You are on page 1of 16

Laporan Resmi Praktikum

Pemeriksaan Indera Pendengaran dan Jenis Ketulian

Nama : Engki Christian Bata


Nim : 41 09 0033
Kel/Tgl : C / Rabu 14 September 2011
Asisten : dr. Yanti Ivana,M.Sc

PRODI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Telinga merupakan salah satu indera yang terdapat dalam tubuh dan berfungsi sebagai alat
pendengaran. Gelombang suara yang berasal dari sumber bunyi akan ditangkap oleh telinga
kemudian diubah menjadi implus yang kemudian akan dijalarkan ke pusat pendengaran di
otak. Sistem pendengaran memiliki struktur yang sangat kompleks dan semua bekerja sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Jika tidak terdapat gangguan dari telinga luar, tengah dan
dalam, maka telinga akan bekerja dengan baik. Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian
terhadap fungsi pendengaran dan menguji beberapa jenis ketulian. Dengan melakukan
praktikum ini, maka mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui cara pemeriksaan fungsi
teling dengan tepat dan benar, juga cara-cara untuk mengetahui jenis-jenis ketulian, sehingga
dengan ilmu dan pengetahua yang diperoleh mahasiswa dapat menerapkan pengetahuannya
dalam lingkup klinis nanatinya.

II. Tujuan
1. Menguji kepekaan indera pendengar dan jenis ketulian
BAB II
DASAR TEORI
1. Anatomi Telinga

Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga terdiri
atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Gelombang suara yang diterima oleh telinga
luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh membran timpani. Getaran ini kemudian di perkuat
oleh tulang-tulang padat di ruang telinga tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga
dalam. Telinga dalam merupakan ruangan labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang
berakhir pada rumah siput / koklea (cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran
tempat terjadinya mekanisme vestibular yang bertanggung jawab untuk pendengaran dan
pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang masuk ke dalam seluruh alat-alat
vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).
(Wonodirekso, 1990)
1.1. Telinga luar
Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accus-
ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani). Daun telinga /aurikula disusun
oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang melekat erat pada tulang
rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot lurik yang pada manusia
rudimenter (sisa perkembangan. Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang
terbentang dari daun telinga melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran
timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit
yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang
dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen
merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan materi bewarna coklat
seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung. Membran timpani menutup
ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan luarnya ditutupi oleh lapisan tipis
epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan sebelah dalam disusun oleh epitel
selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Di antara keduanya terdapat
serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima gelombang suara
yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan
menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik
yang diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
(Wonodirekso, 1990)
1.2. Telinga Tengah
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak
di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan
ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba
auditiva) Eustachius. Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya
merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada
celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria
tipis dan menyatu dengan periosteum. Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang
pendengaran yaitu tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang
kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani.
Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng
dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada 2
otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor timpani
terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior
kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari
dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius
berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan
anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan
cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi. Tuba auditiva (Eustachius)
menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding
medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen..
Dengan menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat
masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi membran
timpani menjadi seimbang.
(Wonodirekso, 1990
1.3. Telinga Dalam
Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum tulang
temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang di da-lamnya
terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin
membranasea berisi cairan endolimf. Labirin tulang terdiri atas 3 komponen yaitu kanalis
semisirkularis, vestibulum, dan koklea tulang. Labirin tulang ini di sebelah luar berbatasan
dengan endosteum, sedangkan di bagian dalam dipisahkan dari labirin membranasea yang
terdapat di dalam labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan endolimf. Vestibulum
merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan rongga timpani melalui
suatu membran yang dikenal sebagai tingkap oval (fenestra ovale). Ke dalam vestibulum
bermuara 3 buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior dan
lateral yang masing-masing saling tegak lurus. Setiap saluran semisirkularis mempunyai
pelebaran atau ampula. Walaupun ada 3 saluran tetapi muaranya hanya lima dan bukan
enam, karena ujung posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu dengan
ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula dan bermuara ke dalam bagian medial
vestibulum oleh krus kommune. Ke arah anterior rongga vestibulum berhubungan dengan
koklea tulang dan tingkap bulat (fenestra rotundum). Koklea merupakan tabung berpilin
mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya mirip kerucut dengan dua tiga-perempat
putaran. Sumbu koklea tulang di sebut mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur dari
modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang yang disebut lamina
spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion spiralis, yang merupakan
bagian koklear nervus akustikus.
(Wonodirekso, 1990)
1.3.1. Labirin Membranasea
Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem
saluran yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini
dipisahkan dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada
beberapa tempat terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung
pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin membranasea.
(Wonodirekso, 1990)
1.3.2. Sakulus Dan Ultrikulus
Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang
mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis
gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor
sensorik yang disebut makula sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak
paling banyak pada dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal
lurus sementara makula ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga
berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus.
(Wonodirekso, 1990)

1.3.3. Kanalis Semisirkularis


Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada
permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula.
Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan endolimf akibat
percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia
dan kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi
kepala dalam ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada
sel-sel rambut oleh membran otolitik.
(Wonodirekso, 1990)
1.3.4. Koklea
Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga
merupakan tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding
luar koklea suatu membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran basilaris ke
dinding luar koklea terdapat penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum
spiralis. Di samping itu juga terdapat membran vestibularis (Reissner) yang
membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding luar. Kedua membran
ini akan membagi saluran koklea tulang menjadi tiga bagian yaitu
1. Ruangan atas (skala vestibuli)
2. Ruangan tengah (duktus koklearis)
3. Ruang bawah (skala timpani).
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran
vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh
membran basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di
dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel
mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis
berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam
fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum yang
memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala vestibuli dan timpani
akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut helikotrema. Duktus koklearis
berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu dekat
helikotrema pada sekum kupulare.
(Wonodirekso, 1990)

2. Fisiologi Pendengaran
getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai
membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran-getaran ini
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.
Selanjutnya stapes menggerakan perilimfe dalam skala vestibuli kemudian getaran
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.
Selanjutnya stapes menggerakan perilimfe dalam skala vestibuli kemudian getaran
diteruskan melalui Reissner yang mendorong endolimfe dan membran basal ke
arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar
( foramen rotundum ) terdorong ke arah luar. Rangsangan fisik tadi diubah oleh
adanya perubahan ion kalium dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke
cabang N. VIII yang kemudian meneruskan rangsangan ke pusat sensori
pendengaran di otak memlalui sarf pusat yang ada di lobus temporalis.
(Fawcett, D.W 1994)

Getaran suara ditangkap ol;eh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai
memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-
tulang pendengaran yang berhhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan
perilimfe dalam skala vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang
mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani
akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na menjadi aliran
listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian neneruskan ransangan ke pusat
sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
BAB III
METODOLOGI
I. Alat dan Bahan
a. Alat
Garpu tala 112 Hz-870 Hz
Arloji / jam tangan (yang bersuara)
Mister panjang ( 30 cm )
Kapas

II. Cara Kerja


a. Pemeriksaan kepekaan indera pendengar
(dibutuhkan 2 orang naracoba)

Telinga kanan naracoba 1 ditutup denga kapas dan kedua matanya ditutup

Penguji menggerakan arloji / jam tangan mendekati telinga kiri naracoba 1,
sampai naracoba 1 mendengar suara arloji untuk pertama kalinya. Ukur dan
catatlah jarak antara arloji denga telinga kiri naracoba 1. Ulangi percobaan ini
sampai tiga kali. Kemudian lakukan hal yang sama pada telinga kanan naracoba
1.

dilakukan percobaan yang sama pada naracoba 2
b. Pemeriksaan jenis
1. Percobaan Rinne
diletakan pangkal paru tala yang sudah digetarkan pada prosesus mastoideus
naracoba , mula-mula naracoba akan mendengar suara garputala tersebut keras.
Makin lama suara garpu tala itu makin lemah dan akhirnya tidak terdengar lagi.

Pada saat naracoba tidak mendengar suara garpu tala, penguji denga segera
memindahkan garpu tala itu ke dekat atau di depan telinga. Dengan
pemindahan garpu tala aka nada 2 kemungkinan yang terjadi
Naracoba akan mendengar suara garpu tala lagi, disebut Rinne positif
Naracoba tidak mendengar suara garpu tala. Disebut Rinne negative.

Dilakukan percobaan pada telinga yang satu dan diulangi percobaan sebanyak
tiga kali
2. Percobaan weber
Diletakan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada puncuk kepala ( os.
Frontalis )

Naracoba memperhatikan intensitas suara dikedua telinga dan untuk itu ada tiga
keunkinan yang terjadi :
Suara terdengar sama keras pada kedua telinga
Suara lebih keras pada telinga kiri ( lateralisasi ke telinga kiri )
Suara terdengar lebih keras pada telinga kanan ( lateralisasi ke telinga
kanan)
3. Percobaan schwabach
Diletakan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada prosesus mastoideus
kanan/kiri

Naracoba akan mendengar suara garpu tala itu makin lama makin melemah dan
akhirnya tidak terdengar lagi

Pada saat naracoba mengatakan tidak mendengar suara garpu tla, maka penguji
dengan segera memindahkan garpu tala itu ke prosesus mastoideus kanan/kiri
orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya ( pembanding ). Akan
ada 2 kemungkinan yang terjadi :
Akan mendengar suara
Tidak mendengar suara
(dilulangi percobaan sebanyak tiga kali)
4. Percobaan bing
Diletakan diatas kepala garpu tala yang sudah digetarkan

Naracoba memperhatikan kerasnya suara pada telinga kanan. Sebelum suara
menghilang sumbatlah telinga kanan tersebut dengan kapas atau ujung jari,
kemungkinan naracoba akan mendengarkan
Garpu tala kedengaran bertambah keras ( bing positif )
Keras suara pada garpu tala tidak mengalami perubahan (percobaan
bing indifferent), ulangi percobaan ini sampai tiga kali
Suara terdengar lebih keras pada telinga kanan ( lateralisasi ke telinga
kanan)
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A. Hasil
Probandus ( 1 )
Nama : Nona Henrika
Umur : 20 tahun
Alamat : Gondo Kusuma II. Klitren DIY
Hasil : negatif
HPMT : 1 Juni 2011
Tanggal periksa : 8 Juni 2011
Probandus ( 2 )
Nama : Ny. A
Umur : 32 tahun
Alamat :-
Hasil : positif
HPMT : 6 April 2011
Tanggal periksa : 8 Juni 2011
Probandus ( 3 )
Nama : Ny. B
Umur : 39 tahun
Alamat :-
Hasil : positif
HPMT : 20 November 2010
Tanggal periksa : 8 Juni 2011
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan HCG secara Kualitatif, dimana
menggunakana teknik imunologik untuk tes kehamilan, urin berasal dari salah satu prakitan
(probandus 1), dan 2 lagi telah disiapkan oleh laboran. Alat test kehamilan yang digunakan
disini merupakan yang telah dipersiapkan untuk mendeteksi kehamilan. Setelah dilakukan
pengujian didapatkan hasil seperi pada keterangan di atas, untuk probandus 1, terbukti negatif,
sedangkan urin pada Ny. A dan B terbukti positif.
Prinsip tes imunologik ini adalah berdasarkan terjadinya reaksi imunologis kimiawi antara
hormon hCG dalam urine dengan antobodi (anti HCG). Suspensi lateks mengandung antibody
monoclonal anti hCG dan hormon hCG yang terkandung dalam urin sebagai antigen. Ketika
anti hCG (antibodi) bertemu dengan antigen (hormon hCG) maka terbentuklah kompleks
imun. Test pack sangat tergantung pada kerja sama antara antibody dan antigen. Antibodi zat
kimia yang dihasilkan oleh limfosit dan struktur lain di dalam tubuh. Sedangkan antigen, zat
asing yang masuk dan merangsang reaksi kimia tubuh. Jika antigen masuk ke dalam jaringan
tubuh , antibody bereaksi sehingga antigen tidak berbahaya lagi. Tiap antibodi hanya bereaksi
terhadap antigen tertentu. Reaksi negative terjadi, karena dalam urin probandus tidak terdapat
HCG yang akan ditafsirkan sebagai antigen oleh antibody yang terdapat pada alat test,
sehingga dari hasil test menunjukan 1 garis. Reaksi positif yang terjadi menunjukan bahwa
dalam urin terdapat antigen yang akan bereaksi dengan antibody yang terdapat dalam alat
tersebut, sehingga terjadi atau terbentuklah kompleks imun dimana terbentuk 2 garis pada alat
tersebut. Hari pertama menstruasi terakhir merupakan salah satu factor yang diperlukan untuk
mencari keakuratan data yang ingin diperoleh nantinya. Pada Henrika , tercata HPMT yaitu
pada tanggal 1/6/2011, pada nyonya A yaitu pada 6/4/2011, dan nyonya B yaitu 20/11/2010,
pada test terbukti positif berarti periode berikutnya Ny. A dan B tidak mengalami haid, karena
ovum telah dibuahi oleh sperma, yang berarti nyonya A dan B terbukti hamil. Pada nyonya A
jarak HPMT dengan pemeriksaan HCG hanya berkisar 2 bulan pada waktu ini jumlah hormone
HCG dalam tubuh masih ada begitu juga pada nyonya B, walaupun jarak HPMT dengan
pemeriksaan HCG cukup jauh yaitu berkisar 7 bulan masih dapat dilakukan pemeriksaan
hormon ini, karena hormon ini masih tetap ada dan memuncak pada 8 hari setelah implantasi
dan akan turun mendatar sampai pada saat proses kelahiran. Disamping itu penting mengetahui
HPMT sangat erat kaitannya untuk mengetahui usia janin dan juga penting dalam
memperkirakan hari kelahiran nantinya. Untuk nyonya A usia kehamilan diperikaran saat
dilakukan pemeriksaan HCG telah berusia 1 bulan lebih dan diperkirakan hari kelahirannya
nanti pada tanggal 13/1/2012, pada nyonya B untuk diperkirakan umur kehamilan telah berusia
5 bulan dan perkiraan tanggal kelahiran yaitu pada tanggal 27/8/2011. Pentingnya
pengetahuan dan cara memakai alat test pack ini sangat menentukan hasil yang akan diperoleh
nanti, jika terlalu cepat menggunakan alat ini maka hasil yang yang diperoleh bisa saja salah /
negative palsu karena HCG belum terbentuk, disamping itu juga pada beberapa keadaan
patologis sering kali diperoleh hasil positif. Seringkali dalam praktikum didapat hasil yang
tidak valid, untuk itu sebuah alat dipelukan spesifikasi dan sensitifitas, kedua faktor tersebut
harus selalu ada, pada alat yang digunakan dicantumkan bahwa jumlah HCG harus mencapa
30 mUI/ml agar bisa dideteksi, juga sering terjadi kesalah yang mengacu pada hasil negatif
palsu / positif palsu dimana dengan jumlah HCG yang sangat sedikit sebuah alat langsung
menyatakan hasil tersebut positif, tanpa melihat asal HCG apakah dari plasenta atau karena
sebuah keadaan patologis.
Pemeriksaan HCG merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menentukan
kehamilan seseorang wanita, disamping itu dengan pemeriksaan ini juga digunakan untuk
mengetahui perkembangan dan perubahan selama terjadinya kehamilan. Perubahan hormonal
sangat penting dalam proses perkembangan janin, dalam hal ini, hormon HCG sangat penting
dalam masa kehamilan karena membantu dalam mempertahankan hormon progesteron dan
estrogen dengan cara mencegah involusi korpus luteum untuk beberapa saat.
BAB V
Kesimpulan
Hormon hCG digunakan sebagai uji kehamilan

Hormon hCG dihasilkan oleh plesenta untuk mempertahankan korpus luteum

Prinsip yang digunakan pada praktikum ini adalah immunokimia (reaksi antibody dan
antigen)

Hanya pada urin wanita hamil yang positif terkandung hormon hCG.
Daftar Pustaka

Damario MA, Rock JA. Ectopic pregnancy. In: Rock JA, Thompson JD. Te Lindes
th
operative gynecology. 8 ed. Philadelphia: Lippincot-Raven, 1997: 501-527
Fischbach,dkk. 2009. A Manual of Laboratory and Diagnostic Tests, 8th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins
Guyton & Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC
Sherwood, L.,2007, Human physiology : From cells To System. 6ed, Thomson
Book Cole, USA
Tortora, Gerrad J. dkk. 2009. Principles Of Anatomy And Physiology. Edisi 12.
USA : john wiley
Wilson, Denise D. 2008.Manual of Laboratory & Diagnostic
Tests.MCGrawHill:New York

You might also like