You are on page 1of 7

Kata sulit :

1. Injeksi antibiotic : adalah memasukan obat ke dalam tubuh dengan


menggunakan jarum suntik. Injeksi bisa dilakukan ke dalam otot
(intramuskular/IM), ke dalam vena (intravena/IV) atau ke dalam jaringan
lemak di bawah kulit (subkutan). Sedangkan antibiotik berasal dari bahasa
latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup. Adalah zat-zat yang
dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat
menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan
toksisitasnya(racun) terhadap manusia relatif kecil. Sehingga dapat di
simpulkan bahwa injeksi antibiotic adalah memasukan zat kedalam tubuh
untuk menghambat pertumbuhan mikroba.(kamus Dorland, edisi 28)
2. Pingsan : Pingsan atau sinkop adalah suatu kondisi kehilangan kesadaran
yang mendadak, dan biasanya sementara, yang disebabkan oleh kurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak. Gejala pertama yang dirasakan oleh
seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan,
tinitus, dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan
menjadi gelap dan ia akan jatuh atau terkulai. Jika orang tersebut tidak dapat
berganti posisi menjadi hampir horizontal, ia dapat mati karena efek trauma
suspensi.(kamus Dorland, edisi 28)
3. Rujukan : suatu penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan
wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus atau
masalah, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal
atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya. (KBBI)

Pertanyaan penting :

1. Definisi syok : Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi
sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi
jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis.(kamus Dorland,
edisi 28)
2. Jenis-jenis syok dan penyebabnya :
1. Shock kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung).
Disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah
jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi
ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan
2. Shock hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam
kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati
hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler
ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial.
Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok
hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal
ini akanmenggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn
berat badan 70 kg. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat
kehilangan darah yang cepat.
Syok Neorugenik
disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok distributif, Syok
neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus
pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga terjadi
hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance
vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini
diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera
spinal, atau anestesi umum yang dalam).
Syok Anafilaktik
Syok anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi tipe yang fatal dan dapat
menimbulkan bencana, yang dapat terjadi dalam beberapa detik-menit,
sebagai akibat reaksi antigen antibody, pada orang-orang yang sensitive
setelah pemberian obat-obat secara parentral, pemberian serum / vaksin
atau setelah digigitserangga.
Syok Septik
Shock septik adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai
potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah
keadaan ketidakadekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan
Syok obstruktif
disebabkan adanya hambatan mekanik (cardiac tamponade, pneumothotak,

massive pulmonary emboli) yang menghalangi pengisian ,jantung dengan


gambaran hemodinamik menurunnya kardiak output, meningkatnya SVR dan
tekanan pengisian ventrikel kiri tergantung etiologi.( Rehatta MN.(2000). Syok
anafilaktik patofisiologi dan penanganan. In : Update on Shock.Pertemuan
Ilmiah Terpadu.Fakultas Kedoketran Universitas Airlangga Surabaya.)
3. Tanda dan gejala dari masing-masing syok :

4. Berdasarkan kasus syok apa yang terjadi pada pasien :


Anafilaksis merupakan bentuk terberat dari reaksi obat, yang dapat berupa
reaksi anafilaktik dan reaksi anafilaktoid. Reaksi anafilaktik adalah gejala
yang timbul melalui reaksi alergen dan antibodi. Sedangkan reaksi
anafilaktoid tidak melalui reaksi imunologik, namun karena gejala dan
pengobatannya tidak dapat dibedakan, maka reaksi anafilaktoid juga disebut
sebagai anafilaksis. Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinik
dari anafilaksis yang ditandai dengan adanya hipotensi yang nyata dan
kolaps sirkulasi darah. Anafilaksis yang berat dapat pula terjadi tanpa
hipotensi, dimana obstruksi saluran napas menjadi gejala utamanya.
Kematian karena anafilaksis sebesar dua pertiganya disebabkan oleh
obstruksi saluran napas (terutama pada usia muda) dan sisanya oleh kolaps
kardiovaskular (terutama usia lanjut). Ciri khas anafilaksis yang pertama
adalah gejala yang timbul beberapa detik hingga beberapa menit setelah
terpajan alergen atau faktor pencetus non alergen seperti zat kimia, obat,
atau kegiatan jasmani. Ciri kedua, anafilaksis merupakan reaksi sistemik
sehingga melibatkan multiorgan yang gejalanya timbul serentak atau hampir
serentak. Syok anafilaktik biasanya terjadi setelah penyuntikan serum atau
obat terhadap penderita yang sensitif; selain tanda-tanda syok terdapat juga
spasme bronkioli yang menyebabkan asfiksi dan sianosis. Juga sering
didahului dengan rasa nyeri kepala, gangguan penglihatan, urtikaria dan
edema wajah, dan mual-mual.( Rengganis I., Sundaru H., Sukmana N., Mahdi
D. 2007. Renjatan Anafilaktik. Dalam: Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang.
Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Pp: 190-2)
5. Jelaskan patomekanisme dari manifestasi klinik pada kasus :
6. Hubungan pemberian antibiotic dengan keadaan tidak sadar :
Manifestasi klinis yang terjadi merupakan efek mediator kimia akibat reaksi
antigen dengan IgE yang telah terbentuk, yang menyebabkan kontraksi otot
polos, meningkatnya permeabilitas kapiler, serta hipersekresi kelenjar mukus.
1) Kejang bronkus gejalanya berupa sesak, kadang disertai juga kejang laring.
Bila disertai edema laring menjadi keadaan gawat karena pasien tidak dapat
atau sulit bernapas, 2) Urtikaria, 3) Angiodema, 4) Pingsan dan hipotensi.
Renjatan anafilaktik dapat terjadi beberapa menit setelah suntikan seperti
penisilin(Djauzi S., Sundaru H., Mahdi D., Sukmana N. 2007. Alergi
Obat. Dalam: Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata
K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 251-4)
7. Pada kasus termaksuk kategori triase apa :

8. Tindakan pertama yang dilakukan pada kasus :

Hentikan kontak dengan alergen.


