Professional Documents
Culture Documents
KOMERSIAL
HUKUM ASURANSI
MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok 2
1
2
No. 001/BAN-PT/Ak-I/PP/XII/2009
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban untuk mencapai tujuan
asuransi. Tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap asuransi bukan berarti
tidak ada kekecewaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Asuransi
Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan,
sistem, atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial)
untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya mendapatkan penggantian dari
kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian,
kehilangan, kerusakan atau sakit, dimana melibatkan pembayaran premi secara
teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin
perlindungan tersebut.
Menurut ketentuan pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin
dideritanya akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).
Pengertian asuransi terdapat pula pada Pasal 861 The Civil and
Commercial Code yang berbunyi :
A contract of insurance is one in which a person agress to make
compensation or to pay a sum of money in case of continget loss or any
other future event specified in the contract, and another person agreess to
pay therefor a sum of many, called premium.
Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur asuransi seperti
yang terdapat pada Pasal 246 KUHD atau Art 7.17.1.1 NBW juga terpenuhi,
unsur-unsur yang dimaksud adalah :
1. Perjanjian
2. Kewajiban tertanggung membayar premi
5
keterlibatan sedemikian rupa, dengan akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti
terjadi dan yang bersangkutan menderita kerugian akibat dari peristiwa itu.
Pasal 250 Kitab Undang-undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa
kepentingan yang diasuransikan tersebut harus ada pada saat ditutupnya perjanjian
asuransi. Syarat tersebut tidak dipenuhi maka penanggung akan bebas dari
kewajibannya untuk membayar kerugian. Pasal 268 Kitab Undang-undang
Hukum Dagang mensyaratkan kepentingan yang dapat diasuransikan itu harus
dapat dinilai dengan sejumlah uang.
c) Indemnity
Indemnity adalah suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan
kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi
keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD Pasal 252,
253 dan dipertegas dalam Pasal 278).
Satu asas utama dalam perjanjian asuransi karena merupakan asas yang
mendasari mekanisme kerja dan memberi arah tujuan dari perjanjian asuransi itu
sendiri (khusus untuk asuransi kerugian). Pengertian kerugian itu tidak boleh
menyebabkan posisi keuangan pihak tertanggung menjadi lebih diuntungkan dari
posisi keuangan pihak tertanggung menjadi lebih diuntungkan dari posisi sebelum
menderita kerugian.
Asas indemnitas ini adalah landasan dasar sebagai mana dimaksud diatas
pada hakikatnya mengandung dua aspek, yaitu :
a. Aspek pertama ialah berhubungan dengan tujuan dari perjanjian harus
ditujukan kepada ganti kerugian, yang tidak boleh diarahkan bawah pihak
tertanggung karena pembayaran ganti rugi jelas akan menduduki posisi yang
lebih menguntungkan.
b. Aspek kedua ialah berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian asuransi
sebagai keseluruhan yang sah. Untuk keseluruhan atau sebagian tidak boleh
bertentangan dengan aspek pertama.
Yang ingin dicapai oleh asas indemnitas adalah keseimbangan antara
risiko yang dialihkan kepada penanggung dengan kerugian yang diderita oleh
12
tertanggung sebagai akibat dari terjadinya peristiwa yang secara wajar tidak
diharapkan terjadinya.
d) Asas kepentingan yang dapat diasuransikan
Kepentingan yang dapat diasuransikan merupakan asas utama kedua
dalam perjanjian asuransi / pertanggungan. Setiap pihak yang bermaksud
mengadakan perjanjian asuransi, harus mempunyai kepentingan yang dapat
diasuransikan, maksudnya ialah bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan
sedemikian rupa dengan akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya
dan yang bersangkutan menjadi menderita kerugian.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, mengenai kepentingan,
mengaturnya dalam dua pasal yaitu pasal 250 dan pasal 268.
