You are on page 1of 41

MAKALAH SEMINAR BESAR

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN

FOKUS PADA MASALAH KEPATUHAN CUCI TANGAN DAN


PENGGUNAAN APD DI RUANG RAWAT INAP LANTAI 2 RSUK
PESANGGRAHAN

Dibuat untuk memenuhi tugas akhir


Praktek Profesi Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh :

1. Conny Choiunnisa (21117018)


2. Tiara Damayanti ( 21117086)
3. Tri Cahyaningsih (21117087)
4. Ulva Oca Octavia (21117088)
5. Zarapurwamudita S (21117095)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
seminar yang berjudul Cuci Tangan Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD).

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Managemen
Keperawatan pada program Profesi NersSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA. Penulis menyadari banyak pihak yang turut membantu
sejak awal penyusunan sampai makalah ini selesai. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. DR. Mardjo Soebiandono, SpB selaku Direksi PERTAMEDIKA dan
Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc selaku ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Muhammad Ali, SKM, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
4. Drg. Endah Kartika Dewi selaku Direktur RSU Kecamatan
Pesanggrahan.
5. Wasijati, SKp selaku kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
6. Gustriana Saragih, S.KM selaku Kepala Ruangan Rawat Inap RSU
Kecamatan Pesanggrahan.
7. Perawat ruangan rawat inap lantai 2 atas kerjasamanya, sehingga
makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
8. Teman-teman Program Profesi NersSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut
berpartisipasi sehingga selesainya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali


kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan demi perbaikan penulisan dan penyusunan pada masa
mendatang.

Jakarta, Maret 2017


Penulis

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi
atau teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi
membantu melindungi klien dan pekerja kesehatan khususnya perawat
dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena
infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme
infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam
fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda yang beberapa dari mikroorganisme
tersebut dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara
mempraktikan teknik pencegahan dan pengemdalian infeksi perawat
dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.

Penyebaran mikroorganisme terhadap klien dapat terjadi melalui infeksi


nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan dan
berkembang selama pasien di rawat di rumah sakit. Pasien, petugas
kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok
yang paling berisiko terjadinya infeksi nosokomial, kerena infeksi ini
dapat menular dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke
pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien. Infeksi
nosokomial adalah suatu infeksi yang terjadi di rumah sakit yang
berasal dari alat-alat medis, prosedur medis atau pemberian terapi.
Faktor yang berhubungan dengan infeksi nosokomial adalah tindakan
invasif dan pemasangan infus, prosedur sterilisasi yang tidak tepat dan
ketidaktaatan terhadap peraturan pengendalian infeksi khususnya
mencuci tangan.

Pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan yang meliputi


perancanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam
upaya menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit.
Salah satu pengendalian infeksi nosokomial adalah cuci tangan. Cuci
tangan adalah cara pencegahan infeksi yang paling penting. Mencuci
tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan
debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air yang
mengalir (Depkes RI, 2007).
Mencuci tangan sangat penting dalam pengendalian infeksi nosokomial
di rumah sakit, selain dengan mencuci tangan sebagai tenaga kesehatan
dalam memberikan tindakan invasif seperti memasang infus,
mengambil sampel darah, membuang limbah medis harus
mengguanakan alat pelindung diri seperti handscon untuk mencegah
terjadinya resiko infeksi. Alat pelindung diri merupakan seperangkat
alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja. Menurut OSHA atau Occupational Safety and
Health Administration, personal protective equipment APD
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja
dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan
bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis,
radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Rumah Sakit Umum Kecamatan Pesanggrahan merupakan fasilitas


pelayanan kesehatan yang memiliki misi salah satunya
menyelenggarakan rumah sakit yang ramah lingkungan dan menciptaka
rasa aman dan nyaman bagi pasien. Untuk menciptakan rasa aman dan
nyaman bagi pasien, maka tenaga kesehatan di RSUK Pesanggrahan
fokus terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial yang
telah dijalankan oleh PPI RSUK Pesanggrahan itu sendiri. Ruang rawat
inap lantai 2 merupakan salah satu bagian dari lingkungan keperawatan
RSUK Pesanggrahan yang beresiko terjadinya infeksi nosokomial.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 Maret


2017 sampai 16 Maret 2017 kepada seluruh perawat diruang rawat inap
lantai 2, didapatkan 9 dari 9 perawat masih kurang patuh melaksanakan
cuci tangan berdasarkan 5 moments dan kurang tepat dalam
menggunakan APD terutama sarung tangan.

