Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
seminar yang berjudul Cuci Tangan Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD).
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Managemen
Keperawatan pada program Profesi NersSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA. Penulis menyadari banyak pihak yang turut membantu
sejak awal penyusunan sampai makalah ini selesai. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. DR. Mardjo Soebiandono, SpB selaku Direksi PERTAMEDIKA dan
Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc selaku ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Muhammad Ali, SKM, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
4. Drg. Endah Kartika Dewi selaku Direktur RSU Kecamatan
Pesanggrahan.
5. Wasijati, SKp selaku kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
6. Gustriana Saragih, S.KM selaku Kepala Ruangan Rawat Inap RSU
Kecamatan Pesanggrahan.
7. Perawat ruangan rawat inap lantai 2 atas kerjasamanya, sehingga
makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
8. Teman-teman Program Profesi NersSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut
berpartisipasi sehingga selesainya penelitian ini.
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi
atau teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi
membantu melindungi klien dan pekerja kesehatan khususnya perawat
dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena
infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme
infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam
fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda yang beberapa dari mikroorganisme
tersebut dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara
mempraktikan teknik pencegahan dan pengemdalian infeksi perawat
dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi pengendalian infeksi
2. Mengetahui cara penularan mikroorganisme
3. Mengetahui factor yang mempengaruhi proses infeksi
4. Mengetahui infeksi nosokomial
5. Mengetahui pencegahan infeksi
6. Mengetahui masalah-masalah pada pengendalian infeksi
7. Mengetahui proses keperawatan dengan masalah pengendalian
infeksi
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit Umum Kecamatan Pesanggrahan
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan pada pasien rawat inap maupun keluarganya.
2. Bagi perawat
Sebagai masukan dalam mengambil suatu tindakan kebijakan oleh
rumah sakit dalam usaha memaksimalkan upaya pelayanan
kesehatan.
3. Bagi pasien
Menurunkan resiko kejadian infeksi nosokomial sehingga
diharapkan dapat memperpendek hari perawatan dan baiaya
perawatan dirumah sakit
BAB II
TNJAUAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
1. Definisi Manajemen Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profersional yang menjadi
bagian integral dari pelayanan kesehatan, berdasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan. Pelayanan yang diberikan berbentuk pelayanan
biopsiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga, dan masyaraka, baik sehat maupun sakityang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Berdasarkan
pengertian ini, keperawatan termasuk ke dalam organisasi pelayanan
kesehatan yang tentunya senantiasa terlibat dalam penerapan
manajemnen dalam pencapaian tujuan keperawatan. (Raymond
Simamora, 2013).
Manajemen diartikan secara singkat sebagai proses untuk
melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Dengan
demikian, manajemen keperawatan berarti proses pelaksanaan
keperawatan melalui staf keperawatan pengobatan, dan rasa aman
kepada psien/keluarga/masyarakat (Gilles, 1999 dalam Raymond
Simmamora, 2013).
Pengkajian
dan diagnosis Planning
keperawatan
Staffing
Perencanaa
n
Organizing
Implementasi
Directin
g
Evaluasi Controling
2. Fungsi Manajemen
Daft (2003:6) membagi manajemen menjadi empat fungsi, yaitu :
a. Planning ( Perencanaan)
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang berkenaan
dengan pendefinisian sasaran untuk kinerja organisasi dimasa
depan untuk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumber
daya yang digunakan yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran
tersebut
b. Organizing ( Pengorganisasian )
Merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan
penugasan mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-
departemen dan mengalokasikan sumber daya ke departemen
c. Leading (Kepemimpinan)
Merupakan fungsi manajemen yang berkenaan
denganbagaimana menggunakan pengaruh untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi
d. Controlling (Pengendalian)
Merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan
pengawasan terhadap aktivitas karyawan menjaga organisasi
agar tetap berada pada jalur yang sesuai dengan sasaran dan
melakukan koreksi apabila diperlukan.
b. Fungsi Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen
yang juga mempunyai peranan penting seperti perencanaan.
Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang
dimiliki organisasi (manusia dan bukan manusia) akan diatur
penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Fungsi pengorganisasian
merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan
dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga
kerja, dan komunikasi. Pengorganisasian adalah langkah untuk
menetapkan, menggolongkan, dan mengatur berbagai kegiatan,
menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang, dan
mendelegasikan wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam
rangka mencapai tujuan organisasi
c. Fungsi Penggerakan
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua
kegiatan program (ditetapkan pada fungsi pengorganisasian)
untuk mencapai tujuan program (dirumuskan dalam fungsi
perencanaan). Oleh karena itu, fungsi manajemen ini lebih
menekankan bagaimana manajer mengarahkan dan
menggerakkanb semua sumber daya (manusia dan bukan
manusia) untuk mancapai tujuan yang telah disepakati.
d. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
manajemen lainnya. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standar keberhasilan program yang dituangkan
dalam bentuk target , prosedur kerja dan sebagainya harus selalu
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu
dikerjakan oleh staf.
4. Proses Manajemen
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem
terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Proses manajemen
terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan
mekanisme umpan balik.
1. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas.
2. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke
perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
3. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan
riset.
4. Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan
termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan
kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi.
5. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit
keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja
perawat.
Menurut Sumamur (1992), alat pelindung diri adalah suatu alat yang
dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri merupakan salah satu cara
untuk mencegah kecelekaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna
dapat melindungi tubuh akan tetapi mengurangi tingkat keparahan dari
kecelekaan yang terjadi.
4) Pelindung mata
Melindungi perawat kalau terjadi cipratan darah atau cairan tubuh
lainya yang terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung
mata termasuk pelindung plastik yan jernih. Kacamata pengaman,
pelindung muka. Kacamata yang dibuat dengan resep dokter atau
kacamata dengan lensa normal juga dapat dipakai.
5) Tutup kepala/kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan
rambut tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus
dapat menutup semua rambut.
6) Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini
dipakai untuk melindungi pakaian petugas pelayanan
kesehatan.Gaun bedah, petama kali digunakan untuk melindungi
pasien dari mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan lengan
dari staf perawatan kesehatan sewaktu pembedahan.
7) Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan
air di bagian depan dari petugas kesehatan.
8) Alas kaki
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam
atau berat atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada
kaki.
2) Kelebihan
a) Mengurangi resiko akibat kecelakan
b) Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan
c) Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan
administrasi tidak berfungsi dengan baik.
d) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.
BAB III
ANALISA DATA
Dalam bab ini akan disajikan tentang tahap proses manajeman keperawatan
yang meliputi pengumpulan data, analisa SWOT, dan identifikasi masalah
sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah yang akan dipilih untuk
dijadikan prioritas masalah yang akan didiskusikan.
Visi:
Menjadikan Rumah Sakit pilihan utama yang memberikan pelayanan
prima dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju Jakarta
Sehat tahun 2007
Misi:
a) Menyelenggaarakan Rumah Sakit yang ramah lingkungan dan
menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien
b) Menjadikan Rumah Sakit yang ramah lingkungan dan
menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien
c) Meningkatkan saran prasarana dan peralatan yang mendukung
mutu pelayanan kesehatan
d) Mengembangkan potensi, kompetensi, etos dan budaya kerja,
sumber daya manusia agar selalu siap menghadapi perubahan
serta meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia
e) Mengembangkan sistem informasi Manajemen Rumah Sakit dan
mengelola administrasi keuangan secara cepat dan akurat sesuai
standar akuntansi keuangan.
c. Sarana Dan Prasarana
Ruang rawat inap lantai 2 memiliki jumlah kamar sebanyak 4 kamar.
Ruang Mutiara sebanyak 5 TT, Ruang Berlian sebanyak 4 TT, Ruang
Zamrud sebanyak 5 TT, Ruang Shapire sebanyak 3 TT. Namun, yang
dapat digunakan hanya 16 TT.
d. Operan
Operan dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada shift pagi (08.00),
shift sore (14.00) dan shift malam (20.30). operan didampingi kepala
ruangan, yang dipimpin oleh anggotanya dan diikuti oleh seluruh
perawat pada shift tersebut.
f. Dokumentasi
Sistem pendokumentasian di ruang rawat inap lantai 2 berbasis
komputerisasi. Setelah melakukan tindakan perawat
mendokumentasikan dengan status pasien manual, lalu dimasukkan ke
komputer.
g. Mutu pelayanan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ruangan sudah
mempersiapkan SOP, SAK dan kode etik keperawatan sebagai acuan
dalam tindakan pemberian terapi. Namun, perawat tidak melakukan
cuci tangan yang seharusnya pada 5 moment, perawat juga tidak
menggunakan sarung tangan sebagaimana mestinya. Sehingga dapat
memiliki resiko untuk menularkan atau tertular penyakit.
