditentukan adanya edema
atau tanda-tanda radang.Pemeriksaan lidah juga dapat ditentukan apakah terjadi
kelaianan kongengital atau tidak. Pada pemeriksaan gigi khususnya pada anak
kadang-kadang gigi tumbuh dan mudah lepas dan perkembangan gigi susu
dimulai tumbuh pada umur 5bulan tetapi kadang-kadang 1 tahun. Dalam
pemeriksaan selanjutnya dapat diketahui adanya pengeluaran saliva dengan
melihat banyaknya saliva yang dikeluarkan.
6) Faring
Pemeriksaan ini untuk melihat adanya hyperemia, edema, dan adanya abses baik
retrofaringeal atau peritonsilar atau lainnya.Adanya edema faring umunya
ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab pada difteri dapat ditentukan
adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat.
7) Laring
Pada pemeriksaan laring sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan
apabila adanya obstruksi pada laring maka seseorang mengalami stridor yang
disertai dengan batuk dan suara serak.
8) Leher
Pada pemeriksaan leher untuk menilai adanya tekanan vena jugularis, dengan cara
meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan kepala dan dada diangkat
setinggi 15-30o kemudian pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya massa
dalam leher.
9) Pemeriksaan Dada
Pada pemeriksaan dada yang perlu diketahui adalah garis atau batas di dada dan
dalam melakukan pemeriksaan adalah IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi). Pada penilaian bentuk dada diantaranya:
a) Pertama, funnel chest yang merupakan bentuk dada dimana sternum bagian
bawah serta iga masuk ke dalam terutama saat inspirasi, yang dpaat
disebabkan hipertropi adenoid yang berat.
b) Kedua, pigeon chest merupakan bentuk dada dimana bagian sternum
menonjol kea rah luar, dimana biasanya disertai dengan depresi ventrikel
pada daerah kostokodral.
c) Ketiga, barrel chest merupakan bentuk dada dimana dada berbentuk bulat
seperti tong yang mana sternum terdorong kearah depan dengan iga-iganya
horizontal yang dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru.
10) Payudara
Pemeriksaan payudara pada anak digunakan untuk mengetahui perkembangan dan
kelainan payudara anak, diantaranya mengatahui ada tidaknya ginekomastia
patologis terjadi galaktore, sebelum anak mengalami masa pubertas.
11) Paru
Pada pemeriksaan paru langkah pertama adalah inspeksi untuk melihat apakah
terdapat kelainan patologis ataukah hanya fisiologis dengan melihat
pengembangaan paru saat bernapas. Sedangkan untuk pemeriksaan secara palpasi
dapat dinilai:
a) Simetri atau asimetri dada yang dapat diperoleh karena adanya benjolan yang
abnormal, pembesaran kelenjar limfe pada aksila.
b) Adanya premitus suara yang merupakan getaran pada daerah toraks saat anak
bicara, atau menangis yang sama dalam kedua sisi toraks. Caranya dnegan
meletakkan telapak tangan kanan dan kiri pada daerah dada atau punggung.
c) Adanya krepitasi subkutis yang merupakan adanya udara pada daerah bawah
jaringan kulit, adanya krepitasi ini dapat terjadi spontan, setelah trauma atau
tindakan trakeostomi.
Kemudian pemeriksaan secara perkusi dapat dilakukan dengan cara langsung atau
tidak langsung, cara langsung dengan mengetukkan ujung jari atau jari telunjuk
