Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ikan patin merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki peluang ekonomi
untuk dibudidayakan. Budidaya ikan patin masih perlu diperluas lagi, karena
pemenuhan atas permintaan ikan patin masih sangat kurang. Rasa daging ikan
patin yang enak dan gurih konon memiliki rasa yang lebih dibandingkan ikan
lele. Ikan patin memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup banyak di
dalam dagingnya.
Teknik budidaya ikan patin sebenarnya relatif mudah, sehingga tidak perlu ragu
jika berminat menekuni budidaya ikan ini. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan
ikan patin hanya mengandalkan penangkapan dari sungai, rawa dan danau
sebagai habitat asli ikan patin. Seiring dengan meningkatnya permintaan dan
minat masyarakat, ikan patin mulai dibudidayakan di kolam, keramba maupun
bak dari semen. Permintaan ikan patin yang terus meningkat memberikan
peluang usaha bagi setiap orang untuk menekuni usaha di bidang budidaya ikan
patin ini. Dengan permintaan yang demikian meningkat jelas tidak mungkin
mengandalkan tangkapan alam, tetapi perlu budidaya ikan patin secara lebih
intensif.
i. Apa saja hama dan penyakit yang dapat menyerang ikan patin?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul budidaya ikan patin
adalah untuk memperdalam pengetahuan tentang tekhnik budidaya ikan patin
itu sendiri. Jadi sangat memudahkan pembaca untuk memahaminya.
BAB II
PEMBAHASAN
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Family : Pangasidae
Genus : Pangasius
Ikan patin memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak dengan
punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 120 cm,
suatu ukuran yang cukup besar untuk ukuran ikan air tawar domestic. Kepala
ikan patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah
bawah. Hal ini merupakan ciri khas golongan Catfish. Pada sudut mulutnya
terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang
bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sementara itu, jari-jari lunak sirip
punggung terdapat enam atau tujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip
lemak yang berukuran kecil sekali. Adapun sirip ekornya berbentuk cagak dan
bentuknya simetris, ikan patin tidak memiliki sisik, sirip duburnya panjang, terdiri
dari 30-33 jari-jari lunak, sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak.
Sirip dada memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah
menjadi senjata yang dikenal sebagai patil.
Ikan patin bersifat nocturnal (melakukan aktivitas pada malam hari) sebagai
mana umumnya ikan Catfish lain nya. Selain itu patin suka bersembunyi di
dalam liang-liang di tepi sungai habitat nya hidup. Hal yang membedakan patin
dengan dengan Catfish pada umumnya yaitu sifat patin yang termasuk omnivora
atau golong ikan pemakan segala. Di alam makanan ikan ini antara lain ikan-ikan
kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang-udang kecil, dan
molusca.
Ikan patin termasuk ikan dasar. Hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang
agak ke bawah. Habitatnya di sungai-sungai besar yang tersebar di Indonesia,
India, dan Myanmar. Daging ikan patin sangat gurih dan lezat sehingga terkenal
dan sangat digemari oleh masyarakat. Di alam ikan ini dikumpulkan di tepi-tepi
sugai besar pada akhir musim penghujan atau sekitar bulan April sampai Mei.
Alat yang dipergunakan adalah seser yaitu semacam jala yang diperegang
dengan sepasang bilah bambu. Pengoperasiannya dengan cara mendorong atau
menyeserkan ke arah depan. Waktu penangkapannya menjelang fajar karena
pada saat itu anak-anak patin umumnya berenang bergerombol dan sesekali
muncul ke permukaan air untuk menghirup oksigen dari udara langsung.
Kerabar dekat ikan patin yang ada di Indonesia umumnya memiliki ciri-ciri
keluarga Pangasidae, yaitu bentuk badan sedikit memipih, tidak bersisik atau
sisiknya halus sekali. Mulutnya kecil dengan 2-4 pasang sungut peraba. Sirip
duburnya panjang dimulai dari belakang dubur hingga sampai pangkal ekor.
a. Pangasius polyuranodon
Ikan ini dikenal juga dengan sebutan ikan juaro. Tubuhnya berwarna putih
seperti mutiara dengan punggung kehitam-hitaman. Bentuk tubuh tinggi dengan
sirip punggung memiliki tujuh jari-jari lunak dan dua buah jari-jari kerans yang
salah satu diantaranya menjadi senjata yang sangat ampuh berupa patil yang
sangat kuat. Sirip lemak pada punggungnya kecil sekali, sementara sirip ekornya
bercagak simetris. Sirip duburnya panjang dan memiliki 35-40 jari-jari lunak. Sirip
perut memiliki enam buah jari-jari lunak, sedangkan sirip dadamemiliki 12-13
jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang sangat kuat yang juga berfungsi
sebagai patil.
