Professional Documents
Culture Documents
AYUNAN BALISTIK
Eksperimen Fisika II
Oleh :
Indah Arsita Sari
K2309034
Distributed by:
Pakgurufisika
www.pakgurufisika.blogspot.com
Oleh :
Indah Arsita Sari
K2309034
Eksperimen Fisika II
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam
Menempuh Mata Kuliah Eksperimen Fisika II
Program Pendidikan Fisika
Jurusan P. MIPA
ii
iii
iv
ABSTRAK
v
MOTTO
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai
(dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan
hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah : 6-8 )
vi
PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah Eksperimen Fisika II ini yang
berjudul : Ayunan Balistik.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Makalah
Eksperimen Fisika II ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk
bantuannya disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Drs. Supurwoko, M. Si. Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dwi Teguh Rahardjo, S.Si, M.Si. Koordinator mata kuliah Eksperimen Fisika
II Program Fisika jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNS
3. Drs. Trustho Raharjo, M.Pd. Dosen Pembimbing yang telah membimbing
penulis sehingga penyusunan makalah Eksperimen Fisika II ini dapat
diselesaikan.
4. Semua pihak yang telah memperlancar dalam penyelesaian tugas Makalah
Eksperimen Fisika II ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Makalah Eksperimen Fisika II ini masih
ada kekurangan. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah Eksperimen
Fisika II ini bermanfaat.
viii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 3
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 3
D. Perumusan Masalah ............................................................. 3
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 3
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 5
A. Ayunan Sederhana ............................................................... 5
B. Momentum Linier dan Impuls ............................................. 7
C. Tumbukan ............................................................................ 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 16
A. Subyek Penelitian ................................................................ 16
B. Alat dan Bahan .................................................................... 16
C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 16
D. Prosedur Penelitian .............................................................. 16
E. Skema Rancangan Alat Percobaan ...................................... 18
ix
F. Prosedur Percobaan ............................................................. 19
G. Teknik Analisis Data ........................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 24
A. Perancangan Alat ................................................................. 24
B. Deskripsi Data ..................................................................... 29
C. Analisis Data ....................................................................... 30
D. Pembahasan ......................................................................... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 47
A. Kesimpulan .......................................................................... 47
B. Saran .................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 48
LAMPIRAN ................................................................................................ 49
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
www.pakgurufisika.blogspot.com
BAB I
PENDAHULUAN
www.pakgurufisika.blogspot.com
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasikan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Penyampaian materi fisika melalui metode ceramah terkesan abstrak.
2. Masih belum adanya alat percobaan untuk menjelaskan konsep tumbukan
pada ayunan balistik.
3. Kegiatan eksperimen yang masih jarang dilaksanakan di bangku sekolah.
C. Pembatasan Massalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut
diatas maka dalam makalah Eksperimen Fisika II ini dibatasi pada :
1. Pembuatan alat percobaan ayunan balistik terbatas pada pencarian sudut ()
dan tinggi simpangan (h)
2. Percobaan ayunan balistik dimaksudkan untuk menghitung kecepatan awal
peluru secara eksperimen dan menganalisis perubahan energi yang terjadi
ketika terjadi tumbukan antara peluru dan balok.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah rancangan alat yang digunakan dalam percobaan ayunan
balistik?
2. Berapakah besar kecepatan awal peluru menggunakan percobaan ayunan
balistik?
E. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pembuatan alat percobaan ayunan balistik.
2. Menghitung kecepatan awal peluru dengan percobaan ayunan balistik.
www.pakgurufisika.blogspot.com
4
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
1. Memvisualisasikan suatu teori yang abstrak menjadi kongkret
2. Membantu meningkatkan kualitas kinerja ilmiah mahasiswa
3. Menambah wawasan mahasiswa tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga meningkatkan semangat belajar mahasiswa.
4. Menambah jumlah alat praktikum Fisika Dasar di laboratorium P. Fisika FKIP
UNS
5. Memberikan masukan kepada pembaca untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
www.pakgurufisika.blogspot.com
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ayunan Sederhana
Ayunan sederhana adalah ayunan yang terdiri dari bola kecil bermassa m
yang digantung pada ujung tali sepanjang l yang massanya dapat diabaikan tanpa
gesekan udara (gambar 2.1)
5
6
1 2 1 9 4 1
T 2 1 sin sin ... (2.5)
g 4 2 64 2
Penjabaran persamaan diferensial orde dua linier untuk periode besar dapat
dilihat pada Lampiran 2.
