Professional Documents
Culture Documents
Nama : Tn Saiful
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :Wiraswasta
ANAMNESA
Keluhan utama :
BAB hitam
BAB Hitam 5 hari lalu SMRS, sehari 2-3x BAB hitam, setiap kali BAB sebanyak 1
genggaman, konsistensi lembek
Nyeri perut terus menerus, seperti di tusuk tusuk, di sertai sesak nafas,sejak 2 hari
yang lalu SMRS, nyeri makin memberat jika pasien banyak makan dan nyeri
berkurang dengan perubahan posisi badan.
Badan terasa lemas, tidak ada panas, mudah lelah, mual tapi tidak muntah
Riwayat keluarga :
GCS : 4,5,6
Vital sign :
RR : 24 X / Menit
Suhu : 37
Kepala leher :
Anemia : (-)
Ikterus : (+)
Cyanosis : (-)
Dyspneu : (-)
Thorax :
Paru paru
Jantung
Perkusi : Batas kanan jantung PSL dextra, batas kiri jantung MCL ICS V sinistra
Abdomen :
Palpasi : Nyeri tekan, Undulasi (+), hepar dan lien tidak bisa di evaluasi
Perkusi : Redup
Ekstremitas :
Di temukan erythema Palmaris, kedua akral hangat.
PEMRIKSAAN LAB
PLANING
MONITORING
EVALUASI DL
3 Perut besar ASITES ASITES PLANING DIAGNOSA
Perkusi redup PEMERIKASAAN
Undulasi (+) UNDULASI
PLANING TERAPI
INJ FUROSEMIDE 2X1
TAB SPIRONOLAKTON
1X1
PUNGSI ASITES
PLANING
MONITORING
EVALUASI INPUT DAN
OUTPUT CAIRIAN 24
JAM
4 ALBUMIN 1,6 HIPOALBUMI HIPOALBUMIN PLANING DIAGNOSA
N SERUM ELEKROLIT
PLANING TERAPI
TRANSFUSI ALBUMIN 1
BAG
PLANING
MONITORING
EVALUASI ULANG
ALBUMIN
5 Nyeri perut DISPEPSIA DISPEPSIA PLANING DIAGNOSA
Mual ENDOSKOPI
Nafsu makan
turun PLANING TERAPI
INJ PANTOPRAZOLE 2X1
SYRUP SUCRALFAT 3X1
C1
PLANING
MONITORING
EVALUASI KELUHAN
PASIEN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di dalam hati terjadi proses-proses
penting bagi kehidupan kita. yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme
kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita
bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
SH adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh
system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan
jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis
didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan
Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel menyebabkan
banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan berbagai ukuran yang di
bentuk oleh sel paremkim hati yang masih sehat. akibatnya bentuk hati yang normal akan
berubahdisertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah
Penyebab sirosis hati beragam. selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa juga
di akibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, bergai macam penyakit metabolik,
adanya ganguan imunologis, dan sebagainya. Di negara maju, sirosis hati merupakan
penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusia 45 46 tahun ( setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker ). di seluruh dunia sirosis menempati urutan ketujuh penyebab
kematian, 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit in. SH merupakan penyakit
hati yang sering di temukan dalam ruangan perawatan bagian penyakit dalam. Di indonesia
sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki laki dari pada perempuan. dengan perbandingan
2 4 : 1.
Peran dan fungsi dokter muda adalah memahami dan menegakan diagnosis penyakit SH . dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
SH adalah stadium akhir penyakit hati menahun dimana secara anatomis didapatkan
proses fibrosis dengan pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis. SH adalah penyakit hati
menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan
ikat, dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan
sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
SH adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi sususnan hati normal oleh pita-pita
jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati yang mengalami regenerasi yang tidak
1. Anatomi Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh manusia. Hati terletak di belakang tulang-
tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500
gram, dan dibagi menjadi empat lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis
jaringan ikat yang membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi
unit-unit yang lebih kecil, yang disebut lobulus. Permukaan atas terletak bersentuhan di
Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum
kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan
kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare
area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ
Secara anatomis, organ hepar terletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar
ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal
Secara mikroskopis, hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
2. Fisiologi Hati
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh
sebanyak 20% serta menggunakan 20-25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hati yaitu:
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan satu sama
lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen,
mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati
akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen menjadi glukosa
disebut glikoneogenesis. Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa
dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan
menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan
membentuk/biosintesis senyawa 3 karbon (3C), yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan
Hati tidak hanya membentuk/mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam
2. Senyawa 2 karbon active acetate (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol).
3. Pembentukan cholesterol.
Hati merupakan pembentukan utama sintesis, esterifikasi, dan ekskresi kolesterol di mana
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. Dengan proses deaminasi, hati juga
mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Dengan proses transaminasi, hati
memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya
organ yg membentuk plasma albumin dan -globulin dan organ utama bagi produksi urea.