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi pengendalian infeksi
2. Mengetahui cara penularan mikroorganisme
3. Mengetahui factor yang mempengaruhi proses infeksi
4. Mengetahui infeksi nosokomial
5. Mengetahui pencegahan infeksi
6. Mengetahui masalah-masalah pada pengendalian infeksi
7. Mengetahui proses keperawatan dengan masalah pengendalian
infeksi

C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit Umum Kecamatan Pesanggrahan
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan pada pasien rawat inap maupun keluarganya.
2. Bagi perawat
Sebagai masukan dalam mengambil suatu tindakan kebijakan oleh
rumah sakit dalam usaha memaksimalkan upaya pelayanan
kesehatan.
3. Bagi pasien
Menurunkan resiko kejadian infeksi nosokomial sehingga
diharapkan dapat memperpendek hari perawatan dan baiaya
perawatan dirumah sakit

BAB II
TNJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan
1. Definisi Manajemen Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profersional yang menjadi
bagian integral dari pelayanan kesehatan, berdasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan. Pelayanan yang diberikan berbentuk pelayanan
biopsiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga, dan masyaraka, baik sehat maupun sakityang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Berdasarkan
pengertian ini, keperawatan termasuk ke dalam organisasi pelayanan
kesehatan yang tentunya senantiasa terlibat dalam penerapan
manajemnen dalam pencapaian tujuan keperawatan. (Raymond
Simamora, 2013).
Manajemen diartikan secara singkat sebagai proses untuk
melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Dengan
demikian, manajemen keperawatan berarti proses pelaksanaan
keperawatan melalui staf keperawatan pengobatan, dan rasa aman
kepada psien/keluarga/masyarakat (Gilles, 1999 dalam Raymond
Simmamora, 2013).

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif


dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di mana dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi
terhadap staff, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant & Massey, 1999 dalam Nursalam, 2002).

Manajemen di definisikan sebagai suatu proses dalam menyelsaikan


pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang profesioanal. Disini manajer
keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia
untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan
seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat
(Nursalam, 2002).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen


operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para
perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-
baiknya kepada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan.
Untuk memberikan pelayanan keperawtaan yang sebaik-baiknya
kepada pasien, diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik
sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan tersebut (Raymond
Simmamora, 2013 ).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara
profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang.
Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi hasil.

Gambar 1.1 Hubungan proses keperawatan dan fungsi manajemen

Pengkajian
dan diagnosis Planning
keperawatan

Staffing
Perencanaa
n
Organizing
Implementasi
Directin
g
Evaluasi Controling

2. Fungsi Manajemen
Daft (2003:6) membagi manajemen menjadi empat fungsi, yaitu :
a. Planning ( Perencanaan)
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang berkenaan
dengan pendefinisian sasaran untuk kinerja organisasi dimasa
depan untuk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumber
daya yang digunakan yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran
tersebut

b. Organizing ( Pengorganisasian )
Merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan
penugasan mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-
departemen dan mengalokasikan sumber daya ke departemen

c. Leading (Kepemimpinan)
Merupakan fungsi manajemen yang berkenaan
denganbagaimana menggunakan pengaruh untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi

d. Controlling (Pengendalian)
Merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan
pengawasan terhadap aktivitas karyawan menjaga organisasi
agar tetap berada pada jalur yang sesuai dengan sasaran dan
melakukan koreksi apabila diperlukan.

Menurut rammond, 2013 dalam buku ajar keperawatan manajemn


keperawatan, ada 4 fungsi manajemen yaitu :
a. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan merupakan fungsi pertama dan utama dalam
kegiatan manajemen. Fungsi perencanaan merupakan landasan
fungsi manajemen secara keseluruhan. Perencanaan sebagai
proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi,
menentukan baik tidaknya perencanaan itu dapat dijawab
melalui pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai perencanan.

Terdapat tiga fungsi perencanaan, yaitu perencanaan yang


berfungsi sebagai arahan, perencanaan meminimalkan dampak
dari perubahan, perencanaan menetapkan standar dalam
pengawasan kualitas.
Perencanaan yang baik tentunya perlu dirumuskan. Perencanaan
yang baik paling tidak memiliki persyaratan yang harus
dipenuhi yaitu :
1) Faktual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu memenuhi percyaratan faktual
atau realistis. Hal ini berarti apa yang dirumuskan oleh
perusahaan sesuai fakta dan wajar untuk dicapai dalam
kondisi tertentu yang dihadapi keperawatan

2) Logis atau rasional


Perencanaan yang baik juga perlu memenuhi syarat logis dan
rasional. Hal ini berarti apa yang dirumuskan dapat diterima
oleh akal sehingga perencnaan tersebut dapat dijalankan
3) Fleksibel
Perencanaan yang baik diharapkan tetap dapat beradaptasi
dengan perubahan dimasa yang akan datang, sekalipun tidak
berarti bahwa planning kita ubah seenaknya.
4) Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen terhadap
seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya
mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen dapat dibangun
dalam perusahaan jika seluruh anggota di perusahaan
beranggapan bahwa perencanaan yang dirumuskan telah
sesuia dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.
5) Komprehensif
Perencanaan yang baik juga harus memenuhi syarat
komprehensif, artinya menyeluruh dan mengakomodasi
aspek-aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung
terhadap perusahaan.

b. Fungsi Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen
yang juga mempunyai peranan penting seperti perencanaan.
Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang
dimiliki organisasi (manusia dan bukan manusia) akan diatur
penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Fungsi pengorganisasian
merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan
dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga
kerja, dan komunikasi. Pengorganisasian adalah langkah untuk
menetapkan, menggolongkan, dan mengatur berbagai kegiatan,
menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang, dan
mendelegasikan wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam
rangka mencapai tujuan organisasi

Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi :


1) Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang
dikembangkan secara efektif
2) Penataan setiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja
dalam organisasi
3) Struktus organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama.