2. kecil
s
Sudut ( dinyatakan dalam radian) jika kecil maka dipenuhi sin
s s
. Dengan menggunakan sin dalam persamaan (2.1) akan diperoleh hasil
sebagai berikut:
d 2s g
2
s (2.6)
dt
Untuk sudut cukup kecil maka berlaku sin , hal ini dapat dikatakan bahwa
percepatan berbanding lurus dengan simpangan. Gerak bandul dengan demikian
mendekati gerak harmonik sederhana untuk simpangan kecil. Persamaan (2.6)
dapat ditulis
d 2s
2
2 s (2.7)
dt
dengan,
g
2 (2.8)
Penyelesaian persamaan (2.7) adalah s so cos t , dengan s o adalah
2. Impuls
Untuk membuat suatu benda yang diam menjadi bergerak diperlukan
sebuah gaya yang bekerja pada benda tersebut selama interval waktu tertentu.
Gaya yang diperlukan untuk membuat sebuah benda tersebut bergerak dalam
interval waktu tertentu disebut impuls. Impuls digunakan untuk menambah,
mengurangi, dan mengubah arah momentum dalam satuan waktu.
8
Hukum II Newton:
dp
F
dt
dp F dt (2.12)
Berdasarkan hukum II Newton di atas untuk momentum partikel yang
berubah dari p1 pada waktu t1 menjadi p 2 pada waktu t2, diberi bentuk
persamaan sebagai berikut:
t2
p p 2 p1 F dt (2.13)
t1
Ruas kanan persamaan (2.4) disebut impuls dari gaya F , yang bekerja pada
partikel dalam selang waktu t t 2 t1 . Impuls ( I ) merupakan besaran vektor
yang dinyatakan sebagai berikut:
t2
I F dt (2.14)
t1
Untuk kasus khusus yaitu jika F konstan, maka penyelesaian persamaan
di atas menjadi:
I F t (2.15)
p F t
p
F
t
Besarnya impuls dapat dihitung dari luas daerah di bawah grafik
hubungan antara gaya dengan waktu, sebagai berikut:
vA vB
A B
F BA A B F AB
v 'A A B
v 'B
C. Tumbukan
Untuk sistem dua benda yang bertumbukan, momentum linier sistem
adalah tetap asalkan pada sistem tidak bekerja gaya luar. Namun, energi kinetik
sistem dapat berkurang karena sebagian energi kinetik diubah ke bentuk energi
kalor dan energi bunyi pada saat terjadi tumbukan, sehingga Hukum kekekalan
energi kinetik tidak berlaku. Peristiwa tumbukan akan terjadi jika sebuah benda
yang bergerak mengenai benda lain yang diam atau bergerak. Misalnya, tumbukan
antara koin-koin karambol, tumbukan antara bola dengan lantai, tumbukan antara
motor dengan sepeda, dan sebagainya.
Bahasan ini dibatasi pada tumbukan sentral lurus, yaitu tumbukan antar
dua benda yang arah geraknya berimpit dengan garis penghubung titik berat
11
1 1 1 1
m A v 2A m B v 2B m A v 'A2 m B v 'B2
2 2 2 2
2 2 ' 2 ' 2
mA vA mB vB mA vA mB vB
m A v 2A v 'A2 m B v '2B v 2B
m A v A v 'A v A v 'A m B v 'B v B
v '
B
vB (2.21)
Dari persamaan (2.20) dan (2.21), diperoleh:
m B v 'B v B v A v 'A m B v 'B v B v 'B v B
v A v 'A v 'B v B
v A v B v 'A v 'B
v 'A v 'B
1
vA vB
v 'A v 'B
1
vA vB
Faktor e menyatakan koefisien restitusi (koefisien tumbukan sama
dengan koefisien kelentingan, yang besarnya antara 0 - 1), v A dan v B
12
Em A Em B
Ek A E p A Ek B E p B
13
E p A Ek B
2
m v A
1
m g h1
2
2
v A 2 g h1
v A 2 g h1 (2.23)
Tanda (-) menunjukkan arah ke bawah.