Pasal 250 : Apabila seorang yang telah mengadakan suatu
pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang yang untuknya telah
diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak
mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka
si penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi. Pasal 250 KUH
dagang mengatur bahwa kepentingan itu harus ada pada saat perjanjian asuransi
ditutup.
Pasal 268 : Suatu pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan
yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan
tidak dikecualikan oleh undang-undang.
e) Subrogation
Subrogation adalah suatu pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada
penanggung setelah klaim dibayar. Di dalam KUH Dagang, asas ini secara tegas
diatur di dalam Pasal 284 : Seorang penanggung yang telah membayar kerugian
sesuatu barang yang dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam
segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan
menerbitkan kerugian tersebut; dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab
untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak si penanggung terhadap
orang-orang ketiga itu.
Subrogasi hanya dapat ditegakkan apabila memenuhi dua syarat berikut :
13
2. Asuransi jumlah (sum insurance) yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi
sosial, dapat diketahui dari rumusan
Untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Perbedaan antara asuransi kerugian dan asuransi jumlah diantaranya :
Asuransi Kerugian Asuransi Jumlah
Mengganti kerugian tertentu yang Penanggung berjanji akan membayar
diderita oleh tertanggung sebesar sejumlah uang yang sudah ditentukan
kerugian yang diderita sebelumnya (tidak distandarkan pada
kerugian tertentu)
Berlaku Pasal 246 KUH Dagang Pasal 305 KUH Dagang
penanggung sebagaimana diatur pada pasal 256 ayat 3 ; Polis tersebut harus
ditandatangani oleh tiap-tiap penanggung.
Meskipun kemudian sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang
disimpulkan dari pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata diperkenankan saja apabila
para pihak memperjanjikan bahwa perjanjian asueansi baru berlangsung setelah
polis selesai atau setelah diserahkan kepada tertanggung. Dalam hal yang
demikian berarti polis dijadikan sebagai syarat mutlak pada perjanjian asuransi
yang bersangkutan.
Mengingat fungsinya sebagai alat bukti tertulis maka para pihak
(khususnya tertanggung) wajib memerhatikan kejelasan isi polis dimana
sebaiknya tidak mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan
perbedaan interpretasi sehingga dapat menimbulkan perselisihan (dispute).
Upaya pembuktian bahwa telah ditutupnya suatu perjanjian
asuransi/pertanggungan dalam hal belum dikeluarkannya polis oleh pihak
penanggung, satu-satunya dasar ialah pasal 258 ayat 1 dan 2. Pasal 258 :
Untuk membuktikan hal ditutupnya perjanjian tersebut, diperlukan
pembuktian dengan tulisan; namun demikian bolehlah lain-lain alat
pembuktian dipergunakan juga manakala sudah ada suatu permulaan
pembuktian dengan tulisan. Namun demikian bolehlah ketetapan-ketetapan
dan syarat-syarat khusus, apabila tentang itu timbul suatu perselisihan,
dalam jangka waktu antara penutupan perjanjian dan penyerahan polisnya,
dibuktikan dengan segala alat bukti; tetapi dengan pengertian bahwa segala
hal yang dalam beberapa macam pertanggungan oleh ketentuan-ketentuan
undang-undang, atas ancaman-ancaman batal, diharuskan dibuktikan dengan
tulisan.
Dalam periode setelah penyerahan polis, alat bukti yang sangat penting ialah
tulisan atau surat serta permulaan pembuktian dengan surat. Dalam arti luas
hal ini yang dimaksud tentu saja polis dengan seluruh persyaratannya. Hal ini
berlaku mengenai diadakannya perjanjian pertanggungan maupun tentang
janji-janji khusus. Keduanya hanya dapat dibuktikan dengan alat bukti tertulis
(perhatikan pasal 258 KUH Dagang).