- Perhatikan tanda vital dan jalan napas; bila perlu dilakukan resusitasi
dan pemberian oksigen.
- Epinefrin 1/1000, 0,5-1 ml subkutan/intramuscular, daapat diulang 5-
10 menit kemudian.
- Dapat diberikan pula antihistamin berupa difenhidramin 10-20 mg
intravena, kortikosteroid berupa hidrokortison 100-250 mg intravena lambat
(dalam 30 detik), dan aminofilin 250-500 mg intravena lambat, bila spasme
bronkioli nyata(Purwadianto A., Sampurna B. 2000. Kedaruratan Medik Edisi
Revisi. Jakarta: Bina Aksara. Pp: 47-9; 56-7)
9. Komplikasi pada kasus :
v Kerusakan ginjal
v Kerusakan otak
v kematian
10.Tindakan pencegahan agar tidak terjadi syok pada kasus : Pencegahan
merupakan langkah terpenting dalam penetalaksanaan syok anafilaktik
terutama yang disebabkan oleh obat-obatan. Melakukan anamnesis riwayat
alergi penderita dengan cermat akan sangat membantu menentukan etiologi
dan faktor risiko anafilaksis. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma
dan orang yang mempunyai riwayat alergi terhadap banyak obat,
mempunyai resiko lebih tinggi terhadap kemungkinan terjadinya syok
anafilaktik. Melakukan skin test bila perlu juga penting, namun perlu
diperhatian bahwa tes kulit negatif pada umumnya penderita dapat
mentoleransi pemberian obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti
penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaksis. Orang dengan tes kulit
negatif dan mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi
sebesar 1-3% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60%, bila
tes kulit positif. Dalam pemberian obat juga harus berhati-hati, encerkan obat
bila pemberian dengan jalur subkutan, intradermal, intramuskular, ataupun
intravena dan observasi selama pemberian. Pemberian obat harus benar-
benar atas indikasi yang kuat dan tepat. Hindari obat-obat yang sering
menyebabkan syok anafilaktik. Catat obat penderita pada status yang
menyebabkan alergi. Jelaskan kepada penderita supaya menghindari
makanan atau obat yang menyebabkan alergi. Hal yang paling utama adalah
harus selalu tersedia obat penawar untuk mengantisipasi reaksi anfilaksis
serta adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan. Desensitisasi alergen
spesifik adalah pencegahan untuk kebutuhan jangka panjang.
11.Asuhan keperawatan :
Pengkajian
Anamnesa :
Laki-laki
Umur 30 tahun
Klien masuk dengan tidak sadar
Klien pingsan setelah mendapat antibiotik
Pemeriksaan fisik :
Nadi cepat dan lemah
Pernafasan 36 kali/menit
Tekanan darah 70/40 mmHg
Ekstremitas atas dan bawah teraba dingin dan disertai keringat
Pemeriksaan penunjang :
Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds : Bahan allergen Gangguan perfusi
Klien masuk dengan jaringan
tidak sadar Sirkulasi
Klien pingsan setelah
mendapat antibiotik Reaksi antigen antibody
Do : dalam tubuh (ig E)
Nadi cepat dan lemah
Pernafasan 36 Basophil dan sel mast
kali/menit melepaskan histamine
Tekanan darah 70/40
mmHg Histamine meningkat
Ekstremitas atas dan
Peningkatan permeabilitas
bawah teraba dingin
kapiler
dan disertai keringat
Cairan dan protein hilang
kedalam ruang jaringan
secara cepat

Banyak plasma hilang

Kulit pucat dan dingin


Diagnose keperawatan
Gangguan perfusi jaringan, berhubungan dengan penurunan curah jantung
dan vasodilatasi arteri.
Intervensi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan perfusi NOC : NIC :


jaringan, berhubungan Cardi Evaluasi adanya nyeri dada
ac Pump effectiveness Catat adanya disritmia jantung
dengan penurunan Circu Catat adanya tanda dan gejala
curah jantung dan lation Status penurunan cardiac putput
vasodilatasi arteri. Vital Monitor status pernafasan yang
Sign Status menandakan gagal jantung
Tissu Monitor balance cairan
e perfusion: perifer Monitor respon pasien terhadap efek
Setelah dilakukan asuhan pengobatan antiaritmia
selamapenurunan kardiak Atur periode latihan dan istirahat untuk
output klien teratasi dengan kriteria menghindari kelelahan
hasil: Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue,
Ta tekipneu dan ortopneu
nda Vital dalam rentang normal Anjurkan untuk menurunkan stress
(Tekanan darah, Nadi, respirasi) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Monitor VS saat pasien berbaring,
Da duduk, atau berdiri
pat mentoleransi aktivitas, tidak Auskultasi TD pada kedua lengan dan
ada kelelahan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
Tid selama, dan setelah aktivitas
ak ada edema paru, perifer, dan Monitor jumlah, bunyi dan irama
tidak ada asites jantung
Monitor frekuensi dan irama
Tid pernapasan
ak ada penurunan kesadaran Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban
AG kulit
D dalam batas normal Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan
Tid nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
ak ada distensi vena leher Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
Wa Jelaskan pada pasien tujuan dari
rna kulit normal pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangi
stress
Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung
Kelola pemberian antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
Minimalkan stress lingkungan

You might also like