You are on page 1of 11

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Pada

Sistem Kardiovaskuler : Demam Rematik

A. Konsep Dasar Medik


1. Pengertian
Demam reumatik adalah suatu proses radang akut yang didahului oleh infeksi kuman
streptokokus beta hemolitikus grup A di tenggorokan dan mempunyai ciri khas yaitu
cenderung kambuh.

Demam reumatik ialah sindrom klinis sebagai akibat infeksi beta-Streptokokus


hemolitycus grup A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans
akut, karditis, khorea, nodul subkutan dan eritema marginatum.

2. Anatomi Fisiologi

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot.


Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena dilihat dari bentuk dan susunannya
sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya merupai otot polos yaitu diluar
kemauan kita (dipengaruhi syaraf otonom).
Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul(pangkal janntung) disebut basis
codis. Disebelah bawah agak runcing disebut apeks cordis. Di dalam rongga dada
sebelah depan (cavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan
rongga dada, diatas diafragma dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta
V dan VI dua jari dibwah papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya pukulan
jantung yang disebut iktus cordis.
Selaput yang mem bunkus selaput jantung disebut perikardium . Yang terdiri dari dua
lapisan:

Perikardium fibrosa ; lapisan luar yang melekat pada tulang dada, diafragma
dan pleura.
Perikadium serosa ; lapisan dalam dari perikardium.
Perikardium serosa terdiri dari dua lapisan;

Lapisan parietalis, yaitu lapisan yang melekat pada peikardium fibrosa.


Lapisan viseralis, yaitu lapisan yang melekat pada jantung yang disebut
epikardium.
Diantara dua lapisan terdapat rongga yang disebut dengan rongga
perikardium yang berisi cairan pericardium yang berfungsi mengurangi
gesekan yg timbul akibat gerak jantung saat memompa.

Lapisan-lapisan jantung

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan:

Lapisan luar disebut epicardium/ perikardium viseralis.


Lapisan tengah merupakan berotot, disebut miokardium.
Lapisan dalam disebut endokardium.

Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum intratrial,
ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum interventrikular. Dinding atrium
relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena yang membawa darah kembali ke
jantung. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah
dari seluruh jaringan kecuali paru-paru. Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung,
berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri
menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah teroksigenasi dari
paru-paru.Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung
menuju arteri yang membawa darah meninggalkan jantung. Ventrikel kanan terletak di
bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui
trunkus pulmonar dan mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-paru. Ventrikel kiri
terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya 3 kali tebal dinding
ventrikel kanan darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke
seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
Katup trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup bikuspid
yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri. katup semilunar aorta dan pulmonary
terletak di jalur keluar ventrikular jantung sampai ke aorta ke trunkus pulmonar.

Katup bikuspid Katup aorta


Sistem pengaturan jantung :
a. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar impuls
dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung.
b. Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang
terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava
superior. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu
jantung.
c. Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan
detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventrikular.
d. Berkas A-V berfungsi membawa impuls di sepanjang septum interventrikular menuju
ventrikel (Ethel, 2003: 231-232).
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole)
jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan
perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang
mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui
ruang-ruang dan masuk ke arteri.
Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan dapat didengar
melalui stetoskop. Lup mengacu pada saat katup A-V menutup dan dup mengacu
pada saat katup semilunar menutup.
Bunyi ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung saat
darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar jika bunyi jantung
diperkuat melalui mikrofon.
Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang berkaitan
dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup seperti
penyempitan (stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang tidak
sesuai yang memungkinkan aliran balik darah (Ethel, 2003: 235).
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit.
Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya kurang lebih 5
L per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.

3. Etiologi

Streptococcus -hemolyticus grup A merupakan agen pencetus yang menyebabkan


terjadinya demam reumatik akut.
Faktor predisposisi demam reumatik antara lain :
a. Terdapat riwayat demam reumatik dalam keluarga
b. Umur
DR sering terjadi antara umur 5 15 tahun dan jarang pada umur kurang dari 2
tahun.
c. Keadaan sosial
Sering terjadi pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi kurang, perumahan
buruk dengan penghuni yang padat serta udara yang lembab, dan gizi serta
kesehatan yang kurang baik.
d. Serangan demam rematik sebelumnya.
Serangan ulang DR sesudah adanya reinfeksi dgn Streptococcus beta hemolyticus
grup A sering terjadi pada anak yang sebelumnya pernah mendapat DR.
4. Patogenesis
Belum jelas apa yang menghubungkan infeksi streptokokus di tenggorokan dengan
demam reumatik. Yang pasti adalah sterptokokus tidak menjalar dari tenggorokan ke
jantung atau sendi-sendi.

