You are on page 1of 17

http://medyaminalisa.blogspot.co.

id/2011/12/pembangkit-listrik-tenaga-
biogas.html
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Peternakan sapi dari tahun ke tahun semakin besar jumlahnya, penambahan
jumlah tersebut menyebabkan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi
antara lain menyebabkan bau tidak sedap yang mengganggu kenyamanan
lingkungan sekitar, endemik bibit penyakit, dan air resapan tanah dan sungai
menjadi beracun dan bau. Dalam kotoran sapi terkandung gas metana (CH4)
apabila dibuang secara bebas ke atmosfir akan menyebabkan efek rumah kaca,
proses ini berakibat suhu bumi menjadi tinggi, ini adalah yang disebut dengan
pemanasan global (global warning), yang secara langsung meningkatkan
intensitas frekuensi angin topan, merubah komposisi hutan , mengurangi
produksi pertanian, menghancurkan biota laut sehingga ikan mengalami
kekurangan makanan dan ekosistem laut menjadi hancur.

Alasan diatas dapat dijadikan bahan pertimbangan bahwa kotoran sapi lebih baik
dimanfaatkan daripada dibiarkan menumpuk. Beberapa cara pemanfaatan
kotoran sapi antara lain dengan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik
maupun biogas, yaitu suatu energi yang dihasilkan dari proses biodegradasi
dengan bantuan bakteri dalam kondisi anaerob pada material organik (kotoran
sapi). Keuntungan yang didapat dari proses pemanfaatan kotoran sapi bagi
pemilik peternakan sapi adalah menambah penghasilan dari penjualan pupuk
organik dan menghemat pengeluaran biaya penggunaan listrik. Sebenarnya
pemanfaatan kotoran sapi dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih tinggi
jika dilakukan dengan cara membangun pembangkit listrik tenaga biogas
(PLTBG).

Sebagai contoh Jawa Tengah memiliki potensi yang sangat besar untuk
mengembangkan PLTBG karena memiliki peternakan yang besar. Data pada
tahun 2002, sapi potong sebesar 13344495 ekor dan sapi perah sebesar 119026
ekor. PLTBG dapat dibangkitkan dengan penggunaan mesin diesel atau bensin,
ini merupakan cara untuk mengatasi tidak adanya mesin berbahan bakar biogas
di Indonesia dan apabila mendatangkan dari luar negeri biaya pembangunan
instalasi PLTBG menjadi besar. Permasalahan yang muncul dengan penggunaan
mesin diesel dan bensin dengan bahan bakar biogas adalah efisiensi yang
dihasilkan rendah dan cara untuk mengatasi masalah ini dengan cara
memodifikasi mesin diesel atau bensin dan dilakukan pemilihan mesin yang
sesuai dengan daya yang dapat dibangkitkan oleh penghasil gas (digester) yang
dimiliki oleh peternakan.

PLTBG adalah instalasi pembangkit listrik dengan pemanfaatan biogas sebagai


bahan bakar yang dapat diperbaharui. Kotoran sapi sebagai media penghasil
biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar PLTBG sehingga mengurangi
pencemaran lingkungan dan efek rumah kaca. Jawa Tengah dengan kapasitas
peternakan yang besar mempunyai potensi yang cukup baik untuk
pembangunan PLTBG. PLTBG dapat dibangkitkan dengan penggunaan motor
bakar berbahan bakar biogas tetapi mesin berbahan bakar biogas di Indonesia
belum ada. Mesin diesel dan bensin secara teknis dapat digunakan sebagai
penggerak generator PLTBG tetapi efisiensinya yang dihasilkan rendah sehingga
perlu dilakukan modifikasi.Pemilihan mesin dalam penulisan ini untuk
menghasilkan efisiensi maksimal dari mesin dengan memodifikasi mesin
berbahan bakar diesel dan bensin. Berdasarkan hasil analisa mesin diesel dan
bensin memerlukan penambahan conversion kit dan mixer. Conversion kit
berfungsi mengatur debit bahan bakar supaya mengalir konstan dan
penambahan mixer bertujuan untuk pencampur biogas dengan udara. Mesin
diesel yang dimodifikasi ini menggunakan system dualfuel engine dimana bahan
bakar solar digunakan bersama-sama dengan biogas, dengan komposisi sekitar
20 % solar dan 80% biogas. Mesin bensin dapat menggunakan 100% biogas
untuk bahan bakar.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan biogas ?
b. Apa saja karakteristik kandungan biogas ?
c. Bagaimana sistem kerja biogas ?
d. Bagaimana teknologi biogas ?
e. Bagaimana proses terjadinya gas bio dan manfaatnya ?
f. Bagaimana kajian teoritik sistem konversi Energi PLTBG ?
g. Bagaimana Perhitungan ekonomi PLTBG ?
h. Bagaimana pengembangan teknologi PLTBG di Indonesia ?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui tentang biogas
b. Untuk mengetahui karakteristik kandungan biogas
c. Untuk mengetahui sistem produksi biogas
d. Untuk mengetahui teknologi biogas
e. Untuk mengetahui proses terjadinya gas bio dan manfaatnya
f. Untuk mengetahui kaji teoritik sistem konversi energi PLTBG
g. Untuk mengetahui perhitungan ekonomi PLTBG
h. Untuk mengetahui pengembangan teknologi PLTBG
4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan kita tentang Pembangkit Listrik Tenaga Biogas bagi para
pembaca.

