You are on page 1of 7

Tugas Akuntansi Pengambilan Keputusan

Executive Summary & Case Story

Absorption Cost Systems

Dosen Pengampu:
Ertambang Nahartyo, Ph.D., CMA, Akt.

Disusun Oleh:

Adhyatma Hasbi 15/391588/PEK/21034

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

Sistem biaya absorpsi memastikan bahwa keseluruhan biaya manufaktur dapat dilacak
secara langsung atau dialokasikan ke berbagai macam produk. Jika sebuah perusahaan
manufaktur memproduksi telepon genggam sebanyak 620,000 unit dengan biaya $32 juta,
maka biaya tersebut harus dapat dilacak ke 620,000 unit telepon genggam yang diproduksi.
Sistem biaya absorpsi menunjukkan trade-off yang sama antara pengambilan keputusan
dan pengendalian. Sistem ini banyak digunakan dalam pelaporan keuangan untuk
menghitung nilai buku persediaan dan kos barang manufaktur yang terjual
Pabrik biasanya terdiri dari proses produksi yang berbeda. Misalnya, ada beberapa bagian
yang mungkin dimanufaktur secara batch dalam satu departemen dan dirakit menjadi
barang jadi di departemen lain. Proses produksi ini biasanya memerlukan sistem akuntansi
yang berbeda untuk mengakumulasikan biaya dan membebankan biaya tersebut ke produk.
Pada dasarnya, terdapat dua jenis sistem biaya absorpsi, yaitu sistem biaya pesanan dan
sistem biaya proses.
Job Order Costing
Job order costing digunakan di dalam departemen yang memproduksi output dalam
pekerjaan yang berbeda (job order production) atau beberapa batch. Job order costing
biasanya digunakan dalam proses perakitan. Sebuah pekerjaan mungkin merupakan
sebuah unit, seperti pekerjaan konstruksi bangunan, atau beberapa unit batch, seperti
pekerjaan pembuatan pembersih kaca mobil. Dalam perusahaan jasa, biaya yang terjadi
dapat berupa biaya menagani perkara hukum klien atau memproses peminjaman klien di
bank. Biaya setiap pekerjaan dilacak secara terpisah, dan sistem biaya pesanan
mengakumulasikan biaya-biaya berdasarkan pekerjaan. Berikut adalah beberapa faktor
penting dalam job order costing
a. Item-item yang diproduksi dalam job oder costing adalah objek biaya
b. Keseluruhan biaya langsung manufaktur dari pekerjaan dapat dilacak secara
langsung dari masing-masing pekerjaan
c. Setiap pekerjaan dikenakan beberapa biaya tidak langsung manufaktur
d. ukuran input, jam mesin, yang digunakan dapat mengalokasikan biaya overhead ke
masing-masing pekerjaan. Ukuran input adalah dasar dari pengalokasian
e. tarif ukuran biaya overhead (tarif per jam mesin) ditentukan di awal tahun, sebelum
pekerjaan pertama dimulai. Tarif overhead ini merupakan rasio dari expected
overhead pabrik tahun ini dibagi expected mechine hours tahun ini
f. biaya produksi yang dilaporkan adalah biaya rata-rata jika dibandingkan dengan
biaya variabel dan marginal. Setiap pekerjaan dibebankan biaya overhead
berdasarkan porsinya masing-masing. Karena overhead terdiri dari biaya variabel
dan tetap, maka overhead didistribusikan ke pekerjaan yang memiliki biaya tetap
Arus Biaya Melalui Akun T
Gambar di bawah menunjukkan arus biaya di antara beberapa akun T. Ketika pekerjaan
telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi, total biaya pekerjaan dari kartu biaya
pesanan ditransfer akun T pekerjaan dalam proses, kemudian ditransfer ke akun T barang
jadi. Hal yang sama ketika produk terjual, dolar mengalir ke luar dari akun T barang jadi ke