Urea merupakan end product metabolisme protein. -globulin selain dibentuk di dalam hati,
juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang. -globulin hanya dibentuk di dalam hati. Albumin
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi
darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Faktor ekstrinsi
akan beraksi jika benda asing mengenai pembuluh darah dan factor instrinsik akan beraksi
Sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh. Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi,
metilasi, esterifikasi, dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun dan
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen, dan berbagai bahan melalui proses
fagositosis. Selain itu, sel kupfer juga ikut memproduksi -globulin sebagai imun livers
mechanism.
Sebagai hemodinamik
Hati merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.Hati menerima 25%
dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500 cc/menit atau 1000-1800 cc/menit.
Darah yang mengalir di dalam arteri hepatica 25% dan di dalam vena porta 75% dari
seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh
persyarafan, dan hormonal. Aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, dan
shock.
Ada tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati, yaitu:
1. Sirosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme
kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara Barat.
2. Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
(kolangitis), insidensnya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec dan sirosis
poscanekrotik.
2.2 Etiologi SH
Sirosis terjadi di hati sebagai respon terhadap cedera sel berulang dan reaksi peradangan yang
di timbulkan. Penyebab sirosis antara lain adalah infeksi misalnya hepatitis dan obstruksi
Peningkatan atau gangguan sintesis kolagen dan komponen jaringan ikat atau membrane
basal lain matriks ekstrasel di perkirakan berperan dalam terjadinya fibrosis hati dan dengan
demikiancberperan juga dalam pathogenesis sirosis. Fibrosis hati tampaknya terjadi pada
situasi (1) sebagai suatu respon imun, (2) sebagai bagian dari prosos penyembuhan luka, (3)
sebagai respon terhadap agen yang memicu fibrogensis primer. Virus hepatitis B adalah
contoh agen yang menyebabkan fibrosis dengan dasar imunologis. Agen seperti
karbontetraklorida atau hepatitis A yang menyerang dan mematikan hepatosit secara langsung
adalah contoh agen yang menyebabkan fibrosisis sebagai bagian dari penyembuhan luka.
Agen tertentu seperti etanol dan besi dapat menyebabkan fibrogenesis primer dengan secara
langsung meningkatkan transkripsi gen kolagen sehingga juga neningkatkan jumlah jaringan
Terdapat banyak sitokin yang berperan dalam proses fibrolisis hati menjadi sirosis
diantaranya :
Stellate Cells ). PDGF dan reseptornya banyak di hasilkan pda jaringan fibrosis dan
aktivitasnya meningkat sejalan dengan progresifitas fibrosis hati. Ikatan PDGF dengan
reseptornya pada membrane HSC mengaktivitasi mitogenesis sel hati dan menghambat
TGF- meningkat pada fibrosis hati dan mencapai maksimal pada keadaan sintesis,
TGF- menghambat sintesis DNA dan menginduksi apoptosis hepatosit menyebabkan
hilangnya jaringan hati dan penurunan ukuran hati pada sirosis. Berdasarkan
dalam menginduksi aktivitas inflamasi dan berefek sitoksis pada sel hepatosit. Pada
proses SH TGF- mempunyai fungsi penting sebagai activator HSC dan sintesis
leukosit sebgai respon terhadap infeksi virus, sedangkan IFN di eksresikan oleh sel T
karena stimulasi dari antigen dan mitogen. Pasien yang di terapi dengan IFN terbukti
bias menghambat regenerasi SH bahkan jika virus belum tereradiksi seluruhnya, hal
efek yang beragam dalam proses SH. IL-17 ekspresinya meningkat sejalan dengan SH
aktivasi HSC. IL-22 mempunyai fungsi penting dalam imunitas antimicrobial, inflamasi
dan perbaikan jaringan. IL-6 menghambat apoptosis dan regenerasi hepatosit (Zhou,et
all 2014)
adalah sel penyimpanan lemak disistem retikuloendotel hati yang disebut Hepatic Stellate
Cells (HBC). Sebagai respon terhadap sitokin PDGF, TGF-, TGF-, IL-1, sel-sel ini
berdeferensiasi dan sel inaktiv dengan fungsi sebagai penyimpanan vitamin A, menjadi sel
Fibrosis hati tampaknya berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama di tantai oleh
perubahan komposisi matrix ekstrasel dari kolagen yang tidak berikatan saling dan tidak
membentuk fibril menjadi kolagen yang lebih padat dan mudah membentuk ikatan silang.