Di dekat lubang hidungnya terdapat sungut peraba dari rahang atas yang
berpangkal sampai di pangkal sirip dada. Sungut peraba pada rahang bawah
pendek. Panjang tubuh dapat mencapai 50 cm, hidupnya di sungai-sungai.
Penyebarannya di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Thailand.
b. Pangasius macronema
Ikan ini memiliki sungut yang lebih panjang daripada kepala. Gigi
veromine terpisah-pisah, terdapat 37-45 sisir saring tipis pada lengkung insang
pertama. Garis di tengah badan dan pada perut jelas terpisah di awal sirip dada.
Penyebaran ikan ini meliputi daerah Jawa, Kalimantan, dan Indocina.
c. Pangasius micronemus
Ikan ini memiliki gigi veromine terpisah atau bertemu di satu titik,
matanya sangat besar (kira-kira seperempat panjang kepala), moncong
berbentuk segi, cuping rahang bawah memanjang daripada membulat, tonjolan
tuang lengan pada pangkal sirip dada sangat pendek. Sungut rahang atas
memanjang sampai pinggiran belakang mata atau melampauinya. Terdapat 13-
16 sisir saring pada lengkung insang pertama. Terdapat di Kepulauan Sunda dan
Thailand.
d. Pangasius nasutus
e. Pangasius niuwenhuisii
Gigi veromine dan palatine bersatu dalam bidang lebar. Tonjolan tulang
lengan pada pangkal sirip dada memanjang sampai dua per tiga atau tiga per
empat jaraknya dari ujung sirip dada. Moncongnya meruncing. Penyebaran ikan
ini di Kalimantan Timur.
Dalam usaha budidaya ikan patin persyaratan lokasi yang harus dipenuhi untuk
mencapai produksi yang menguntungkan meliputi sumber air, kualitas air dan
tanah serta kuantitas air. Kriteria persyaratan tersebut berbeda tergantung dari
pada sistem budidaya yang digunakan. Sebelum menetapkan lokasi usaha,
selain harus memenuhi persyaratan tersebut perlu pula dipastikan kelayakan
lokasi budidaya ditinjau dari segi gangguan alam, gangguan pencemaran,
gangguan predator, gangguan keamanan dan gangguan lalu lintas angkutan air.
Uraian berikut adalah persyaratan lokasi yang perlu diperhatikan :
a. Sumber Air
Air yang dapat digunakan untuk kegiatan pembenihan dapat berasal dari air
tanah ataupun air irigasi yang bebas dari pencemaran. Pada proses penetasan
telur dan pendederan air yang digunakan harus menggunakan air sumur hal ini
untuk menghindari adanya pencemaran dan timbulnya serangan penyakit dan
jamur pada telur dan larva, sedangkan untuk perawatan induk dan pendederan
benih dapat menggunakan air irigasi. Perlakuan mutlak dilakukan baik untuk air
tanah maupun air irigasi dengan melakukan metoda pengendapan, filtrasi, dan
aerasi. Hal ini diperlukan untuk mengurangi plastic tanah maupun pasir serta
menambah kandungan oksigen kedalam air sebelum digunakan untuk media
pemeliharaan ikan.
Adapun kualitas air yang baik untuk budidaya ikan Patin yang baik adalah :
Kriteria
Nilai Batas
a.
Fisika
- Suhu
20-30oC
2000 mg/l
- Kecerahan
Lebih dari 45 cm
b.