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS

Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi
penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan
emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk
segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu,
peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 130 U$ per barel juga
menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama
Indonesia.

Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi
pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel
tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga
terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006)
cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus
dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan
minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang.

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah


telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006
tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi
alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut
menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif
pengganti bahan bakar minyak.

Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai
macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran
hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion.
Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif
sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil. Pada daerah
pedesaan Kabupaten Temanggung masyarakat peternak terutama peternak sapi
maupun kerbau belum bisa memanfatkan kotoran ternak sebagai sumber enerni
alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak, sehingga kotoran ternak
hanya dikumpulkan di kebun dan setelah menjadi kompos baru digunakan
sebagai pupuk tanaman.

1. Biogas
Biogas adalah suatu jenis gas yang bisa dibakar, yang diproduksi melalui proses
fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia,
biomassa limbah pertanian atau campuran keduanya, didalam suatu ruang
pencerna (digester). Komposisi biogas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut
terbesar adalah gas Methan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Gas methan
(CH4) yang merupakan komponen utama biogas merupakan bahan bakar yang
berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi,. Karena nilai kalor
yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk keperluan sumber
energi. Sistim produksi biogas juga mempunyai beberapa keuntungan seperti:
(1) mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (2) mengurangi polusi bau yang tidak
sedap, (3) sebagai pupuk dan (4) produksi energi.

2. Karakteristik Kandungan Biogas


Untuk tulisan kali ini, ada baiknya kita bahas mengenai apa saja yang
terkandung dalam biogas ini dan apa saja akibatnya terhadap sebuah system
pembakitan listrik berbasis biogas ini. Adapun Biogas mengandung beberapa
komponen yaitu :
CO2, sekitar 25% sampai 50% per volume, akibat yang ditimbulkan kandungan
CO2 yaitu menurunkan nilai kalori, meningkatkan jumlah methane dan anti
knock pada engine, menyebabkan korosi (kurangnya kandungan karbon acid)jika
gas dalam keadaan basah, serta merusak alkali dalam baan bakar biogas ini.
H2S, sekitar 0 sampai 0,5%, akibat yang ditimbulkan kandungan H2S yaitu :
mengakibatkan korosi pada peralatan dan system perpipaan (stress corrosion)
oleh karena itu banyak produsen mesin menetapkan batas maksimal H2S yang
terkandung hanya 0,05% saja.
NH3, sekitar 0-0,05%, emisi NOx setelah pembakaran merusak kandungan
bahan bakar biogas ini, dan meningkatkan sifat anti-knock pada engine.
Uap air, sekitar 1-5%, dapat menyebabkan korosi, resiko pembekuan, pada
peralatan, instrument, plant dan system perpipaan.
Debu/ Dust, sekitar >5m, mengakibatkan terhalangnya nozzle, dan kandungan
biogas.
N2, sekitar 0-5%, akibat yang ditimbulkan yaitu mengurangi kandungan nilai
kalori, dan meningkatkan anti-knock pada engine.
Siloxanes, sekitar 0-5mg m-3 , mengakibatkan terjadinya abrasive dan kerusakan
pada mesin.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat tabel di bawah ini :

Main composition of biogas produced with biogas plants and added substrates
Kombinasi dari biomassa dan CO-substrat dapat membantu dalam menurunkan
kadar CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi. Dengan FAF sebagai co-
fermentasi, kandungan CO 2 adalah sekitar 35% lebih rendah dari yang
diperoleh dengan hanya fermentasi pupuk kandang cair (sekitar 40%). Jika
jagung dan kotoran digunakan sebagai co ferments CO2 sekitar 45%

