Professional Documents
Culture Documents
EFEK SITOTOKSIK DAN ANTIPROLIFERATIF KUERSETIN PADA SEL KANKER KOLON WiDr
Abstrak
Kanker kolon merupakan penyakit salah satu penyakit yang banyak mengakibatkan
kematian. Usaha penyembuhan kanker kolon melalui pembedahan kemoterapi dan
radioterapi pada umumnya belum mampu memberikan hasil yang efektif. Hal ini
mengakibatkan banyak dijumpai cara pengobatan alternatif antara lain menggunakan
bahan dari alam. Salah satu bahan dari alam tersebut adalah kuersetin. Kuersetin
merupakan senyawa golongan flavonoid yang dikenal memiliki efek antikanker.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik dan antiproliferatif kuersetin
terhadap sel kanker kolon WiDr. Uji sitotoksik kuersetin dilakukan menggunakan metode
MTT. Hasil Uji sitotoksik menunjukkan bahwa IC50 kuersetin terhadap sel WiDr adalah
1046 M. Pengamatan kinetika proliferasi sel WiDr yang diberi perlakuan kuersetin
menggunakan metode penghitungan langsung dilakukan pada jam ke 0, 24, 48 dan 72.
Pada pengamatan morfologi sel, setelah dilakukan pengecatan menunjukkan adanya
fenomena apoptosis pada sel kanker kolon WiDr. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kuersetin memiliki efek sitotoksik dan antiproliferatif pada sel kanker WiDr.
Abstract
Colon cancer is one disease that many result in death. The of colon cancer cure through
surgery chemotherapy and radiotherapy are generally not able to provide effective
results. This caused many found ways to use alternative medicine among other materials
from nature. One of these natural substances are quercetin. Quercetin is a flavonoid
compounds are known to have anticancer effects. This study aimed to determine the
effect of cytotoxic and antiproliferatif quercetin against colon cancer WiDr cells.
Quercetin cytotoxic test was carried out using MTT method. Test results showed that the
cytotoxic IC50 of quercetin against WiDr cells was 1046 M. WiDr cell proliferation
kinetics observation that quercetin treated using the method of direct calculation done
at 0, 24, 48 and 72. In the observation of cell morphology, after the painting shows the
phenomenon of apoptosis in colon cancer cell WiDr. The results showed that quercetin
has cytotoxic and antiproliferative effects on cancer cells WiDr.
107
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
108
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
109
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
counter lalu dibuat suspensi sel dengan berwarna ungu. Setelah 4 jam inkubasi,
konsentrasi sel sesuai kebutuhan. media yang mengandung MTT dibuang,
kemudian ditambahkan 100 L larutan
Pembuatan larutan uji
stopper SDS untuk melarutkan kristal
Larutan uji dibuat dengan melarutkan 15 formazan. Sel diinkubasi semalam pada
mg kuersetin dalam 500 L DMSO + 500 suhu ruangan dan terlindung dari
L PBS sehingga diperoleh stok 40.000 cahaya. Pada akhir inkubasi, plate
M. dari larutan stok dibuat seri digoyang-goyang sebentar secara
konsentrasi 50, 100, 200, 400, 600, 800, horizontal, kemudian dibaca dengan
1000 M dalam media kultur RPMI ELISA reader pada 595 nm.
untuk uji sitotoksik. Pekerjaan ini
Pengamatan apoptosis
dilakukan di dalam LAF.
Sel dengan kepadatan 5 x 104
Uji sitotoksik menggunakan metode MTT
sel/sumuran ditanam pada cover slips
Sel dengan konsentrasi 5 x 103 dalam plate 24 dan diinkubasi sampai
sel/sumuran didistribusikan ke dalam 70% konfluen. Sel diberi perlakuan dan
plate 96 sumuran dan diiinkubasikan diinkubasi selama 15 jam. Pada akhir
selama 24 jam agar sel dapat inkubasi, media diambil dan sel dicuci
beradaptasi dan menempel di sumuran. dengan PBS. Cover slip yang memuat sel
Setelah 24 jam kemudian media diambil, diangkat, diletakkan diatas objek glass
dicuci dengan PBS sebanyak 100 L lalu dan ditambah dengan 10 l etidium
ditambah 100 L media kultur RPMI bromide-akridin oranye. Lalu sel diamati
(kontrol) maupun sampel, kemudian dibawah mikroskop fluoresens.