23
6) Bankers Clause
27
Bankers Clause atau Klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum
dalam Polis yang hanya dicantumkan atas permintaan pihak Bank di mana
dalam polis secara tegas dinyatakan bahwa Pihak Bank adalah sebagai
penerima ganti rugi atas peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan
sebagaimana disebutkan dalam perjanjian asuransi (polis). Klausula ini
muncul sebagai akibat adanya hubungan utang piutang antara Debitur dan
Kreditur di mana obyek pertanggungan adalah menjadi jaminan Bank,
sehingga klausula bukan merupakan standar yang pada umumnya
tercantum dalam Polis.
3. Pengecualian-pengecualian
Dalam setiap polis dengan kondisi apapun juga selalu terdapat bagian yang
mengandung pasal-pasal mengenai pengecualian. Dengan tegas polis ini
menentukan terhadap hal-hal apa saja terdapat pengecualian, apakah bencana
atau bahayanya, ataukah mengenai bendanya atau mengenai kerugian tertentu
yang dikecualikan dari perjanjian pertanggungan yang dimaksud.
4. Kondisi-kondisi.
Pada bagian polis ini dijelaskan tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban
para pihak baik penanggung atau tertanggung. Kondisi-kondisi termaksud,
biasanya mengenai :
Pembayaran premi
Pertanggungan-pertanggungan lain
Perubahan risiko
Kewajiban tertanggung bila terjadi peristiwa
Laporan kerugian
Ganti rugi
Kerugian atas barang
Ganti rugi pertanggungan rangkap
Pertanggungan di bawah harga
Laporan waktu
Taksiran harga dalam kerugian
28
Membayar premi
Memberikan mededelingsplidat
Mencegah agar kerugian dapat diatasi.
d) Hak Tertanggung
Menerima polis
Mendapat ganti kerugian jika terjadi peristiwa yang belum tentu terjadi
Hak-hak lain sebagai lawan dari kewajiban tertanggung.
2.10 Batal & Sanksi Asuransi
Suatu pertanggungan hakikatnya adalah suatu perjanjian maka ia dapat
pula diancam dengan risiko batal atau dapat dibatalkan apabila tidak memenuhi
syarat sahnya perjanjian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 PUH Perdata.
Selain itu KUHD mengatur tentang ancaman batal apabila dalam
perjanjian asuransi apabila :
1. Memuat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila tertanggung tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahuinya sehingga apabila hal itu
disampaikan kepada pebanggung akan berakibat tidak ditutupnya perjanjian
asuransi tersebut (Pasal 251 KUHD)
2. Memuat suatu kerugianyang sudah ada sebelum perjanjian asuransi
ditandatangani (Pasal 269 KUHD); memuat ketentuan bahwa tertanggung
dengan pemberitahuan melalui pengadilan membebaskan si penanggung dari
segala kewajibannya yang akan datang (Pasal 272 KUHD)
3. Terdapat suatu penipuan atau kecurangan si tertanggung (Pasal 282 KUHD)
4. Apabila obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan tidak
boleh diperdagangkan dan atas sebuah kapal baik kapal Indonesia atau akal
asing yang digunakan untuk mengangkut obyek pertanggungan menurut
peraturan perundang-undangan tidak boeh diperdagangkan (Pasal 599
KUHD).
Di dalam praktik dijumpai banyak sekali perusahaan yang bergerak di
bidang perasuransian. Ini menunjukkan bisnis asuransi merupakan bisnis yang
30
b. Obyek Pertanggungan
32
BAB III
STUDI KASUS
a. Invoice barang
b. Packing list
d. Menghukum tergugat untuk membayar buga sebesar 10 % per tahun dari nilai
pertanggungan Rp. 936.000.000,00 atau sama dengan Rp. 93.600.000,-
g. Menghukum turut Tergugat untuk tubduk dan patuh terhadap putusan dalam
perkara ini.