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, manajer


keperawatan dapat mengetahui :
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok. Tugas
pokok staf dan prosedur kerja merupakan dokumen dari
fungsi pengorganisasian, digunakan sebagai panduan kinerja
staf keperawatan
2) Hubungan organisator antarmanusia yang menjadi anggota
atau staf organisasi. Hubungan ini akan terlihat pada struktus
organisasi
3) Pendelegasian wewenang, manajer atau pimpinan organisasi
dapat melimpahkan wewenang kepada staf sesuai dengan
tugas-tugas pokok yang diberikan kepada mereka
4) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.
Tugas staf dan pemanfaatan fasilitas fisik harus diatur dan
diarahkan semaksimal mungkin untuk membantu staf, baik
secara individu maupun kelompok, mencapai tujuan
organisasi.

c. Fungsi Penggerakan
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua
kegiatan program (ditetapkan pada fungsi pengorganisasian)
untuk mencapai tujuan program (dirumuskan dalam fungsi
perencanaan). Oleh karena itu, fungsi manajemen ini lebih
menekankan bagaimana manajer mengarahkan dan
menggerakkanb semua sumber daya (manusia dan bukan
manusia) untuk mancapai tujuan yang telah disepakati.

Fungsi aktuasi tiak terlepas dari fungsi manajeman lainnya.


Tujuan fungsi pelaksaaan adalah :
1) Menciptakan kerja sama yang lebih efiseisn
2) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang
meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf
5) Membuat organisasi berkembang secara dinamis

Fungsi manajemen ini lebih meusatkan perhatian pada


pengelolaaan sumber daya manusia. Atas dasar itu fungsi
actuating sangat erat hubungannya dengan ilmu-ilmu tentang
perilaku manusia. Fungsi aktuasi haru dimulai pada diri manajer
selaku pimpinan organisasi. Manajer harus menunjukkan kepada
stafnya bahwa ia mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan
dan peka terhadap lingkungannya.

d. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
manajemen lainnya. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standar keberhasilan program yang dituangkan
dalam bentuk target , prosedur kerja dan sebagainya harus selalu
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu
dikerjakan oleh staf.

Jika ada kesenjangan atau penyimpangan yang terjadi harus


segera diatasi. Penyimpangan harus dapat dideteksi secara dini,
dicegah, dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar penggunaan
sumber daya dapat diefisienkan, dan tugas tugas staf untuk
mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan.

3. Prinsip Manajemen Dalam Keperawatan


a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan
karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan
resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif
dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan
waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai
waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan
baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan
keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbergai tingkat managerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan
fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan
apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien
merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen
keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi,
koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang
efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi
kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah
dan pengertian diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang
lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah
dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip
melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan.

Berdasarkan prinsip-prinsip diatas manajer dan administrator harus


bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan pengorganisasian
serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.

4. Proses Manajemen
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem
terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Proses manajemen
terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan
mekanisme umpan balik.
1. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas.
2. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke
perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
3. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan
riset.
4. Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan
termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan
kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi.
5. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit
keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja
perawat.

B. Cuci Tangan Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri


1. Cuci Tangan
a. Definisi Cuci Tangan
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan
kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun
biasa dan air yang mengalir (Depkes RI, 2007).

Menurut Edy Purnomo (2003) cuci tangan menjadi kegiatan


menggosok seluruh bagian permukaan tangan menggunakan
sabun dan dibersihkan atau dibilas dengan air mengalir. Tangan
yang terkontaminasi merupakan penyebab utama dari infeksi
penyebaran silang. Waktu yang terbaik untuk cuci tangan adalah
10-15 detik, untuk menghilangkan mikroorganisme tersebut yang
menempel di telapak tangan.

Menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan


teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan infeksi. Mencuci tangan adalah membasahi tangan
dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman
yang menempel pada tangan bener-benar hilang. Mencuci tangan
juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada
kuku, tangan, dan lengan (Schaffer, 2000).

Menurut Depkes (2003) dalam Wulandari Wahyu (2010), mencuci


tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesduah
melakukan tindakan perawatan meskipun memakai sarung tangan
atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi
mikoorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit
dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Dengan
demikian pengendalian infeksi nosokomial dan pengandalian
penyakit infeksi dengan cara mencuci tangan sangat penting
dilakukan dirumah sakit.

b. Tujuan Cuci Tangan


Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu
untuk mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah
infeksi silang (cross infection), menjaga kondisi steril, melindungi
diri dan pasien dari infeksi, dan memberikan perasaan segar dan
bersih.