diinkubasi kembali selama 24 jam. Pada
Pengamatan proliferasi sel
akhir inkubasi, media yang mengandung
sampel dibuang, dicuci dengan 100 L Sel dengan kepadatan 1,5 x 104
PBS. Kemudian ke dalam masing-masing sel/sumuran ditransfer pada plate 24,
sumuran ditambahkan 100 L media masukkan seri konsentrasi sampel pada
yang mengandung MTT, inkubasi plate dengan replikasi sebanyak 3 kali.
kembali selama 4 jam pada suhu 37oC. Lalu sel diinkubasi dalam inkubator CO2,
Sel yang hidup akan bereaksi dengan lama waktu inkubasi berbeda-beda
MTT membentuk kristal formazan mulai dari 0, 24, 48 dan 72 jam. Karena
110
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
111
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
Sel yang digunakan dalam penelitian ini untuk ion anorganik maupun senyawa
adalah sel kanker kolon WiDr. Sel WiDr organik (Fessenden and Fessenden,
merupakan sel epitel yang diisolasi dari 1992). DMSO sendiri mempunyai sifat
kolon seorang wanita berusia 78 tahun. sitotoksik pada konsentrasi tertentu tapi
Sel ini ditumbuhkan pada media RPMI pada konsentrasi rendah DMSO relatif
o
dengan suhu 37 C, dapat tumbuh secara tidak memberikan pengaruh pada
kontinyu dan menempel pada flask. pertumbuhan sel. Penggunaan DMSO
Untuk mendapatkan jumlah sel yang sebagai pelarut dalam berbagai
cukup, perlu dilakukan pembiakan sel konsentrasi relatif tidak berpengaruh
sampai didapat jumlah sel yang pada cell viability T47D (Nurulita, 2005).
diinginkan. Setelah sel mencapai jumlah Hal ini menunjukan bahwa pada
yang diinginkan, maka dilakukan penelitian ini, kematian sel ataupun
pemanenan dan penghitungan sel. penghambatan pertumbuhan sel bukan
akibat pengaruh DMSO melainkan
Penghitungan sel pada saat pemanenan
karena pengaruh sampel uji yang
dilakukan dengan menggunakan
digunakan dalam penelitian.
haemocytometer dan dilihat dibawah
mikroskop. Sel yang sehat ditandai Sel kanker kolon WiDr ditumbuhkan
dengan sel berbentuk bulat, berinti, pada plate 96 sumuran dan diinkubasi
dilindungi oleh dinding sel yang jernih selama 24 jam dengan tujuan agar sel
dan bersinar dibawah mikroskop. bisa beradaptasi dan menempel pada
Sedangkan sel yang mati tampak gelap dasar plate. Setelah diinkubasi selama 24
dengan inti sel yang rusak. Jumlah sel jam lalu sampel dimasukkan dengan
3
yang digunakan adalah 5 x 10 sel tiap konsentrasi yang berbeda-beda ke dalam
sumuran. sumuran dan diinkubasi selama 24 jam
supaya sampel bisa berinteraksi dengan
Sampel kuersetin dibuat larutan stok
sel kanker kolon WiDr. Setelah diinkubasi
dengan menimbang 15 mg kuersetin
selama 24 jam, tampak fenomena
dilarutkan dalam 500 L DMSO dan 500
kematian sel WiDr karena perlakuan
L aquabides sehingga diperoleh larutan
sampel kuersetin dan dapat dilihat dari
sampel dengan konsentrasi 40000 M.
pengamatan perubahan morfologi. Pada
Dalam uji ini digunakan pelarut DMSO
pengamatan dibawah mikroskop sel
karena merupakan pelarut yang baik
112
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
hidup tampak menempel di dasar plate dengan sel yang hidup yaitu dengan
dan berwarna terang, sedangkan sel penambahan SDS 10 % dalam HCl 0.1 N
mati terlepas dari dasar plate dan yang dapat mendenaturasi protein
berwarna gelap. menjadi unit polipeptida dan
membentuk kompleks SDS polipeptida.
