Professional Documents
Culture Documents
JUANITA ELINA
A24080148
RINGKASAN
chitosan, chitosan 0.1 ppm, 0.5 ppm, dan 1 ppm, sehingga terdapat 20 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat lima ulangan dengan 1 tangkai bunga
per ulangan sehingga terdapat 100 tangkai bunga yang diamati. Bahan tanaman
yang digunakan di dalam penelitian yaitu bunga potong anyelir Dianthus
caryophyllus tipe standar. Tangkai bunga direndam dalam botol bervolume 300
ml larutan pulsing selama 1 x 24 jam, kemudian dipindahkan dalam botol
bervolume 300 ml larutan akuades (holding) selama penyimpanan. Larutan
chitosan pada konsentrasi 0, 0.1, 0.5, dan 1 ppm disemprotkan ke permukaan
bunga potong.
Hasil percobaan pertama menunjukkan konsentrasi chitosan yang
digunakan dalam perlakuan belum dapat meningkatkan vaselife bunga potong
anyelir White Corso karena konsentrasi chitosan 0.1, 0.5 dan 1 ppm memiliki
respon yang sama dengan kontrol (tanpa chitosan). Hasil dari percobaan kedua
menunjukkan bahwa konsentrasi larutan pulsing yang digunakan tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap diameter bunga, jumlah mahkota yang
membuka, kesegaran bunga, tingkat kemekaran bunga, dan vaselife bunga potong
anyelir, namun memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume larutan yang
diserap bunga pada saat pulsing. Perlakuan akuades + sukrosa 3% + asam salisilat
100 ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm merupakan larutan terbanyak yang
diserap bunga potong pada saat pulsing.
Hasil percobaan ketiga menunjukkan komposisi larutan pulsing dan bahan
organik chitosan serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap
diameter bunga dan jumlah mahkota bunga potong anyelir. Perlakuan pulsing
akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm berpengaruh nyata meningkatkan diameter
bunga, jumlah mahkota bunga yang membuka, tingkat kemekaran bunga, warna
bunga, mempertahankan kesegaran bunga, dan meningkatkan vaselife sampai
24.40 hari. Perlakuan pulsing akuades+sukrosa 3%+SA 100 ppm,
akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm, akuades+sukrosa 3%+SA 100 ppm+BAP 5
ppm tanpa chitosan mampu meningkatkan vaselife bunga potong anyelir sampai
25 hari, sementara pada kontrol (larutan akuades tanpa chitosan) memiliki vaselife
hanya 21.80 hari. Konsentrasi chitosan tidak memberikan pengaruh terhadap
kesegaran dan vaselife bunga potong anyelir selama penyimpanan.
ii
iv
JUANITA ELINA
A24080148
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
vi
RIWAYAT HIDUP
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik. Penelitian yang berjudul Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Anti-
transpiran Chitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir, dilaksanakan untuk
mengetahui masa simpan bunga potong anyelir pada saat pascapanen.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing skripsi, Dr.
Dewi Sukma, S.P., M.Si yang telah memberikan saran, bimbingan, pengarahan
selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyampaikan
terima kasih kepada dosen penguji, yaitu Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, M.Sc., dan
Dr. Ir. Sandra A. Aziz, M.Si. atas saran dan masukan yang membangun untuk
perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Endah Retno Palupi, M.Sc. selaku pembimbing akademik selama berkuliah di IPB.