c. Indikasi Cuci Tangan


Indikasi untuk mencuci tangan menurut Depkes RI (1993),
adalah:
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptic
Misalnya menyuntik, pemasangan kateter dan pemasangan alat
bantu pernafasan
3) Setalah kontak dengan pasien
4) Setelah terkena cairan pasien
Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan
mikroorganisme khususnya pada tindakan yang menungkinkan
kontak dengan darah, selaput lendir, cairan tubuh, sekresi atau
ekresi.
5) Setelah kontak dengan lingukangan pasien

d. Macam-macam Cuci Tangan


1) Antiseptik untuk cuci tangan, sabun cuci tangan yang bertugas
membunuh mikroorganisme sementara dari tangan.
2) Cuci tangan (hand wash), kegiatan cuci tangan dengan air
mengalir ditambah sabun biasa atau sabun antiseptic untuk
membersihkan tangan dari kotoran mikroorganisme
sementara dari tangan.
3) Cuci tangan bedah (surgical hand scrub), mencuci tangan
dengan cairan antimikroba pada tindakan sebelum operasi
untuk meninggalkan mikroorganisme dan flora yang
menempel di kulit tangan.
4) Antiseptik untuk tangan (hand rub antiseptic), cairan antiseptic
yang digosokkan ke seluruh permukaan tangan untuk
meminimalkan pertumbuhan mikroorganisme.

e. Prinsip Cuci Tangan


1) Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan
antiseptik (handrub) atau dengan air mengalir dan sabun
antiseptik (handwash). Rumah sakit akan menyediakan kedua
ini di sekitar ruangan pelayanan pasien secara merata.
2) Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash
40-60 detik.
3) 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash.

f. Langkah-langkah Mencuci Tangan.


1) Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan
gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah
memutar.
2) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara
bergantian.
3) Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling
mengunci.
5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok
perlahan.

g. Peran Perawat dalam Mencuci Tangan


1) Perawat dapat menciptakan lingkungan yang sehat dengan cara
mempromosikan perilaku sehat seperti mencuci tangan
sebelum beraktifitas, senantiasa menutup mulut ketika batuk,
tidak meludah sembarangan dan kebiasaan-kebiasaan kecil
lainnya.
2) Selain itu perawat di puskesmas juga dapat secara proaktif
dalam mengadakan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
di wilayahnya terkait masalah kesehatan aktual yang dapat
menyebar dengan cepat seperti flu burung dan demam
berdarah. Diharapkan setelah dilakukan hal-hal tersebut,
indikator yang kedua akan terpenuhi yaitu masyarakat
memiliki perilaku sehat yang pada akhirnya membentuk
lingkungan yang sehat pula.

2. Alat Pelindung Diri (APD)


a. Definisi APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan
oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD
dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat
dilakukan dengan baik. APD juga merupakan kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Perlengkapan pelindung
diri termasuk semua pakaian dan aksesories pekerjaan lain yang
dirancang untuk menciptakan sebuah penghalang terhadap bahaya
tempat kerja. Penggunaan APD harus tetap di kontrol oleh pihak yang
bersangkutan, khususnya di sebuah tempat kerja.

Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan


perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Sumamur, 1991).
Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang disekelilingnya. Menurut OSHA atau
Occupational Safety and Health Administration, personal protective
equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit
yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di
tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik dan lainnya.

Menurut Sumamur (1992), alat pelindung diri adalah suatu alat yang
dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri merupakan salah satu cara
untuk mencegah kecelekaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna
dapat melindungi tubuh akan tetapi mengurangi tingkat keparahan dari
kecelekaan yang terjadi.

b. Tujuan alat pelindung diri (APD)


1) Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
2) Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
3) Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

c. Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)


1) Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2) Mengurangi resiko akibat kecelakaan.

d. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Delindung Diri meliputi sarung tangan, masker/respirator,
pelindng mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron, da barang
lainya (Tarwaka, 2008).
1) Sarung tangan ( sarung tangan bedah, sarung tangan pemeriksaan,
sarung tangan rumah tangga).
2) Masker
3) Respirator
4) Pelindung mata
5) Tutup kepala/kap
6) Gaun
7) Apron
8) Alas kaki

e. Kegunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1) Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien
dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan
pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi dan
harus selalu diganti untuk mecegah infeksi silang. Menurut Tiedjen
ada tiga jenis sarung tangan yaitu:
a) Sarung tangan bedah, dipaka sewaktu melakukan tindakan
infasif atau pembedahan.
b) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas
kesehatan sewaktu malakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
c) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memprose
peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu
membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
2) Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian
bawah, rahang dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk
menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah
cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masik
kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker jika tidak
terbuat dari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga tidak efektif
dalam mencegah dengan baik.

3) Respirator (masker N 95)


Masker jenis khusus, disebut respirator partikel, yang dianjurkan
dalam situasi memfilter udara yang tertarik nafas dianggap sangat
penting (umpamanya, dalam perawatan orang dengan tuberculosis
paru).

4) Pelindung mata
Melindungi perawat kalau terjadi cipratan darah atau cairan tubuh
lainya yang terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung
mata termasuk pelindung plastik yan jernih. Kacamata pengaman,
pelindung muka. Kacamata yang dibuat dengan resep dokter atau
kacamata dengan lensa normal juga dapat dipakai.

5) Tutup kepala/kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan
rambut tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus
dapat menutup semua rambut.

6) Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini
dipakai untuk melindungi pakaian petugas pelayanan
kesehatan.Gaun bedah, petama kali digunakan untuk melindungi
pasien dari mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan lengan
dari staf perawatan kesehatan sewaktu pembedahan.

7) Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan
air di bagian depan dari petugas kesehatan.