langsung ke dinding dada, sedangkan cara tidak langsung dengan cara meletakkan
satu jari pada dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan lainnya yang
dimulai dari atas ke bawah dan kanan atau ke kiri dengan membandingkannya.
Hasil penilaian pemeriksaan ini adalah:
Pertama, sonor merupakan suara paru yang normal, kedua adalah redup atau
pekak suara perkusi yang berkurang normalnya pada daerah scapula, diafragma,
hati, jantung.Suara pekak atau redup ini biasanya terdapat konsolidasi jaringan
paru seperti pada atelektasis, pneumonia lobaris, dll. Khusus untuk pekak pada
daerah hati ini terdapat setinggi iga ke 6 pada garis aksilaris media kanan yang
menunjukkan adanya gerakan pernapasan yakni menurun pada saat inspirasi dan
naik pada ekspirasi dan pada anak ini akan mengalami kesulitan khususnya
dibawah 2tahun. Ketiga adalah hipersonor atau timpani yang terjadi apabila udara
dalam paru bertambah seperti emfisema paru atau pneumotoraks.Pemeriksaan
paru selanjutnya adalah pemeriksaan auskulatasi untuk menilai suara napas dasar
dan suara napas tambahan, yang dapat dilakukan seluruh dada dan
punggung.Caranya adlah dari kanan atau ke kiri dengan membandingkannya
kemudian dari bagian atas ke bawah dan menekan daerah stetoskop yang kuat.
Khususnya pada bayi suara napas akan lebih keras karena dinding dada masih
tipis. Hasil penilaian dari auskultasi meliputi adanya suara napas dasar dan suara
napas tambahan seperti dibawah ini :
Suara Napas Dasar
Merupakan suara napas biasa, yang meliputi suara napas pesikuler, bronchial,
amforik, cog wheel breath sound dan metamorphosing breath sound
a) Suara napas pesikuler: suara napas normal dimana adanya udara masuk dan
keluar melalui jalan napas dan suara inspirasi lebih keras dan panjang
daripada suara ekspirasi, apabila suara pesikuler melemah maka terjadi
penyempitan pada daerah bronkus, atau keadaan ventilasi yang kurang seperti
pada atelektasis, peneumonia, edema paru, efusi pleura, emfisema,
pneumotoraks dan pesikuler mengeras apabila konsolidasi bertambah seperti
pneumonia, adanya tumor dll, khusus pada asma suara pesikuler pada
ekspirasi yang memanjang.
b) Suara napas bronchial: merupakan suara napas dimana inspirasi keras
kemudian disusul dengan ekspirasi yang keras pula, suara ini normal
terdengar pada daerah bronkus besar kanan dan kiri, di daerah parasternal atas
di dada depan dan di daerah interskapula di belakang, akan tetapi apabila
terjadi pada daerah lain maka kemungkinan terjadi konsolidasi paru.
c) Suara napas amforik: merupakan bunyi suara dimana suara tersebut
menyerupai suara tiupan diatas mulut botol kosong.
d) Suara napas cog wheel breath sound merupakan suara napas yang terdengar
secara berputus-putus, tidak terus-menerus pada saat inspirasi maupun saat
ekspirasi, yang dapat terjadi pada kelainan bronkus kecil.
e) Metamorphosing breath sound merupakan suara napas dimana suaranya
dimulai dari yang halus kemudian mengeras dan dapat dimulai dari suara
vesicular kemudian menjadi bronchial.
12) Suara Napas Tambahan
Merupakan suara napas yang dapat didengar melalui bantuan auskultasi yang