akun T kos barang terjual. Akun T overhead terdiri dari keseluruhan biaya tenaga kerja tidak
langsung (pengawas dan pekerja yang tidak bekerja dalam pekerjaan tersebut), bahan baku
tidak langsung, dan biaya pabrik lainnya. Biaya pabrik lainnya, yaitu asuransi, pajak properti,
depresiasi, biaya akuntansi, pembelian, keamanan, dsb. akun T oberhead merupakan akun
pengendali. Akun tersebut digunakan untuk mengakumulasikan dan mendistribusikan biaya
tidak langsung ke pekerjaan. Di akhir periode akuntansi, sisa dalam akun ini harus
dikenakan ke akun neraca atau pendapatan
Manajemen harus memutuskan arus persediaan yang akan digunakan dalam transfer
antara berbagai macam akun T. Apakah harus menggunakan first in, first out (FIFO) atau
last in, first out (LIFO). Kedua metode tersebut akan berdampak pada pengenaan pajak.
Meskipun demikian, pemilihan metode persediaan ini mempengaruhi pengambilan
keputusan dan pengendalian. Misalnya, ketika LIFO digunakan, arus harga yang digunakan
saat ini melalui akun-akun dan harga lama akan tetap berada di dalam persediaan. LIFO
menyediakan informasi terbaru mengenai perubahan harga jika dibandingkan dengan FIFO.
Biaya produk berdasarkan LIFO dihitung menggunakan harga bahan baku terbaru dan
biasanya mencerminkan replacement costs.
LIFO memiliki kelemahan, yaitu membutuhkan biaya yang lebih banyak dalam
penerapannya karena harus mengelola banyak data, khususnya harga masa lalu dan
lapisan persediaan. Selain itu, evaluasi kinerja berdasarkan profit akan menciptakan
dorongan bagi manajer yang akan pensiun atau yang memiliki horizon yang pendek akan
melikuidasi tingkat persediaan LIFO yang lama sehingga menghasilkan profit akuntansi
yang besar (dan juga kewajiban pajak yang besar).
Mengalokasikan Overhead ke Pekerjaan
1. Tarif Overhead
Jika keseluruhan penggunaan sumber daya dan biaya pabrik dapat dilacak secara
langsung ke produk yang mengonsumsi sumber daya tersebut, maka akuntansi
biaya menjadi tidak berguna dan hanya berfungsi sebagai hitungan matematika saja.
Namun, ada beberapa biaya dan sumber daya yang tidak dapat dilacak secara
langsung sehingga membutuhkan dasar alokasi biaya. Dasar alokasi biaya overhead
dipilih untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke pekerjaan. Jam mesin
digunakan pada gambar di atas untuk mengalokasikan biaya ovehead. selama
pekerjaan berlangsung, overhead dikenakan ke pekerjaan berdasarkan total jam
mesin yang digunakan. Tarif overhead prospektif, ditentukan di awal tahun, membuat
pekerjaan dapat dikenakan biaya sebelum dimulai. Kebanyakan perusahaan
menggunakan tarif prospektif. Misalnya, overhead dikenakan berdasarkan total jam
mesin aktual untuk tahun tersebut, maka total biaya untuk setiap pekerjaan
(termasuk overhead) tidak tersedia sampai akhir tahun. Biaya overhead untuk
pekerjaan pertama tidak dapat ditentukan hingga keseluruhan pekerjaan selesai.
2. Over/ Underabsorbed Overhead
Mislanya, sebuah pabrik memanufaktur kaleng aluminium dengan ukuran yang
berbeda. Jam mesin dalam mesin aluminium digunakan untuk mengukur volume.
Pada akhir tahun, akun overhead memiliki akun yang seimbang, yaitu :
Akun Overhead
Overhead aktual Total overhead yang = Budget overhead rate
diabsorpsi setiap unit X
dalam produksi Volume measure (jam
mesin)
underabsorbed overabsorbed