Pada tahap ini cedera hati masih reversible. Tahap kedua melibatkan pembentukan ikatan
silang kolagen sub-endotel, proliferasi sel mioepitel dan distorsi arsitektur hati di sertai
Tahap kedua ini bersifat irreversible. Perubahan komposisi matriks ekstrasel dapat
memperantarai perubahan fungsi hepatosi dan sel lain. Karena itu perubahan pada
keseimbangan kolagen mungkin berperan penting dalam perkembangan cedera hati kronik
Secara histopatologis semua bentuk sirosis di tandai oleh tiga temuan (1) distorsi
jaringan fibrosadan kolagen, dan (3) nodul-nodul regeneraif yang di kelilingi jaringan parut
(Nguyen, 2011)
Tiga mekanisme patologik utama yang berkombinasi untuk menjadi sirosis adalah
kematian sel hati, regenerasi dan fibrosis progresif. Dalam kaitanya dengan fibrosis, hati
normal mengandung kolagen interstisium (tipe I, III, dan IV) di saluran porta dan sekitar
vena sentralis, dan kadang-kadang di paarenkim. Di ruang antara sel endotel sinusoid dan
hepatosit (ruang disse) terdapat rangka retikulin halus kolagen tipe IV. Pada sirosis, kolagen
tipe I dan III serta komponen lain matriks ektrasel mengendap di semua bagian lobules dan
sel-sel endotel sinusoid kehilangan penetrasinya. Proses ini pada dasarnya mengubah
sinusoid dari saluran endotel yang berubang-lubang dengan pertukaran bebas antara plasma
dan hepatosit, menjadi saluran vaskuler tekanan tinggi beraliran cepat tanpa pertukaran zat
terlarut. Secara khusus, perpindahan protein antara hepatosit dan plasma sangat terganggu
(Crawford, 2007).
Indikasi virus hepatitis B dan C akan menimbulkan peradangan sel hati, peradangan
ini yang menyebabkan nekrosis yang meliputi daerah yang luas, terjadi kolap lobules hati
dan ini memacu timbulnya jaringan kolagen. Tingkat awal yang terjadi adalah terbentuknya
septa yang pasif oleh jaringan retikum penjangga yang mengalami kolap dan kemudian
berubah bentuk menjadi jaringan parut, janringan parut ini dapat menghubungkan daerah
porta yang satu dengan yang lainnya atau porta dengan sentral (bridging necrosis) . pada
tahap berikut kerusakan parenkim dan peradangan yang terjadi pada sel ductus, sinusoid
dan sel retikulo endotel di dalam hati akan memacu terjadinya fibrogenesis sehingga
terbentuk septa aktif, sel limfosit T dan makrofag juga mungkin berperan dengan
2007).
Septa aktif ini akan menjalar menuju kedalam parenkim hati dan berakhir di daerah
portal. Pembentukan septa tingkat kedua ini yang sangat menentukan perjalanan
progresifitas dari SH. Pada tingkat yang bersamaan nekrosis jaringan parenkim akan
memicu proses regenerasi sel-sel hati.. Regenerasi yang timbul akan menganggu
pembentukan susanan jaringan ikat tadi, keadaan ini yaitu fibrogenesis dan regenerasi sel
yang terjadi terus menerus dalam hubunganya peradangan dan perubahan vascular
intrahepatic serta kemampuan faal hati, pada akhirnya menghasilkan susunan hati yang
dapat di lihat pada SH, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologis hati sama atau
1. SH Kompensata : sering di sebut dengan laten SH. Pada satadium kompensta ini
belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini di temukan pada saat
pemeriksaan screening.
