Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilitas dan aktivitas adalah hal yang vital bagi kesehatan total lansia
sehingga perawat harus banyak memiliki pengetahuan dalam pengkajian dan
intervensi muskuloskeletal. Perawat memainkan dua peranan penting. Pertama,
mempraktikkan promosi kesehatan jauh sebelum berusia 65 tahun dapat menunda
dan memperkecil efek degeneratif dari penuaan. Penyakit muskuloskeletal bukan
merupakan konsekuensi penuaan yang tidak dapat dihindari dan karenanya harus
dianggap sebagai suatu proses penyakit spesifik, tidak hanya sebagai akibat dari
penuaan.
Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit otoimun sistemik yang
menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh peradangan
sinovium yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan
berjalannya waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi
dan kerusakan total sendi.
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan
tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik.
Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3
sampai 2,1 persen). Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan
perbandingan wanita dan pria sebesar 3 : 1.7 Perbandingan ini mencapai 5:1 pada
wanita dalam usia subur. Artritis Reumatoid menyerang 2,1 juta orang Amerika,
yang kebanyakan wanita. Serangan pada umumnya terjadi di usia pertengahan,
nampak lebih sering pada orang lanjut usia. 1,5 juta wanita mempunyai artritis
reumatoid yang dibandingkan dengan 600.000 pria.
Penanganan medis pasien dengan artritis reumatoid pada lansia bergantung
pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok mana
yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dapet
mempergunakan agens antiinflamasi, obat yang dipilih adalah aspirin.
2
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Reumatik
2. Jenis-jenis Reumatik
3. Pengertian Artritis Reumatoid
4. Etiologi Artritis Reumatoid
5. Patofisiologi Artritis Rematoid
6. Manifestasi Klinik Artritis Rematoid
7. Penatalaksanaan Artritis Rematoid
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Reumatik
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Reumatik
3. Untuk Mengetahui Pengertian Artritis Reumatoid
4. Untuk Mengetahui Etiologi Artritis Reumatoid
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Artritis Rematoid
6. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik Artritis Rematoid
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Artritis Rematoid
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
REUMATIK
A. Definisi Reumatik
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism (Encok) , arthritis (radang
sendi) ada 3 jenis arthritis yang paling sering diderita adalah osteoarthritis
,arthritis goud, dan rheumatoid artirtis yang menyebabkan pembengkakan
benjolan pada sendi atau radang pada sendi secara serentak.(utomo.2005:60).
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yangdikarakteristikkan
oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya,
2011). Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2 bagian, yang pertama
diuraikan sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangkapendukung
(supporting framework) tubuh dan organ-organ internalnya. Antara penyakit yang
dapat digolongkan dalam golongan ini adalah osteoartritis, gout, danfibromialgia.
Golongan yang kedua pula dikenali sebagai penyakit autoimun karenaia terjadi
apabila sistem imun yang biasanya memproteksi tubuh dari infeksi danpenyakit,
mulai merusakkan jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakityang dapat
digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis,spondiloartritis, lupus
eritematosus sistemik dan skleroderma. (NIAMS, 2008).
Berdasarkan defenisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa penyakit
Reumatik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh peradangan pada
persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan deformitas serta
menyebabkan jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang akhirnya semakin
lama akan semakin parah.
B. Jenis-jenis Reumatik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non artikular .
Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang
berlokasi pada persendian diantarannya meliputi arthritis rheumatoid,
4
osteoarthritis dan gout arthritis. Rematik non artikular atau ekstra artikular yaitu
gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian diantaranya
bursitis,fibrositis dan sciatica(hembing,2006 dalam Iwayan:9).
Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu :
1. Osteoartritis.
2. Artritis rematoid.
3. Olimialgia Reumatik.
4. Artritis Gout (Pirai).
1) Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak
pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
2) Artritis Rematoid
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat
juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3) Olimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan
panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun
ke atas.
4) Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari
pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada
wanita biasanya mendekati masa menopause.
ATRITIS RHEMATOID
C. Pengertian
5
D. Etiologi
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu :
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering
dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan
6
E. Patofisiologi
Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis artritis reumatoid
terjadi akibat rantai peristiwa imunologis sebagai berikut : Suatu antigen
penyebab artritis reumatoid yang berada pada membran sinovial, akan diproses
oleh antigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel
sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekspresi
determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang telah diproses akan
dikenali dan diikat oleh sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-DR yang
terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks
trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang
dibebaskan oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
aktivasi sel CD4+.