Kepala Ruangan
No Tingkat ketergantungan
1 Minimal Care (1-2 jam/ 24jam)
1) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri seperti
mandi,makan dan ganti pakaian
2) Pengawasan dalam ambulasi dan gerakan
3) Obsevasi tanda-tanda vital
4) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
5) Persiapan prosedur pengobatan
2 Intermediate (3-4 jam/24jam)
1) Dibantu dalam kebersihan diri, makan, minum, ambulasi.
2) Observasi tanda vital tiap 4 jam
3) Pengobatan lebih dari satu kali
4) Pakai folley kateter
5) Pasang infus intake-output dicatat
6) Pengobatan perlu prosedur
3 Total Care (5-6 jam/24 jam)
1) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur
2) Observasi tanda vital tiap 2 jam
3) Pemakaian selang NGT
4) Terapi intravena
5) Pemakaian suction
6) Kondisi gelisah /disorientasi/ tidak sadar
2. Material
Fasilitas ruang rawat inap lantai 2 untuk pasien, sebagai berikut :
a. Kursi : 16 buah
b. Bantal : 16 buah
c. AC : 4 buah
d. Tempat sampah : 4 buah
e. Handrub : 4 buah
3. Metode
Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara
dan kuesioner
4. Money (pembiayaan)
Pembiayaan pasien yang di rawat di RSUK Pesanggrahan sebagian
besar dari biaya BPJS, pribadi (umum).
B. Analisa SWOT
a. Strength
1) Sistem pendokumentasian sudah menggunakan komputerisasi
sehingga memudahkan petugas medis untuk melihat tindakan apa
yang sudah dilakukan dan evaluasi keadaan pasien.
2) Ketenagaan perawat yang tersedia sudah mencukupi untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada klien sehingga
memungkinkan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
optimal.
3) Perawatan diruang ranap lantai 2 sudah menerapkan pencegahan
jatuh dengan melakukan pengkajian pasien dengan menggunakan
lembar pengkajian pasien resiko jatuh.
4) Memiliki lembar pengkajian untuk mengkaji pasien dengan resiko
jatuh
b. Weakness
1) Tidak adanya lembar observasi untuk menghitung diuresis.
2) Ketidakpatuhan cuci tangan dan penggunaan APD yang tidak benar
c. Opportunity
Dengan sistem pendokumentasian komputerisasi memudahkan
petugas medis untuk melihat rekammedis pasien dari awal masuk
sampai pulang. Resiko untuk hilangnya dokumen pasien juga menjadi
lebih sedikit.
d. Threats
1) Adanya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang maksimal dan
lebih profesional.
2) Banyak rumah sakit disekelilingnya yang juga mempunyai mutu
dan tim kerja yang profesionalisme.
3) Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
4) Banyak persaingan rumah sakit lain dengan peralatan yang lebih
canggih
C. Perumusan Masalah
No. Wawancara Kuesioner Observasi Masalah
1. Dari hasil wawancara yang dilakukan Hasil kuesioner didapatkan Dari hasil observasi yang Ketidakpatuhan
mahasiswa data dari semua perawat di dilakukan oleh Cuci Tangan
ruang rawat inap lantai 2 yang mahasiswa didapatkan
berjumlah 9 orang memiliki kepatuhan 3 dari 5
pengetahuan tinggi tentang moment cuci tangan
cuci tangan tidak dilakukan oleh
perawat.
2. Dari hasil wawancara yang dilakukan Hasil kuesioner didapatkan Dari hasil observasi yang Penggunaan APD
mahasiswa data dari semua perawat di dilakukan oleh
ruang rawat inap lantai 2 yang mahasiswa didapatkan
berjumlah 9 orang memiliki perawat tidak mengganti
pengetahuan tinggi tentang sarung tangan saat
pengunaan APD berpindah tindakan
aseptik ke pasien lain.
3. Dari hasil wawancara yang dilakukan Dari hasil observasi yang Tidak adanya
mahasiswa jika ada pasien yang membutuhkan dilakukan mahasiswa lembar observasi
perhitungan diuresis, perawat hanya jika ada pasien yang intake output
menghitung di catatan keperawatan membutuhkan
-
perhitungan diuresis,
perawat hanya
menghitung di catatan
keperawatan
D. Skoring
Keterangan:
Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi.
Severity (Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan.
Manageability (Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah.
Nursing Concern (Nc), yaitu fokus pada Keperawatan.
Affordabilility (Af), yaitu ketersedian sumber daya.