3. Sistem Produksi Biogas


Sistem produksi biogas dibedakan menurut cara pengisian bahan bakunya, yaitu
pengisian curah dan pengisian kontinyu
a. Pengisian curah
Yang dimaksud dengan sistem pengisian curah (SPC) adalah cara pengantian
bahan yang dilakukan dengan mengeluarkan sisa bahan yang sudah dicerna dari
tangki pencerna setelah produksi biogas berhenti, dan selanjutnya dilakukan
pengisian bahan baku yang baru. Sistem ini terdiri dari dua komponen,yaitu
tangki pencerna dan tangki pengumpul gas. Untuk memperoleh biogas yang
banyak, sistem ini perlu dibuat dalam jumlah yang banyak agar kecukupan dan
kontinyuitas hasil biogas tercapai.
b. Pengisian kontinyu
Yang dimaksud dengan pengisian kontinyu (SPK) adalah bahwa pengisian bahan
baku kedalam tangki pencerna dilakukan secara kontinyu (setiap hari) tiga
hingga empat minggu sejak pengisian awal, tanpa harus mengelurkan bahan
yang sudah dicerna. Bahan baku segar yang diisikan setiap hari akan
mendorong bahan isian yang sudah dicerna keluar dari tangki pencerna melalui
pipa pengeluaran. Keluaran biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos bagi
tanaman, sedang cairannya sebagai pupuk bagi pertumbuhan algae pada kolam
ikan. Dengan SPK, gas bio dapat diproduksi setiap hari setelah tenggang 3 - 4
minggu sejak pengisian awal. Penambahan biogas ditunjukkan dengan semakin
terdorongnya tangki penyimpan keatas (untuk tipe floating dome). Sedangkan
untuk digester tipe fixed dome pernambahan biogas ditunjukkan oleh
peningkatan tekanan pada manometer. Sampai pada tinggi tertentu yang
dianggap cukup, biogas dapat dipakai seperlunya secara efisien.
4. Teknologi Biogas
Teknologi biogas adalah proses penguraian limbah ternak oleh bakteri anaerob
(bakteri Aceton dan Metan) dalam suatu tangki pencerna (digester). Dari proses
tersebut dihasilkan gas bio dan pupuk slurry. Bahan bangunan yang dipakai
adalah material setempat, yang sebagian besar terdiri dari pasangan batu kali,
pasangan batu bata, serta beton.
Bangunan yang diperlukan dalam proses bio digester adalah:
a. Bak pemasukan (inlet)
b. Digester
c. Bak pengeluaran
d. Bak penampung slurry
e. Bak pengencer slurry
Gambar 1. Pencerna tipe floating dome (India)

Gambar 2. Pencerna tipe fixed dome (China)

a. Bak Pemasukan (inlet)


Bak yang berguna sebagai penampung kotoran dan air kencing ternak (sapi)
sebelum dimasukkan di dalamdigester. Bak pemasukan ini dilengkapi dengan
penyaring agar sisa rumput atau benda lain yang tidak dikehendaki masuk ke
dalam digester dapat tersaring dan dibersihkan.
b. Digester
Digester adalah bangunan ruangan (tandon) sebagai tangki pencerna untuk
memproses limbah organik misalnya kotoran sapi, air kencing dan air, sebagai
tempat bakteri anaerob menguraikan limbah isian tersebut selama waktu
tertentu. Dari proses fermentasi limbah tersebut akan menghasilkan gas bio,
serta slurry (sisa keluaran setelah di proses sebagai pupuk organik) yang siap
pakai dengan unsur hara yang tinggi.
Gas bio adalah campuran gas yang terdiri dari bermacam-macam gas, antara
lain : CH4 (methana) sebagai unsur utama , CO2, dan gas-gas lainnya yang
kandungannya sangat sedikit. Dari proses permentasi limbah tersebut akan
mengeluarkan sisa yang bernama slurry dimana slurry mengandung unsur-
unsur : N, P, K, Ca, Mg, yang sangat dibutuhkan sebagai pupuk bagi tanaman.
c. Bak Pengeluaran
Bak Pelimpahan adalah bak sebagai tampungan
limpahan slurry dari digester dan bila telah penuh menuju ke bak
penampungan slurry.
d. Bak Penampung Slurry
Bak ini berfungsi sebagai tempat menampung slurry luapan dari Bak
Pengeluaran. Slurry di Bak Penampungan digunakan untuk
menyaring/memisahkan slurry cair untuk dikeringkan sehingga ringan
pengangkutannya, mudah dikemas dalam plastik untuk dijual. Dalam keadaan
basah/ cair kandungan unsur haranya sangat tinggi. Penggunaan pupuk dalam
keadaan basah/cair sangat dianjurkan sehingga tidak perlu melalui penyaring ini.
e. Bak pengencer Slurry
Bak pengencer Slurry ini digunakan untuk menambah kandungan oksigen yaitu
secara aerasi dan bisa diencerkan dengan tambahan air sehingga bisa
dimanfaatkan untuk ternak lele.
5. Proses Terjadinya Gas Bio dan Manfaatnya.
Kotoran sapi yang dicampur dengan air kencing/air dicampur dalam bak
pemasukan (inlet) selanjutnya disebutmanure, masuk ke digester.. Kandungan
metan dalam biogas kurang lebih 60 % dan gas bio yang terbentuk. Gas metan
(CH4) ini yang digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan sehari-hari,.
Produksi gas bio menurut Nurhasanah (2007) satu ekor sapi untuk suhu (23-32)
C antara (600-1.000) liter biogas/hari. Untuk 15 ekor sapi gas- bio yang
dihasilkan 9000-15000 liter/hari. Sisa dari proses tersebut di atas
keluarlah slurry cair yang merupakan pupuk organik yang mengandung unsur
makro yang dibutuhkan tanaman..
6. Kaji Teoritik Sistem Konversi Energi
Sistem instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG) dapat dibuat skema
sebagai berikut:

Gambar 1.
Bagan sistem instalasi pembangkit listrik dari biogas kotoran sapi.
Perubahan biogas menjadi energi listrik dilakukan dengan memasukkan gas
dalam tabung
penampungan kemudian masuk ke conversion kit yang berfungsi menurunkan
tekanan gas dari tabung sesuai dengan tekanan operasional mesin dan
mengatur debit gas yang bercampur dengan udara didalam mixer,
dari mixer bahan bakar bersama dengan udara masuk kedalam mesin dan
terjadilah pembakaran yang akan menghasilkan daya untuk menggerakkan
generator yang menghasilkan energi listrik. Karakterisrik pembakaran yang
terjadi pada mesin diesel berbeda dengan pembakaran pada mesin bensin.
a. Karakteristik pembakaran biogas didalam mesin diesel
Bahan bakar biogas membutuhkan rasio kompresi yang tinggi untuk proses
pembakaran sebab biogas mempunyai titik nyala yang tinggi 645 0C 750 0C
dibandingkan titik nyala solar 220 0C, maka mesin diesel umumnya digunakan
secara dualfuel dengan rasio kompresi sekitar 15 18. Proses pembakaran pada
mesin dualfuel, bahan bakar biogas dan udara masuk ke ruang bakar pada saat
langkah hisap dan kemudian dikompresikan didalam silinder seperti halnya udara
dalam mesin diesel biasa. Bahan bakar solar dimasukkan lewat nosel pada saat
mendekati akhir langkah kompresi, dekat titik mati atas (TMA) sehingga terjadi
pembakaran.
Temperatur awal kompresi tidak boleh lebih dari 80 0C karena akan
menyebabkan terjadinya knocking dan peristiwa knocking yang terjadi pada
mesin dualfuel hampir sama dengan yang terjadi pada mesin bensin, yaitu
terjadinya pembakaran yang lebih awal akibat tekanan yang tinggi dari mesin
diesel. Hal ini disebabkan karena bahan bakar biogas masuk bersama-sama
dengan udara ke ruang bakar, sehingga yang dikompresikan tidak hanya udara
tapi juga biogas.
Gambar 2.
Grafik performance pada mesin

a) a sfc biogas dalam dualfuel, b sfc solar dalam mesin diesel, c sfc solar
dalam dualfuel
b) a mesin diesel dengan solar yang diritkan, b efisiensi mesin diesel, c
efisiensi dualfuel
b. Karakteristik pembakaran biogas di dalam mesin bensin
Mesin bensin dengan rasio kompresi yang hanya berkisar antara 6 9,5 tidak
cukup untuk melakukanpembakaran biogas karena titik nyala biogas yang tinggi
645 0C - 750 0C, untuk itu dilakukan penambahan rasio kompresi mesin menjadi
10 12. Proses pembakaran biogas sama seperti pada mesin bensin normal,
yaitu biogas dan udara masuk ke ruang bakar dan pada akhir langkah kompresi
terjadi pembakaran, pembakaran ini terjadi karena bantuan loncatan bunga api
dari busi.

Gambar 3.
Diagram performance mesin bensin dengan bahan bakar bensin dan biogas
1) daya, 2) torsi, 3) konsumsi bahan bakar spesifik

c. Pemilihan Mesin Penggerak


Berdasarkan hasil survey lapangan bahwa mesin yang dapat digunakan untuk
mesin penggerak generator PLTBG adalah mesin diesel dan bensin. Di pasaran
untuk mesin bensin harganya jauh lebih mahal dari mesin diesel dengan daya
yang sama dan untuk daya yang besar hanya mesin diesel yang dapat
digunakan sebab tidak adanya mesin bensin dengan daya besar di pasaran.
Penggunaan kedua jenis mesin tersebut dalam kenyataannya menghasilkan
efisiensi yang rendah sehingga perlu adanya modifikasi.
Modifikasi yang perlu dilakukan untuk mengubah mesin diesel menjadi mesin
berbahan bakar biogas adalah dengan cara menambahkan conversion
kit dan mixer. Fungsi conversion kit adalah untuk mengatur debit dan
menurunkan tekanan aliran bahan bakar sesuai dengan tekanan operasional
yang diinginkan sedangkan mixerberfungsi sebagai pencampur bahan bakar
dengan udara. Pemasangan mixer terletak pada saluran masuk udara
dan conversion kit terpasang antara mixer dan tabung gas (Gas holder). Sistem
modifikasi ini menggunakan sistem dualfuel yaitu mesin menggunakan dua
bahan bakar yang dilakukan secara bersamaan dengan komposisi 20% solar dan
80% biogas . Hal ini dilakukan karena titik nyala pembakaran biogas sangat
tinggi yaitu sekitar 645C-750C.