Kimia
- PH
6-9
- Oksigen terlarut
Maksimum 8 jam/hari, minimal 3 mg/l
- Karbondioksida bebas
Maksimum 15 mg/l
- Amoniak
- Nitrit
- Tembaga(Cu)
- Seng (Zn)
- Mercuri (Hg)
- Timbal (Pb)
Maksimum 0,3 mg/l
- Fenol
- Sulfida
- Kadmium (Cd)
- Fluorida
- Arsenikum (As)
Maksimum 1 mg/l
- Selenium (Se)
- Sianida (Cn)
Maksimum 1 mg/l
b. Lokasi
Adapun ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap
dipijahkan adalah sebagai berikut.
a. Induk Betina :
1. Umur 3 tahun
2. Ukuran 1,5-2 kg
7. Kalau disekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang
bentuknya bundar dan besarnya seragam.
b. Induk Jantan :
1. Umur 2 tahun
2. Ukuran 1,5-2 kg
a. Penyuntikan
b. Striping
Media tempat penyuntikan indukan yang telah disuntik haruslah ideal, dalam arti
bak harus tertutup dan bak berbentuk bulat dengan ketinggian 1 m, bertujuan
induk yang telah disuntik tidak setres yang berakibat pada kualitas telur.
Biasanya setelah 6-12 jam setelah penyuntikan ke 2,ikan siap di setriping
telurnya untuk di aduk dengan sperma yang telah dicampur NaCl 0,9 %.
c. Inseminasi Buatan
Setelah diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah
selanjutnya adalah pencampuran larutan tanah merah yang berguna untuk
menghilangkan daya rekat telur kemudian diaduk sempurna hingga telur tidak
menempel satu sama lain untuk menghilangkan larutan tanah merah dilakukan
beberapa kali pembilasan menggunakan air bersih kemudian siap untuk
dimasukan dalam corong penetasan.
d. Penetasan Telur
Larva mulai menetas setelah kurang lebih 20 jam setelah inseminasi. Larva
menetas tidak bersamaan tetapi secara bertahap. Pemanenan larva dilakukan
24-28 jam setelah inseminasi. Larva yang menetas didalam corong penetasan
akan bergerak mengikuti aliran air kedalam bak penampungan larva kemudian
larva di panen dengan cara diambil dengan seser halus secara hati-hati dan
berlahan.
Pemeliharaan larva dan benih ikan patin sebaiknya dilakukan di dalam ruangan
tertutup agar dapat dijaga suhu airnya serta menghindari kontaminasi yang
dapat masuk kedalam media pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan larva
dapat berupa akuarium, bak fiber, bak semen maupun bak kayu, hal terpenting
yang harus diperhatikan adalah kebersihan dan ukuran wadah. Padat tebar larva
sekitar 60-80 ekor/liter.
Larva dipelihara selama 15 hari, hingga larva ikan akan mencapai ukuran 3/4
inchi. Larva ikandi berikan pakan neupli artemia dari umur 30 jam hingga 7 hari.
Adapun pada hari ke 8 hingga ke 15 larva diberi pakan cacing sutra. Suhu
optimal untuk pemeliharaan larva antara 29-30 C.
Selama pemeliharaan larva dilakukan penyiponan sisa pakan dan faeses secara
rutin, penambahan dan pergantian air dapat dilakuakn setelah 4 hari
pemeliharaan dan dilakukan secara rutin minimal setiap 2 hari sekali atau sesuai
dengan kebutuhan.
Larva akan berangsur menjadi benih pada umur sekitar 15 hari dan pada umur
tersebut benih kemudian dipanen dan didederkan pada wadah yang lebih besar
agar pertumbuhannya lebih optimal. Wadah pendederan dapat berupa bak
semen ataupun bak fiber hingga benih berukuran 2-3 inchi, seluruh kegiatan
pemeliharaan larva hingga benih harus dicatat dan terdokumentasi dengan baik,
hal ini untuk menghitung biaya produksi yang dikeluaran untuk memproduksi
benih patin. Selain itu bertujuan untuk memudahkan dalam evaluasi apabila
terjadi kendala dan masalah dalam proses pemeliharaan benih.
a. Pemberokan
Untuk mengurangi kotoran yang akan dikeluarkan benih patin maka selama
perjalanan ikan diberok atau dipuasakan selama 18 jam. Jika kurang dari itu,
dikhawatirkan perut ikan belum kosong sama sekali. Sedangkan jika proses
puasa terlalu lama maka ikan sangat lapar sehingga akan saling memangsa
sesamanyadi perjalanan.
b. Air
Air yang digunakan adalah air sumur yang sudah diaerasi selama 24 jam yang
bertujuan untuk mengurangi pencemaran bahan beracun seperti pestisida dan
bahan kimia lainnya. Maksud aerasi adalah untuk membuang gas-gas yang
berbahaya di dalam air, seperti CO2 dan menambah kandungan O2.
c. Wadah
Untuk mengangkut benih patin gunakan kantong plastik kecil berkapasitas 5 liter.