Ada tiga cara untuk menghilangkan over/undeabsorbed overhead, yaitu:


a. Dikenakan ke kos barang terjual
b. Di alokasikan ke pekerjaan dalam proses, barang jadi, dan kos barang yang
terjual berdasarkan jumlah overhead pada masing-masing kategori
c. Menghitung kembali biaya setiap pekerjaan menggunakan overhead aktual dan
volume aktual untuk merevisi tarif overhead di akhir tahun.
3. Anggaran Fleksibel untuk mengestimasi overhead
Manfaat dalam menggunakan anggaran fleksibel adalah kemampuan untuk
mendapatkan estimasi total overhead yang bervariasi menurut volume. Overhead
tidak dijadikan sebagai biaya tetap tetapi sebagai campuran antara biaya variabel
dan biaya tetap. Analisis total overhead bervariasi sesuai volume akan menghasilkan
estimasi anggaran overhead yang lebih akurat
4. Expected versus Normal Volume
Uraian di atas telah menjelaskan tarif overhead prospektif, rasio antara budgeted
overhead dan budgeted volume. Anggaran volume dapat ditentukan dengan dua
cara, yaitu; (1) expected volume, anggaran volume yang diestimasikan berdasarkan
volume yang diharapkan akan terjadi ditahun berjalan, (2) normal volume, volume
rata-rata jangka panjang atau rata-rata volume antara kemajuan dan kemunduran
dalam ekonomi.
Jika menggunakan volume normal untuk menentukan tarif overhead, maka volume
aktual lebih rendah dibandingkan volume normal. Overhead menjadi underabsorbed.
Barang dalam proses, barang jadi, kos barang terjual, secara kolektif tidak terdapat
keseluruhan biaya overhead yang terjadi. Ketika underabsorbed overhead
dibebankan ke kos barang terjual, kos barang terjual akan naik dan akan
menurunkan pendapatan dan sebaliknya.
Dengan menggunakan volume normal dapat meningkatkan management decision,
khususnya keputusan mengenai harga. Untuk decision control, manajer senior
mungkin tidak ingin menggunakan volume normal dan tidak ingin melihat adanya
over/underabsorbed overhead yang dikenakan ke kos barang terjual. Selain itu,
dengan menggunakan volume normal manajer memiliki kebijakan dalam mengatur
pemasukan/keuntungan karena mengatur normal volume lebih subjektif jika
dibandingkan mengatur expected volume.
Plantwide versus Multiple Overhead Rates
Gambar di bawah ini menujukan single plantwide overhead rate. Keseluruhan biaya
overhead diakumulasikan pertama kali dalam akun overhead tunggal atau cost pool, sebuah
kumpulan beberapa akumulasi akun untuk tujuan mengalokasikan biaya ke aktivitas,
produk, atau proses dan kemudian mengalokasikannya ke produk menggunakan tarif
tunggal
Gambar di bawah menunjukkan multiple overhead untuk item biaya yang berbeda. Dalam
kasus ini, setiap komponen overhead diperlakukan secara terpisah sebagai cost pool.

Metode ketiga dalam mengakumulasikan cost overhead pool dan mengalokasikannya ke


produk, yaitu dengan cara mengembangkan tarif overhead yang berbeda disetiap
departemen. Biaya overhead dikelompokkan berdasarkan departemen terlebih dahulu.
Setiap departemen merupakan cost pool yang terpisah. Dasar alokasi yang terpisah
dikembangkan untuk setiap departemen, kemudian biaya overhead dialokasikan ke produk.
Berikut adalah gambar metode ketiga, yaitu two stages allocation of departmental overhead
rates:
Process Costing
Proses produksi dalam aturan ini (misanya minuman dan makanan ringan) adalah
berkelanjutan dan batch yang berbeda dalam proses produksi itu tidak ada. Biaya
dibebankan ke dalam proses produksi, kemudian ke arus produk melalui berbagai proses.
Dalam process costing biaya dibebankan ke produk yang identik dan mengalami proses
beberapa rangkaian proses manufaktur yang berkelanjutan. Rangkaian proses tersebut
biasanya dijadikan pusat biaya yang terpisah. Biaya dialokasikan ke aliran produk melalui
setiap proses. Total biaya manufaktur harus dialokasikan di antara unit-unit yang masih
dalam proses, barang jadi, atau kos barang yang terjual.
Case Story :

Jawab :
Sumber : http://www.academia.edu/17318190/3._bab_2_job_order_costing

You might also like