Untuk memudahkan pengamatan dalam
SDS 10 % dapat melarutkan kristal
penghitungan sel yang hidup, digunakan
formazan hasil dari reaksi MTT dan tidak
reagen MTT. Reagen MTT merupakan
menyebabkan pengendapan, kemudian
garam tetrazolium yang sifatnya larut
diinkubasi semalam pada suhu 37 C
dalam air dengan menghasilkan larutan
dengan tujuan untuk menyempurnakan
berwarna kuning. Prinsip dasarnya
pelarutan. SDS yang digunakan sebanyak
adalah kerja enzim mitokondria pada sel
10 % karena kristal formasan tidak larut
aktif yang memetabolisme garam
sempurna jika digunakan SDS kurang
tetrazolium, sehingga terjadi pemutusan
dari 5 % dan lebih mudah larut pada
cincin tetrazolium oleh enzim
suhu 37 C (Tada et al., 1986 ; hal. 157-
dehidrogenase yang menyebabkan
163).
tetrazolium berubah menjadi formasan
yang tidak larut dalam air tapi larut Formasan yang terlarut kemudian diukur
dalam SDS 10 % dan berwarna ungu dengan menggunakan ELISA reader pada
(Mostmann, 1983). panjang gelombang 595 nm. Digunakan
panjang gelombang 595 nm karena pada
Intensitas warna ungu ini mempunyai
panjang gelombang tersebut diperoleh
korelasi langsung dengan jumlah sel
pengukuran yang optimum sehingga
yang hidup. Sedangkan sel yang mati
akan diperoleh data yang peka dan
tidak akan terpengaruh oleh reagen MTT
spesifik. Semakin kuat intensitas warna
karena mitokondrianya tidak berespirasi
ungu yang terbentuk, akan diperoleh
sehingga cincin tetrazolium tidak
absorbansi yang semakin besar pula. Hal
terputus maka tidak akan terbentuk
ini menujukkan adanya sel hidup yang
formasan yang memberikan warna ungu,
bereaksi dengan garam tetrazolium,
tetapi warnanya tetap kuning. Setelah
sehingga terbentuk formazan yang
diinkubasi selama 4 jam dengan
banyak.
penambahan MTT, akan terjadi reaksi.
Penghentian reaksi antara reagen MTT
113
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
100
90
80
Viabilitas sel (%)
70
y = -0.041x + 92.87
60
50 R = 0.902
40 Quercetin
30
Linear (Quercetin)
20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Konsentrasi (M)
Gambar 1. Grafik hubungan antara konsentrasi versus sel viabel dari sampel kuersetin. Terdapat
korelasi negatif antara peningkatan konsentrasi sampel dengan prosentase kehidupan sel.
Kemungkinan sel mengalami penghambatan proliferasi atau mengalami kematian
Berdasarkan pengamatan morfologi sel
secara mikroskopis, kuersetin
Dari grafik di atas diperoleh persamaan
memberikan perubahan morfologi sel
regresi linier y = -0.041x + 92.87 dengan
yang mengarah ke apoptosis pada
R = 0.949. Dari persamaan y = - 0.041x +
konsentrasi 1000 M (Gambar 3F).
92.87 dapat dihitung nilai IC50 kuersetin
dan dari hasil perhitungan diperoleh nilai
IC50 sebesar 1046 M.
114
PHARMACY,, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
120
100
Viabilitas sel
80
60
quercetin
40
20
0
100
200
400
600
800
0
50
1000
Konsentrasi (M)
Gambar 2.. Efek perlakuan kuersetin terhadap pertumbuhan sel WiDr. Uji dilakukan dengan
3
menginkubasi 5x10 sel WiDr dengan kuersetin selama 24 jam. Grafik (A) menunjukkan efek
perlakuan kuersetin terhadap sel WiDr pada kadar 50, 100, 200, 400, 600, 800, 1000. Belum
tampak adanya perubahan morfologi sel akibat perlakuan kuersetin 50 M (C), pada perlakuan
kuersetin 100 M (D) mulai tampak
tampak adanya perubahan morfologi sel dan pada perlakuan
kuersetin 600 M (E) dan 1000 (F) M telah jelas terlihat adanya perubahan morfologi sel jika
dibandingkan dengan kontrol (B).