Demam reumatik di mulai dengan infeksi tenggorokan oleh kuman sterptokokus beta-
hemolytikum grup A dan umumnya dibutuhkan waktu 2-3 minggu sampai timbul
gejala-gejala demam reumatik.

Demam reumatik dinyatakan sebagai penyakit autoimun. Streptokok diketahui dapat


menghasilkan kurang lebih 20 produk ekstrasel; diantaranya yang penting ialah
streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, stretptokinase, difosforidin dan masih ada
beberapa lagi. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya antibodi. DR diduga
merupakan akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa produk ini.
Kaplan mengemukakan hipotesis tentang adanya reaksi silang antibodi terhadap
streptokokbdengan otot jantung yang mempunyai susunan antigen mirip antigen
streptokok; inilah penyebab reaksi autoimun.

5. Tanda dan Gejala

Kriteria Jones (1965) digunakan untuk membuat diagnosis demam reumatik.


Kriteria Mayor* Kriteria Minor

Karditis Demam

Poliartritis migrans Artralgia

Eritema marginatum Kenaikan reaktan fase akut (LED, PCR)

Khorea Interval P-R memanjang pada EKG

Nodulus Subkutan
Plus

Bukti adanya infeksi streptococcus grup A sebelumnya

Dua kriteria mayor atau satu criteria mayor dan dua kriteria minor plus bukti adanya
infeksi streptococcus sebelumnya, dan sangat mungkin menunjukkan demam reumatik.

a. Kriteria Mayor
1. Karditis
Karditis adalah satu-satunya sisa demam reumatik akut yang mengakibatkan perubahan
kronik. Karditis berupa peradangan aktif endokardium, miokardium, dan perikardium.
Bila mengenai ketiga-tiganya disebut pankarditis. Gejala dini karditis adalah pucat,
lesu, dan cepat lelah. Karditis merupakan gejala mayor terpenting karena karditis akan
meninggalkan gejala sisa berupa kerusakan katup jantung (dapat sembuh sempurna
tetapi meninggalkan kelainan katup yang menetap). Karditis demam reumatik mungkin
ringan atau amat berat, menyebabkan gagal jantung yang berlarut-larut. Penderita ini
biasanya mengalami keterlibatan miokardium dan insufisiensi katup yang berarti.
Karditis terjadi pada 40-80% penderita demam reumatik.
Gejala Karditis :
a) Bunyi jantung pertama yang melemah dan terdengar irama derap
b) Terdengarnya bising sistolik apikal, bising mid-diastolik (keduanya disebut bising
Carey Coombs).
c) Kardiomegali yang diketahui dari pemeriksaan fisik maupun foto polos dada.
d) Perikarditis dengan keluhan nyeri dada, didapatkannya friction rub. Ada efusi
perikardium dapat diketahui dari EKG, foto dada dan ekokardiogram.
e) Adanya gagal jantung kongestif tanpa sebab lain.
f) Gambaran EKG pada DR/PJR dapat menunjukkan berbagai kelainan sesuai dengan
kelainan jantungnya. Tetapi tidak jarang mula-mula EKG normal, baru terlihat
kelainan setelah diulang, Pemeriksaan foto rontgen dada membantu dalam
menegakkan diagnosis.