7
b. Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila antigen penyebab
dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada artritis reumatoid,
antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian,
sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak terhentinya
destruksi persendian pada artritis reumatoid kemungkinan juga disebabkan oleh
terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi
terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien artritis
reumatoid. Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen atau mengalami
agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan
kompleks imun juga menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang
menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik
serta aktivasi jalur asam arakidonat.
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan
kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang
paling destruktif dalam patogenesis artritis reumatoid. Pannus merupakan jaringan
granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan
berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan
sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai
kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan.
9
10
F. Manifestasi Klinik
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit
ini akan berkembang menjadi empat tahap :
1. Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan
kelebihan produksi cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat
merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.
2. Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat.
Pasien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas
sendi.
3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan
penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas.
Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat
mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang
meluas dan luka pada jaringan lunak seperti medula-nodula mungkin
terjadi.
11
Rheumatoid Arhtritis (RA) saat ini belum ada obatnya, kecuali dibebabkan
oleh infeksi. Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya. Tujuan
pengobatan yang dilakukan adalah untuk mengurangi nyeri, mengurangi
terjadinya proses inflamasi pada sendi, memelihara, dan memperbaiki fungsi
sendi dan mencegah kerusakan tulang (Brunner&Suddarth, 2002).
12
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Mengkombinasikan beberapa tipe pengobatan dengan menghilangkan
nyeri. Obat anti infalamasi yang dipilih sebagai pilihan pertama adalah aspirin
dan NSAIDs dan pilihan ke dua adalah kombinasi terapi terutama
Kortikosteroid (Bruke&Laramie, 2000). Pada beberapa kasus pengobatan
bertujuan untuk memperlambat proses dan mengubah perjalanan penyakit dan
obat-obatan yang digunakan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
(Williams&Wilkins, 1997).
Pengobatan dengan Aspirin dan Asetaminofen diberikan untuk
menghindari terjadinya infalamasi pada sendi dan menggunakan obat
NSAIDs untuk menekan prostaglandin yang menyebabkan timbulnya
peradangan dan efek samping obat ini adalah iritasi pada lambung
(Meiner&Leuckenotte, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh
Gotzsche&Johansen (1998), penggunaan obat ini dapat menurunkan ambang
nyeri mencapai 0.25% sampai dengan 2.24%, tetapi obat ini mempunyai
suatu efek lebih besar dibanding anti inflamatori selama penggunaan jangka
panjang.
Pemberian kortikosteroid digunakan untuk mengobati gejala Rheumatoid
Arthritis saja seperti nyeri pada sendi, kaku sendi pada pagi hari, lemas, dan
tidak nafsu makan. Cara kerja obat Kortokosteroid dengan menekan sistem
kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada penderita berkurang
(Handono&Isbagyo, 2005). Efek samping jangka pendek menggunakan
Kortikosteroid adalah pembengkakan, emosi menjadi labil, efek jangka
panjang tulang menjadi keropos, tekanan darah menjadi tinggi, kerusakan
arteri pada pembuluh darah, infeksi, dan katarak. Penghentian pemberian obat
ini harus dilakukan secara bertahap dan tidak boleh secara mendadak
(Bruke&Laramie, 2000)
13
b. Terapi Komplementer
1) Menggunakan obat-obatan dari herbal. Brithis Journal of Clinical
Pharmacology melaporkan hasil penelitian menyatakan bahwa 82 %
lansia dengan Rheumatoid Arhtritis mengalami perbedaan nyeri dan
pembengkakan dengan menggunakan obat-obatan dari herbal
(Eliopoulus, 2005). Beberapa jenis herbal yang bisa membuat
mengurangi dan menghilangkan nyeri pada Rheumatoid Arhtritis
misalnya jahe dan kunyit, biji seledri, daun lidah buaya, aroma terapi,
rosemary, atau minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada
sendi (Syamsul, 2007).Accupresure. merupakan latihan untuk
mengurangi nyeri pada Rheumatoid Arthritis.