DALAM EKSEPSI :
MENGADILI SENDIRI :
DALAM EKSEPSI :
Hal tersebut dapat terlihat dengan jelas pada bagian pokok perkara untuk
pertimbangan-pertimbangan hukum putusan judex facti di halaman sampai
dengan halaman 5 putusan judex facti dimaksud sebagai berikut :
Dalam hal ini terlihat dengan jelas bahwa pertimbangan hukum putusan
judex facti tersebut dapat dikategorikan sebagai putusan judex facti onvoldoende
gemotiveerd karena pertimbangan hukum putusan judex facti dimaksud telah
dilakukan secara singkat, kabur dan tidak konkrit, di mana melalui pertimbangan
hukum yang singkat dan kabur itu diambil suatu kesimpulan untuk mengabulkan
dalil-dalil Termohon Kasasi (Pembanding) tanpa di dasari dan didukung oleh alat-
alat bukti yang memenuhi batas minimal pembuktian. Hal tersebut sangat berbeda
dengan pertimbangan-pertimbangan hukum yang terdapat di halaman 29 sampai
dengan halaman 35 putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
No.1301/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel., apabila Majelis Hakim Agung melihat dan
mencermati pertimbangan-pertimbangan hukum yang dibuat, di mana
pertimbangan-pertimbangan hukumnya dibuat dan dilakukan secara menyeluruh,
serta komprehensif dengan adanya penilaian dan pertimbangan alat-alat bukti
relevan lainnya;
Hal tersebut dapat terlihat jelas pada bagian pokok perkara untuk
pertimbangan-pertimbangan hukum putusan judex facti di halaman 5 sampai
dengan halaman 6 putusan judex facti dimaksud sebagai berikut :
tertulis dan keterangan para saksi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi I secara
tegas menyatakan sebagai berikut :
2. Bahwa Principle of Utmost Good Faith atau Uberrima Fides atau iktikad
baik merupakan prinsip paling hakiki dalam hukum asuransi yang
57
3. Bahwa apabila semua keterangan dan fakta material yang diberikan oleh
tertanggung tidak benar atau keliru atau tertanggung tidak memberikan
semua keterangan dan fakta material yang diketahuinya, maka
penanggung dapat membatalkan polis pertanggungan dan menolak semua
tuntutan klaim pertanggungan dari tertanggung jika ternyata di kemudian
hari semua keterangan dan fakta material yang disampaikan oleh
tertanggung berbeda dengan keadaan yang sebenarnya;
perjanjian itu tidak akan diadakan atau tidak diadakan dengan syarat-
syarat yang sama, bila penanggung mengetahui keadaan yang
sesungguhnya dari semua hal itu membuatpertanggungan itu batal;
5. Bahwa ketentuan Pasal 251 KUHD didasarkan atas suatu asas bahwa
tertanggung wajib memberitahukan segala sesuatu dengan sempurna
mengenai benda pertanggungan kepada penanggung supaya penanggung
dapat mengetahui dengan jelas risiko yang akan dipertanggungkannya.