Kantong plastik dibuat rangkap untuk menghindari kebocoran. Kemudian
kantong plastik tersebut dimasukkan ke kardus.
d. Oksigen
e. Benih
f. Pengemasan
Masing-masing kantong diisi dengan air sumur yang telah diaerasi selama
24 jam. Disiapkan di tempat yang mudah dijangkau dan dihindarkan dari injakan
orang yang lalu-lalang. Jika kantong yang telah diisi air cukup banyak maka
sebaiknya ditempatkan dulu dalam ember plastik atau bak fiberglass.
Benih ikan yang sudah diberok ditangkap dengan serokan halus lalu
dimasukkan ke kantong plastik yang sudah disediakan.
Satu per satu kantong diisi oksigen murni dengan perbandingan air :
oksigen = 1 : 2. Kantong yang sudah diisi oksigen murni harus segera diikat
dengan karet gelang rangkap. Setelah itu, kantong plastik langsung dimasukkan
ke kardus. Banyaknya kantong plastik yang akan dimasukkan sangat tergantung
pada ukuran kardus.
g. Lama Pengangkutan
a. Persiapan Kolam
c. Pengisian Air
d. Penebaran Ikan
Penebaran ikan ke kolam baru dapat dilakukan bila kondisi air kolam diperkirakan
sudah stabil. Artinya, pengaruh pupuk sudah hilang dan makanan alami sudah
cukup tersedia. Kepadatan penebaran untuk ikan patin yang di besarkan di
dalam kolam secara monokultur adalah 1 ekor/m2 untuk benih berukuran 100
g/ekor. Kepadatan penebaran ini tergantung pada ukuran benih, semakin besar
benih yang ditebarkan maka semakin jarang kepadatan penebarannya, demikian
pula sebaliknya.
Penebaran ikan diusahakan ketika suhu air rendah yaitu sekitar 25 C. suhu ini
biasanya terjadi pada pagi hari dan sore hari. Agar, lebih aman dilakukan proses
aklimatisasi sebelum ikan ditebarkan sehingga ikan tidak kaget dan langsung
bias menyesuaikan diri dengan lingkungann yang baru. Cara mudah proses
aklimatisasi ini dengan membiarkan ikan patin keluar dengan sendirinya dari
wadah pengangkutan benih ke air kolam. Proses ini bias dipercepat dengan
mencampur secara perlahan-lahan air kolam dengan air di wadah pengangkutan.
Pemberian pakan tambahan pada proses pembesaran ikan patin di kolam sangat
mutlak untuk memacu pertumbuhan. Pakan tambahan itu berupa pellet atau sisa
kegiatan dapur. Jumlah pakan tambahan biasanya 3-4 % dari bobot total
ikan/hari. Pellet ini ada yang dibuat sendiri (pellet lokal) dan ada pula pellet
buatan pabrik (pellet komersial). Pakan tambahan lainnya yang juga bisa
diberikan adalah limbah ikan, udang-udangan, molusca dan bekicot. Pemberian
pakan jenis ini sesuai dengan pakan ikan patin di alam.
Pemberian pakan buatan dilakukan 3 sampai 4 kali sehari (pagi, siang, sore dan
malam). Dalam pelaksanaan nya, pemberian pakan buatan ini baru dihentikan
setelah hampir 25% dari ikan yang ada telah meninggalkan tempat pemberian
pakan. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar ikan patin sudah mulai
kenyang. Jarak waktu antara pemberian pakan yang satu dengan pemberian
pakan yang berikutnya adalah 4 jam karena biasanya ikan kembali lapar setiap
3-4 jam setelah makan.
f. Panen
Pemanenan ikan patin yang dipelihara secara monokultur di kolam lebih mudah
dilakukan karena ikan tidak bercampur dengan ikan jenis lainnya. Pemanenan
dilakukan bila ikan sudah di pelihara di kolam selama enam bulan. Pada umur ini,
ikan patin biasanya sudah mencapai ukuran konsumsi. Semakin besar ukuran
benih yang ditebarkan semakin singkat masa pemeliharaannya.