2. Poliartritis migrans
Berupa peradangan sendi lebih dari satu, bersama-sama atau berganti-gantian dan
berpindah-pindah. Terutama menyerang sendi besar; siku, lutut, pergelangan kaki, dan
pergelangan tangan dengan tanda-tanda radang (bengkak, merah, panas sekitar sendi,
nyeri dan terjadi gangguan fungsi). Rasa nyeri begitu hebat sampai jika tersentuh
sedikit, pasien tidak tahan. Poliartritis tidak menyebabkan penyakit sendi kronis.
Sesudah diberikan antiradang, artritis mungkin hilang dalam 12-24 jam. Jika tidak
diobati, artritis dapat menetap selama seminggu atau lebih. Derajat artritis tidak ada
hubungan dengan beratnya karditis.
3. Khorea Sydenham
Khorea sydenham atau korea minor atau St Vitus` dance suatu bagian unik sindrom
demam reumatik, terjadi jauh lebih lambat daripada manifestasi lain. Periode laten
pasca-faringitis streptococcus dapat selama beberapa bulan, dan gerakan sering amat
sukar utnuk dideteksi pada permulaannya. Khorea merupakan gerakan cepat, bilateral,
tidak terkendali, dan tanpa tujuan. Sering disertai kelemahan otot. Hal ini sering
dijumpai pada anak wanita sebelum masa pubertas. Korea dapat terjadi pada stadium
aktif maupun stadium inaktif dan 5% kasus DR merupakan gejala tunggal. Dapat
ditemukan berkali-kali pada satu anak tanpa manifestasi lainnya.
Gambaran klinis khorea :
a) Gerakan-gerakan tidak terkendali pada ekstrimitas, muka dan kerangka tubuh.
Gerakan hanya dapat diatasi sementara, dapat dibangkitkan atau diperhebat oleh
emosi dan menghilang pada waktu tidur. Indikasi pertama anak sering menjatuhkan
barang atau tulisan mendadak menjadi buruk. Gerakan terasa khas jika berjabatan
tangan. Dapat terjadi gangguan bicara atau gerakan-gerakan otot muka yang disebut
society smile. Jika lidah dijulurkan akan terlihat tremor. Terdapat kelainan refleks
patela, jika diketuk dan terjadi pada saat bersamaan dengan gerakan khorea, tungkai
perlahan-lahan kembali ke posisi semula.
b) Hipotonia akibat kelemahan otot
Terlihat khas dengan tangan yang lurus sedangkan pergelangan tangan sedikit fleksi
dan sendi metakarpofalangeal dalam hiperekstensi. Jika hipotonia hebat anak tidak
dapat berdiri.
c) Inkoordinasi gerakan dapat terlihat jelas atau samar-samar, dapat dilihat jika anak
disuruh mengambil uang logam yang dijatuhkan, maka akan mengalami kesulitan.
d) Gangguan emosi hampir selalu ada bahkan merupakan gejala dini. Anak menjadi
murung,mudah tersinggung, kelihatan bingung.
4. Eritema Marginatum
Ruam unik yang ditemukan pada penderita demam reumatik merupakan manifestasi
mayor lain yang sukar didiagnosis. Eritema ini sangat jarang terjadi. Walaupun pada
awal penyakit eritema ini mungkin nampak sebagai makula merah muda non-spesifik
yang biasanya ditemukan pada badan, berbentuk cincin pucat di tengahnya, pinggirnya
berbatas tegas, tidak gatal tanpa indurasi, berpindah-pindah terutama di dada dan
ekstrimitas (tidak pernah dimuka). Sering terjadi pada wanita dengan karditis kronis.
5. Nodulus Subkutan
Berupa benjolan kecil yang terletak di bawah kulit, tidak keras dan tidak terasa sakit,
mudah digerakkan, berukuran 3-10 mm. Umumnya terdapat pada daerah ekstensor
persendian terutam di siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki, daerah oksipital dan di
atas prosesus spinosus vertebra torakilis dan lumbalis. Nodul ini timbul beberapa
minggu setelah serangan akut demam reumatik. Dengan steroid nodul subkutan cepat
menghilangkan. Nodul subkutan sering dianggap sebagai tanda prognosis yang buruk
karena sering disertai karditis berat.
b. Kriteria Minor
Manifestasi minor jauh kurang spesifik tetapi diperlukan untuk memperkuat diagnosis
demam reumatik. Kriteria minor ini meliputi :
1. Demam
Demam mungkin ada.
2. Artralgia
Artralgia muncul jika penderita merasa tidak enak pada sendi ketika tidak ada tanda-
tanda objektif (misalnya nyeri, merah, hangat) pada pemeriksaan fisik.
3. Reaktan fase akut seperti LED atau protein C-Reaktif
LED dan Protein C-Reaktif mungkin naik. Uji ini mungkin naik untuk masa waktu
yang lama (berbulan-bulan) dan digunakan sebagai pedoman untuk mengubah dosis
obat-obat antiinflamasi.
4. Pemajangan interval P-R pada EKG
Ini juga termasuk pada kriteria minor, dan merupakan tanda non spesifik.

6. Klasifikasi
Stadium demam reumatik :
1. Stadium I
Stadium ini berupa adanya infeksi saluran napas bagian atas oleh kuman
Streptococcus -hemolyticus golongan A, dengan keluhan demam, batuk,sakit
menelan, kadang disertai muntah atau diare. Pada pemeriksaan tonsil terdapat eksudat
dan tanda-tanda peradangan lainnya. Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4 hari dan
dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Terjadinya infeksi ini 10-14 hari sebelum
serangan demam reumatik.