2) Accrupresure memberikan tekanan pada alur energi disepanjang jalur
tubuh. Tekanan yang diberikan pada alur energi yang terkongesti untuk
memberikan kondisi yang sehat pada penderita ketika titik tekanan di
sentuh, maka dirasakan sensasi ringan dengan denyutan di bawah jari-
jari. Mula-mula nadi dibeberapa titik akan terasa berbeda, tetapi karena
terus-menerus dipegang nadi akan menjadi seimbang, setelah titik
tersebut seimbang dilanjutkan dengan menggerakan nadi-nadi tersebut
dengan lembut (Syamsul, 2007).
3) Relaxasi Progresive. Dapat diberikan dengan pergerakan yang
dilakukan pada keseluruhan otot, trauma otot extrim secara berurutan
dengan gerakan peregangan dan pelemasan. Realaxasi progresiv
dilakukan secara berganitan. Terapi ini memilki tujuan untuk
mengurangi ketegangan pada otot khususnya otot-otot extremitas atas,
bawah, pernapasan, dan perut serta melancarkan sistem pembuluh
darah dan mengurangi kecemasan penderita (Syamsul, 2007).
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
a. Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
b. Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
a. Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
3. Integritas ego
a. Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).
4. Makanan/ cairan
a. Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah.
b. Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa
5. Hygiene
a. Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan.
6. Neurosensori
18
a. Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
b. Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
a. Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
a. Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan
rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan
membran mukosa.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Gangguan bodi image
4. Kurang perawatan diri
5. Kurang pengetahuan
C. Intervensi
1. Diagnosa keperawatan
Nyeri (akut)
Berhubungan dengan:
aden pencedera: distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses
inflamasi destruksi sendi
ditandai dengan:
keluhan nyeri atau ketidaknyamanan, kelelahan.
Berfokus pada diri atau penyempitan fokus
Perilaku distraksi atau respon autonomik
Perilaku berhati hati atau melindungi
Kriteria hasil:
Menunjukkan nyeri hilang atau terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur, atau beristirahat atau
berpartisipasidalam aktifitas sesuai kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diterapkan
19
Intervensi
Mandiri
1) Kaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, intensitas dan waktu. Catat faktor
yang mempercepat dan tanda rasa sakit nonverbal.
R/ Membantu menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program.
2. Diagnosa keperawatan
Kerusakan mobilitas fisik
Berhubungan dengan:
Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan
Intoleransi terhadap aktivitas, peurunan kekuatan otot
Ditandai dengan:
Keengganan untuk menoba bergerak atau ketidakmampuan untuk
bergerak dalam lingkungan fisisk
Membatasi rentang gerak, ktidakseimbangan koordinasi, penurunan
kekuatan otot/ kotrol dan massa
Kriteria hasil:
Mempertahankan fungsi posisi dengan pembatasan kontaktur
Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fugsi dari dan atau
kompensasi bagian tubuh.
Mendemontrasikan teknik atau perilaku yang memungkinkan
melakukan aktifitas
Intervensi
Mandiri
21
Kolaborasi
1) Konsul dengan ahli terapi fisik atau okupasi dan spesialis vokasional.
R/ Memformulasi program latihan berdasarkan kebutuhan individual
dan mengidentifikasi bantuan mobilitas.
2) Berikan obat sesuai indikasi (Steroid)
R/ Menekan inflamasi sistemik
3. Diagnosis keperawatan
Gangguan gambaran diri
Berhubungan dengan:
Perspektif kognitif
Psikososial
Perubahan kemampuan untuk melakukan tugas umum
Peningkatan pengunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
Ditandai dengan:
Respon verbal terhadap perubahan struktur atau fungsi dari bagian
tubuh yang sakit
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan atau fungsi
masa lalu dan penamplan
Perubahan gaya hidup atau kemampuan fisik untuk melanjutkan peran,
kehilangan pekerjaan, dan ketergatungan pada orang dekat
Perubahan pada keterlibatan sosial, rasa terisolasi
Perasaan tidak berdaya, putus asa
22
Kriteria hasil:
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan
untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup, dan kmungkinan
keterbatasan.