115
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
116
PHARMACY,, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
DNAnya masih bisa berinteraksi dengan menunjukkan bahwa sel masih hidup.
keduanya. Etidium bromida Pengamatan morfologi sel yang
berfluoresensi merah yang
ya menunjukkan menunjukkan bahwa sel mengalami
sel mengalami kematian karena kematian karena apoptosis dapat dilihat
apoptosis, sedangkan akridin orange dibawah mikroskop fluoresensi.
akan berfluoresensi hijau yang
Gambar 4. Efek perlakuan kuersetin dalam memacu apoptosis sel WiDr. Sel WiDr diberi perlakuan
larutan uji dan dilakukan pengecatan DNA dengan pereaksi EA. Pada kontrol sel terlihat semua
sel masih hidup (A). Perlakuan 100 M sudah mulai terlihat adanya sel yang terinduksi (B) dan
pada perlakuan
akuan 200 M sudah terlihat adanya induksi apoptosis oleh kuersetin (C).
Keterangan : = sel hidup beruoresensi hijau, = sel apoptosis
117
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
Uji kinetika proliferasi kuersetin pada sel dan didiamkan selama 3 menit. Setelah 3
kanker kolon WiDr menit didiamkan, tambahkan 500 l
media ke dalam masing-masing
Uji ini dilakukan denagan cara
sumuran. Pindahkan kedalam
mentransfer sel dengan kepadatan 1,5 x
eppendorf, ambil lagi sebanyak 90 l dan
104 sel/sumuran pada plate 24. Lalu sel
ditambah 10 l tripan blue. Letakkan
diinkubasi dalam inkubator CO2, lama
pada haemocytometer, lalu sel diamati
waktu inkubasi berbeda-beda mulai dari
dibawah mikroskop inverted. Untuk
0, 24, 48 dan 72 jam. Karena
mengetahui efek penghambatan
menggunakan metode direct counting
proliferasi dari kuersetin terhadap sel
maka pada akhir inkubasi media diambil
WiDr. Pengamatan dilakukan pada jam
dan sel dicuci dengan 100 l PBS,
ke 0, 24, 48 dan 72.
kemudian ditambahkan tripsin 0,25%
50000
45000
40000
A
35000
B
Jumlah sel
30000
25000
20000
15000 C
10000
5000
0
0 24 48 72
Jam ke-
Gambar 5. Efek perlakuan kuersetin terhadap proliferasi sel WiDr. Uji dilakukan dengan
menginkubasi 1,5 x 104 sel WiDr. Pada konsentrasi 1000 M sel mengalami penurunan
saat jam ke 48. Sel mengalami penurunan pada jam ke 48 namun kembali naik pada jam
ke 72 berbeda dengan kontrol perlakuan.
Keterangan : A = Kontrol, B = 800 M, C = 1000 M
Hasil pengamatan dari uji proliferasi sel terbentuk, bahwa pada jam ke 48
menunjukkan bahwa pada konsentrasi dengan konsentrasi 1000 M (C) grafik
1000 M, telah terjadi penghambatan mengalami penurunan. Hal ini dapat
proliferasi sel akibat perlakuan menjelaskan bahwa semakin tinggi
kuersetin. Hal ini terlihat dari grafik yang konsentrasi maka penghambatan
118
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
terhadap proliferasi sel juga akan diberi perlakuan. Sel tampak berubah
semakin meningkat. morfologinya mulai konsentrasi 100-
1000 M. Pada rentang konsentrasi
Pembahasan
tersebut juga terlihat bahwa kondisi sel
Salah satu senyawa golongan flavonoid mulai lemah dengan pemberian sampel.