Risiko ini erat kaitannya dengan klaim ganti kerugian yang akan menjadi
beban penanggung dimana berdasarkan kekeliruan, kesalahan dan kurang
lengkapnya pemberitahuan mengenai benda pertanggungan akan
mengakibatkan gambaran yang keliru, salah atau kurang sempurnanya
tentang berat ringannya risiko yang menjadi beban penanggung. Dengan
adanya gambaran risiko yang salah, keliru atau kurang sempurna akan
mengakibatkan kerugian bagi penanggung, dimana dengan kerugian
penanggung tersebut, tertanggung akan memperoleh keuntungan yang
tidak wajar;
3. Bahwa surat-surat yang dimiliki oleh KLM Sinar Bunga Perdana telah habis
masa berlakunya dan diragukan keabsahannya, serta tidak memenuhi
persyaratan Kelaiklautan Kapal sebagimana dimaksud dalam ketentuan Pasal
35, Pasal 36, Pasal 37, dan Pasal 38 Undang-Undang Nomor.21 tahun 1992
Tentang Pelayaran, seperti Sertifikat Keselamatan telah habis masa
berlakunya pada tanggal 19 Juni 2008 dan Sertifikat Radio yang akan
berakhir masa berlakunya pada tanggal 28 Juni 2008. Di samping itu, ternyata
pula surat atau dokumen daftar Pemeriksaan (Check List) dalam rangka
penerbitan SIB seharusnya ditandatangani sebelum pemberian Surat Ijin
Berlayar (SIB), tetapi daftar pemeriksaan (Check List) dalam rangka
Penerbitan SIB telah ditandatangani oleh Perwira Jaga/Pemeriksa dari
Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor
Administrator Pelabuhan Tanjung Emas Semarang pada tanggal 20 Juni 2008,
sedangkan Surat Ijin Berlayar (SIB) ditandatangani oleh Syahbandar
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang pada tanggal 19 Juni 2008;
MENGADILI :
- Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : PT. ASURANSI
RECAPITAL tersebut ;
- Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No.290/Pdt /
2010/PT.DKI tanggal 13 Desember 2010 yang membatalkan putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.1301/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel.
tanggal 03 Februari 2010;
MENGADILI SENDIRI :
DALAM EKSEPSI :
- Menolak eksepsi Tergugat tersebut;
DALAM POKOK PERKARA :
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
- Menghukum Termohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp.500. 000,- (lima ratus ribu rupiah);
BAB IV
PEMBAHASAN
67
Berdasarkan kasus yang dibahas merupakan jenis asuransi ganti rugi yaitu
terkait dengan asuransi pengangkutan barang. Sesuai dengan definisi asuransi
Pasal 246 KUH Dagang, dimana suatu perjanjian terdiri dari unsur-unsur yuridis
asuransi yaitu:
a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung, yaitu Bapak Zainuddin Anshori
b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang
(santunan) kepada pihak tertanggung, yaitu PT. Asuransi Recapital
c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya).
objek pertanggungan berupa 117 ( seratus tujuh belas) ton konstruksi beton
besi tower pemancar dengan nilai pertanggungan yang telah disepakati
antara kedua belah pihak yakni Rp. 936.000.000 ( Sembilan ratus tiga
puluh enam juta rupiah). Objek pertanggungan berupa konstruksi yang
akan diangkut dari pelabuhan searang dengan tujuan pelabuhan Jambi
Kalimantan Barat yang diangkut oleh KLM Sinar Bunga Perdana dengan
tanggal keberangkatan 24 Juni 2013. Pada tanggal 29 Juni 2008, KLM
Sinar Bunga Perdana tenggelam di perairan utara Karimun Jawa
sebagaimana laporan kecelakaan No GM.761/01/12 / Ad. Tg 2007 yang
dikeluarkan oleh Kepala Kantor Administrator Pelabuhan Tegal.
d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu. Akibat dari tenggelamnya KLM Sinar Bunga
perdana tersebut, pihak penggugat yakni pihak Bapak Anshori mengajukan
klaim asuransi sebesar nilai pertanggungan yang telah disepakati
sebelumnya yakni Rp. 936.000.000,00 sebagaimana surat yang telah
diajukan Pak Anshori selaku pihak tergugat tertanggal 12 Agustus 2008
kepada tergugat.
yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam
undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPerdata). Asas kebebasan berkontrak dapat
dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang berbunyi: Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.
Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para
pihak untuk:
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian;
2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
4. Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.
b. Pasal 1234 KUH Perdata yang menyebutkan : Penggantian biaya, rugi, bunga
karena tak dipenuhinya suatu perikatan , barulah mulai diwajibkan, apabila si
69
KUHPerdata yang intinya ialah si terhutang harus mengganti biaya dan kerugian
atas wanprestasi yang telah dilakukan. Tergugat sendiri telah melakukan
wanprestasi karena tidak memenuhi klaim penggugat padahal semua persyaratan
telah dipenuhi oleh penggugat.