Gambar 4
Skema pemasangan mixer dan conversion kit pada mesin diesel
Modifikasi mesin bensin hampir sama dengan mesin diesel yaitu dengan cara
menambah Conversion kit danmixer. Perbedaannya adalah pada mesin bensin
bahan bakar biogas dapat digunakan 100%, hal ini dikarenakan adanya busi
sehingga bahan bakar biogas akan cepat terbakar. Pemasangan mixer terletak
antara saringan udara dan karburator, sedangkan Conversion kit terpasang
antara mixer dan tabung gas (gas holder). Perkiraan biaya untuk
pembelian Conversion kit dan mixer yaitu sekitar Rp. 4.800.000,00 untuk kondisi
alat baru.
7. Perhitungan ekonomi PLTBG
Perhitungan ekonomi penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG)
untuk peternakan sedang dan besar dengan pemakaian mesin diesel dan
bensin , dan dibandingkan dengan keuntungan listrik yang dihasilkan yang
disesuaikan dengan tarif dasar listrik PLN.

Tabel 1. Daya listrik yang dapat dihasilkan dari peternakan sedang dan besar

Tabel 2. Perkiraan biaya investasi PLTBG pada peternakan sedang dan besar
Tabel 3. Perkiraan biaya operasi PLTBG pada peternakan sedang dan besar

Biaya investasi dari mesin diesel lebih kecil dari pada mesin bensin, sehingga
mesin diesel lebih menguntungkan dari segi ekonomi. Di lain sisi dari aspek
perawatan mesin diesel dan mesin bensin dapat dikatakan sebanding dan
membutuhkan biaya yang relatif sama. Dilihat dari aspek operasi mesin diesel
lebih mudah, mempunyai umur operasi yang lama dan menggunakan sedikit
bahan bakar untuk penyediaan daya yang sama dibandingkan dengan mesin
bensin. Hal ini dapat dijadikan alasan bahwa mesin diesel lebih menguntungkan
sebagai mesin penggerak pada PLTBG.
Keuntungan dari membangkitkan listrik dari PLTBG adalah energi listrik yang
dapat hasilkan dikalikan dengan harga listrik yang harus dibayar pemakai jika
menggunakan listrik dari PLN. Harga listrik Rp. 545/kWh dan biaya beban Rp.
30.000,00/kVA. Nilai rupiah yang dapat dihasilkan dari membangkitkan listrik
dari biogas pada peternakan sedang dengan daya 3 kW (4 kVA) dalam satu
tahun dengan penggunaan tiap hari 24 jam adalah Rp. 15.762.600,00.
Analisa ekonomi pembangkit listrik tenaga biogas dengan mesin penggerak dari
mesin diesel untuk peternakan skala sedang, jika bunga investasi untuk kredit
dari bank 19 % adalah :
Total investasi = Rp. 7.300.000,00 + Rp. 7.300.000,00 x 19%
= Rp. 8.687.000,00
Umur teknis ekonomis 10 Tahun
Depresiasi = Rp. 8.687.000,00 / 10
= Rp. 868.700,00
Cash flow = Keuntungan + Depresiasi- biaya operasional
= Rp. 15.762.600,00 +Rp. 868.700,00 Rp. 10.316.000,00
= Rp. 6.220.400,00
IRR(Initial Rate of Return) = 72 %
NPV (Net Present Value) = Rp. 15.726.618,00
BCR (Benefit Cost Ratio ) = 1,45
PB ( Pay back) = 1 tahun 5 bulan
Nilai rupiah yang dapat dihasilkan, sesuai harga listrik dari PLN, dari
membangkitkan listrik dengan biogas pada peternakan besar dengan daya 15
kW (19 kVA) dalam satu tahun dengan penggunaan tiap hari 24 jam adalah Rp.
78.453.000,00. Jika bunga investasi untuk kredit dari bank 19 % maka analisa
pembangkit listrik tenaga biogas untuk peternakan skala besar adalah
Total investasi = Rp. 56.300.000,00 + Rp. 56.300.000,00 x 19%
= Rp. 66.997.000,00
Umur teknis ekonomis 10 Tahun
Depresiasi = Rp. 66.997.000,00 / 10
= Rp. 6.699.700,00
Cash flow = Keuntungan + Depresiasi- biaya operasional
= Rp. 78.453.000,00 + Rp. 6.699.700,00 Rp. 22.883.600,00
= Rp. 61.537.200,00
IRR(Initial Rate of Return) = 93 %
NPV (Net Present Value) = Rp. 170.743.335,00
BCR (Benefit Cost Ratio ) = 2,87
PB ( Pay back) = 1 tahun 1 bulan