Untuk menjaga agar ikan tidak setres, penurunan air hendaknya tidak dilakukan
secara tergesa-gesa.khusus pada kolam yang berukura besar, penutupan saluran
pemasukan air dan membukaan saluran pengeluaran air sebaiknya dilakukan
pada sore hari, yaitu sehari sebelum panen dilakukan. Pada keesokan harinya,
pagi-pagi sekali ikan sudah berkumpul di sepanjang kemalir. Ikan ini kemudian
digiring untuk di kumpulkan di bak pengumpulan. Ikan-ikan yang sudah
terkumpul di dalam bak penampungan dapat segera ditangkap dengan alat-alat
penangkap ikan separti serok, waring, dan scoop net . demi keamanan ikan patin
sebaiknya tidak dilakukan secara langsung dengan tangan. Selanjutnya, ikan
hasil panen ditampung di tempat khusus yang ada aliran air nya agar kodisinya
tetap segar.
Selama proses budidaya ikan patin, dari pembenihan sampai usia pembesaran
tidak luput dari gangguan hama dan penyakit. Hama pada pemeliharaan ikan
patin pada hakekatnya adalah predator,yakni makhluk hidup yang menyerang
dan memangsa ikan patin. Sementara penyakit adalah terganggunya kesehatan
ikan yang disebabkan oleh parasit atau nonparasit. Secara garis besar, penyakit
ikan patin dikelompokkan menjadi dua yaitu penyakit akibat infeksi dan penyakit
noninfeksi.
a. Hama
Hama bersifat sebagai predator yang memangsa. Pada budidaya ikan patin,
kemungkinan serangan hama lebih banyak dialami pada usaha pembesaran
sebab usaha pembesaran ikan patin semuanya berlangsung di alam terbuka.
Sementara kegiatan pembenihan dilakukan di kolam atau bak tertutup. Pada
pembesaran ikan patin di jala apung, hama yang mungkin menyerang antara
lain linsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Pada pembesaran ikan patin
di jala apung di Sungai Musi Palembang pernah dilaporkan adanya hama berupa
ikan buntal (Tetraodon sp. dari family Tetradontidae) yang merusak jala
kemudian menyusup ke dalam dan memangsa ikan.
Hama lainnya berupa ikan liar pemangsa, udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-
ikan kecil yang masuk ke dalam wadah budidaya juga akan mengganggu.
Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi ikan patin
dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
b. Penyakit
Penyakit Non-infeksi
a. Penyakit Parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa
protozoa dari jenis Ichytyhopthirius multifiliis Foque atau yang biasa disebut
penghancur ikan. Biktinya, benih Patin berumur 1-2 bulan dapat habis dalam
waktu singkat karena terserang penyakit ini. Keganasan protozoa berukuran
mikro ini memang ganas. Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara
bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik
putih. Tempat yang paling disukainya yaitu dibawah selaput lendir sekaligus
merusak selaput lendir tersebut.
a. Penyakit Jamur
Penyakit lain yang dapat menyerang ikan patin adalah penyakit jamur. Penyakit
jamur biasanya terjadi akibat luka pada badan ikan, luka dapat berupa berupa
goresan maupun luka akibat serangan penyakit (penyakit lain). Penyebabnya
adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi perairan yang jelek,
kemungkinan patin terserang jamur lebih besar.
Cara mudah untuk mengetahui ikan patin yang terserang jamur adalah dengan
mengamati sekujur tubuhnya. Ikan patin yang terserang benyakit jamur, pada
bagian tubuhnya (terutama daerah kepala, tutup insang, sirip, dan bagian
punggung) tampak ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna
putih hingga kecoklatan.
Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas agar
kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Agar tidak terluka, perlakuan
hati-hati pada saat penebaran ataupun sampling sangat diperlukan. Apabila
tidak, serangan penyakit jamur akan menyebabkan ikan kurus akhirnya mati
merana.
c. Penyakit Bakteri
Cara yang sudah terbukti manjur untuk memberantas penyakit ini adalah
dengan menggunakan methilene blue atau metil biru yang tersedia di apotek
atau toko obat. Caranya, dibuat larutan metil biru dengan konsentrasi 1% (satu
gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan Patin yang sakit dimasukkan dalam bak
yang berisi air bersih. Kemudian ke dalamnya diberi larutan tersebut. Ikan
dibiarkan di dalam larutan selama 24 jam. Agar ikan yang sakit benar-benar
sembuh dan terbebas dari parasit, pengobatan dilakukan berulang-ulang selama
tiga kali dengan selang waktu sehari.
b. Penyakit Jamur
Obat yang biasanya digunakan adalah malachyt green oxalate sejumlah 2-3
g/m3 air (1 liter) selama 30 menit. Caranya, ikan patin yang sakit dimasukkan
dalam wadah yang telah diisi air bersih yang sudah dicampur dengan larutan
tadi. Pengobatan diulang sampai tiga hari berturut-turut.
c. Penyakit Bakteri
Karena penyakit ini mudah menular maka bila ada ikan patin yang sudah
terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sementara
ikan yang terinfeksi, tetapi belum parah (permukaan tubuh masih cukup
berlendir) bisa dicoba beberapa cara pengobatan. Misalkan dengan merendam
ikan dengan larutan kalium permanganate (PK) 10-20 ppm selama 30-60 menit;
merendam ikan dalam larutan dalam larutan nitrofuran 5-10 ppm selama 12-24
jam; atau merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
Cara lain yang lebih praktis dalam pengobatan penyakit bakteri adalah melalui
makanan. Makanan ikan patin yang akan diberikan dicampur dulu dengan
Chloromycetin 1-2 g untuk setiap 1 kg pellet. Hal yang harus diperhatikan adalah
tetap menjaga kualitas air agar selalu sesuai dengan kebutuhan hidup yang ideal
bagi ikan Patin.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ikan patin memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak dengan
punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 120 cm.
Kepala ikan patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak di
sebelah bawah. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang
berfungsi sebagai peraba.
Ikan patin bersifat nocturnal (melakukan aktivitas pada malam hari) sebagai
mana umumnya ikan Catfish lain nya. Selain itu patin suka bersembunyi di
dalam liang-liang di tepi sungai habitatnya hidup. Di alam makanan ikan ini
antara lain ikan-ikan kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang-
udang kecil, dan molusca.
Dalam usaha budidaya ikan patin persyaratan lokasi yang harus dipenuhi untuk
mencapai produksi yang menguntungkan meliputi sumber air, kualitas air dan
tanah serta kuantitas air. Sebelum menetapkan lokasi usaha, selain harus
memenuhi persyaratan tersebut perlu pula dipastikan kelayakan lokasi budidaya
ditinjau dari segi gangguan alam, gangguan pencemaran, gangguan predator,
gangguan keamanan dan gangguan lalu lintas angkutan air.
Adapun ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
sebagai berikut.
Induk Betina :
Umur 3 tahun, ukuran 1,5-2 kg, perut membesar kearah anus, perut terasa
empuk dan halus bila diraba, kloaka membengkan dan berwarna merah tua, kulit
pada bagian perut lembek dan tipis, serta jika disekitar kloaka ditekan akan
keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam.
Induk Jantan :
Umur 2 tahun, ukuran 1,5-2 kg, kulit perut lembek dan tipis, bila diurut akan
keluar cairan sperma berwarna putih, serta kelamin membengkak dan berwarna
merah tua.
Dalam proses pemijahan ikan patin, hormone yang digunakan adalah ovaprim,
dosis untuk induk betina adalah 0,5 ml/kg sedangkan untuk induk jantan adalah
0,2 ml/kg. Selanjutnya ikan siap di setriping telurnya untuk di aduk dengan
sperma yang telah dicampur NaCl 0,9 %. Kemudian pencampuran larutan tanah
merah yang berguna untuk menghilangkan daya rekat telur. Untuk
menghilangkan larutan tanah merah dilakukan beberapa kali pembilasan
menggunakan air bersih dan siap untuk dimasukan dalam corong penetasan.
Larva mulai menetas setelah kurang lebih 20 jam setelah inseminasi.