meliputi roonki basah (rales) atau roonki kering, wheezing, suara krepitasi, bunyi
gesekan pleura (pleural friction rub).
a) Roonki basah (rales) atau roonki kering : roonki basah terkenal dengan suara
rales yang mempunyai arti bahwa suara napas seperti vibrasi terputus-putus
yang tidak terus-menerus yang terjadi akibat getaran oleh karena cairan
dalam jalan napas yang dimulai oleh udara. Suara roonki kering atau juga
disebut sebagai rhonchi merupakan suara terus-menerus yang terjadi karena
jalan napas yang menyempit akibat proses penyempitan jalan napas atau
adanya jalan napas yang obstruksi.
b) Suara wheezing suara napas yang termasuk dalam roonki kering akan tetapi
terdengar secara musical atau sonor.
c) Suara krepitasi suara napas yang terdengar akibat membukanya alveoli. Suara
krepitasi terdengar normal pada daerah belakang bawah dan samping pada
saat inspirasi yang dalam, sedangkan patofisiologis terdapat pada pneumonia.
d) Bunyi gesekan pleura (plural friction rub) merupakan suara akibat gesekan
pleura yang terdengar kasar seolah-olah dekat dengan telinga pemeriksaan
yang dapat terjadi pada inspirasi maupun saat ekspirasi lebih jelas pada akhir
inspirasi.
13) Jantung
a) Inspeksi dan palpasi, pertama denyut apek atau aktivitas ventrikel lebih
dikenal dengan nama ictus kordis merupakan denyutan jantung yang dapat
dilihat pada daerah apek yaitu sela iga ke 4 pada garis mid klapikularis kiri
sedikit lateral. Kedua, letak pulmonal yang merupakan detak jantung apabila
tidak teraba pada bunyi jantung ke 2 dalam keadaan normal, apabila bunyi
jantung 2 mengeras dapat diraba pada sela iga ke 2 tepi kiri sternum maka
keadaan tersebut dapat dikatakan sebagai detak pulmonal. Ketiga, getaran
bising merup[akan getaran dinding dada akibat bisisng jantung yang keras,
yang terjadi pada kelainan organic.
b) Perkusi, dilakukan untuk menilai adanya pembesaran pada jantung serta
batasan organ jantung tersebut yang dilakukan daerah sekitar jantung.
c) Auskultasi, dengan cara mendengarkan mulai dari apeks kemudian ke tepi
kiri sternum bagian bawah, bergeser ke atas sepanjang tepi kiri sternum, tepi
kanan sternum daerah infra dan supraklapikular kanan atau kiri.
j. Pemeriksaan Abdomen
Dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Inspeksi untuk
menilai ukuran dan bentuk perut, auskultasi mendengarkan melalui stetoskop dengan
cara mendengarkan adanya suara peristaltic usus normal terdengar setiap 10-30
detik. Perkusi pada daerah abdomen dilakukan melalui epigastrium secara simetris
menuju kemudian bawah abdomen. Pemeriksaan palpasi dapat dilakukan dengan
cara monomanual (satu tangan) atau bimanual (dua tangan) seperti pada palpasi pada
lapangan atau dinding abdomen seperti adanya nyeri tekan, ketegangan dinding
perut, palpasi pada hati, palpasi limfa dan palpasi ginjal.
k. Pemeriksaan Genetalia
Khusus pada laki-laki dapat diperiksa dengan memperhatikan ukuran, bentuk penis,
testis serta kelainan yang ada.Sedangkan pada perempuan dapat diperhatikan adanya
epispadia (terbelahnya mons pubis dan klitoris dan urethra membuka di bagian
dorsal) adanya tanda-tanda sex sekunder dll serta cairan yang keluar dari lubang
genetalia.

l. Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas


Pada pemeriksaan tulang ektremitas pada anak dapat dilakukan dengan cara inspeksi
terhadap adanya kelainan tulang belakang seperti lordorsis, kiposis, skoliosis.
m. Pemeriksaan Neurologis
Pertama kali dapat dilakukan secara inspeksi dengan mengamati adanya kejang,
tremor atau gemetaran, twitching, parese, paralesis, diplegia, paraplegia, tetraplegia,
dan hemiparese.
2. Pengkajian dari Disfungsi Pernapasan :
a. Pneumonia
1) Pengkajian
a) Usia
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak.Kasus terbanyak terjadi pada
anak berusia di bawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang
berusia kurang dari 2 bulan.
b) Keluhan utama: sesak napas.
c) Riwayat penyakit:
(1) Pneumonia virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran napas, termasuk rhinitis dan
batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.
Pneumonia virus tidak dapat dibedakan dengan pneumonia bakteri dan
mukuplasma
(2) Pneumonia stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas atau bawah dalam
beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan mengalami
kesulitan pernapasan.
d) Riwayat penyakit terdahulu
(1) anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas
(2) riwayat penyakit campak/fertusis (pada bronkopneumonia)
e) Pemeriksaan fisik:
(1) Inspeksi. Perlu diperhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan
takipnea pada anak 2 bulan 12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih,
sementara untuk anak berusia 12 bulan-5bulan adalah 40 kali/menit atau
lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam akan
tampak jelas.
(2) Palpasi. Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan (trachicardia)
(3) Perkusi. Suara redup pada sisi yang sakit
(4) Auskultasi. Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara
mendekatkan telinga ke hidung/mulut bayi. Pada anak yag pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas
berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit dan ronkhi yang basah pada
masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi, bronkofoni, kadang-kadang
terdengar bising gesek pleura.
f) Penegak diagnosis:
(1) Pemeriksaan laboratorium
(a) leukosit 18.000-40.000/mm2
(b) Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri
(c) LED meningkat
(2) X-foto dada
Terdapat bercak-bercak infiltrate yang terbesar (bronco pneumonia) atau
yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobulus
b. Asma
Asma ialah suatu proses obstruksi pernapasan yang reversible, yang ditandai oleh
proses periode eksaserbasi dan remisi, terjadi spasme bronchial yang mengakibatkan
obstruksi jalan napas. Kondisi ini biasanya muncul sebelum usia 5 tahun, dan
sebelum usia remaja, lebih sering pada anak laki- laki disbanding perempuan.
Serangan asma umumnya disebabkan oleh factor intrinsic (alergi bulu binatang,
serbuk, asak rokok atau debu).

Pengkajian Penyakit Asma :


1. Respirasi
a. Napas pendek
b. Mengi ekspirasi yang memanjang
c. Retraksi dada
d. Takipnea
e. Batuk kering
f. Ronki
g. Pernapasan Cuping Hidung
2. Kardiovaskuler:Takikardia
3. Neurologis
a. Gelisah
b. Cemas
c. Sulit tidur
4. Muskuluskeletal
a. Tidak mampu beraktivitas
5. Integument
a. Sianosis
b. Pucat
6. Psikososial
a. Tidak patuh dengan pengebotan

c. Bronkiolitis
Suatu inflamasi infeksi virus pada bronkiolus yang menyebabkan obstruksi akut jalan
napas dan penurunan pertukaran gas alveoli. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh respiratory
syncytial virus (rsv), biasanya terjadi pada anak usia 2 12 bulan, terutama selama musim dingin
dan awal musim semi.
infeksi ditandai dengan edema mukosa, peningkatkan sekresi mucus, obstruksi
bronkiolus, dan distensi alveoli yang berlebihan. Komplikasi gangguan ini mencakup penyakit
paru kronis dan bahkan kematian.
Pengkajian penyakit bronkiolitis :
1. Respirasi
a. Takipnea
b. Retraksi
c. Pernapasan cuping hidung
d. Dispnea
e. Pernapasan dangkal
f. Penurunan bunyi napas
g. Ronki kering
h. Mengi
i. Ekspirasi memanjang
j. Batuk
2. Kardiovaskuler
a. Takikardia
3. neurologis
a. Iritabilitas
b. Kesulitan tidur
4. Gastrointestinal
a. Kesulitan makan
5. Integument
a. Peningkatan suhu tubuh
b. Sianosis
6. Psikososial
a. Cemas
D. Displasia brinkoplumonar
Penyakit paru kronis, bersifat progresif dan etiologinya tidak diketahui, yang ditandai
dengan edema paru, hipertrofi, bronkiolus dan alveolus, serta memerlukan oksigen sepanjang
waktu.Penyakit ini khususnya terjadi pada bayi premature yang mengalami syndrome kegawatan
pernapasan yang dilakukan intubasi endotrakeal, pemberian oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi
dengan tekanan positif tinggi dalam waktu yang lama.
Komplikasi bpd meliputi penyakit pernapasan kronis, infeksi pernapasan yang sering,
pneumotoraks, gagal jantung, hipertensi pulmonal, dan syndrome kematian mendadak pada bayi
(sudden infant death syndrome, sids).

