You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar belakang
Pada saat ini kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang
sangat penting karena merupakan tolak ukur derajat kesehatan sesuatu
negara. Akselerasi pencapaian visi indonesia sehat 2010 melalui
pembangunan kesehatan.
Indikator derajat kesehatan yang utama adalah menurunkan angka
kematian ibu dan bayi, salah satu penyebab kematian ibu secara
langsung pada ibu hamil, bersalin dan ibu nifas yaitu preeklampsia yang
merupakan urutan kedua setelah penyebab perdarahan. Pemeriksaan
antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, walaupun timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah.
Deteksi dini dapat ditemukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas
asyhan keperawatan agar mendapat penatalaksanaan yang lebih baik
atau dapat mempertahankan keadaan preeklampsia ringan, sehingga
tidak menjadi preeklampsia berat atau eklampsia.

2 Rumusan masalah
Permasalahan makalah diatas dapat dirumukan sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan preeklampsia ?
2. Apa saja etiologi yang terdapat pada preeklampsia ?
3. Bagaimana patofisiologi pada preeklampsia ?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada preeklampsia ?
5. Bagaimana klasifikasi pada preeklampsia ?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada preeklampsia ?
7. Bagaimana pengkajian pada preeklampsia ?
8. Apa saja diagnosa yang muncul pada preeklampsia ?
9. Apa saja perencanaan pada preeklampsia ?
10. Bagaimana implementasi pada preeklampsia ?
11. Bagaimana evaluasi pada preeklampsia ?

3 Tujuan penulisan
1 Tujuan umum
Makalah ini disusun agar ibu hamil dapat terhindar dari bahaya
preeklampsia yang juga bisa menyebabkan pada kesehatan janin.
2 Tujuan khusus

1
Tujuan khusus dari makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Dapat memahami tentang pengertian preeklampsia.
2. Dapat menyebutkan etiologi yang terdappat pada preeklampsia.
3. Dapat mengetahui patofisiologi pada preeklampsia.
4. Dapat mengetahui manifestasi klinis pada preeklampsia.
5. Dapat memahami klasifikasi pada preeklampsia.
6. Dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pada preeklampsia.
7. Melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan preeklampsia.
8. Dapat merumuskan diagnosa pada ibu hamil dengan
preeklampsia.
9. Dapat menyusun perencanaan pada ibu hamil dengan
preeklampsia.
10. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada ibu hamil
dengan preeklampsia.
11. Dapat melakukan evaluasi pada ibu hamil dengan
preeklampsia.

4 Manfaat penulisan
1Bagi sesama profesi
Diharapkan makalah ini dapat memberikan masukan bagi profesi
dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia

2
1.4.2 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan makalah ini dapat memberikan masukan dan informasi


bagi rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
pasien mendapatkan tingkat kepuasan dan kepercayaan terhadap
rumah sakit.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Preeklampsia

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema


dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2002: 282).

Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan


proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan
setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat
perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis.

2.1.1Etiologi

Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah


terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab
penyakit tersebut, tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan. Teori yang dapat diterima menerangkan sebagai berikut.

1. Sering terjadi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan


molahidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan ibu dengan kematian janin
dalam uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya.
5. Sebab timbul hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.

Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia


ialah iskemia plasenta. Faktor risiko preeklampsia antara lain sebagai
berikut.

1. Primigravida, terutama primigravida tua dan primigravida muda.

4
2. Kelompok sosial ekonomi rendaah.
3. Hipertensi esensial.
4. Penyakit ginjal kronis (menahun/ terus-menerus).
5. DM (Diabetes Melitus).
6. Multipara.
7. Polihidramninon.
8. Obesitas.
9. Riwayat preeklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga.

2.1.2Patofisiologi

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan


retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat
pada arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola
sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah merah.
Jadi, jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah dengan sendirinya akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi
kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan


penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum
diketahui sebabnya, ada yang mengatakan disebabkan oleh retensi air
dan garam. Proteinuria mungkin disebabkan oleh spasme arteriola,
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mochtar, 1993: 220).

5
2.1.3Manifestasi Klinis

Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi


dan proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab
dari kedua masalah diatas adalah sebagai berikut.

1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang
penting pada preeklampsia. Tekanan diastolik merupakan tanda
prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik.
Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus
menunjukkan keadaan abnormal.

2. Kenaikan berat badan


Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan
preeklampsia dan bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan
merupakan tanda pertama preeklampsia pada sebagian wanita.
Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg per minggu. Bila 1 kg dalam
seminggu, maka kemungkinan terjadinya preeklampsia harus dicurigai.
Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan dan
selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas
seperti kelopak mata yang bengkak atau jari tangan yang membesar.

3. Proteinuria
Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif
dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat
ditemukan dan dapat mencapai 10 g/dl. Proteinuria hampir selalu timbul
kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.