2. SH Dekompensata : dikenal dengan SH aktiv dan stadium ini gejala-gejala sudah
Pada saat ini penegakan diagnosis sirosis hati terdiri atas pemeriksaan fisik, laboratorium,
Pada stadium dekompensasi kadang tidak sulit menegakkan diagnosa sirosis hati
diantaranya :
1. Splenomegali
2. Asites
3. Edema pretibial
Suharyono Soebandiri memformulasikan bahwa 5 dari 7 tanda dibawah ini sudah dapat
2. Splenomegali
3. Perdarahan varises
5. Spider naevi
6. Eritema palmaris
7. Vena kolateral.
Pemeriksaan Laboratorium darah lengkap juga bisa dijumpai Hb rendah, anemia normokrom
normositer, hipokrom mikrositer atau makrositer. Anemia bisa, akibat hipersplenisme dengan
1. Kenaikan enzim transaminase / SGOT, SGPT tidak merupakan petunjuk tentang berat
dan luasnya kerusakan parenkhim hati. Kenaikan kadarnya didalam serum timbul
akibat kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan. Peninggian kadar gama GT
sama dengan transaminase, ini lebih sensitif tetapi kurang spesifik. Pemeriksaan
2. Albumin. Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan tanda
3. Pemeriksaan CHE. Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun.
6. Peninggian kadar gula darah pada sirosis hati fase lanjut disebabkan kurangnya
7. Pemeriksaan marker serologi pertanda virus seperti HBS Ag/ HBS Ab, HbeAg/
Pemeriksaan AFP penting dalam menentukan apakah telah terjadi transformasi kearah
keganasan. Nilai AFP > 500 1000 mempunyai nilai diagnostik suatu kanker hati primer.
Pembesaran Hati ( hepatomegali ). Pada awal perjalanan sirosis, hati cendrung membesar
dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang
dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran
hati yang cepat sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kaosukalisoni).
Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut
Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi
hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-
organ digestif akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Cairan yang kaya
protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini ditujukan
melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan. Jarring-jaring
telangiektasis atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jarring berwarna biru kemerahan,
yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan seluruh tubuh.
Varises Gastroinstestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan
gastrolintestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam pembulu
Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema.
Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi
kalium.
vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka tanda-tanda
defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai khususnya sebagai fenomena hemoragi yang
berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal
bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati akan menimbulkan
anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan
pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk
Kemunduran mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan
ensefalopati. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis yang
mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta
2. Cepat lelah
3. Kelemahan otot
8. Hematemesis, melena
2.7 Komplikasi SH
Karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk, maka kelebihan garam dan air
berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelangan kaki dan kaki. Akumulasi cairan ini
disebut edema atau pitting edema (pitting edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah
ujung jari dengan kuat pada suatu pergelangan atau kaki dyang mengalami edema akan
menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah
pelepasan dari tekanan). Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang
tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan
organ-organ perut. Akumulasi cairan ini disebut ascites yang menyebabkan pembengkakkan
Adalah suatu cairan yang mengumpul didalam perut yang tidak mampu untuk melawan
infeksi secara normal. SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Pada beberapa
pasien penderita SBP tidak memiliki gejala-gejala, seperti demam, kedinginan, sakit perut
Adalah suatu keadaan dimana aliran darah meningkat, peningkatan tekanan vena pada
kerongkongan yang lebih bawah, dan mengembangnya lambung bagian atas. Perdarahan dari
varices-varices biasanya adalah parah/berat dan apabila tanpa perawatan segera dapat
menjadi fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices adalah muntah darah (muntahan
dapat berupa darah merah bercampur dengan gumpalan-gumpalan atau coffee grounds,
yang belakangan disebabkan oleh efek dari asam pada darah), mengeluarkan tinja/feces yang
hitam, disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam darah ketika melewati usus (melena),
kemerosotan dalam tekanan darah terutama ketika berdiri dari suatu posisi berbaring).
4. Hepatic encephalopathy
Adalah suatu keadaan dimana unsure-unsur racun berakumulasi secara cukup dalam darah
sehingga fungsi dari otak menjadi terganggu. Tidur pada siang hari daripada pada malam hari
(berbanding terbalik dengan pola tidur yang normal) merupakan gejala yang paling dini dari
kesadaran yang tertekan (dapat mengakibatkan keparahan pada penyakit ini bahkan dapat
menimbulkan kematian).
5. Hepatorenal syndrome
Adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal berkurang. Fungsi yang
untuk membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urine yang
memadai. Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome, yaitu yang terjadi secara berangsur-angsur
melalui waktu berbulan-bulan dan yang terjadi secara cepat melalui waktu dari satu atau dua
minggu.