Pemanenan larva dilakukan 24-28 jam setelah inseminasi. Pemeliharaan larva
dan benih ikan patin sebaiknya dilakukan di dalam ruangan tertutup agar dapat
dijaga suhu airnya serta menghindari kontaminasi yang dapat masuk ke dalam
media pemeliharaan larva. Padat tebar larva sekitar 60-80 ekor/liter.
Dalam proses pembesaran ikan patin, persiapan kolam pembesaran ikan patin di
mulai dengan melakukan pengeringan kolam. Kolam dikeringkan dan dibiarkan
selama 3-7 hari sampai dasar kolam menjadi retak supaya bibit penyakit dan
parasit mati terbunuh. Pengapuran di perlukan untuk memperbaiki pH tanah dan
mematikan bibit penyakit maupun hama ikan. Kemudian proses pemupukan
untuk merangsang pakan alami patin seperti Rotifera dan organisme air lainnya
dapat tumbuh dikolam. Setelah pemupukan selesai, kolam diairi setinggi 20 cm
dan biarkan selama beberapa hari, tujuannya adalah untuk memberi
kesempatan kepada pitoplankton dan organisme air lainnya agar tumbuh dengan
baik. Pemberian pakan tambahan pada ikan patin berupa pellet atau sisa
kegiatan dapur. Pemberian pakan buatan dilakukan 3 sampai 4 kali sehari (pagi,
siang, sore dan malam). Pemanenan dilakukan bila ikan sudah di pelihara di
kolam selama enam bulan.
Hama pada pemeliharaan ikan patin adalah predator,yakni makhluk hidup yang
menyerang dan memangsa ikan patin. Sementara penyakit adalah terganggunya
kesehatan ikan yang disebabkan oleh parasit atau nonparasit. Penyakit ikan
patin dikelompokkan menjadi dua yaitu penyakit akibat infeksi dan penyakit
noninfeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya
gangguan faktor yang bukan pathogen, biasanya karena keracunan dan
kekurangan gizi. Sedangkan penyakit infeksi adalah penyakit yang timbul akibat
organisme pathogen, biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, atau virus.
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa
dari jenis Ichytyhopthirius multifiliis Foque atau yang biasa disebut penghancur
ikan. Penyakit jamur biasanya terjadi akibat luka pada badan ikan, luka dapat
berupa berupa goresan maupun luka akibat serangan penyakit (penyakit lain).
Penyebabnya adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. V Penyakit bakteri yang
mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa
menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Areomonas sp. dan
Pseudomonas sp.
Cara yang digunakan untuk mengobati penyakit white spot adalah dengan
menggunakan methilen blue. Buat larutan methilen blue dengan konsentrasi 1%
(1 gram methilen blue dalam 100cc air). Ikan yang sakit lalu dimasukkan ke
dalam bak berisi air bersih, lalu beri larutan yang telah dibuat tadi dan biarkan
selama 24 jam. Pengobatan dilakukan selama tiga kali dengan selang waktu
sehari. Cara untuk mengobati penyakit jamur adalah dengan menggunakan
malachite green oxalate sejumlah 2-3 g/m3 air (1 liter) selama 30 menit. Ikan
yang sakit dimasukkan dalam wadah berisi air bersih yang sudah dicampur
dengan larutan tersebut. Pengobatan dilakukan sampai tiga hari berturut-turut.
Sedangkan ada beberapa cara untuk mengobati penyakit bakteri yaitu dengan
merendam ikan dalam larutan kalium permanganate (PK) 10-20 ppm selama 30-
60 menit; merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5-10 ppm selama 12-24 jam;
atau merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
4.2 Saran
Sebaiknya, kegiatan pembudidayaan ikan patin ini dapat lebih di tingkatkan baik
itu di bidang pembenihan maupun pembesarannya agar produksi ikan patin ini
terus meningkat dan dapat memenuhi permintaan pasar lokal maupun
internasional. Selain itu juga sebagai cara untuk melestarikan populasi ikan patin
yang semakin hari semakin sedikit jumlahnya di alam bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, heru dan khairul amri. 1996. Budidaya Ikan Patin. Jakarta: Penebar
swadaya.
http://www.jurus-tepat-budidaya-ikan-patin-keuntungan-besar-dari-si-mulut-
besar.com
http://www.budidaya-ikan-patin-pangasius-pangasius.com
http://www.budidayaikanpatinsecaraintensif.com
http://www.penebar-swadaya.com