Analisis Banding
Alasan Banding:
Menimbang bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat telah mengajukan Eksepsi
pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:
1. Bahwa gugatan Penggugat memiliki cacat formil error in persona dalam bentuk
plurium litis consortium, dimana gugatan Penggugat tidak lengkap (kurang pihak)
dalam menarik dan menempatkan Tergugat sebagai subyek gugatan dalam
gugatan Penggugat.
2. Bahwa Tergugat tidak pernah berhubungan dan menerima pengajuan
permohonan /permintaan penutupan pertanggungan/asuransi secara langsung dari
Penggugat yang biasanya dikategorikan sebagai direct business dalam industri
asuransi.
3. Bahwa Penggugat melakukan pengajuan permohonan/permintaan penutupan
pertanggungan/asuransi kepada PT. Ghanie Akbarindo Distributory yang
bergerak di bidang Insurance & Claims Consultans dan berkedudukan hukum di
Jalan Sindoro II No.32 Ungaran. Semarang 51507 melalui saudara Pramudita
yang bekerja sebagai Operational & Marketing Manager di Perusahaan tersebut.
4. Bahwa selanjutnya, Tergugat tidak pernah menerima pembayaran premi
pertanggungan /asuransi secara langsung dari Penggugat, tetapi Penggugat
membayar presmi pertanggungan tersebut kepada PT. Ghanie Akbarindi
Distributory sebagai perusahaan perantara asuransi independent melalui PT. Cahaya
Kalimantan Raya sebagai turut Tergugat setelah permohonan/permintaan
penuntupan pertanggungan /asuransi Penggugat diterima oleh PT.Ghanie Akbarindo
Distributory;
5. Bahwa PT. Ghanie Akbarindo merupakan jasa perantara asuransi
independent dan tidak mempunyai hubungan hukum mengikat atau perjanjian agen
asuransi dengan Tergugat sebagai penanggung;
71
DALAM EKSEPSI :
MENGADILI SENDIRI :
DALAM EKSEPSI :
tanggal 29 Juni 2008 jam 06.00 (P.3, T.4A). Oleh sebab itu sudah terdapat
konsistensi/kesesuaian antara dokumen hukum dan fakta keberangkatan, serta
kecelakaan terjadi dalam rentang waktu setelah perjanjian dibuat bukan sebelum
perjanjian dibuat.
Dijelaskan bahwa dalam polis asuransi tidak ada klausula yang tegas
menyatakan bahwa tanggal keberangkatan sebagai syarat esensial yang dapat
dijadikan alasan batalnya klaim asuransi dari pihak Penggugat/Termohon Kasasi.
Lagi pula kecelakaan terjadi setelah para pihak mengadakan/menandatangani
perjanjian, yaitu tanggal 23 Juni 2008 dan kecelakaan laut terjadi pada tanggal 29
Juni 2008. Informasi keberangkatan kapal tanggal 19 Juni 2008 diperoleh
Pemohon Kasasi/Tergugat/pihak asuransi dari Termohon Kasasi secara lisan (P.8).
Tetapi dokumen-dokumen menyebutkan bahwa kapal berangkat tanggal 24 Juni
2008 dan dibenarkan oleh Kepala Administrasi Pelabuhan Tegal, sehingga tidak
terdapat perbedaan faktual antara dokumen hukum dan fakta keberangkatan. Oleh
sebab itu secara hukum tidak dapat dibenarkan jika setelah kecelakaan terjadi tiba-
tiba Pemohon Kasasi/Tergugat menggunakan Pasal 251 KUHD yang intinya
memuat norma bahwa perjanjian dilaksanakan dengan iktikad baik;
Termohon Kasasi justru beriktikad tidak baik melaksanakan perjanjian
asuransi ini karena setelah kecelakaan terjadi tiba-tiba mempersoalkan tanggal
keberangkatan kapal padahal tidak ada satu pasal pun dalam perjanjian asuransi
yang menyatakan bahwa kebenaran tanggal keberangkatan kapal adalah syarat
esensial yang manakala terjadi ketidaksesuaian dapat berakibat batalnya
perjanjian, sehingga mengusulkan agar permohonan kasasi yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi/ Tergugat ditolak.