8) Alas kaki
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam
atau berat atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada
kaki.

f. Kekurangan dan Kelebihan Alat Pelindung Diri


1) Kekurangan
a) Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai
Alat pelindung diri yang kurang tepat.
b) Fungsi dari Alat Pelindung Diri ini hanya untuk menguragi
akibat dari kondisi yang berpotensi menimbulkan bahaya.
c) Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan
d) Cara pemakaian Alat Pelindung Diri yang salah,
e) Alat Pelindung Diri tak memenuhi persyaratan standar)
f) Alat Pelindung Diri yang sangat sensitive terhadap perubahan
tertentu.
g) Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu
seperti kanister, filter dan penyerap (cartridge).
h) Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit,bila dipakai
berganti-ganti.

2) Kelebihan
a) Mengurangi resiko akibat kecelakan
b) Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan
c) Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan
administrasi tidak berfungsi dengan baik.
d) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.
BAB III

ANALISA DATA

Dalam bab ini akan disajikan tentang tahap proses manajeman keperawatan
yang meliputi pengumpulan data, analisa SWOT, dan identifikasi masalah
sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah yang akan dipilih untuk
dijadikan prioritas masalah yang akan didiskusikan.

A. Analisa Situasi Ruangan


a. Visi Ruang Rawat Inap Lantai 2 RSUK Pesanggrahan
Ruang Rawat Lantai 2 RSUK Pesanggrahan masih menggunakan Visi
RSUK Pesanggrahan

Visi:
Menjadikan Rumah Sakit pilihan utama yang memberikan pelayanan
prima dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju Jakarta
Sehat tahun 2007

b. Misi Ruang Rawat Inap Lantai 2 RSUK Pesanggrahan


Misi ruang rawat inap lantai 2 menggunakan misi rumah sakit

Misi:
a) Menyelenggaarakan Rumah Sakit yang ramah lingkungan dan
menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien
b) Menjadikan Rumah Sakit yang ramah lingkungan dan
menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien
c) Meningkatkan saran prasarana dan peralatan yang mendukung
mutu pelayanan kesehatan
d) Mengembangkan potensi, kompetensi, etos dan budaya kerja,
sumber daya manusia agar selalu siap menghadapi perubahan
serta meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia
e) Mengembangkan sistem informasi Manajemen Rumah Sakit dan
mengelola administrasi keuangan secara cepat dan akurat sesuai
standar akuntansi keuangan.
c. Sarana Dan Prasarana
Ruang rawat inap lantai 2 memiliki jumlah kamar sebanyak 4 kamar.
Ruang Mutiara sebanyak 5 TT, Ruang Berlian sebanyak 4 TT, Ruang
Zamrud sebanyak 5 TT, Ruang Shapire sebanyak 3 TT. Namun, yang
dapat digunakan hanya 16 TT.

d. Operan
Operan dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada shift pagi (08.00),
shift sore (14.00) dan shift malam (20.30). operan didampingi kepala
ruangan, yang dipimpin oleh anggotanya dan diikuti oleh seluruh
perawat pada shift tersebut.

e. Perencanaan pulang (discharge planning)


Sebelum pasien pulang perawat akan menyiapkan beberapa hal
diantaranya, resume dari dokter untuk berobat selanjutnya, kemudian
perawat menjelaskan jenis dan dosis obat untuk pasien di rumah.

f. Dokumentasi
Sistem pendokumentasian di ruang rawat inap lantai 2 berbasis
komputerisasi. Setelah melakukan tindakan perawat
mendokumentasikan dengan status pasien manual, lalu dimasukkan ke
komputer.

g. Mutu pelayanan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ruangan sudah
mempersiapkan SOP, SAK dan kode etik keperawatan sebagai acuan
dalam tindakan pemberian terapi. Namun, perawat tidak melakukan
cuci tangan yang seharusnya pada 5 moment, perawat juga tidak
menggunakan sarung tangan sebagaimana mestinya. Sehingga dapat
memiliki resiko untuk menularkan atau tertular penyakit.

h. Gambaran Ruang Rawat Inap Lantai 2


Ruang rawat inap lantai 2 merupakan ruangan dewasa dan anak diatas
10 tahun. Terletak di lantai 2 RSUK Pesanggrahan
1. Man (Sumber Daya Manusia)
1) Pola ketenagaan

Kepala Ruangan

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


2) Jumlah Tenaga Kerja Di Ruang Rawat Inap Lantai 2
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan jumlah tenaga di
ruanga rawat inap lantai 2 khusus untuk perawat berjumlah 9
orang.

3) Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap Lantai 2


Ruang rawat inap lantai 2 RSUK Pesanggrahan adalah ruang
rawat inap dewasa dan anak diatas 10 tahun yang dipimpin oleh
1 kepala ruangan dan 8 orang perawat pelaksana.