Kecepatan bola sesaat setelah tumbukan ditentukan melalui hukum
kekekalan energi mekanik:
Em A Em B
Ek A E p A Ek B E p B
Ek A E p B
1 '
2
m vA
2
m g h2
v
'
A
2
2 g h2
v 'A 2 g h2 (2.24)
Tanda (+) menunjukkan arah ke atas.
Kecepatan lantai sesaat sebelum tumbukan sama dengan besar kecepatan
lantai sesaat sesudah tumbukan, yaitu nol, v B v 'B 0 . Koefisien restitusi (e)
ditentukan melalui langkah berikut:
v 'A v 'B
e
vA vB
2 g h2 0
e
2 g h 0
1
h2
e (2.25)
h1
14
1 m v 2
Ek m1 v12 1 1 (2.29)
2 2 m1
Dengan mensubstitusi persamaan (2.28) dan (2.29):
p2
Ek (2.30)
2 m1
Setelah tumbukan, kedua benda bersatu dan bergerak dengan besar kecepatan v ' .
Besarnya momentum akhir sistem kedua benda:
p' m1 m2 v '
p m1 m2 v
Energi kinetik akhir sistem tersebut:
'
E m1 m2 v '
1 2m m v
1
2 m m 2
' 2
k
2 1 2
p2
E
'
(2.31)
2 m1 m2
k
Dari persamaan 2.30 dan persamaan 2.31, tampak bahwa energi akhir lebih kecil
daripada energi awal. Rasio antara energi kinetik akhir dan awal sistem:
p2
E k' 2 m1 m2
Ek p2
2 m1
'
Ek p 2 2 m1
2
Ek p 2 m1 m2
E k' m1
(2.32)
E k m1 m2
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah kecepatan awal peluru
D. Prosedur Penelitian
Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini, meliputi:
1. Analisis Kebutuhan
Dalam penelitian ini, langkah awal yang dilakukan peneliti adalah
identifikasi masalah yang berupa menganalisis kebutuhan. Dengan adanya
identifikasi masalah, dapat diketahui seberapa besar kebutuhan terhadap
penggunaan alat percobaan yang dibuat.
2. Perancangan Desain Alat Percobaan
Setelah tahap analisis kebutuhan, tahap selanjutnya adalah rancangan
desain alat percobaan. Pada tahap ini, peneliti menentukan alat dan bahan yang
16
17
digunakan dalam proses pembuatan alat percobaan. Selain itu, pada tahap ini
bertujuan untuk mendapatkan suatu bentuk alat percobaan yang sesuai, yaitu
percobaan ayunan balistik untuk menghitung kecepatan awal peluru. Dalam
tahap perancangan ini, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau
rancangan produk.
3. Pembuatan Alat Percobaan
Pada tahap sebelumnya telah ada perancangan pembuatan alat
percobaan, yang berfungsi sebagai barometer dalam pembuatan alat percobaan
ini. Dalam pembuatan desain alat percobaan ayunan balistik dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Mencari besar konstanta pegas pada pelontar peluru dengan menghitung
pertambahan panjang pegas yang digantung ketika diberi beban.
c. Membuat alat penembak peluru dengan menggunakan solder atraktor yang
kemudian dimodifikasi dengan menambahkan variasi jarak (1 cm, 2 cm, 3
cm dan 4 cm), seperti pada gambar dibawah ini
1 3
6
2
Gambar 3.2. Rancangan Alat Percobaan
19
Keterangan Gambar:
1 = Pelontar peluru
2 = Peluru (gotri)
3 = Balok
4 = Stick besi ringan
5 = Busur derajat
6 = Papan percobaan
F. Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan untuk menentukan besarnya kecepatan awal peluru
sebagai berikut:
1. Sediakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk percobaan ayunan balistik!
2. Susunlah alat seperti pada gambar 3.2!
3. Tekan kepala penendang arah horisontal kedalam hingga berbunyi klik pada
variasi jarak 1 cm dan lepaskan, seperti pada gambar 3.3
dst
10. Ulangi langkah 2-9 dengan variasi jarak yang berbeda, yaitu 2 cm, 3 cm dan 4
cm !