Sehingga mengakibatkan bahwa oleh karena permohonan kasasi (PT
ASURANSI RECAPITAL) di kabulkan, dan Termohon Kasasi/Penggugat (Bapak
Zainuddin Anshori) berada di pihak yang kalah, maka harus dihukum untuk
membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk
memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan dan
kehilangan keuntugan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat
dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).
- Pada analisis kasus yaitu Bp. Zainuddin Anshori mengajukan perkara
pedata terhadap PT. ASURANSI RECAPITAL bahwa tergugat mengetahui
persis bahwa kapal tidak berangkat pada tanggal 19 juni 2008 ditambah
pula dari keterangan Kepala Kantor Administrasi Tegal yang jelas jelas
menyebutkan bahwa kapal berangkat dari pelabuhan tanjung emas tanggal
24 juni 2008. Sehingga dalil tergugat menyatakan menolak klaim sebelum
penandatanganan polis asuransi adalah alasan yang tidak dapat diterima.
Pihak penggugat telah melakukan wanprestasi terbukti benar. Karena
menurut pasal 1239 KUHPerdata dan pasal 1243 KUHPerdata yang
intinya ialah si terhutang harus mengganti biaya dan kerugian atas
wanprestasi yang telah dilakukan. Tergugat sendiri telah melakukan
wanprestasi karena tidak memenuhi klaim penggugat padahal semua
persyaratan telah dipenuhi oleh penggugat.
- Namun pihak tergugat yakni pihak asuransi sendiri tidak dapat menerima
putusan hukum yang telah diputuskan oleh Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan. Oleh karena itu, pihak tergugat mengajukan banding, dengan
beberapa pertimbangan gugatan. Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi
DKI Jakarta No.290/Pdt /2010/ PT.DKI tanggal 13 Desember 2010 yang
membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
No.1301/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel. tanggal 03 Februari 2010; dan
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : PT. ASURANSI
RECAPITAL
77
5.2 Saran
Kasus ini dapat terjadi oleh karena adanya itikad baik dari salah satu pihak
yang melakukan sesuatu perikatan perjanjian berasaskan kebebasan berkontrak.
Oleh karena itu perlu adanya itikad baik dari kedua belah pihak yang melakukan
suatu perjanjian dengan berasaskan kebebasan berkontrak agar kasus seperti ini
tidak terjadi.
1. Bagi pihak penggugat yaitu bapak Anshori lebih terbuka dan komunikatif
mengenai kasus klaim asuransi yang sedang dihadapi terhadap PT. Asuransi
Recapital, sehingga meminimalisir kesalahpahaman.
2. Bagi pihak ketiga yakni PT.Cahaya Kalimantan Raya selaku perusahaan yang
bergerak dibidang pelayaran agar dapat mengikuti prosedur Surat Izin
Berlayar agar tidak ada pihak yang dirugikan.
3. Bagi pihak PT. Asuransi Recapital diharapkan untuk memperjelas klausul
dengan pemegang polis.
78
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja, S.H., S.U,. 2013. Hukum Asuransi.
Penerbit P.T. Alumni : Bandung.
Dr. H. Zainal Asikin, S.H., SU. 2013. Hukum Dagang. PT Rajagrafindo Persada :
Depok.
Dr. Nina Nurani, S.H., M.Si., 2009. Cetakan IV. Hukum Bisnis : Suatu Pengantar.
CV Insan Mandiri : Bandung.
Dr. Sri Rejeki Hartono, S.H. 1995. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi.
Sinar Grafika : Jakarta.