8. Pengembangan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG)

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Listrik dari Sampah Kota Menanggapi tulisan
yang berjudul Energi masa lalu, kini dan masa depan kita selaku kota yang baru
berdiri harus bercermin kepada kota yang sudah menghadapi masalah dan
mampu menyelesaikannya, khususnya terhadap permasalahan ketersediaan
energi yang sangat pokok dan penting tetapi mampu memecahkan
permasalahan lainnya. Sampah telah menjadi masalah besar terutama di kota-
kota besar di Indonesia. Hingga tahun 2020 mendatang, volume sampah
perkotaan di Indonesia diperkirakan akan meningkat lima kali lipat. Tahun 1995
saja, menurut data yang dikeluarkan Asisten Deputi Urusan Limbah Domestik,
Deputi V Menteri Lingkungan Hidup, Chaerudin Hasyim, di Jakarta baru-baru ini,
setiap penduduk Indonesia menghasilkan sampah rata-rata 0,8 kilogram per
kapita per hari, sedangkan pada tahun 2000 meningkat menjadi 1 kilogram per
kapita per hari. Pada tahun 2020 mendatang diperkirakan mencapai 2,1 kilogram
per kapita per hari. Meningkatnya sampah perkotaan telah menimbulkan
berbagai permasalahan lingkungan. Bukan hanya pemandangan tak sedap atau
bau busuk yang ditimbulkannya tetapi juga ancaman terhadap kesehatan. Untuk
memanfaatkan sampah perkotaan sebenarnya telah sejak lama diupayakan para
ahli. Salah satunya adalah pemanfaatan untuk produksi listrik biogas dari
sampah kota. Namun sejauh ini, rencana tersebut baru sebatas wacana. Yang
sudah beroperasi dan baru saja diresmikan adalah listrik dari sekam padi di Desa
Cipancuh, Kecamatan Haur Geulis Indramayu, memanfaatkan sekam padi yang
selama ini terbuang. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sekam pertama di
Indonesia itu berkapasitas 100 ribu watt. Setelah sekam padi, angin segar
dihembuskan PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten yang berniat memanfaatkan
sampah di TPA Leuwigajah Cimahi dan TPA Bantargebang Bekasi, untuk
menghasilkan listrik, dengan menggandeng investor swasta PT Navigat Organik
Energy Indonesia. Saat ini, rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas (PLTB) dari sampah kota itu memang masih dalam tahap MoU. Selain
mengatasi masalah sampah kota, diharapkan pemanfaatan sampah untuk listrik
tersebut juga bisa membantu PLN dalam mengatasi krisis enerji listrik. Paling
tidak, listrik penduduk di seputar TPA tak akan sering-sering byar pet. Bila PLTB
di TPA Leuwigajah tersebut beroperasi, pada mulanya akan memberikan
kontribusi pasokan listrik sebesar 1 MW (mega watt) terhadap jaringan PLN di
wilayah Distribusi Jawa Barat dan Banten, dengan kapasitas maksimumnya 10
MW. Meski kontribusi listrik sebesar 1 MW tergolong relatif kecil, namun jika
disalurkan kepada pelanggan rumah tangga daya tersambung 450 atau 900 VA
(volt ampere) dengan pemakaian rata-rata misalnya 100 kwh (kilo watt hour)
perbulan, diperkirakan dapat memasok kepada sekira 10 ribu pelanggan.
Menurut Direktur Utama PT Navigat Organic Energy Indonesia, Sri Andini, selain
ingin turut memberikan kontribusi enerji listrik, pembangunan PLTB itu
diharapkan pula mampu memberikan solusi terhadap permasalahan sampah
selama ini. Upaya tersebut sekaligus pula agar masyarakat terbebas dari hal-hal
yang membahayakan lingkungan, terutama akibat limbah sampah yang dapat
mengeluarkan gas-gas beracun. "Melalui pengelolaan energi biogas dari sampah
ini, gas metan yang dihasilkan limbah sampah itu dapat diolah menjadi energi
listrik," jelasnya usai menandatangani MoU (nota kesepahaman) "Rencana Jual
Beli Tenaga Listrik Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dari Sampah TPA (tempat
pembuangan akhir) Leuwigajah-Cimahi" antara PT PLN (Persero) Distribusi Jabar-
Banten dan PT Navigat Organic Energy Indonesia. Menurut Sri, saat ini
pembangkit listrik tenaga biogas di TPA Leuwigajah dan Bantar Gebang tersebut
masih dalam perencanaan dan akan segera dibangun. Pembangunan
diperkirakan memakan waktu sekira enam bulan, dengan kapasitas maksimum
pembangkit sebesar 10 MW (mega watt) dan mulai dapat beroperasi 9 bulan
lagi. "Untuk tahap awal nanti, kapasitasnya baru 1 MW. Selain di Leuwigajah,
juga ada di Bantar Gebang Bekasi dengan kapasitas maksimum pembangkit
mencapai 35 MW. Sebelum membangun PLTB, sambung Sri, pihaknya akan
mengupayakan dulu composing pada TPA tersebut, kendati kegiatan ini dinilai
tidak akan berkembang. Pasalnya, untuk melakukan itu harus melalui banyak
prosedur dan kemungkinan besar dapat mengganggu keberadaan pemulung.
"PLTB sendiri tidak akan mengganggu pemulung, sehingga mereka masih dapat
mencari keuntungan dari sampah-sampah yang ada," jelasnya. Mengenai
besarnya alokasi investasi yang dibutuhkan untuk membangun PLTB tersebut, Sri
mengakui dananya cukup besar. Meski begitu, ia belum dapat menyebutkan
nominalnya, karena harus melakukan survei di lapangan dan perhitungan
berbagai biaya yang timbul. Begitu pula keuntungan ekonomis dari investasi
bisnis PLTB ini, yang tidak dapat langsung dirasakan perolehan laba terutama
untuk jangka pendek, tapi akan mulai dirasakan untuk jangka panjang. Selain
membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membangun PLTB dari sampah,
yakni mulai dari pembangunan instalasi, pengeboran, maupun infrastruktur
lainnya, juga akan memakan waktu lama untuk mencapai keuntungan ekonomis.
BEP (break event point atau titik impasnya saja baru dapat tercapai selama 9
sampai 10 tahun mendatang. Sri mengakui, pembangkit listrik tenaga biogas
tersebut merupakan yang pertama di Indonesia. Kalau di negara-negara lain