Menerima perubahan tubuh dan mengintegrasikan ke dala onsep diri
Menyusun tujuan atau rencana realitas untuk masa depan
Intervensi
Mandiri
1) Dorong pengungkapan mengenai proses penyakit dan harapan masa
depan.
R/ Berikan kesempatan mengidentifiaksi rasa takut/kesalahan konsep
dan menhadapi secara langsung.
2) Bantu pasien mengekspresikan perasaan kehilangan.
R/ Untuk mendapatkan dukungan proses berkabung yang adaptif.
3) Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal/terlalu
memperhatikan tubuh.
R/ Menunjukkan emosional/metode koping maladaptif sehingga
membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis.
4) Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan.
R/ Mempertahankan penampilan yang meningkatkan citra diri.
Kolaborasi
1) Rujuk pada konseling psikiatri (misal perawat spesialis psikiatri,
psikologi, pekerja sosial)
R/ Pasien/keluarga membutuhkan dukungan selama berhadapan dnegan
proses jangka panjang.
2) Berikan obat sesuai indikasi (misal antiansietas)
R/ Dibutuhkan saat munculnya depresi hebat sampai pasien dapat
menggunakan kemampuan koping efektif.
4. Diagnosis keperawatan
Kurang perawatan diri
23
Berhubungan dengan:
Kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan tubuh,
dan nyeri pada waktu bergerak.
Depresi
Pembatasan aktivitas
Ditandai dengan:
Ketidakmampuan mengatur aktivitas kehidupan sehari-hari (makan,
mandi, berpakaian, eleminasi.
Kriteria hasil:
Melaksanakan aktifitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
dengan kemampuan individual
Mendemontrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk
memenuhi kbutuhan perawatan diri.
Mengidentifikasikan sumber pribadi atau komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri
Intervensi
Mandiri
1) Kaji respons emosional pasien terhadap kemampuan merawat diri
yang menurun dan diberi dukungan emosional.
R/ Perubahan kemampuan merawat diri dapat membangkitkan
perasaan cemas dan frustasi, dimana dapat mengganggu kemampuan
lebih lanjut.
2) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan
R/ Mendukung kemandirian fisik dan emosional.
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi
modifikasi lingkungan.
R/ Meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri.
4) Beri dorongan agar berpartisipasi dalam merawat diri. Aktivitas yang
terjadwal memungkinkan waktu untuk merawat diri.
R/ Partisipasi pasien dalam merawat diri meningkatkan harga diri dan
menurunkan perasaan ketergantungan.
24
Kolaborasi
1) Konsultasi dengan ahli terapi okulasi.
R/ Menentukan alat bantu memenuhi kebutuhan individu.
5. Diagnosa kperawatan
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, prognosis,
dan pengobatan
Berhubungan dengan:
Kurangnya pemajanan atau mengingat
Kesehatan iterpretasi informasi
Ditandai dengan:
Pertanyaan atau permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep
Tidak dapat mengikuti intruksi atau terjadinya komplikasi yang dapat
dicegah
Kriteria hasil:
Menunjukkan pemahaman tentang kondisi atau prognosis dan perawatan
Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk memodifikasi
gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas atau pembatasan waktu
Intervensi
1) Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkna informasi.
2) Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit
melalui diet, obat, latihan dan istirahat.
R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi atau
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
deformitas.
3) Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
R/ Keuntungan dari terpai obat tergantung pada ketepatan dosis, misal
: aspirin diberikan secara reguler untuk mendukung kadar terapeutik
darah 18 - 25 mg.
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi
membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deformitas. (Kusharyadi, 2010)
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu : Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus,
endokrin, autoimmun, metabolik, dan faktor genetik serta pemicu lingkungan
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit
ini akan berkembang menjadi empat tahap yaitu terdapat radang sendi dengan
pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi cairan sinovial, secara
radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat, jaringan ikat
fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi,
ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran
tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan
tulang.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah nyeri, gangguan
mobilitas fisik, gangguan bodi image, kurang perawatan diri, risiko cedera, dan
kurang pengetahuan.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan atritis
rematoid pada lansia, serta mampu mengaplikasikan intervensi dan
penatalaknanaanya dengan baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba
Medika : Jakarta.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/SKRIPSI.pdf
http://eprints.ung.ac.id/5184/5/2013-1-14201-841409078-bab2
25072013090802.pdf