Struktur Organisasi Ranap

Direktur RSU Pesanggrahan


Drg. Endah Kartika Dewi

Ka. Sie Pelayanan Medis


Dr. Ni Putu Sandi

Ka. Satpel Ranap & Ranap


Khusus
Dr. Sri Ratna Fitriadewi
Koordinator Ranap (Ranap
Umum, Ranap Kebidanan,
VK )
Dr. Vivid Klasmarianty
Kepala Ruangan
Gustriana Saragih
PJ. Kelengkapan Status
PJ. Alkes 1. Br. Ilham
1. Br. Noval 2. Zr. Erlina
2. Br. A. Sudika 3. Zr. Feblina
4.
PJ. Lap. Bulanan
1. Zr. Dea Handiyanti
2. Rizki E

PJ. ATK PJ. Investaris


1. Zr. Entin S
1. Zr. Kardawati
4) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Perawat
Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan dengan
metode Douglas :

No Tingkat ketergantungan
1 Minimal Care (1-2 jam/ 24jam)
1) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri seperti
mandi,makan dan ganti pakaian
2) Pengawasan dalam ambulasi dan gerakan
3) Obsevasi tanda-tanda vital
4) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
5) Persiapan prosedur pengobatan
2 Intermediate (3-4 jam/24jam)
1) Dibantu dalam kebersihan diri, makan, minum, ambulasi.
2) Observasi tanda vital tiap 4 jam
3) Pengobatan lebih dari satu kali
4) Pakai folley kateter
5) Pasang infus intake-output dicatat
6) Pengobatan perlu prosedur
3 Total Care (5-6 jam/24 jam)
1) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur
2) Observasi tanda vital tiap 2 jam
3) Pemakaian selang NGT
4) Terapi intravena
5) Pemakaian suction
6) Kondisi gelisah /disorientasi/ tidak sadar

5) Metode Gillies (1996)


Prinsip perhitungan rumus gillies:
Waktu perawatan langsung:
1) Self care = 2 jam
2) Partial care = 3 jam
3) Total care = 4-6 jam
4) Intensive care = 8 jam
Rata-rata kebutuhan perawatan langsung adalah 4 jam
Waktu perawatan tak langsung = 38 menit/pasien/hari
Waktu pendidikan kesehatan = 15 menit/pasien/hari
Rasio perawatan ahli : terampil = 55% : 45%
Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47% : 36% : 17%

6) Jumlah jam perawatan perpasien


Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan perpasien pada ruang
rawat inap lantai 2 sebesar 3.5 jam (24 jam).

7) Hari efektif perawatan


Hari efektif perawatan dalam 1 tahun
a) Jumlah hari minggu 52 hari
b) Libur nasional 15 hari
c) Cuti tahunan 12 hari
Total 79 hari
d) Jumlah hari efektif dalam 1 tahun 365-79 = 286 hari
e) Jumlah hari efektif perminggu : 286/7 = 40.8 = 41 hari

8) Jumlah jam kerja efektif


Jumlah jam kerja dalam 1 tahun
a) Jam kerja perawat dalam 1 tahun (41 minggu) x 40 jam=
1.640 jam/thn.
b) Jumlah hari libur di ruang rawat inap lantai 2
1. Cuti 12 hari
2. Sakit 5 hari
3. Hari libur 52 hari
Total 69 hari
c) Jam kerja efektif /tahun
365 libur/cuti = .....
365 69 hari = 296 hari

9) Kebutuhan tenaga perawat di ruang rawat inap lantai 2


a) Jumlah perawat diruang rawat inap lantai 2: 9 orang, 8
pelaksana
b) Jumlah tempat tidur : 16 bed
Rumus tenaga keperawatan
Pagi : 0,27 x 8 (pasien partial care) = 2.16 = 2 perawat
Siang : 0,15 x 8 (pasien partial care) = 1.2 = 1 perawat
Malem : 0.07 x 8 (pasien partial care) = 0,56 = 1 perawat

10) Perhitungan BOR, LOS, TOI, BTO, GDR dan penyakit


terbanyak
Perhitungan BOR didapatkan melalui data sekunder yang
terdapat dibuku pasien masuk dan keluar selama 1 bulan pada
bulan Maret 2017. Data ini merupakan data terakhir yang
tercantum dalam pelaporan bulanan. Adapun nilai BOR, ALOS,
TOI, BTO, GDR yaitu :
a) BOR di ruang rawat inap lantai 2 pada bulan Maret 2017
Jumlah hari rawat di RS x 100% = 354 x 100% = 73,5%
Jumlah TT x hari dalam 1 periode 16 x 30
b) ALOS di ruang rawat inap lantai 2 pada bulan Maret 2017
Jumlah hari rawat = 354 = 4,425 = 4 Hari
Jumlah pasien 80
c) TOI di ruang rawat inap lantai 2 pada bulan Maret 2017
(Jml. TT x periode) (Jml. Hari perawatan) = (16 x 30) -354
Jml. Pasien keluar (hidup/meninggal) 80
= 480 354 = 124 = 1,575 = 2 hari
80 80

d) BTO di ruang rawat inap lantai 2 pada bulan Maret 2017


Jml. Pasien keluar (hidup/mati) = 80 = 5 kali
Jumlah TT 16
e) GDR di ruang rawat inap lantai 2 bulan Maret 2017
Jml. Pasien mati x 100% = 0 x 100% = 0
Jml. Pasien keluar 80
f) Penyakit terbanyak
CHF, DHF, Pneumonia

2. Material
Fasilitas ruang rawat inap lantai 2 untuk pasien, sebagai berikut :
a. Kursi : 16 buah
b. Bantal : 16 buah
c. AC : 4 buah
d. Tempat sampah : 4 buah
e. Handrub : 4 buah

Fasilitas untuk petugas kesehatan, sebagai berikut :


a. Nurse station : 1 ruang
b. Kamar mandi : 1 ruang
c. Tempat linen : 1 buah
d. Kulkas : 1 buah
e. Dispenser : 1 buah
f. Komputer : 1 buah
g. Telepon : 1 buah
h. Wastafel : 1 buah
i. Kursi : 5 buah
j. Troly tindakan : 2 buah
k. Troly emergency : 1 buah
l. Tempat sampah : 3 buah

3. Metode
Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara
dan kuesioner

4. Money (pembiayaan)
Pembiayaan pasien yang di rawat di RSUK Pesanggrahan sebagian
besar dari biaya BPJS, pribadi (umum).