terutama di Eropa, termasuk di Asia seperti Korea Selatan, Malaysia maupun
Thailand sudah berjalan. Di Inggris misalnya, pembangkit listrik tenaga biogas
sampah sudah berjalan selama 15 tahun dengan kapasitas mencapai 400 MW.
"Pembangunan PLTB ini tidak hanya di TPA Leuwigajah dan Bantargebang saja,
karena sebelumnya kita juga telah melakukan kerjasama dengan PLN Sumatera
Selatan. Bahkan di masa mendatang, kita akan melakukannya di seluruh
Indonesia," tambah Sri. Namun menurut catatan "PR" pemanfaatan sampah
untuk listrik sudah pernah dibuat di TPA Pasir Impun yang terletak di Desa
Karang Pamulang, sekira 6 Km dari arah timur Kota Bandung. Di TPA seluas 7
hektar itu, sekira 500-1.000 meter kubik sampah yang dibuang ke sana
dimanfaatkan untuk pembuatan listrik biogas. Pembuatan listrik biogas di sana
menggunakan parit-parit yang kemudian biogas hasil pembusukan sampah
organik itu disalurkan dari parit ke pompa vortex. Vortex kemudian mengalirkan
gas metana yang mudah terbakar ini ke sebuah mesin diesel yang menghasilkan
daya listrik sebesar 40.000 watt. ** PLTB merupakan salah satu upaya untuk
menjaga kelestarian lingkungan, terutama dalam menangani limbah sampah
utamanya sampah organik. Sekaligus menjadi salah satu alternatif memberikan
pasokan energi listrik yang dinilai cukup terbatas selama ini. Serta masih banyak
menggantungkan pada pembangkit listrik seperti PLTA (Pembangkit Listrik
Tenaga Air), dsb. Mengenai besaran HPP (harga pokok produksi) yang akan
ditetapkan perusahaan, Sri menjelaskan pihaknya akan tetap mengikuti aturan
dari pemerintah untuk menetapkan besarnya HPP. "Jadi, apa yang ditetapkan
oleh pemerintah akan kita ikuti. Harga listrik yang akan dijual, kita mengikuti
harga PLN atau pemerintah," ujarnya. Hal senada diungkapkan Agus Pranoto.
Pada prinsipnya HPP tersebut akan dibicarakan lagi lebih lanjut. Meski demikian,
secara umum sebenarnya telah ada kebijakan yang mengatur besarnya HPP,
baik dari pemerintah maupun PLN itu sendiri. Bagi PLN misalnya, HPP dapat
mencapai tingkat keekonomisannya sekira 7 sen dolar AS per kwh (kilo watt
hours). Melalui rencana pembangunan PLTB di TPA Leuwigajah dan Bantar
Gebang Bekasi tersebut, Agus mengharapkan pada akhir tahun 2003 ini PLTB
tersebut dapat memberikan kontribusi sebesar 1 MW. "Meski tidak signifikan, tapi
itu dapat memberikan dukungan moral yang luar biasa untuk menghadapi krisis
enerji. Jadi, makin cepat makin bagus," ucap Agus. Diakui, sejauh ini tengah
digalakkan pembangunsan pembangkit listrik dengan tenaga terbarukan. Sejauh
ini, PLN sangat mengharapkan adanya pembangunan pembangkit baru.
Pasalnya, kebutuhan enerji listrik dari tahun ke tahun terus berkembang. "Jadi,
berapapun listrik yang dapat disediakan PLTB, kita akan beli. Tentang harga,
nanti akan kita bicarakan. Yang pasti PLN ataupun pemerintah sudah memiliki
patokan yang jelas," tegasnya. Selain dengan PLN Distribusi Jabar dan Banten,
PT Navigat Organic Energy Indonesia telah melakukan kerjasama dengan PT PLN
Distribusi Jawa Timur di bidang jual beli energi listrik berbahan baku sampah
bertegangan 20 kV dan frekuensi 50 hertz, baru-baru ini. Menurut Manajer
Humas PT PLN Distribusi Jatim, Bambang Harmanto, kerjasama tersebut
merupakan bagian dari rangkaian negosiasi dengan sejumlah perusahaan swasta
yang memiliki pembangkit dan kelebihan daya, untuk memenuhi tingginya
permintaan energi listrik dari industri. Selain PT Navigat, sebuah perusahaan
swasta lain yakni PT Ginaris Mukti Adiluhung (GMA) telah menawarkan pula
teknologi mengubah sampah menjadi energi listrik (waste to energy) ke Pemprov
DKI, baru-baru ini. GMA menawarkan Pemprov DKI agar membayar Rp 30 ribu
untuk setiap ton sampah yang mereka ubah menjadi listrik. Meski demikian Eddy
Mardanus dari GMA mengakui, biaya yang harus dikeluarkan untuk mengubah
sampah menjadi energi listrik memerlukan biaya tiga kali lipat dibandingkan
biaya pembangkit biasa. Dengan begitu, dana yang dibayar Rp 30 ribu tersebut
tergolong cukup wajar, apalagi Pemprov DKI selama ini mengeluarkan biaya
untuk tiap ton sampah. Bedanya, biaya yang dikeluarkan kini tergolong lebih
rendah. Investor lain yang sudah menandatangani nota kesepahaman adalah
pembangkit listrik dari sampah yang berkapasitas 1.000 ton sampah perhari di
atas lahan seluas enam hektare di Marunda. Produksi sampah di Jakarta tiap hari
sekitar 5.000 ton dan jika tiga tempat pengolahan sampah sudah berfungsi
penuh, sampah yang diserap adalah 3.500 ton sampah setiap hari. Sedangkan
1.500 ton lainnya diatasi oleh TPA dan "incenerator" milik Pemprov DKI. Memilah
sampah Upaya pengelolaan limbah sampah ini dapat berjalan optimal, bila
pemda maupun masyarakat itu sendiri memiliki kesadaran pula akan pentingnya
kebersihan dan kelestarian lingkungan. Di Batam misalnya, pemda setempat
terus berupaya mengajarkan masyarakatnya untuk memilah sampah menurut
jenis dan sifatnya, yakni dengan menyebarkan sebanyak 100 tong sampah untuk
kebutuhan tersebut di sejumlah tempat-tempat umum di Batam. Menurut Kepala
Seksi Pemanfaatan dan Pemusnahan Sampah, Air Limbah dan Tinja di Batam,
pihaknya sangat mengharapkan masyarakat Batam terbiasa untuk memilah
sampah menurut jenis dan sifatnya. Apakah sampah basah, kertas dan plastik.
Untuk mendukung hal itu, sebanyak 100 tong sampah yang masing-masing
terdiri dari tiga tong yaitu untuk sampah basah, sampah kertas dan sampah
plastik disebarkan di sejumlah tempat-tempat umum yang sering dilalui
masyarakat. Langkah ini tiada lain untuk membelajarkan masyarakat Batam agar
menjadi masyarakat yang pintar dalam hal kebersihan.