Bapak Desrial dan Rose Farm yang telah membantu dalam penyediaan anyelir
potong. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua yang telah
memberikan dorongan baik moril maupun matriil. Teman seperjuangan Nida dan
Erick. Teman-teman yang memberikan bantuan (Aline, Adisti, Riri, Rista, Mela,
Ami, Ray, Bayu, Andri, Beny, Topan, Yuyuk, dan teman-teman Indigenous 45)
dalam kegiatan penelitian ini. Penulis berharap kegiatan penelitian ini dapat
memberikan manfaat kepada semua kalangan dan digunakan sebaik-baiknya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Tingkat Kemekaran Bunga Potong Anyelir ....................................... 18
2. Rata-Rata Diameter Bunga Potong Anyelir pada Penyemprotan
Kitosan di Suhu Ruang....................................................................... 20
3. Rata-Rata Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada
Penyemprotan Kitosan di Suhu Ruang .............................................. 20
4. Rata-Rata Vaselife dan Volume Larutan Holding Terserap Bunga
Potong Anyelir pada Penyemprotan Kitosan di Suhu Ruang ............ 21
5. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir Perendaman Tangkai
Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold Storage ........ 22
6. Rata-rata Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir Perendaman
Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold
Storage ............................................................................................... 24
7. Rata-rata Vaselife, Volume Larutan Pulsing dan Holding Terserap
Bunga Potong Anyelir Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan
Pulsing Selama 24 Jam di Cold Storage ............................................ 25
8. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir pada Perendaman
Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan
Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ............................................. 27
9. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir Pengaruh Interaksi pada
Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam
dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ...................................... 28
10. Rata-rata Jumlah Mahkota Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir
pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama
24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage .......................... 29
11. Rata-rata Jumlah Mahkota Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir
Pengaruh Interaksi pada Perendaman Tangkai Bunga dalam
Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold
Storage ............................................................................................... 29
12. Rata-rata Warna Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai
Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan
Kitosan di Cold Storage ..................................................................... 31
13. Rata-rata Tingkat Kemekaran dan Tingkat Kesegaran Bunga
Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan
Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage 32
14. Rata-rata Volume Larutan Pulsing Terserap (ml) pada Perendaman
Tangkai Bunga Anyelir dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di
Cold Storage....................................................................................... 34
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Warna Bunga RHS 45A (a), RHS 47A (b), RHS 44A (c)................ 18
2. Kriteria Tingkat Kemekaran Bunga Potong Anyelir.......................... 19
3. Kondisi Bunga Potong Anyelir saat 10 HSP. Kitosan 0 ppm (a),
Kitosan 0.1 ppm (b), Kitosan 0.5 ppm (c), Kitosan 1 ppm (d) ......... 22
4. Kondisi Bunga Potong Anyelir saat 21 HSP. Komposisi Akuades
(a), Komposisi Akuades + Sukrosa 3% (b), Komposisi Akuades +
Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm (c), Komposisi Akuades +
Sukrosa 3% + BAP 5 ppm (d), Komposisi Akuades + Sukrosa 3%
+ Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm (e) ...................................... 23
5. Bunga Potong Anyelir Dianthus caryophyllus Setelah Panen
Sebelum Perlakuan (a), Bunga Potong Anyelir Setelah Perlakuan
Pulsing (b), Bunga Potong Anyelir Terserang Cendawan (c)............ 25
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Layout percobaan ............................................................................... 46
2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing
dan Konsentrasi Kitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir ... 47
3. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir Pengaruh Interaksi pada
Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam
dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ...................................... 48
4. Rata-rata Jumlah Petal Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir
Pengaruh Interaksi pada Perendaman Tangkai Bunga dalam
Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold
Storage ............................................................................................... 49
5. Rata-rata Warna Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai
Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan
Kitosan di Cold Storage ..................................................................... 50
6. Data Suhu dan RH Harian di Cold Storage ....................................... 51
7. Keragaan Bunga Potong Anyelir pada 25 HSP.................................. 52
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman hias adalah semua tanaman yang memiliki nilai keindahan atau
nilai hias dari keragaan fisik yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan
sehingga suasana menjadi lebih indah dan nyaman. Kelompok tanaman hias
bunga potong umumnya lebih banyak diminati karena bernilai ekonomis tinggi
dengan warna bunga yang menarik dan volume bunga yang dapat mencapai
jumlah yang besar. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian (2007), tanaman hias yang bernilai ekonomis sebagai bunga
potong harus memenuhi persyaratan yakni: 1. berwarna indah, mulus, bersih,
tidak bernoda dan baunya wangi tidak menyengat; 2. bunga dapat bertahan lama
setelah dipotong; 3. tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4. bunga tidak mudah
rusak dalam pengepakan dan; 5. bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan
mudah berbunga tanpa mengenal musim.
Beberapa jenis bunga potong yang terkenal di Indonesia adalah anggrek,
krisan, mawar, anyelir, gladiol, gerbera (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007). Dianthus caryophyllus L. di
Indonesia dinamakan anyelir (carnation (Inggris)) termasuk tanaman tahunan
yang dibiarkan merumpun. Tanaman ini juga termasuk tanaman dua musim
dengan tiga kali panen dalam setahun (Winarto dan Minangsari, 2011). Dianthus
berasal dari daerah Mediterania yang biasanya berbunga pada awal musim semi
(Whealy, 1992).
Di banyak negara, Dianthus atau yang biasa dikenal anyelir adalah salah
satu dari bunga potong paling populer dan bernilai ekonomi tinggi dalam industri
bunga potong (Satoh et al., 2005). Bunga potong anyelir digunakan dalam dua
bentuk atau kategori, yaitu tipe standar di mana bunga anyelir memiliki satu
bunga pada batang dan tipe spray yang memiliki beberapa bunga pada batang
(Widyawan dan Prahastuti, 1994). Bunga anyelir tipe spray telah menjadi populer
karena tipe ini dapat tumbuh dengan sedikit tindakan pemeliharaan dalam
memenuhi permintaan konsumen.