yang banyak terdapat di alam adalah Selain itu pada sel dengan perlakuan
kuersetin. Kuersetin dipercaya memiliki kuersetin juga terlihat adanya
kemampuan untuk menghambat fragmentasi inti sel yang kemudian
perkembangan sel kanker dengan cara menjadi badan-badan apoptosis.
menginduksi mekanisme apoptosis dan
Salah satu target yang digunakan untuk
proliferasi sel. Eun Jeong Choi et al
terapi kanker adalah pada tahap
menjelaskan bahwa kuersetin mampu
proliferasi sel. Sel kanker memiliki
menghambat proliferasi sel MDA-MB-
kegagalan dalam proliferasi secara
453 dengan konsentrasi 1-100 M pada
normal sehingga sel akan berproliferasi
waktu 3, 6, 12, dan 24 jam.
terus menerus (Yustina et al, 2008).
Uji sitotoksik dilakukan dengan Berdasarkan pengamatan kinetika
menggunakan metode MTT dengan proliferasi sel, baik kontrol sel maupun
parameter kemampuan konversi perlakuan kuersetin menunjukkan
substrat MTT menjadi formazan oleh peningkatan jumlah sel seiring
enzim suksinat dehidrogenase. Uji bertambahnya waktu inkubasi. Akan
sitotoksik dilakukan terhadap sel WiDr tetapi pada jam ke 24, 48 dan 72 secara
untuk mengetahui potensi signifikan jumlah sel pada perlakuan
penghambatan pertumbuhan sel akibat kuersetin lebih sedikit dibandingkan
perlakuan kuersetin. Uji ini dilakukan kontrol sel. Hal ini menunjukan bahwa
untuk menentukan kadar sampel uji kuersetin mampu mengurangi kecepatan
yang dapat menghambat pertumbuhan proliferasi sel secara time dependent. Hal
sel WiDr sampai 50% (IC50). Berdasarkan ini mendasari kemungkinan mekanisme
uji sitotoksik diperoleh IC kuersetin penghambatan proliferasi sel setelah
50
sebesar 1046 M. Pada kontrol sel dapat adanya perlakuan sampel uji.
dilihat kondisi sel yang berbeda jika Berdasarkan profil proliferasi sel,
119
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
oranye atau merah. Hal ini menandakan Andreas Gewies. 2003. Introduction to
Apoptosis. ApoReview page 4.
mulai hilangnya permeabilitas membran
pada sel karena perlakuan kuersetin. Apantaku, L.M. 2002. Breast-conserving
surgery for breast cancer. Am.
Akibatnya etidium bromide dapat masuk Fam. Physician 66(12): 2271-
ke dalam sel dan menimbulkan 2278.
120
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
Eun Jeong Choi, Su Mi Bae, and Woong Kook, D., Wolf, A. H., Yu, A. L., Neubauer,
Shick Ahn., 2008, A. S., Priglinger, S. G., Kampik,
Antiproliferative Effects of A., and Welge-Lssen, U. C.,
Kuersetin through Cell Cycle The protective effect of
Arrest and Apoptosis in Human kuersetin against oxidative
Breast Cancer MDA-MB-453 stress in the human RPE in
Cells, Arch Pharm Res Vol 31, Vitro. Invest. Ophthalmol. Vis.
No 10, 1281-1285. Sci., 49, 1712-1720 (2008).
Foster, J. S., Henley, D. C., Ahamed, S., Levin B, Lieberman DA, McFarland B,
and Wimalasena, J., 2001, Smith RA, Brooks D, Andrews
Estrogen and cell cycle KS, et al. Screening and
regulation in breast cancer, surveillance for the early
Trend in Endocrinology and detection of colorectal cancer
Metabolism, 12(7): 320-327. and adenomatous Polyps,
2008: a joint guideline from the
Hanahan , D., and Weinberg, R.A., 2000, American Cancer Society, the
The Hallmark of Cancer, Cell, US Multi- Society Task Force on
100, 57-70. Colorectal Cancer, and the
American College of Radiology.
Hawariah, A.L.P. 1998. Memahami
CA Cancer J Clin
kanser. Serdang: Penerbit
2008;58(3):130-60.