B. Analisa SWOT
a. Strength
1) Sistem pendokumentasian sudah menggunakan komputerisasi
sehingga memudahkan petugas medis untuk melihat tindakan apa
yang sudah dilakukan dan evaluasi keadaan pasien.
2) Ketenagaan perawat yang tersedia sudah mencukupi untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada klien sehingga
memungkinkan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
optimal.
3) Perawatan diruang ranap lantai 2 sudah menerapkan pencegahan
jatuh dengan melakukan pengkajian pasien dengan menggunakan
lembar pengkajian pasien resiko jatuh.
4) Memiliki lembar pengkajian untuk mengkaji pasien dengan resiko
jatuh

b. Weakness
1) Tidak adanya lembar observasi untuk menghitung diuresis.
2) Ketidakpatuhan cuci tangan dan penggunaan APD yang tidak benar

c. Opportunity
Dengan sistem pendokumentasian komputerisasi memudahkan
petugas medis untuk melihat rekammedis pasien dari awal masuk
sampai pulang. Resiko untuk hilangnya dokumen pasien juga menjadi
lebih sedikit.

d. Threats
1) Adanya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang maksimal dan
lebih profesional.
2) Banyak rumah sakit disekelilingnya yang juga mempunyai mutu
dan tim kerja yang profesionalisme.
3) Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
4) Banyak persaingan rumah sakit lain dengan peralatan yang lebih
canggih
C. Perumusan Masalah
No. Wawancara Kuesioner Observasi Masalah
1. Dari hasil wawancara yang dilakukan Hasil kuesioner didapatkan Dari hasil observasi yang Ketidakpatuhan
mahasiswa data dari semua perawat di dilakukan oleh Cuci Tangan
ruang rawat inap lantai 2 yang mahasiswa didapatkan
berjumlah 9 orang memiliki kepatuhan 3 dari 5
pengetahuan tinggi tentang moment cuci tangan
cuci tangan tidak dilakukan oleh
perawat.
2. Dari hasil wawancara yang dilakukan Hasil kuesioner didapatkan Dari hasil observasi yang Penggunaan APD
mahasiswa data dari semua perawat di dilakukan oleh
ruang rawat inap lantai 2 yang mahasiswa didapatkan
berjumlah 9 orang memiliki perawat tidak mengganti
pengetahuan tinggi tentang sarung tangan saat
pengunaan APD berpindah tindakan
aseptik ke pasien lain.
3. Dari hasil wawancara yang dilakukan Dari hasil observasi yang Tidak adanya
mahasiswa jika ada pasien yang membutuhkan dilakukan mahasiswa lembar observasi
perhitungan diuresis, perawat hanya jika ada pasien yang intake output
menghitung di catatan keperawatan membutuhkan
-
perhitungan diuresis,
perawat hanya
menghitung di catatan
keperawatan
D. Skoring

No. Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor

1. Ketidakpatuhan cuci tangan 4 4 4 5 4 1280


Penggunaan APD yang belum
2. tepat 4 4 4 4 4 1024
Tidak adanya lembar intake
3. output 2 3 5 4 4 480

Keterangan:
Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi.
Severity (Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan.
Manageability (Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah.
Nursing Concern (Nc), yaitu fokus pada Keperawatan.
Affordabilility (Af), yaitu ketersedian sumber daya.

Rentang Nilai:
Nilai 1 = sangat kurang sesuai
Nilai 2 = kurang sesuai
Nilai 3 = cukup sesuai
Nilai 4 = sesuai
Nilai 5 = sangat sesuai
D. Plan Of Action
No. Masalah Kegiatan Waktu Metode Penanggung Jawab
1. ketidakpatuhan cuci tangan 1. Menyebar 21 Maret 2017 1. Lembar Mahasiswa :
kuesioner 30 Maret 2017 kuesioner 1. Conny Choiunnisa
2. Tiara Damayanti
tingkat 2. Presentase
3. Tri Cahyaningsih
pengetahuan 3. Lembar 4. Ulva Oca Octavia
5. Zarapurwamudita S
terhadap kuesioner
kepatuhan cuci 4. Lembar Perawat :
tangan dan observasi
penggunaan 5. Cairan hand
APD rub
2. Melakukan
lokakarya mini
3. Menyebar
kuesioner
tingkat
kepatuhan cuci
tangan dan
penggunaan
APD setelah
lokakarya mini
4. Mengobservasi
kegiatan cuci
tangan dan
penggunaan
APD perawat
di lantai 2
5. Menyediakan
hand rub
disetiap bed
pasien
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada minggu pertama kelompok melakukan observasi, wawancara dan


kuesioner ruang inap lantai 2, beberapa masalah yang didapatkan diantaranya
adalah kurangnya kepatuhan beberapa perawat dalam menjalankan pencegahan
infeksi nosokomial yaitu penerapan cuci tangan dan penggunaan alat pelindung
diri (APD) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kecamatan
Pesanggrahan.