6
Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada preeklampsia adalah sebagai
berikut.

a. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada
kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal
dan oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.
b.Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat.
Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat edema
atau perdarahan.
c. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial,
iskemia, dan edema retina dan pada kasus-kasus yang langka
disebabkan oleh ablasio retina. Preeklampsia ringan tidak ditemukan
tanda-tanda subjektif (Cunningham, 1995: 767).

2.1.4Klasifikasi

Preeklampsia dibagi dalam dua golongan, yaitu ringan dan berat.


Preeklampsia dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda dibawah
ini.

1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolik 15


mmHg atau lebih, dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
2. Edema umum, kaki, jari, tangan, dan wajah atau kenaikan BB 1 kg atau
lebih per minggu.
3. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+
pada urine kateter/ mid stream.

Sedangkan preeklampsia dikatakan berat apabila ditemukan satu atau


lebih tanda-tanda di bawah ini.

1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.


2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3. Oliguria jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

7
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrum.
5. Ada edema paru dan sianosis.

2.1.5Komplikasi

Bergantung pada derajat preeklampsia yang dialami. Namun, yang


termasuk komplikasi antara lain sebagai berikut.

1. Pada ibu
a.Eklampsia.
b.Solusio plasenta.
c. Perdarahan subkapsula hepar.
d.Kelainan pembekuan darah (DIC).
e.Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated, Enzymes, Liver, dan Low Platelet
count).
f. Ablasio retina.
g.Gagal jantung hingga syok dan kematian.

2. Pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
b. Prematur.
c. Asfiksia neonatorum.
d. Kematian dalam uterus.
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

8
2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu


proses kolaborasi melibatkan perawat, keluarga, dan tim kesehatan
lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik.
Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang
terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis
untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan.

Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu preeklampsia antara lain sebagai


berikut.

1. Identitas umum ibu.


2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada
kehamilan terdahulu.
3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.

b. Riwayat kesehatan sekarang


1) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
2) Terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium.
3) Gangguan virus: penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
5) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan
tidak tenang.
6) Edema pada ekstremitas.
7) Tengkuk terasa berat.
8) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia
dalam keluarga.
d. Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun
atau diatas 35 tahun.

3. Pemeriksaan fisik biologis

9
K/u : lemah
Kepala : sakit kepala, wajah edema.
Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
Pencernaan
Abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan
muntah.
Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
Sistem
Persarafan : hiper refleksia, klonus pada kaki.
Genitourinaria : oliguria, proteinuria.
Pemeriksaan
Janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin
melemah

4. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah.
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 rb/ mm 3).

10
b. Urinalisis.
Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan fungsi hati.


1. Bilirubin meningkat (N= <1 mg/dl).
2. LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
3. Aspartat aminomtransferase (AST) >60 ul.
4. Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N=
15-45 u/ml).
5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat
(N= < 31 u/l).
6. Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl).

b. Tes kimia darah.


Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl).
c. Radiologi
d. Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus.
Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.
e. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah.
1. Data sosial ekonomi
Preeklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dan
golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang
mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga
kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.
2. Data psikologis
Biasanya ibu preeklampsia ini berada dalam kondisi yang
labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan
dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut
anaknya nanti lahir cacat atau meninggal dunia, sehingga ia
takut untuk melahirkan.

2.2.2 Diagnosis Keperawatan

Setelah data terkumpul dan kemudian dianalisis, sehingga


diagnosis yang mungkin ditemukan pada ibu preeklampsia berat adalah
sebagai berikut.

11
1. Kelebihan volume cairan interstisial b/d penurunan tekanan osmotik,
perubahan permeabilitas pembuluh darah.
2. Penurunan curah jantung b/d hipovolemia/penurunan aliran balik vena.
3. Risiko cedera pada janin b/d tidak adekuatnya perfusi darah ke
plasenta.
4. Risiko tinggi intoleransi aktivitas b/d adanya masalah sirkulasi,
peningkatan tekanan darah.
5. Risiko cedera pada ibu b/d edema/hipoksia jaringan, kejang tonik
klonik.
6. Nyeri epigastrik b/d peregangan kapsula hepar.

2.2.3 Perencanaan

Perencanaan keperawatan merupakan tugas lanjut dari perawatan


setelah mengumpulkan data yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
ibu sesuai dengan pengkajian yang telah dilakukan.

Pada tahap ini ditetapkan tujuan dan alternatif tindakan yang akan
dilakukan pada tahap implementasi dalam upaya memecahkan masalah
atau mengurangi masalah ibu.

Berikut ini akan diuraikan rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan kemungkinan diagnosis yang telah dijelaskan sebelumnya.

1. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungn dengan


penurunan tekanan osmotik, perubahan permeabilitis pembuluh
darah, serta retensi sodium dan air.
Tujuan : volume cairan kembali seimbang.
Rencana tindakan :
a. Pantau dan catat intake dan output setiap hari.
Rasional : dengan memantau intake dan output diharapkan
dapat diketahui adanya keseimbangan cairan dan dapat
diramalkan keadaan dan kerusakan glomerulus.
b. Pemantauan TTV, catat waktu pengisian kapiler (capillary refill
time-CRT).
Rasional : dengan memantau TTV dan pengisian kapiler dapat
dijadikan pedoman untuk penggantian cairan atau menilai
respons dari kardiovaskuler.