n 2
2
1
n n 1
2. Menghitung ketinggian balok saat menyimpang
Untuk menghitung ketinggian balok saat menyimpang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
21
h h
2 2
h
3. Menentukan kecepatan awal peluru
2 m m
2
v1 1 2 2 2 g h
m1
m m2
v1 1 2gh
m1 (3.5)
23
dengan ralat
2 2
v v v
2
v m1 m2 h
m1 m2 h
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Perancangan Alat
1 3
6
2
Gambar 4.2. Alat Percobaan Ayunan Balistik
28
Keterangan Gambar:
1 = Pelontar peluru
2 = Peluru (gotri)
3 = Balok
4 = Stick besi ringan
5 = Busur derajat
6 = Papan percobaan
4. Tahap Validasi
Dalam pembuatan alat percobaan, validasi sangat penting. Sebab
validasi adalah suatu proses kegiatan untuk menilai suatu media apakah
memenuhi kriteria baik atau tidak. Validasi dapat dilakukan oleh ahli yang
berkecimpung dalam hal yang sesuai. Saran-saran yang diberikan digunakan
untuk memperbaiki media pembelajaran yang telah disusun.
Validasi alat percobaan ini dilakukan oleh validasi ahli. Meliputi
validasi ahli materi dan validasi ahli media. Validasi ahli materi mencakup
kesesuaian alat untuk percobaan penghitungan kecepatan awal peluru,
sedangkan validasi ahli media mencakup mencakup bentuk (dimensi dan aspek
mobilitas), ketepatan skala ukur, kesesuaian dengan alat ukur standar (acuan),
kemudahan menggunakan, dan keamanan pengguna.
Dari hasil validasi diperoleh beberapa penilaian dan saran, antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Modifikasi jarak yang dilakukan pada penembak peluru sudah baik.
b. Ketepatan skala ukur media ini cukup baik dan layak digunakan.
c. Mengatur besi penggantung balok agar ideal atau tidak menimbulkan
gesekan yang besar.
d. Mengatur jarum penunjuk agar gesekan kecil
e. Letak jarum penunjuk harus sama dengan balok, yaitu tepat pada pusat
massa.
29
5. Revisi
Setelah proses validasi, tahap selanjutnya adalah revisi. Jika ahli
menilai bahwa media ada kekurangan, maka peneliti harus merevisi medianya
sesuai dengan saran dan koreksi validator sebelum pengambilan data
eksperimen. Namun, jika ahli menyatakan baik, maka tidak diperlukan proses
revisi itu. Apabila proses revisi dari ahli sudah selesai, maka media tersebut
siap digunakan untuk proses pengambilan data.
Pada awalnya gesekan yang ditimbulkan pada jarum penunjuk sangat
besar, setelah melakukan beberapa revisi pada alat percobaan tersebut maka
didapatkan gesekan pada jarum penunjuk relatif kecil dan dapat diabaikan serta
letak jarum penunjuk sudah tepat di muka pusat massa balok. Setelah dirasa
sudah memenuhi kriteria baik dan layak digunakan maka langkah selanjutnya
adalah pengambilan data sesuai prosedur percobaan.
B. Deskripsi Data
agar alat ini dapat dikembangkan dengan penghitung ketinggian otomatis (sistem
mikro)
Proses pengambilan data dilakukan di bengkel fisika FKIP UNS. Dari
penelitian yang telah dilakukan dapat ditabulasikan datanya sebagai berikut:
1. Rincian ukuran alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ayunan balistik
Tabel 4.1. Rincian Ukuran Alat dan Bahan yang Digunakan
No. Alat dan Bahan Ukuran
1. Massa peluru m m 16,5 0,05 gram
2. Massa total balok m m 112,5 0,05 gram
3. Panjang besi 30 0,05 cm
C. Analisis Data
berdasarkan data yang telah didapatkan. Analisis data yang digunakan adalah
metode standar deviasi dan metode penurunan parsial seperti yang tertulis dalam
Bab III. Berikut ini sampel analisis data menentukan ketinggian balok saat
menyimpang dan kecepatan awal peluru berdasarkan percobaan.