6. Hepatopulmonary syndrome
Pasien dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang dilepas
pada sirosis telah berlanjut dan menyebabkan paru-paru berfungsi secara abnormal. Darah
yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup
oksigen dari udara didalam alveoli. Akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama
7. Hypersplenism
Hypersplenism adalah istilah yang berhubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang
rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat meningkatkan risiko kanker hati
utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa tumor
berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam
2.8 Penatalaksanaan SH
Penatalaksaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang ada. Sebagai contoh,
kesembuhan pada sel-sel hati yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien. Pemberian
mengurangi asites dan meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang umum terjadi
pada penggunaan jenis diuretik lainnya. Terapi dan prognosis sirosis hati tergaantug pada
teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan protein, lemak
secukupnya (DH III-IV). Bila timbul ensefalopati protein dikurangi (DH I).
Pasien sirosis hati dengan penyebab diketahui, seperti alkohol, hemokromatosis,
1. Untuk asites, diberi rendah garam 0,5 gr/hari dan total cairan 1,5 l/hr. spironolakton
dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hr dinaikkan sampai total dosis 800 mg sehari.
furosemid.
2. Perdarahan varises esofagus. Pasien dirawat dirumah sakit sebagai kasus perdarahan
3. Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada
aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises,
dilakukan klisma untuk mengurangi absorpsi bahan nitrogen dan pemberian duphalac
2 x C II.
4. Peritonitis bacterial spontan diberi antibiotik pilihan, seperti cefotaxim 2 gr/8 jam iv.
5. Sindroma hepatorenal, imbangan air dan garam diatur dengan ketat, atasi infeksi
2.9 Prognosis SH
Hati mengecil
Komplikasi neurologis
Kadar natriumn darah rendah (< 120 meq/i), tekanan systole < 100 mmHg
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan utama Bab hitam, sejak 5 hari yang lalu, sehari 2- 3
kali Bab hitam, setiap kali Bab sebanyak 1 genggaman, konsistnsi lembek, pasien mengeluh
nyeri perut terus menerus seperti di tusuk tusuk di sertai sesak nafas 2 hari yang lalu, nyeri
semakin memberat jika pasien banyak, dan nyerti berkurang dengan perubahan posisi badan,
pasein merasa perutnya membesar sejak 7 hari yang lalu, badan pasein terasa lemas tidak
panas mudah lelah mual tetapi tidak muntah, nafsu makan menurun dan merasa perut cepat
penuh, sebah, dan pasien Bak berwarna kuning, pasien tidak pernah mengalami hal seperti
ini, di kelurga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti ini, pasien bekerja di sawah ,
Pada pemeriksaan fisik pasien di dapatkan keadaan umum lemah, GCS 456, Tensi
110/80 mmhg, nadi 122 X/ menit, respirasi 22x/menit, dan suhu 37 derajad celcius, di
dapatkan icterus pada pemeriksaan scelera mata pasien, pada tellapak tangan di dapatkan
erythema palmaris, pada pemeriksaan paru dan jantung tidak di dpatkan kelainan patologis,
dalam arti batas normal, pada pemeriksaan abdomen di dapatkan nyerti tekan pada
epigastrium dan perut pasien tampak distended dan besar, pada periksaan undulasi, di
dapatkan cairan dalam arti pasien positif asites, dan perkusi terdengar redup.
Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan HB 9,3, leukosit 14.50, LED 55, SGOT
1488, SGPT 192, albumin 1,6, kalium 4,1 dan HbsAg Positiv.
Dari data yang di dapatkan dan hasil pemeriksaan fisik beserta laboratorium dapat di
diagnosa pasien menderita sirosis hati, denagan adanya melena, asites, hipoalbumin,
dyspepsia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
identifikasi dini terhadap gejala yang timbul (pemeriksaan fisik dan penunjang). Merupakan
penatalaksanan preventif segera dan tepat akan menurunkan resiko komplikasi dan
progresifitas penyakit..
4.2 Saran
Sebagai dokter muda, kita harus mengetahui tentang penyakit SH, hal ini ditujukan
apabila kita menemukan kasus penyakit sirosis di lingkungannya, dokter muda dapat
melakukan tindakan lebih awal dengan meminta pasien memeriksakan dirinya ke dokter.