12
c. Memantau atau menimbang berat badan ibu.
Rasional : dengan memantau berat badan ibu dapat diketahui
berat bedan yang merupakan indikator yang tepat untuk
menentukan keseimbangan cairan.
d. Observasi keadaan edema.
Rasional : keadaan edema merupakan indikator keadaan
cairan dalam tubuh.
e. Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli
gizi.
Rasional : diet rendah garam akan mengurangi terjadinya
kelebihan cairan.
f. Kaji distensi vena jugularis dan perifer.
Rasional : retensi cairan yang berlebihan bisa dimanifestasikan
dengan pelebaran vena jugularis dan edema perifer.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik.
Rasional : diuretik dapat meningkatkan filtrasi glomerulus dan
menghambat penyerapan sodium dan air dalam tubulus ginjal.

2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan


hipovolemi/penurunan aliran balik vena.
Tujuan : agar curah jantung kembali normal.
Rencana tindakan :

a. Pemantauan nadi dan tekanan darah.


Rasional : dengan memantau nadi dan tekanan darah dapat
melihat peningkatan volume plasma, relaksasi vaskular dengan
penurunan tahanan perifer.

b. Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri.


Rasional : meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan
perfusi ginjal.

c. Pemantauan parameter hemodinamik invasif (kolaborasi).


Rasional : memberikan gambaran akurat dari perubahan
vaskular dan volume cairan. Konstruksi vaskular yang lama,
peningkatan dan hemokonsentrasi, serta perpindahan cairan
menurunkan curah jantung.

d. Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan berdasarkan


kolaborasi dengan dokter.

13
Rasional : obat anti hipertensi bekerja secara langsung pada
arteriol untuk meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular
dan membantu meningkatkan suplai darah.

e. Pemantauan tekanan darah dan obat hipertensi.


Rasional : mengetahui efek samping yang terjadi seperti
takikardi, sakit kepala, mual, muntah, dan palpitasi.

14
3. Risiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak
adekuatnya perfusi darah ke plasenta.
Tujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin.
Rencana tindakan :
a. Istirahatkan ibu
Rasional : dengan mengistirahatkan ibu diharapkan
metabolisme tubuh menurun dan peredaran darah ke plasenta
menjadi adekuat, sehingga kebutuhan oksigen untuk janin dapat
dipenuhi.

b. Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri


Rasional : dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena kava di
bagian kanan tidak tertekan oleh uterus yang membesar, sehingga
aliran darah ke plasenta menjadi lancar.

c. Pantau tekanan darah ibu


Rasional : dengan memantau tekanan darah ibu dapat
diketahui keadaan aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah
tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen
ke janin berkurang.
d. Memantau bunyi jantung ibu
Rasional : dengan memantau bunyi jantung janin dapat
diketahui keadaan jantung janin lemah atau menurun menandakan
suplai oksigen ke plasenta berkurang, sehingga dapat
direncanakan tindakan selanjutnya.

e. Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter


Rasional : dengan obat antihipertensi akan menurunkan tonus
arteri dan menyebabkan penurunan afterload jantung dengan
vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah turun.
Dengan menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke plasenta
menjadi adekuat.

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan


tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa

15
berkurangnya atau hilangnya masalah ibu. Pada tahap implementasi ini
terdiri atas beberapa kegiata, yaitu validasi rencana keperawatan,
menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan, serta
melanjutkan pengumpulan data.

Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail dan


jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan
baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakan
langsung atau bekerja sama dengan para tenaga pelaksana lainnya.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatanmerupakan kegiatan akhir dari proses


keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Di
samping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian
ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal
ini proses keperawatan dapat dimodifikasi.

16
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit pada kehamilan yang ditandai
dengan hipertensi, proteinuria, dan edema setelah kehamilan 20
minggu.
Preeklampsia yang terjadi pada ibu hamil adalah preeklampsia
ringan yang terjadi pada trimester ke-3 tidak ada predisposisi
,misalnya gemuk pada ibu.
Dengan demikian sesuai dengan teori bahwa preeklampsia terjadi
secara tiba-tiba dengan penyebab yang jelas.
Dengan penataklasanaan yang dilakukan kasus ini yaitu
pemantauan pada tanda-tanda preeklampsia berat sehingga
persalinan lancar dan tidak terjadi preeklampsia berat.

3.2 Saran
Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang preeklampsia oleh tim
medis kepada masyarakat banyak khususnya yang ada didaerah
terpencil agar masyarakat lebih cepat mengetahui tanda-tanda dan
gejala preeklampsia terutama pada ibu-ibu agar dapat diatasi
dengan cepat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.


Jakarta: EGC.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jilid 1. Jakarta: Salemba


Medika.

Moctar, Rustam. 1989. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologis, Obstetric


Patologi I. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev. Jakarta:


Rineka Cipta.

Wikjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawihardji.

18

You might also like