Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pirit (FeSO2) merupakan mineral yang sangat sering dijumpai pada batuan sedimen dan
batuan yang kaya akan material organic. Pirit memiliki densitas yang cukup tinggi begitu juga
dengan nilai konduktivitasnya, sifat kelistrikan yang dialami pirit berasal dari elemn elemen
lain yang bersifat sebagai pengotor yang menyumbangkan sifat kelistrikan tersebut. Oleh karena
nilai densitas dan konduktivitasnya yang tinggi ini, dalam jumlah tertentu, kehadiran pirit pada
batuan dapat menganggu pembacaan alat alat dalam eksplorasi minyak, khususnya pada alat
logging. Kehadiran pirit dalam jumlah tertentu, dapat membuat pembacaan porosity log
khususnya density menjadi sangat tinggi, dikarenakan pirit memang merupakan mineral yang
memiliki nilai densitas cukup tinggi, selain itu kehadiran mineral pirit ini juga dapat menurunkan
nilai hasil pembacaan dari log resistivity yang pada akhirnya akan menyebabkan overestimation
pada pembacaan saturasi air. Sejauh ini, sudah cukup banyak penelitian yang meneliti tentang
bagaimana cara mengkoreksi kesalahan pembacaan alat logging khususnya porosity dan
resistivity logging akibat dari kehadiran pirit ini. .
Di Indonesia sendiri kehadiran mineral pirit pada lapangan minyak dan gas bumi dapat
ditemukan pada Formasi Kelesa dan Lakat Cekungan Sumatera Tengah dengan kelimpahan
sekitar 1 9 %. Sedangkan di luar negeri, kehadiran pirit sering dijumpai pada lapangan Balken
(USA), NW Australia dll.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1.1. Semi-konduktivitas
Mineral pirit mengalami sifat semi konduktiv, sifat semi-konduktiv sendiri merupakan
sifat yang berada diantara sifat isolative dan konduktif, dimana material ini tidak dapat
menghantarkan arus listrik dengan cukup baik, namun juga tidak dapat dikatakan menghambat
arus listrik itu sendiri. Sifat semi konduktivitas yang dialami mineral pirit adalah tipe n dan juga
tipe p (King, 2013), semi konduktivitas dengan tipe n merupakan semi konduktivitas yang
terbentuk karena adanya unsure pendonor yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan
muatan sehingga arus listrik akan tercipta, sedangkan semi konduktivitas dengan tipe p
merupakan sifat semi konduktivitas yang diakibatkan karena lubang electron memiliki jumlah
yang lebih banyak daripada electron itu sendiri, sehingga dari sini arus listrik pun akan tercipta.
Resistivitas pada semikonduktor pada umumnya sangat dipengaruhi oleh temperature, dimana
nilai dari resistivitas akan semakin rendah seiring dengan naiknya temperaturm namun pada pirit
temperature tidak terlalu mempengaruhi resistivitas, Karena resistivitas pada pirit dipengaruhi
oleh charge carrier. (Kennedy, 2004)
Faktor utama yang menentukan perbedaan dari tipe semi konduktivitas yang dimiliki oleh
pirit adalah kandungan dari unsure pengotor pirit tersebut sendiri dan juga proses keterbentukan
dari mineral pirit itu sendiri. Pada umumnya, pirit yang terbentuk pada batuan sedimen dan suhu
pembentukan yang rendah akan cenderung memiliki sifa semi konduktuvitas bertip p, sedangkan
pirit yang terbentuk pada suhu pembentukan tinggi, akan cenderung memiliki sifat semi
konduktivitas bertipe n. pirit dengan tipe p sendiri akan cenderung lebih resistif dengan nilai
resistivitas berkisar 0,5 35 .cm dibandingkan dengan pirit bertipe n dengan nilai resistivitas
berkisar antara 0 0,64 .cm (King, 2013).
II.1.2. Sifat Termodinamika
Terdapat cukup banyak publikasi berkaitan dengan sifat termodinamik dari pirit, rata
rata dari standard free energy of formation (Gfo) adalah diantara 159.5 kJ/mol dan 160.23
kJ/mol, sedangakan table di bawah ini menunjukan energy pembentukan yang didapatkan dari
beberapa publikasi berbeda, walaupun kebanyakan dari publikasi tersebut hanya men-citasi
publikasi lain, sehingga sumber orisinil terbilang cukup sedikit.
Tabel 2.1 Standard free energy of formation (Gfo) dari beberapa percobaan menggunakan pirit
Sedangkan porositas efektif merupakan rasio antara total volume void yang saling berhubungan
dengan volume bulk dari batuan (Ursin & Zolotukhin, 1997)
a = porositas absolute
= porositas efektif
Vpa = total volume void
Vp = total volume void saling berhubungan
Vb = Volume bulk
Batuan yang hanya memiliki pori saja masih belum cukup baik untuk bisa dikatakan
sebagai batuan reservoar, pori pori pada batuan ini haruslah saling terhubung sebagai jalan
keluar ataupun masuk daripada minyak yang terperangkap pada pori pori batuan, hal ini
jugalah yang membantu dalam proses pengeboran, dengan kata lain selain memiliki porositas,
batuan reservoar haruslah memiliki permeabilitas. Sebagai contoh, batauan pumice, pada
umumnya tidak akan menjadi batuan reservoar yang cukup baik, karena walaupun bataun ini
memiliki porositas yang cukup besar, pada umumnya pori pori ini tidak saling terhubung antara
satu dan lainnya. (Hu & Huang, 2017)
Kedua parameter di atas, dipengaruhi oleh sorting, packing, bentuk butir, dan ukuran
butir dari batuan reservoar (Hu & Huang, 2017).
(Dewan, 1983)
Dimana: Sw : saturasi air
C : bernilai 1 pada karbonat 0,9 pada pasir
Rw : resistivitas air
Rt : resisitivitas total
II.2.3. Konduktivitas Elektrik
Konduktivitas dari batuan reservoar terutama dipengaruhi oleh komposisi penyusunnya
maupun fluida yang pengisi pori dari batuan tersebut sendiri. Dari segi komposisi penyusunnya
sendiri, konduktivitas elektrik dipengaruhi terutama oleh kehadiran dari mineral lempung dan
mineral mineral konduktif, lempung dapat menyumbangkan kekonduktifitasan karena
lempung memiliki sifat menahan air, sehingga dengan keberadaan air ini sendiri memungkinkan
sebagai media arus listrik. Sedangkan dari segi fluida pengisi pori, yang berupa minyak, gas, dan
air. Hanya air yang berperan sebagai konduktor, sedangkan minyak dan gas tidak dapat disebut
sebagai konduktor arus listrik yang baik.
Dimana A dalam meter persegi, L dalam meter dan R dalam ohms, serta unit resistivitas
ialah ohm-meter (m). Resistansi berbeda dari resistivitas, dimana resistansi merupakan
perbandingan antara tegangan yang diberikan sepanjang silinder dan arus yang mengalir
melaluinya, sehingga jika dirumuskan :
V
R=
I
Dimana J merupakan densitas arus (A/m2) dan E merupakan medan listrik (V/m), serta
unit untuk konduktivitas yaitu siemens per meter (S/m)