Tabel 4.3. Sudut Simpangan Rata-Rata
No. ( o)
1 cm 2 cm 3 cm 4 cm
1 14 20 25 29
2 15 22 26 29
3 15 20 25 30
4 15 21 26 30
5 15 19 25 30
6 15 19 26 30
7 15 18 26 28
8 15 19 25 29
9 14 19 25 31
10 15 20 25 31
148 197 254 297
1 2 3 ... n i
n n
14,8 o
ralat:
n 2
2
1
n n 1
1 10 2,192 10 3 1,48 10 2
2
10 10 1
1 16
10 9
1
1,777777778
10
1
1,333333333
10
0,133 o
2,327 10 -3 radian
33
KR 100%
0,133
KR 100%
14,8
KR 0,89 %
1,48 0,0133 10 1o
h h
2 2
h
cos cos
2 2
h
h 1 cos 2 sin 2
h 1 cos 14,8 5 10 30 sin 14,8 2,327 10
-2 2 -3 2
h 1,659 10 1,783 10
-3 2 -2 2
h 2,752 10 -6 3,810 10 -4
h 3,208 10 -4
h 1,791 10 -2 cm
h 1,791 10 -4 m
Sehingga diperoleh ketinggian balok variasi jarak 1 cm adalah
h h 99,53 1,791 10-4 m
34
1,650 10 -2
v1 7,818 4,462 10 -1
v1 3,488 m s -1
ralat
2 2
v v v
2
v m1 m2 h
m1 m 2 h
2 2 2
m2 m2 m2
1 2 g h 1 2 g h 1 2 g h
m1 m1 m1
v m1 m2 h
m 1 m 2 h
2
m
2
m 1
2
1 2g
v - 22 2 g h m1 2 g h m2 1 2 h
m m1
1 m1 2 h
2
11,25 10 -2
- 210 99,53 10 -4
5,000 10 -5
1,650 10 -2 2
2
v
1
210 99,53 10 -4 5,000 10 -5
1,650 10
-2
210
2
11,25 10 -2
1
1 1,791 10 -4
1,650 10 -2 2 99,53 10 -4
v 8,498 10 -5 1,828 10 -6 9,850 10 -4
v 1,072 10 -3
v 3,274 10 -2 m s -1
1 2 3 ... n i
n n
1,97 10 1o
ralat:
n 2
2
1
n n 1
1 10 3,893 10 3 1,97 10 2
2
10 10 1
1 120
10 9
1
13,3333
10
1
3,667
10
3,667 10 -1
o
6,400 10 -3 radian
KR 100%
3,667 10 -1
KR 100%
1,97 101
KR 1,86 %
1,97 0,037 10 1o
ralat:
h h
2 2
h
cos cos
2 2
h
h 1 cos 2 sin 2
h 1 cos 19,7 5 10 30 sin 19,7 2,327 10
-2 2 -3 2
h 2,926 10 6,472 10
-3 2 -2 2
h 8,564 10 -6 4,188 10 -3
h 4,197 10 -3
h 6,478 10 -2 cm
h 6,478 10 -4 m
Sehingga diperoleh ketinggian balok variasi jarak 2 cm adalah
h h 175,6 6,478 10-4 m
1,650 10 -2
v1 7,818 5,926 10 -1
v1 4,633 m s -1
37
ralat
2 2
v v v
2
v m1 m2 h
m1 m2 h
2 2 2
m2 m2 m2
1 2 g h 1 2 g h 1 2 g h
m1
m1
m1
v m1 m2 h
m1 m2 h
2 2
m m 1 2 g
2
1
v - 22 2 g h m1 2 g h m2 1 2 h
m
1 1
m m1 2 h
2
11,25 10- 2
- 210 175,6 10 -4
5,000 10 -5
1,650 10- 2 2
2
v
1
210 175,6 10 -4
5,000 10 -5
1,650 10
-2
210
2
11,25 10- 2 1
1 6,478 10- 4
1,650 10- 2 2 175,6 10 -4
v 1,499 10- 4 3,225 10- 6 7,305 10-3
v 7,458 10-3
v 8,636 10- 2 m s -1
1 2 3 ... n i
n n
2,54 10 1o
38
ralat:
n 2
2
1
n n 1
1 10 6,454 10 3 2,54 10 2
2
10 10 1
1 24
10 9
1
2,66667
10
1
1,633
10
1,633 10 -1
o
2,850 10 -3 radian
KR 100%
1,633 10 -1
KR 100%
2,54 101
KR 0,64 %
2,54 0,163 10 1o
ralat:
h h
2 2
h
cos cos
2 2
h
h 1 cos 2 sin 2
h 1 cos 25,4 5 10 30 sin 25,4 2,850 10
-2 2 -3 2
h 4,833 10 3,668 10
-3 2 -2 2
h 2,336 10 -5 1,345 10 -3
h 1,368 10 -3
h 3,699 10 -2 cm
h 3,699 10 -4 m
Sehingga diperoleh ketinggian balok variasi jarak 3 cm adalah