Pada minggu kedua kelompok melakukan seminar POA dan melakukan


intervensi pada hari ke 4. Pada hasil seminar POA didapatkan beberapa
masalah yang didapatkan diantaranya adalah kurangnya kepatuhan beberapa
perawat dalam menjalankan pencegahan infeksi nosokomial yaitu penerapan
cuci tangan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kecamatan Pesanggrahan.

Saat melakukan seminar POA dengan peserta perwakilan kepala ruangan,


perwakilan manajemen Rumah Sakit, dan mahasiswa sudah mendiskusikan
mengenai kasus masalah yang ditemukan di ruang rawat inap lantai 2 dan
implementasi yang akan diberikan pada kasus masalah yang ditemukan. Pada
pelaksanaan seminar POA yang hadir adalah 2 orang kepala ruangan dan 2
orang manajemen Rumah Sakit.

Dari hasil observasi yang dilakukan mahasiswa dari tanggal 27 Maret 2017 -
30 Maret 2017 tingkat kepatuhan cuci tangan perawat lantai 2 meningkat. 5
moment dilakukan dengan baik, penggunaan APD sesuai terutama penggunaan
handscoon dan masker. Dari hasil kuesioner kepatuhan cuci tangan dan
penggunaan APD didapatkan tingkat pengetahuan meningkat sebagian besar
perawat melakukan cuci tangan sesuai dengan 5 moments.

Tabel Tingkat Pengetahuan Cuci Tangan dan Penggunaan APD (Pre)


Nomer Skor Keteranga
perawa
(%) n
t

1 86,7 Tinggi

2 100 Tinggi

3 80 Tinggi

4 80 Tinggi

5 93 Tinggi

6 93 Tinggi

7 93 Tinggi

8 93 Tinggi

9 93 Tinggi

Tabel Tingkat Kepatuhan Cuci Tangan dan Penggunaan APD (Pre)

Nomer Skor Keterang


perawa
(%) an
t

1 100 Tinggi

2 100 Tinggi

3 71,4 Kurang

4 71,4 Kurang

5 100 Tinggi

6 71,4 Kurang

7 71,4 Kurang

8 100 Tinggi

9 100 Tinggi

Tabel Tingkat Pengetahuan Cuci Tangan dan Penggunaan APD (Post)


Nomer Skor Keteranga
perawa
(%) n
t

1 100 Tinggi

2 100 Tinggi

3 93 Tinggi

4 93 Tinggi

5 100 Tinggi

6 100 Tinggi

7 100 Tinggi

8 100 Tinggi

9 100 Tinggi

Tingkat Kepatuhan Cuci Tangan dan Penggunaan APD (Post)

Nomer Skor Keterang


perawa
(%) an
t

1 100 Tinggi

2 100 Tinggi

3 85,7 Tinggi

4 85,7 Tinggi

5 100 Tinggi

6 100 Tinggi

7 100 Tinggi

8 100 Tinggi

9 100 Tinggi
Dari hasil tabel diatas, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan perawat rawat inap
lantai 2 memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai cuci tangan dan
penggunaan APD sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Namun, tingkat
kepatuhan perawat rawat inap lantai 2 sebelum dilakukan intervensi 4 dari 9
perawat memiliki tingkat kepatuhan cuci tangan dan penggunaan APD yang
kurang. Setelah dilakukan intervensi, didapatkan seluruh perawat rawat inap lantai
2 memiliki tingkat kepatuhan cuci tangan dan penggunaan APD yang tinggi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mencuci tangan sangat penting dalam pengendalian infeksi nosokomial di
rumah sakit, selain dengan mencuci tangan sebagai tenaga kesehatan dalam
memberikan tindakan invasif seperti memasang infus, mengambil sampel
darah, membuang limbah medis harus mengguanakan alat pelindung diri
seperti handscon untuk mencegah terjadinya resiko infeksi. Sedangkan, alat
pelindung diri merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelekaan dan
secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi
mengurangi tingkat keparahan dari kecelekaan yang terjadi. Perawat rawat
inap lantai II sudah menjalankan 5 moments cuci tangan dan menggunakan
APD sesuai tindakan yang akan dilakukan ke pasien, karena sebagai tenaga
kesehatan, perawat harus menjalankan tindakan keperawatan sesuai SOP.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Sebaiknya perawat rawat inap lantai 2 RSUK Pesanggrahan selalu
menerapkan 5 moments cuci tangan dan menggunakan APD sesuai
prosedur untuk mencegah terjadinya resiko infeksi nosokomial dari pasien
ke perawat maupun sebaliknya.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan Rumah Sakit menyediakan handrub di setiap bed pasien agar
perawat, pasien dan keluarga pasien dapat melakukan cuci tangan guna
mengurangi angka kejadian infeksi nosokomial.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN

You might also like