Pengkajian penyakit displasia brinkoplumonar :


1. Respirasi
a. Kesukaran pernapasan
b. Retraksi
c. Dispnea
d. Crackles
e. Ronki
f. Mengi
g. Atelektasis
2. Kardiovaskuler
a. Waktu pengisian kapiler memanjang
b. Gagal jantung kanan
3. Gastrointestinal
a. Kesulitan makan
b. Penurunan berat badan
4. Muskuloskeletal
a. Kelelahan
b. Pertumbuhan yang tertunda
5. Integumen
a. Pucat
b. Sianosis sirkumoral
6. Psikososial
a. Perkembangan yang tertunda
E. Batuk rejan
Yang disebut juga laringotrakeobronkitis, adalah infeksi saluran napas bagian atas dan
bawah, yang menyebabkan edema subglotis, dan peradangan pita suara, yang kadang kadang
menyebabkan kesukaran pernapasan (spasme laring, dispnea, dan batuk yang menyalak), stridor,
retraksi, dan sianosis.
Penyakit ini biasanya terjadi setelah infeksi saluran napas bagian atas.Penyebabnya yang
paling umum adalah respiratory syncytial virus, adenovirus, dan viru parainfluenza.Penyakit ini
biasanya menyerang anak yang berusia diantara 3 bulan dan 3 tahun.Terapi biasanya meliputi
pemberian antibiotic dan cairan serta anak dijauhkan terhadap udara yang dilembabkan, untuk
mempertahankan fungsi pernapasan.

Pengkajian penyakit batuk pejan :


1. Respirasi
a. Riwayat gejala flu berlangsung 1 2 hari
b. Tanda dan gejala kesukaran pernapasan
c. Dispnea
d. Retraksi
e. Sianosis
f. Batuk yang menyalak
g. Suara yang keras saat inspirasi
2. Kardiovaskuler
a. Takikardia
3. Neurologis
a. Gangguan tingkat kesadaran
b. Gelisah
c. Sakit kepala
d. Kebingungan
e. Gangguan tidur
4. Gastrointestinal
a. Kesulitan makan
5. Integument
a. Meningkatnya suhu tubuh (biasanya < 39oc), bergantung pada metode yang
digunakan untuk pengukuran suhu tubuh
6. Psikososial
a. Kecemasan
F. Fibrosis kistik
Merupakan penyakita autosomal yang resesif, fibrosis kistik adalah penyakit genitik yang
paling sering mengancam kehidupan pada anak kulit putih, di amerika serikat.Fibrosis kistik
menyebabkan sekresi mucus dari kelenjar eksokrin untuk menghasilkan sekresi yang kental dan
bertambah. Secara khusus, lender yang kental ini menyumbat membrane sel yang berfungsi dan
mengurangi transfer membrane sel ke organ organ seperti paru, pancreas, dan hati, sehingga
menyebebkan kesulitan pernapasan, infeksi pernapasan yang kronis, deficit nutrisi, dan sirosis.