2. Stadium II
Disebut periode laten; ialah masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan
gejala demam reumatik. Biasanya dalam waktu 1-3 minggu, kecuali khorea yang
dapat timbul dalam 6 minggu atau beberapa bulan kemudian.

3. Stadium III
Ialah fase akut demam reumatik, saatnya timbul berbagai manifestasi klinis demam
reumatik. Gejala tersebut ialah gejala minor dan mayor. Gejala minor berupa gejala
peradangan umum denga didapatkannya demam tidak begitu tinggi, lesu, lekas
tersinggung, berat badan menurun, anoreksia. Anemia dijumpai sebagai akibat
tertekannya sistem eritropoietik, bertambahnya volume plasma, memendeknya umur
eritrosit dan adanya epitaksis. Artralgia terutama setelah latihan dan bertambah parah
jika dikompres panas. Terdapat juga keluhan sakit perut yang menjadi berkurang jika
diberi salisilat.

4. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif, Pada fase ini pasien DR/PJR mengalami reaktivitas
penyakitnya. Penyakit demam reumatik mempunyai beberapa gejala yang secara
garis besar dibagi menjadi gejala mayor dan minor.

7. Komplikasi
a. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya
sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic
termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang
berlebihan, biasanya karena kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri
seperti proses inflamasi atau gabungan kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis
dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala
(simptomatik) dan yang paling penting mengobati penyakit primer.

b. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang
yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah : Peningkatan LED, meningkatnya C-reaktif protein,
Lekositosis, nilai hemoglobin dapat rendah.
b. Pemeriksaan bakteriologi : Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan
adanya streptococcus.
c. Pemeriksaan serologi : Diukur titer ASTO (positif antistretolysin titer O),
astistreptokinase, anti hyaluronidase (meningkatnya anti hyaluronidase), Positif
stretozyme positif anti uji DNAase B.
d. Pemeriksaan radiologi: Elektrokardiogram yang menunjukkan aritmia E,
ekokardiografi untuk menunjukkan pembesaran jantung dan lesi. Foto rontgen
untuk menunjukkan kardiomegali.
9. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari :
a. Istirahat
Bergantung pada ada tidaknya dan berat serta ringannya karditis.
b. Eradikasi kuman streptokokus
Untuk negara berkembang WHO menganjurkan penggunaan benzatin penisilin.
Bila alergi terhadap penisilin digunakan eritromisin 20 mg/kg BB 2 kali sehari
selama 10 hari.
c. Penggunaan obat anti inflamasi bergantung pada terdapatnya dan beratnya karditis.
Prednison hanya digunakanpada kaeditis dengan kardiomegali atau gagal jantung.
d. Pengobatan suportif, berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin (terutama
vitamin C) dan pengobatan terhadap komplikasi. Bila dengan pengobatan dan
medikamentosa gagal, perlu dipertimbangkan tindakan operasi pembetulan katup
jantung.
Demam reumatik mempunyai kecenderungan untuk terjadi serangan ulang, maka
perlu diberikan pengobatan pencegahan (profilaksis sekunder), dengan memberikan
benzatin penisilin oral 2 x 200.000 U/hari. Jika alergi terhadap obat tersebut dapat
diberikan sulfadiazin 1000 mg/hari untuk anak 12 tahun ke atas, dan 500 mg/hari
untuk anak 12 tahun ke bawah. Lama pemberian profilaksis sekunder bergantung
pada ada tidaknya dan beratnya karditis. Bagi yang berada di dalam lingkungan yang
mudah terkena infeksi streptococcus dianjurkan pemberian profilaksis seumur hidup.
Keberhasilan pengobatan sangat tergantung pasien dan orang tuanya. Oleh karena itu,
penyuluhan terhadap pasien dan orang tua merupakan bagian terpenting terutama
penjelasan keadaan pasien dan ketaatan melaksanakan profilaksis sekunder.
Penanganan demam reumatik adalah sebagai berikut :
a. Artritis tanpa kardiomegali
Istirahat baring 2 minggu, rehabilitasi 2 minggu, obat-obatan antiinflamasi,
eradikasi dan profilaksi. Anak dapat beraktivitas setelah 4 minggu perawatan.
b. Artritis + karditis tanpa kardiomegali
Tirah baring 4 minggu, mobilisasi bertahap selama 4 minggu, pengobatan. Anak
dapat beraktivitas setelah 8 minggu perawatan.
c. Karditis + kardiomegali
Tirah baring 6 minggu, mobilisasi 6 minggu, pengobatan. Anak dapat beraktivitas
setelah 12 minggu perawatan, namun olahraga terbatas dan hindari olahraga berat
dan kompetitif.
d. Karditis + kardiomegali + gagal jantung
Tirah baring selama ada gagal jantung, mobilisasi bertahap selama 12 minggu,
pengobatan Anak dapat beraktivitas setelah 12 minggu perawatan dan gagal
jantung teratasi, olahraga dilarang.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Lakukan pengkajian fisik rutin
b.Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai bukti-bukti infeksi streptokokus
antesenden.
c. Observasi adanya manifestasi demam rematik.
1) Data subyektif
a) rasa lelah
b) pucat
c) anoreksia
d) demam bersifat remiten
e) antralgia
f) nyeri abdomen
g) nausea
h) muntah.
2) Data obyektif
a) karditis meliputi takikardi
b) disritmia, bising patologis
c) adanya kardiomegali secara radiology yang makin lama makin
membesar
d) adanya gagal jantung
e) tanda perikarditis.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi
myocardium.
2. suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi penyakit.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Rencana Keperawatan
DP 1 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi
myocardium.
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung.
Intervensi & Rasional
1. Mengkaji status jantung
2. Observasi adanya tanda-tanda hipokalemia
3. Beri obat-obatan untuk menurunkan afterload sesuai instruksi dapat
meningkatkan curah jantung
4. Kaji tanda- tanda toksisitas digoksin (mual, muntah, anoreksia,
bradikardia, disritmia)
5. Beri digoksin sesuai instruksi, dengan menggunakan kewaspadaan yang
sudah ditentukan untuk mencegah toksisitas.
6. Jamin masukan kalium yang adekuat