PENUTUP
1. Kesimpulan
PLTBG adalah instalasi pembangkit listrik dengan pemanfaatan biogas sebagai
bahan bakar yang dapat diperbaharui. Kotoran sapi sebagai media penghasil
biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar PLTBG sehingga mengurangi
pencemaran lingkungan dan efek rumah kaca. Jawa Tengah dengan kapasitas
peternakan yang besar mempunyai potensi yang cukup baik untuk
pembangunan PLTBG. PLTBG dapat dibangkitkan dengan penggunaan motor
bakar berbahan bakar biogas tetapi mesin berbahan bakar biogas di Indonesia
belum ada. Mesin diesel dan bensin secara teknis dapat digunakan sebagai
penggerak generator PLTBG tetapi efisiensinya yang dihasilkan rendah sehingga
perlu dilakukan modifikasi.Pemilihan mesin dalam penulisan ini untuk
menghasilkan efisiensi maksimal dari mesin dengan memodifikasi mesin
berbahan bakar diesel dan bensin. Berdasarkan hasil analisa mesin diesel dan
bensin memerlukan penambahan conversion kit dan mixer. Conversion kit
berfungsi mengatur debit bahan bakar supaya mengalir konstan dan
penambahan mixer bertujuan untuk pencampur biogas dengan udara. Mesin
diesel yang dimodifikasi ini menggunakan system dualfuel engine dimana bahan
bakar solar digunakan bersama-sama dengan biogas, dengan komposisi sekitar
20 % solar dan 80% biogas. Mesin bensin dapat menggunakan 100% biogas
untuk bahan bakar. Energi biogas dapat dimanfaatkan secara optimal dengan
cara teringrasi dan penggunaan pada kegiatan-kegiatan yang produktif.
Sehingga pemanfaatan energi biogas dapat memberikan dampak yang lebih luas
dan dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi serta nilai tambah pada produk.

2. Saran
a. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah maupun pihak swasta dengan
peternakan sapi untuk pembangunan PLTBG.
b. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penggunaan dan pemodifikasian
mesin diesel dan bensin dengan bahan bakar biogas untuk mendapatkan
efisiensi mesin yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://dicafab.blogspot.com/2010/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html
eprints.uny.ac.id/1283/1/Journal_PPM_biogas.doc
ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2006/NP/femanfaatanenergi.doc
www.bbrp2b.kkp.go.id/publikasi/rumputlaut/3.%20biogas.doc
maul24hours.wordpress.com/.../manfaat-biogas-lebih-besar-daripada..

You might also like