Pengkajian penyakit fibrosis kistik :


1. Respirasi
a. Mengi
b. Batuk yang tidak produktif
c. Hemopetisis
d. Atelektasis
e. Dispnea
f. Barrel chest
g. Trakeobronkitis
h. Takipnea
2. Gastrointestinal
a. Kegagalan pertumbuhan
b. Feses berbau busuk, berukuran besar, atau diare yang kronis
c. Nafsu makan meningkat
d. Luka
3. Genitourinaria
a. Infeksi vagina
4. Musculoskeletal
a. Kelelahan
b. Postur pendek
5. Mata,telinga,hidung, dan tenggorokan
a. Sinusitis
b. Polip hidung
6. Integumen
a. Memar
b. Sianosis
c. Permukaan kulit terasa bergaram
d. Jari jari tabuh / clubbing finger
7. Psikososial
a. Perkembangan yang terhambat
b. Kecemasan
c. Marah (potensial)
d. Depresi (potensial)

G. Epiglotis
Infeksi yang dapat menyebabkan obstruksi saluran napas, yang ditandai dengan gangguan
pernapasan akut, yang berlangsung dengan cepat, dan terjadi peradangan dari epiglotis.Infeksi ini
sering disebabkan oleh haemophilus influenza tipe b, dan memiliki serangan dengan cepat.Secara
khusus, anak tidak menunjukan tanda waktu tidur, namun saat terbangun anak langsung
mengalami kesulitan dalam menelan saat bangun dan sakit tenggorokan. Deman dan letargi
berlangsung dengan cepat, diikuti oleh dispnea.
Kondisi ini biasanya mempengaruhi anak antara usia 2 dan 5 tahun. Terapi yang
diberikan termasuk pemberian ventilator mekanis atau trakeostomi.Antibiotic juga digunakan.

Pengkajian penyakit epiglotis :


1. Respirasi
a. Riwayat sakit tenggorokan dengan awitan kesukaran pernapasan yang
terjadi tiba tiba (dispnea, takipnea, retraksi, mengi)
b. Pernapasan mulut
c. Stridor pada inspirasi
d. Hipoksia
2. Kardiovaskuler
a. Takikardia
b. Denyut nadi kecil
3. Gastrointestinal
a. Mengeluarkan air liur
b. Ketidak mampuan menelan
4. Musculoskeletal
a. Postur tubuh tegak lurus dengan dagu terangkat
b. Gelisah
5. Integument
a. Pengingkatan suhu tubuh
6. Psikososial
a. Kecemasan
b. Ketakutan

H. Tuberkolosis
Disebabkan oleh infeksi dari mycobacterium tuberculosis.Seorang anak yang reaksi
kulitnya positif terhadap uji skrining tb memerlukan foto toraks untuk menentukan lesi aktif dan
perluasannya. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari 3 tahun kehidupan, dan kambuh
kembali pada tahun sebelum,selama,dan segera setelah pubertas.

Pengkajian penyakit tuberkolosis:


1. Respirasi
a. Batuk
b. Efusi pleura
c. Klasifikasi yang nampak pada foto toraks
2. Integument
a. Demam
b. Mengigil
3. Gastrointestinal
a. Penurunan berat badan
4. Neurologis
a. Meningitis
5. Musculoskeletal
a. Infeksi tulang

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai
masalah dan kebutuhan klien saat ini) dan secara holistic caring. Dalam menelaah status
pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk
memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien.
Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan
tingkat distres pernapasan yang dialami klien antara lain: tes diagnostik yang sesuai dengan
diagnosa medis pasien.
Data hasil pengkajian keperawatan secara holistic caring merupakan dasar yang
digunakan oleh perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
sampai dengan evaluasi. Tanpa pengseorang pengkajian keperawatan yang lengkap dan
holistic seorang perawat tidak akan bisa melakukan asuhan keperawatan secara holistic
caring.

B. Saran
Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pebuatan makalah masi
terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun
dalam pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca
mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz.2009.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta: Salemba Medika

Nursalam dkk.2008.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).Jakarta:

Salemba Medika

Lynn, Betz, Cecily & A. Sowden, Linda.2009.Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.Jakarta:

EGC

Riyadi, Sujono & Sukarmin.2009.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Yogyakarta: Graha Ilmu

Speer, Kathleen Morgan.2007.Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical

Pathway.Jakarta: EGC

You might also like