7. Penurunan kadar kalium serum akan meningkatkan toksisitas digoksin

DP 2 Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi


penyakit.
Tujuan : Suhu tubuh normal (36 37 C)
Intervensi & Rasional
1. Kaji saat timbulnya demam
2. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, TD, pernafasan setiap 3 jam, tanda-
tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadan umum klien
3. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
4. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan
5. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut
tidak dilakukan.
6. Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 3 liter/hari dan
jelaskan manfaatnya, Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
cairan tubuh meningkat, sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak
7. Berikan kompres hangat dan anjurkan memakai pakaian tipis, Kompres
akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan dapat
membantu meningkatkan penguapan panas tubuh
8. Berikan antipiretik sesuai dengan instruksi Dapat diidentifikasi pola/tingkat
demam, Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat
meregulas suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal

9. Penjelasan tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu mengurangi


kecemasan klien dan keluarga
10. Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebih
kooperatif, Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan
klien di RS

DP 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,


anoreksia.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan yang telah
disediakan.
Intervensi Rasional
1. Kaji faktor-faktor penyebab, Penentuan factor penyebab, akan menentukan
intervensi/ tindakan selanjutnya
2. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup, Meningkatkan pengetahuan klien dan
keluarga sehingga klien termotivasi untuk mengkonsumsi makanan
3. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah
teruskan, Menghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan
4. Lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah, Bau yang tidak enak pada
mulut meningkatkan kemungkinan muntah
5. Ukur BB setiap hari, BB merupakan indikator terpenuhi tidaknya kebutuhan
nutrisi
6. Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien, Mengetahui jumlah asupan /
pemenuhan nutrisi klien

DP 4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.


Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan memberi rentang nyeri (1-10),
tetapkan tipe nyeri dan respon pasien terhadap nyeri yang dialami, respon
individu terhadap nyeri berbeda dan bervariasi
2. Kaji factor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri, Reaksi
pasien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai factor
3. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang,
Mengurangi rangsang nyeri akibat stimulus eksternal
4. Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasian dari rasa
nyeri (libatkan keluarga), Dengan melakukan aktifitas lain, klien dapat sedikit
melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami
5. Berikan kesempatan pada klien untuk berkomunikasi dengan teman/ orang
terdekat, Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat/teman membuat
pasien gembira / bahagia dan dapat mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri
6. Berikan obat-obat analgetik sesuai instruksi Untuk mengetahui berapa
tingkat nyeri yang dialami, Mengurangi nyeri dengan efek farmakologik

You might also like