Universiti Putra Malaysia.
Metodiewa, D., Jaiswal, A. K., Cenas, N.,
Hollman PC, van Trijp JM, Mengelers MJ,
Dickancait, E., and Segura-
de Vries JH, Katan MB:
Aguilar, J., Kuersetin may act as
Bioavailability of the dietary
a cytotoxic prooxidant after its
antioxidant flavonol kuersetin
metabolic activation to
in man. Cancer Lett 1997,
semiquinone and quinoidal
114:139-140.
product. Free Radic. Biol. Med.,
Huber W, McDaniel L, Kaderlik K, Teitel 26, 107-116 (1999).
C, Lang N, Kadlubar F:
Mosmann, T., Rapid Colorimetric Assay
Chemoprotection against the
for Cellular Growth and
formation of colon DNA
Survival: Application to
adducts from the food-borne
Proliferation and Cytotoxicity
carcinogen 2-amino-1-methyl-
Assays, J. Immunological
6-phenylimidazol 4,5-
Methods, 1983; 65: 55-63.
b]pyridine (PhIP) in the rat.
Mutation Res 1997, 376:115- Nurulita, A. N., 2005, Efek antikanker
122. pentagamavunon-0 (PGV-0)
terhadap sel kanker payudara
King, R.J.B., 2000, Cancer Biology, 2nd
T47D yang diinduksi 17--
Edition, School of Biological
estradiol melalui mekanisme
Sciences, University of Surrey,
induksi apoptosis dan
Pearson Education, Harlow-
penghambatan angiogenesis.
England-London-New York, p.
Thesis, Program Pasca Sarjana,
150-169, 228-231, 263-264.
121
PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN 1693-3591
Universitas Gadjah Mada, Wyllie, A., Donahue, V., Fischer, B., Hill,
Yogyakarta. D., Keesey, J., and Manzow, S.,
2000, Cell death apoptosis and
Riedl, S.J. and Shi, Y., 2004, Molecular aecrosis, Rosche Diagnostic
mechanisms of caspase Corporation. Hal 1-143.
regulation during apoptosis,
Mol. Cell Biol., 5, 897-901. Yang CS, Landau JM, Huang MT,
Newmark HL: Inhibition of
Sahu, S. C. and Gray, G. C., Pro-oxidant carcinogenesis by dietary
activity of flavonoids: Effects polyphenolic compounds. Annu
on glutathione and glutathione Rev Nutr 2001, 21:381-406.
S-transferase in isolated rat
liver nuclei. Cancer Lett., 104, Yustina E.H., Ratih H.P., Y. Gilang
193-196 (1996). Ikhtiarsyah, E.P.Septiyani dan
Edy Meiyanto., 2008,
Sellers, W.R., and Fisher, D.E., 1999, Peningkatan aktivitas
Apoptosis and cancer drug antiproliferatif Doxoru-bicin
targeting, J. Clin. Invest., 4 (12), melalui kombinasi dengan
1655-1661. ekstrak etanolik kulit batang
waru (Hibiscus tiliaceus)
Schatzkin A, Freedman LS, Dawsey SM,
terhadap sel WiDr. CCRC,
Lanza E. Interpreting precursor
Fakultas Farmasi, Universitas
studies: what polyp trials tell us
Gadjah Mada, Yogyakarta.
about large-bowel cancer. J
Natl Cancer Inst Zhang, J., Stanley, R. A., Adaim, A.,
1994;86(14):1053-7. Melton, L. D., and Skinner, M.
A., 2006, Free radical
Tada, K, Shiho, O., Kuroshima, K.,
scavenging and cytoprotective
koyama, M., and Tsukamoto,
activities of phenolic
K., 1986, An Improved
antioxidants. Mol. Nutr. Food
Colometric Assay for
Res., 50, 996-1005.
Interleukin 2, dalam
Immunological Methods,
Biotechnology Laboratories,
Central Research Division,
Takeda chemical industries,
ltd., Yodogawa-ku, Osaka,
Japan.Hal 157-163
122