h h 290,0 3,699 10-4 m
1,650 10 -2
v1 7,818 7,616 10 -1
v1 5,954 m s -1
40
ralat
2 2
v v v
2
v m1 m2 h
m1 m2 h
2 2 2
m2 m2 m2
1 2 g h 1 2 g h 1 2 g h
m1
m1
m1
v m1 m2 h
m1 m2 h
2 2
m m 1 2 g
2
1
v - 22 2 g h m1 2 g h m2 1 2 h
m
1 1
m m1 2 h
2
11,25 10- 2
- 210 290,0 10 -4
5,000 10 -5
1,650 10- 2 2
2
v
1
210 290,0 10 -4
5,000 10 -5
1,650 10
-2
210
2
11,25 10- 2 1
1 3,669 10- 4
1,650 10- 2 2 290,0 10 -4
v 2,476 10- 4 5,326 10- 6 1,442 10-3
v 1,695 10-3
v 4,117 10- 2 m s -1
1 2 3 ... n i
n n
2,97 10 1o
41
ralat:
n 2
2
1
n n 1
1 10 8,829 10 3 2,97 10 2
2
10 10 1
1 80
10 9
1
8,88889
10
1
2,981
10
2,981 10 -1
o
5,236 10 -3 radian
KR 100%
2,981 10 -1
KR 100%
2,97 101
KR 1,00 %
2,97 0,298 10 1o
ralat:
h h
2 2
h
cos cos
2 2
h
h 1 cos 2 sin 2
h 1 cos 29,7 5 10 30 sin 29,7 5,236 10
-2 2 -3 2
h 6,568 10 7,783 10
-3 2 -2 2
h 4,314 10 -5 6,057 10 -3
h 6,100 10 -3
h 7,810 10 -2 cm
h 7,810 10 -4 m
Sehingga diperoleh ketinggian balok variasi jarak 4 cm adalah
h h 394,1 7,810 10-4 m
1,650 10 -2
v1 7,818 8,878 10 -1
v1 6,941 m s -1
43
ralat
2 2
v v v
2
v m1 m2 h
m1 m2 h
2 2 2
m2 m2 m2
1 2 g h 1 2 g h 1 2 g h
m1
m1
m1
v m1 m2 h
m1 m2 h
2 2
m m 1 2 g
2
1
v - 22 2 g h m1 2 g h m2 1 2 h
m
1 1
m m1 2 h
2
11,25 10- 2
- 210 394,1 10 -4
5,000 10 -5
1,650 10- 2 2
2
v
1
210 394,1 10 -4
5,000 10 -5
1,650 10
-2
210
2
11,25 10- 2 1
1 7,810 10- 4
1,650 10- 2 2 394,1 10 -4
v 3,365 10- 4 7,238 10- 6 4,730 10-3
v 5,074 10-3
v 7,123 10- 2 m s -1
a. Variasi jarak 1 cm
EK A EPC
1
mp v 2 mp b g h
2
1
2
1,65 10 -2 3,488 1,290 10 -2 10 9,953 10 -3
2
1,004 10 -1 0,1284 10 -1
EK A 1,004 10 -1
EPC 0,1284 10 -1
EK A 7,81 EPC
b. Variasi jarak 2 cm
EK A EPC
1
mp v 2 mp b g h
2
1
2
1,65 10 -2 4,633 1,290 10 -2 10 1,756 10 -2
2
1,771 10 -1 0,2265 10 -1
EK A 1,771 10 -1
EPC 0,2265 10 -1
EK A 7,81 EPC
c. Variasi jarak 3 cm
EK A EPC
1
mp v 2 mp b g h
2
1
2
1,65 10 -2 5,954 1,290 10 -2 10 2,900 10 -2
2
2,925 10 -1 0,3741 10 -1
EK A 2,925 10 -1
EPC 0,3741 10 -1
EK A 7,81 EPC
45
d. Variasi jarak 4 cm
EK A EPC
1
mp v 2 mp b g h
2
1
2
1,65 10 -2 6,941 1,290 10 -2 10 3,941 10 -2
2
3,975 10 -1 0,5084 10 -1
EK A 2,925 10 -1
EPC 0,5084 10 -1
EK A 7,81 EPC
D. Pembahasan
ini menunjukkan bahwa tumbukan tidak lenting sama sekali (ayunan balistik)
tidak berlaku Hukum Kekekalan Energi. Seperti yang sudah dijelakan pada bab II,
bahwa pada tumbukan tidak lenting sama sekali, energi sistem berkurang. Energi
kinetik sistem dapat berkurang karena sebagian energi kinetik diubah ke bentuk
energi kalor dan energi bunyi pada saat terjadi tumbukan, sehingga Hukum
kekekalan energi kinetik tidak berlaku.