Rentang Nilai:
Nilai 1 = sangat kurang sesuai
Nilai 2 = kurang sesuai
Nilai 3 = cukup sesuai
Nilai 4 = sesuai
Nilai 5 = sangat sesuai
D. Plan Of Action
No. Masalah Kegiatan Waktu Metode Penanggung Jawab
1. ketidakpatuhan cuci tangan 1. Menyebar 21 Maret 2017 1. Lembar Mahasiswa :
kuesioner 30 Maret 2017 kuesioner 1. Conny Choiunnisa
2. Tiara Damayanti
tingkat 2. Presentase
3. Tri Cahyaningsih
pengetahuan 3. Lembar 4. Ulva Oca Octavia
5. Zarapurwamudita S
terhadap kuesioner
kepatuhan cuci 4. Lembar Perawat :
tangan dan observasi
penggunaan 5. Cairan hand
APD rub
2. Melakukan
lokakarya mini
3. Menyebar
kuesioner
tingkat
kepatuhan cuci
tangan dan
penggunaan
APD setelah
lokakarya mini
4. Mengobservasi
kegiatan cuci
tangan dan
penggunaan
APD perawat
di lantai 2
5. Menyediakan
hand rub
disetiap bed
pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil observasi yang dilakukan mahasiswa dari tanggal 27 Maret 2017 -
30 Maret 2017 tingkat kepatuhan cuci tangan perawat lantai 2 meningkat. 5
moment dilakukan dengan baik, penggunaan APD sesuai terutama penggunaan
handscoon dan masker. Dari hasil kuesioner kepatuhan cuci tangan dan
penggunaan APD didapatkan tingkat pengetahuan meningkat sebagian besar
perawat melakukan cuci tangan sesuai dengan 5 moments.
1 86,7 Tinggi
2 100 Tinggi
3 80 Tinggi
4 80 Tinggi
5 93 Tinggi
6 93 Tinggi
7 93 Tinggi
8 93 Tinggi
9 93 Tinggi
1 100 Tinggi
2 100 Tinggi
3 71,4 Kurang
4 71,4 Kurang
5 100 Tinggi
6 71,4 Kurang
7 71,4 Kurang
8 100 Tinggi
9 100 Tinggi
1 100 Tinggi
2 100 Tinggi
3 93 Tinggi
4 93 Tinggi
5 100 Tinggi
6 100 Tinggi
7 100 Tinggi
8 100 Tinggi
9 100 Tinggi
1 100 Tinggi
2 100 Tinggi
3 85,7 Tinggi
4 85,7 Tinggi
5 100 Tinggi
6 100 Tinggi
7 100 Tinggi
8 100 Tinggi
9 100 Tinggi
Dari hasil tabel diatas, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan perawat rawat inap
lantai 2 memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai cuci tangan dan
penggunaan APD sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Namun, tingkat
kepatuhan perawat rawat inap lantai 2 sebelum dilakukan intervensi 4 dari 9
perawat memiliki tingkat kepatuhan cuci tangan dan penggunaan APD yang
kurang. Setelah dilakukan intervensi, didapatkan seluruh perawat rawat inap lantai
2 memiliki tingkat kepatuhan cuci tangan dan penggunaan APD yang tinggi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mencuci tangan sangat penting dalam pengendalian infeksi nosokomial di
rumah sakit, selain dengan mencuci tangan sebagai tenaga kesehatan dalam
memberikan tindakan invasif seperti memasang infus, mengambil sampel
darah, membuang limbah medis harus mengguanakan alat pelindung diri
seperti handscon untuk mencegah terjadinya resiko infeksi. Sedangkan, alat
pelindung diri merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelekaan dan
secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi
mengurangi tingkat keparahan dari kecelekaan yang terjadi. Perawat rawat
inap lantai II sudah menjalankan 5 moments cuci tangan dan menggunakan
APD sesuai tindakan yang akan dilakukan ke pasien, karena sebagai tenaga
kesehatan, perawat harus menjalankan tindakan keperawatan sesuai SOP.
B. Saran
1. Bagi Perawat
Sebaiknya perawat rawat inap lantai 2 RSUK Pesanggrahan selalu
menerapkan 5 moments cuci tangan dan menggunakan APD sesuai
prosedur untuk mencegah terjadinya resiko infeksi nosokomial dari pasien
ke perawat maupun sebaliknya.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan Rumah Sakit menyediakan handrub di setiap bed pasien agar
perawat, pasien dan keluarga pasien dapat melakukan cuci tangan guna
mengurangi angka kejadian infeksi nosokomial.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN