Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien INC Vacum
1. Definisi
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam
rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada sistem reproduksi wanita dalam
hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai.
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi wanita dan
keluarganya. Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadinya kontraksi uterus
pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selama jam-jam dilatasi dan melahirkan,perawatan
ditujukan untuk mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui proses persalinan
Intranatal Care vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
ekstraksi vakum pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstrator vakum atau ventouse (Depkes
RI,2002). Menurut Mansjoer Arif (1999) tindakan ini dilakukan dengan memasang sebuah
mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Ekstraksi vakum adalah tindakan
obstetri yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan
ibu dan ekstraksi pada bayi (Cuningham F 2002).
2. Etiologi
Penyebab dilakukaannya Intranatal Care Vacum yaitu:
Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik pada ibu
(Prawirohardjo, 2005).
Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa
rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga
persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005).
Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa
waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan
adanya hipoksia.
Bradikardia yang terjadi di luar saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi.
Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya demam pada ibu (Prawirohardjo, 2005).
3. Indikasi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi
porcef/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung
(eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan
posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat
dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara pervaginam, maka perlu tindakan ekstraksi
vakum/tindakan ekstraksi vakum menyebabkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina
ibu. Di samping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan
intracranial (Mansjoer Arif, 1999).
b. Kala II
disebut juga kala pengeluaran, dimana pada tahap ini janin dikeluarkan, tahapI ini dimulai dari
dilatasi serviks lengkap(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
Tanda obyektif yang pasti tahap kedua persalinan dimulai adalah melalui pemeriksaan
dalam.Ada tanda-tanda lain yang menunjukkan tahap kedua dimulai adalah sebagai berikut :
1.Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir
2.Adanya muntah
3.Aliran darah ( show ) meningkat
4.Ekstremitas bergetar
5.Semakin gelisah
6.Usaha ingin mengedan
Pada umumnya kala II yang lama merupakan indikasi untuk melakukan ekstraksi
dengan cunam berhubung dengan meningkatnya bahaya ibu dan janin (Mansjoer Arif, 1999).
Pada presentasi belakang-kepala dengan kepala belum sampai di dasar panggul, dan
persentase muka setelah kala II lamanya 3 jam pada seorang primigravida dan 2 jam pada
multipara dilakukan pemeriksaan dengan seksama (jika perlu dengan memasukkan 4 jari atau
seluruh tangan ke dalam vagina) apakah sungguh-sungguh kepala sudah masuk dalam rongga
panggul dengan ukuran terbesar, dan apakah tidak ada rintangan apapun pada panggul untuk
melahirkan kepala. Dalam hal kepala janin sudah melewati pintu atas panggul dengan ukuran
terbesar, putaran paksi dalam kepala sudah atau hampir selesai, dan dalam hal tidak adanya
kesempitan pada bidang bawah panggul, persalinan diselesaikan dengan ekstraksi cunam
(Mansjoer Arif, 1999).
Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput
suksedaneum arrifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam
ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya his,
ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul (Rustam
Mochtar, 1999). Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara tangan
kiri dan tangan kanan penolong. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang
tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri
menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu
mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kearah muka penolong. Traksi dilakukan
terus selama ada HIS dan harus mengikuti putaran paksi dalam, sampai akhirnya suboksiput
berada di bawah simfisis (Rustam Mochtar, 1999). Bila his berhenti, maka traksi juga dihentikan.
Berarti traksi dikerjakan secara intermitten, bersama-sama dengan his. Kepala janin dilahirkan
dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi
dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala
sebagaimana lazimnya.
c. Kala III
Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir,tujuan penanganan
kala III adalah pelepasan dan pengeluaran plasenta yang aman
Plasenta melekat pada lapisan desidua,setelah janin dilahirkan dengan adanya kontraksi uterus
yang kuat,sisi plasenta akan jauh lebih kecil sehingga tonjolan vili akan pecah dan plasenta akan
lepas dari perlekatannya.
d. Kala IV
Kala IV atau kala observasi dimulai dari plasenta lahir sampai 2 jam,dengan cara ini diharapkan
kejadian perdarahan post partum bisa dhindari.
5. Komplikasi
Pada ibu, ekstraksi vakum dapat menyebabkan perdarahan, trauma jalan lahir dan
infeksi. Pada janin ekstrasi vakum dapat menyebabkan ekskoriasi kulit kepala, cepal hematoma,
subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai
fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat, nekrosis kulit
kepala (scapnecrosis), dapat menimbulkan alopesia (Mansjoer Arif, 1999).
2. Adaptasi ibu
Tekanan darah: Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (sistol rata-rata naik 15 (10-
20) mmhg. Diastolik 5-10 mmhg) antara kontraksi, tekanan darah kembali normal pada level
sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.
Metabolisme: Metabolisme karbohitrat aerob dan an aerob akan meningkatkan secara berangsur
disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot scleta. Peningkatan ini ditandai dengan adanya
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang.
Suhu Tubuh: Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit meningkat
selama persalinan, terutama selama dan segera setelah persalinan. Peiningkatan ini jangan
melebihi 0.5C sampai dengan 1C.
Denyut jantung.: Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis
naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit meningkat dibandingkan sebelum
persalinan.
Pernafasan: Karena terjadi peningkatan metabolisme maka terjadi sedikit peningkatan laju
pernafasan yang dianggap normal. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa
menyebabkan alkolisis.
Perubahan pada ginjal.: Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh
peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus dan peningkatan aliran plasma
ginjal, proteinuria yang sedikit dianggap biasa dalam persalinan
Perubahan gastrointestinal: Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansi
berkurang banyak sekali selama persalinan. Selain itu, pengeluaran getah lambung berkurang,
memyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi sangat
lamban. Cairan tidak berpengaruhi dan meningkatan perut dalam tempo yang biasa. Mual atau
muntah biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir kala .
Perubahan hematologi: Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100 ml selama persalinan dan
akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salinan kecuali ada
perdarahan postpartum.
A. Kala I Persalinan
1. Pengkajian
a. Riwayat masuk perawatan
b. Riwayat Prenatal
c. Riwayat Pembedahan Dan Penyakit kronis
d. Sakit selam hamil / terakhir sakit / infeksi yang dialami
e. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diperiksa selam kehamilan
f. Persiapan Kelahiran anak
g. Pengkajian Perubahan fisiologi selama kala satu persalinan
Perubahan kardiovaskula
Perubahan gastrointestinal
Perubahan sistem urinary
Perubahan system pernapasan
h. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital: TD, suhu, nadi, RR, DJJ, dan pergerakan janin
Status kontraksi uterus
Pemeriksaan vagina kecuali jika ada perdarahan vaginal yang abnormal
Pengeluaran pevaginam
Pemeriksaan abdominal
i. Pemeriksaan psikososial
j. Pemeriksaan diagnostic
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan pola eliminasi urin berhibungan dengan proses persalinan
2. Ancietas berhubungan dengan persalinan dan kelahiran
3. Resiko tinggi kekurangan volumecairan berhubungan kurang intake atau kehilangan cairan yang
berlebihan
3. Resiko tinggi kekurangan volumecairan berhubungan kurang intake atau kehilangan cairan yang
berlebihan
Intervensi Rasionalisasi
1. Pantau TD dan nadi setiap 15 menit 1. Peningkatan TD dan nadi dapat
menandakan retensi cairan;penurunan TD
dan peningkatan nadi mungkin merupakan
tanda yamg lambat dari kehilangan volume
cairan atau dehidrasi
2. Ansietas mengubah TD dan nadi,
2. Kaji tingkat ansietas klien
mempengaruhi temaun pengkajian
3. Dehidrasi dapat berakibat pada
3. Ukur suhu setiap 4 jam sesuai indikasi
peningkatan suhu tubuh, kulti kering dan
(setiap 2 jam setelah membran ruptur).
penurunan produksi saliva
Kaji kekringan kulit dan mulut.
4. Tirah baring mengakibatkan penurunan
4. Catat masukan dan haluran. Perhatian
aktivitas korteks adrenal, peningkatan laju
konsentrasi urin. Ukur berat jenis urin,
filtrasi glomerulus, dan peningkatan
sesuai indikasi
haluran urin. Bila volume cairan menurun,
aldosteron bertindak untuk mereabsorpsi
air dan dan natrium dari tubulus ginjal,
menurnkan haluran urin
5. Meningkatkan aliran balik vena dengan
5. Posisikan klien pada miring kiri bila memindahkan tekanan dari uterus gravid
tepat terhadap vena kava inferior dan aorta
desenden
6. Mempertahankan hidrasi dengan
6. Kolaborasi berikan dan pantau infus menggambarkan kehilangan cairan.
cairan I.V Kecepatan daapt diselaraskan untuk
memenuhi kebutuhan individual, tetaqpi
pemberian terlalu cepat dapat
menimbulkan kelebihan beban cairan
khususnya pada klien lemah
B. Kala II Persalinan
1.Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan vagina
Kontraksi
Diaphoresis
Laserasi setelah dilakukan Vacum
Pemeriksaan fisik bayi secara umum setelah dilakukan vacum
b.Psikososial
c. Prosedur diagnostic: Persalinan Yang dibantu melalui vacum
2. Diagnosa Keperawatan
1.Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan tekanan oleh bagian presentasi janin
2.Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan usahan pengeluaran janin
Intervensi Rasionalisasi
Anjurkan klien
untuk Jika kandung kemih penuh dpat
mengosongkan kandung menekan bayi
kemih Kandung kemih terlalu distensi
dapat menyebabkan atoni,
Lakukan kateterisasi jika menghalangi turnnya janin, atau
kandung kemih penuh dan menimbulkan trauma karena
klien tidak mampu berkemih bagian persentasi janin
Intervensi Rasionalisasi
Anjurkan klien untuk
berbaring dengan posisi dorsal
recumben
Monitor secara ketat Tanda-
tanda vital setelah pemberian
analgesic atau anastesi
Hindari valsava manuver
yang lama pada saat
mengeran
Berikan oksigen jika ada
indikasi Pertahankan intake
cairan yang adekuat
a. Pemerikaan Fisik
1. Tanda-tanda lepasnya plasenta
Terjadi perdarahan
Tali pusat memanjang saat vagina membuka
Fundus uteri naik ke abdomen
Bentuk uterus berubah dari lunak menjadi keras dan bundar pada saat plasenta turun ke segmen
bawah uterus
nosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan merawat bayi baru lahir
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
Intervensi Rasionalisasi
Lakukan kontak dini antara bayi
Memberikan stimulus awal pada
dan ibu sesegera mungkin: bayi setelah dilahirkan
letakkan bayi diatas perut ibu
Memberikan rasa hangat pada
setelah kelahiran jika tidak ada bayi
kontraindikasi
Anjurkan untuk mernyentuh dan
memeluk bayi
Jelaskan beberapa prosedur untuk
menstimulasi atau meresusitasi
bayi untuk mengurangi
kecemasan
Yakinkan ibu tentang status
kesehatan bayinya
2 . Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
Intervensi Rasionalisasi
Pastikan bahwa plasenta
dilahirkan dalam waktu 30 menit
setelah kala dua
Monitor perdarahan pervaginam
saat mengeluarkan plasenta
Monitor kontraksi uterus
Berikan oksitosin sesuai indikasi
D. Kala IV persalinan
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan vagina: setiap 15 menit
Inspeksi pengeluaran lochia: setiap 15 menit
Inspeksi perineal
b.Psikososial
Gembira: perasaan damai dan senang
Banyak bicara, mata terbuka, lapar dan haus
Proses kasih sayang dimulai:
2. Diagniosa Keperawatan
1.Risiko tinggi perubahan proses keluarga berhubungan dengan penerimaan bayi baru lahir
2.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan pada awal
periode post partum
3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan persalinan
2.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan pada awal
periode post partum
Intervensi Rasionalisasi
Monitor Tanda-tanda vital Peningkatan TD dan nadi dapat
menandakan retensi cairan
Berikan cairan intravena dan Memenuhi kebutuhan cairan dlam
peroral sesuai dengan indikasi tubuh ibu
Monitor pengeluaran pervaginam Pendarahan yang berlebihan
untuk mengetahui perdarahan dapat mengakibatka ibu
yang berlebihan kekuranagn volume cairan,dengan
Monitor tinggi fundus uteri dan memonitor dapat mengetahiu
konsistensi uterus tindakan yang sesuia
ASKEP INC
PERSALINAN FISIOLOGIS
I. Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup
di dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain ( Mochtar rustam, 1998).
d. Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran janin yang ditandai dengan pembukaanserviks secara lengkap
(10 cm) hingga lahirnya janin secara keseluruhan.
e. Kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi lengkap dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dengan lengkap.
Pada orang normal, menurut Galdeyro-Barcla, plasenta akan lahir spontan dalam 6 menit.
Ada juga yang mengatakan bahwa plasenta akan lahir spontan dalam 10-15 menit. Dapat
ditunggu sampai 1 jam. Tetapi bila terjadi perdarahan maka plasenta harus segera dilahirkan.
Mekanisme pelepasan uri
Kontraksi rahim akan mengurangi area plasenta, karena rahim bertambah kecil dan
dindingnya bertambah berat beberapa cm. Kontraksi-kontraksi tadi menyebabkan bagian-bagian
yang longgar dan lemah dari uri pada dinding rahim. Bagian ini akan terlepas, mula-mula
sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam cavum uteri. Kadang-kadang ada
sebagian kecil uri yang masih melekat pada dinding rahim.
Proses pelepasan uri inibiasanya setahap demi setahapdan pengumpulan darah dibelakang
uri akan membantu pelepasan uri ini. Bila pelepasan sudah komplit, maka kontraksi rahim
mendorong uri yang sudah lepas di SBR, lalu ke vagina dan dilahirkan.
Selaput ketubanpun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian sewaktu
keluarnya uri.
Kala III terdiri dari 2 fase yaitu :
a. Fase pelepasan uri
Cara lepasnya uri ada beberapa macam :
1. Schultze
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini yang paling sering ada sekitar 80% yang lepas
duluan adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak uri mula-mula
bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak ada sebelum
uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
2. Duncan
Lepasnya uri mulai dari pinggir (20%). Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban
Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
b. Fase pengeluaran uri
Uri yang sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan didorong ke bawah, yang oleh rahim sekarang
dianggap sebagai benda asing. Hal ini dibantu pula oleh tekanan abdominal atau mengedan,
maka uri akan dilahirkan, 20% secara spontan dan selebihnya memerlukan pertolongan.
Tanda dan gejala :
Bentuk uterus dan TFU
Setelah bayi dilahirkan dan sebelum mimetrium menyesuaikan dengan perubahan ukuran rongga
uterus, uterus berada dalam bentuk diskoid dan TFU berada dibawah umbilikus. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta di dorong kebawah, bentuk uterus menjadi globular dan TFU menjadi
diatas pusat (seringkali mengarah kesisi kanan)
Tali pusat memanjang
Semburan darah yang tiba-tiba yang diikuti dengan memanjangnya tali pusat keluar vagina
menandakan kelepasan plasenta dari dinding uterus
Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar bersama
bantuan dari gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa kantung retroplasenta
telah robek ketika plasenta memisah.
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri :
1. Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada, diatas simpisis, tali pusat ditegangkan, bila tali
pusat masuk berarti belum lepas, bila diam atau maju maka, sudah lepas
2. Klein
Sewaktu ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti belum lepas, bila tali
pusat diam/turun berarti sudah lepas
3. Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti belum lepas, bila tali
pusat tidak bergetar berarti sudah lepas.
Tanda-tanda lain tali pusat sudah lepas yaitu :
Rahim menonjol diatas simfisis
Tali pusat bertambah panjang
Rahim bundar dank eras
Keluar darah secara tiba-tiba
f. Kala IV
Kala IV adalah kala pemulihan masa kritis ibu dan anak, bukan hanya proses secar fisik setelah
melahirkan tetapi juga mengawali hubungan yang baru selama satu sampai dua jam. Pada kala
IV ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensive karena perdarahan dapat terjadi,
misalnya karena atonia, uteri, robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan
normal 100-300 cc, bila perdarahan diatas 500 cc maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu tidak
boleh ditinggalkan sendiri dan belum boleh dipindahkan ke kamarnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mninggalkan ibu yang baru melahirkan :
1. Kontraksi rahim : baik atau tidak dapat diketahui dengan palpasi. Bila perlu lakukanlah massage
dan barikan uterus tonika : methergin, ermetrin dan pitocin
2. Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa
3. Kandung kemih : harus kosong ,kalau ibu disuruh kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateter.
4. Luka-luka : jahitannya baik atau tidak,ada perubahan atau tidak
5. Uri dan selaput ketuban harus lengkap
6. KU ibu : TD, nadi, pernapasan, rasa sakit
7. Bayi dalam keadaan baik