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
47
49
Lampiran 1
Ternyata ada perkecualian sebagaimana contoh berikut yaitu 9,84 : 9,3 = 1,06
ditulis dalam aturan angka penting sebanyak 3 angka penting seharusnya
menurut angka penting dalam perkalian/pembagian harus ditulis sebagai 1,1
(dalam 2 angka penting) tetapi perbedaan 1 di belakang tanda desimal pada
angka terakhir 9,3 yakni 9,3 + 0,1 menggambarkan kesalahan sekitar 1%
terhadap hasil pembagian (kesalahan 1% diperoleh dari 0,1:9,3 kemudian
dikali seratus persen). Perbedaan dari penulisan angka penting 1,1 dari 1,1 +
0,1 menghasilkan kesalahan 10% (didapat dari 0,1 dibagi 1,1 kemudian dikali
100 persen). Berdasarkan analisis tersebut, maka ketepatan penulisan jawaban
hasil bagi menjadi 1,1 jauh lebih rendah dibandingkan dengan menuliskan
jawabannya menjadi 1,06. Jawaban yang benar dituliskan sebagai 1,06 karena
perbedaan 1 pada angka terakhir bilangan faktor yang turut dalam unsur
pembagian (9,3) memberi kesalahan relatif sebesar (kira-kira 1%) atau dapat
ditulis sebagai 1,06 + 0,01
Alasan yang serupa juga diberikan pada soalan 0,92 x 1,13 hasilnya ditulis
sebagai 1,04 dibandingkan menjadi 1,0396 (yang sudah sangat jelas lebih dari
faktor angka penting paling sedikit yang diproses dalam pembagian tampak
jika ditulis 1,039 memiliki 4 angka penting, jika ditulis 1,0396 memiliki 5
angka penting).
Jika dikalikan, hasilnya diperoleh menjadi 13,01625 maka hasilnya ditulis
menjadi 1,30 x 101
7. Batasan jumlah angka penting bergantung dengan tanda yang diberikan pada
urutan angka dimaksud. Misal : 1256 = 4 angka penting
1256 = 3 angka penting (garis bawah di bawah angka 5) atau
dituliskan seperti 1256 = 3 angka penting (angka 5 dipertebal)
52
Catatan :
Berdasarkan buku Schaum Fisika edisi 8 karangan Bueche (1989) bilangan nol (0)
kadang-kadang dinyatakan sebagai angka penting kadang pula bukan angka penting
karena angka nol hanya menunjukkan letak tanda koma sebagai tanda desimal.
Misal: mineral beratnya 8900 gram belum menunjukkan dengan pasti ketepatan
penimbangannya. Karena itu ada aturan yang menyatakan 8900 gram hanya memiliki
angka 8 dan 9 yang dinyatakan penting (2 angka penting) akibatnya 8900 gram ditulis
dengan eksponen sebagai 8,9 x 10<sup>2</sup> gram. Seandainya kemampuan alat
ukur mampu mengukur hingga puluhan maka ditulis menjadi 3 angka penting sebagai
8,90 x 10<sup>2</sup> dan jika benda mampu diukur hingga ratusan gram maka
hasil pengukurannya ditulis sebagai 8,900 x 10<sup>2</sup>.
Sumber pembanding : Seri Buku Schaum karangan F.J. Bueche alih bahasa Budi
Darmawan, Msc (ITB) Penerbit Erlangga, 1989 (judul asli : Theory and Problem of
College Physics 8 ed)
http://fisikarudy.wordpress.com/2009/08/07/aturan-angka-penting/
53
Lampiran 2
d 2s
Fs m 2 m g sin (2.1)
dt
d 2
m m g sin
dt 2
d 2
g sin
dt 2
d 2 g
2
sin (2.2)
dt
d
u
dt
d 2 d u
dt 2 dt
d d
dt dt
du d
d dt
du
u
dt
u
g
u du
0
sin d
1 2 g
u cos c
2
1 d
2
g
cos c
2 dt
Nilai c dapat dicari dengan mengingat kenyataan bahwa ayunan akan membalik jika
d
simpangan maksimum ; 0u 0
dt
1 d
2
g
cos c
2 dt
g
0 cos c
g
c cos
1 d
2
g
cos c
2 dt
d g
2
2 cos cos
dt
d
2 cos cos
g
dt
d
2
g
cos cos (i)
dt
55
d g
2 dt
cos cos
d 2 2g
dt 0
dt (ii)
Waktu yang diperlukan ayunan untuk bergerak dari (+ ) menuju (- ) adalah sama
dengan setengah periode osilasi T ,sehingga persamaan (ii) menjadi
d 2g T
cos cos
2
(iii)
1 1
Dari identitas cos 2 1 2 sin 2 , cos 1 2 sin 2 , cos 1 2 sin 2 ,
2 2
maka persamaan (iii) menjadi
d d
cos cos
2 2
1 2 sin 1 2 sin
2 2
d
2 sin 2 2 sin 2
2 2
d
2 sin 2 sin 2
2 2
d
Persamaan
adalah integral eliptik.
2 sin 2 sin 2
2 2
d 2 g T
2
2 sin 2 sin 2
2 2
56
1 d g T
2 2
2
2
sin sin 2
2 2
d g T
2
2
2
sin sin 2
2 2
d g
2
T (iv)
sin sin 2
2 2
2
2 sin cos d
2
1
1 sin 2 sin 2
d 2
2 2
(vii)
2 2
sin sin sin sin
2 2 2 2
2 sin cos d
2
1
sin 2
1 sin 2
2
1
sin 2 sin 2 sin 2
2 2
2 sin cos d
2
1
1 sin 2 sin 2
2
sin 1 sin 2
2
2 cos d
1
1 sin 2 sin 2
2
cos
58
2 d
1
(viii)
1 sin sin 2
2
2
Dengan asumsi maka nilai dan pada nilai , sehingga
2 2
persamaan (iv) menjadi
g 2
2 d
T 1
2
1 sin 2 sin 2
2
1
2
2
g 1
T 2 d 1 sin 2 sin 2 (2.3)
2
2
1 x p 1 px p p 1 x 2 p p 1 ( p 2) x 3 ...
2.1 3.2.1
1
Jika p
2
1 x 2 1 1 x 1.3 x 2 1.3.5 x 3 ...
1
2 2.4 2.4.6
1
x sin 2 sin 2
2
Maka persamaan (2.3) menjadi
2
g 1 1 3 1
T 2 d 1 2 sin sin 2 sin 4 sin 4 ....
2
(2.4)
2 8 2
2
3x sin 2 ax sin 4 ax
sin ax dx 8 4 a 32 a
4
59
g 1 1 sin 2 3 4 1 3 sin 2 sin 4 2
T 2 sin 2 sin
2 2 2 4 8 2 8 4 32
2
g 1 1 sin 2 3 1 3 sin 2 sin 4
T 2 sin 2 2 2 sin 4 2 2 2
2 2 2 2 4 8 2 8 4 32
1 1 sin 2 3 1 3 sin 2 sin 4
sin 2 2 2 sin 4 2 2 2
2 2 2 2 4 8 2 8 4 32
g 1 9 1
T 2 sin 2 sin 4 . . .
4 2 64 2
g 1 1 9 1
T 2 1 sin 2 sin 4 . . .
4 2 64 2
1 2 1 9 1
T 2 1 sin sin 4 . . . (2.5)
g 4 2 64 2