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Anyelir
Ada dua jenis tanaman anyelir yaitu jenis standar (satu bunga pada setiap
tangkai) dan jenis spray (banyak bunga pada setiap tangkai) (Widyawan dan
Prahastuti, 1994). Saat panen yang tepat pada anyelir standar adalah ketika bunga
telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh (Whealy, 1992). Bunga
yang seharusnya dipotong harus segera dipotong, karena keterlambatan panen
akan menurunkan kualitas bunga.
Panen biasanya dilakukan pada pagi hari, kemudian segera ditempatkan
pada ruang dingin (1-6oC) (Mattjik, 2010). Kegiatan pemotongan bunga
sebaiknya dilakukan bila bunga sudah membuka dan sudah tidak ada embun yang
melekat pada bunga. Apabila tanah dalam keadaan kering, sebaiknya tanah
disiram terlebih dahulu sehingga tanaman yang akan dipotong menjadi segar dan
tidak layu. Pada waktu pemanenan bunga, sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga
berdasarkan kualitasnya (grade 1 dan 2). Bunga yang tidak termasuk grade 1 dan
2 sebaiknya tidak dipanen dan dibuang. Pada kondisi normal bunga yang
termasuk grade 1 berjumlah sekurang-kurangnya 75% dari hasil panen. Dalam
analisis finansial, asumsi penjualan didasarkan pada penjualan bunga grade 1
(Widyawan dan Prahastuti, 1994).
Setelah dipanen, batang bunga segera dimasukkan ke dalam air untuk
dibawa ke tempat penampungan atau tempat penyortiran. Penyortiran hendaknya
menurut mutunya dan sekaligus mengumpulkan bunga yang sama warnanya.
Bunga yang cacat akibat serangan hama atau penyakit, atau rusak karena
pengangkutan dari kebun sebaiknya dipisahkan. Hal ini penting untuk menjaga
kualitas bunga yang akan dijual. Sekitar 20 atau 25 batang bunga diikat menjadi
satu. Dasar tangkai dipotong sewaktu masih berada di dalam air antara 1-2 cm dan
dibiarkan berada dalam air sambil menunggu pengepakan. Penempatan bunga di
dalam ember dengan air yang terlalu hangat perlu dihindari untuk menjaga
kualitas bunga potong.
Widyawan dan Prahastuti (1994) menyatakan bahwa kualitas bunga
anyelir untuk grade 1 memiliki ciri sebagai berikut, bunga mekar (tidak terlalu
mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak terserang hama penyakit seperti apid,
thrips, tidak ada bercak, tidak ada busuk kehitaman pada pinggir bunga, dan tidak
ada luka. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1999), bunga anyelir grade 1
dipanen pada stadia setengah mekar dan berwarna yang ditandai mekar 2 petal,
bunga sempurna, ukuran seragam, bebas organisme pengganggu, tidak terjadi
kerusakan mekanis/fisik, tidak mengandung sisa pestisida serta kotoran telah
dibersihkan dari bunga. Bunga anyelir grade 2 memiliki kriteria yang sama
dengan grade 1 dengan toleransi 5%. Bunga anyelir grade 3 memiliki kriteria
yang sama dengan grade 1 dengan toleransi 10%. Selanjutnya Winarto dan
Minangsari (2011) menyatakan bahwa bunga anyelir grade 1 memiliki batang
besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus, dan panjang minimal 60 cm, bunga
memiliki daun hijau segar, tidak kering, dan tidak terserang hama penyakit.
Kualitas bunga anyelir untuk grade 2 memiliki ciri bunga mekar, segar, dan
pinggir bunga tidak terserang penyakit (Widyawan dan Prahastuti, 1994). Batang
boleh agak kecil tapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm. Kriteria lain
sama dengan kriteria grade 1 dengan sedikit toleransi, seperti daun terserang
hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade 2.
produk mempunyai fase hidup atau daya simpan yang lama. Penanganan
pascapanen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan perlakuan-
perlakuan terhadap bunga, setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga itu
diterima oleh konsumen.
Umumnya penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak dilakukan
untuk kelompok tanaman hias bunga potong, dibanding dengan kelompok
tanaman hias yang lain (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian, 2007). Hal ini disebabkan pertimbangan nilai ekonomis bunga potong
dengan warna yang menarik dan volume bunga potong yang mencapai jumlah
besar saat dilakukan pengiriman atau pemasarannya. Penanganan pasca panen
tanaman hias khususnya bunga potong bertujuan untuk : 1. memperkecil respirasi,
2. memperkecil transpirasi, 3. mencegah infeksi atau luka, 4. memelihara
keindahan, 5. memperoleh harga yang tinggi. Periode kesegaran bunga yang
pendek dapat diperpanjang dengan pemberian nutrisi dan bahan pengawet
(Suyanti, 2002).
Panen bunga anyelir biasanya dilakukan di pagi hari, kemudian segera
ditempatkan pada ruang dingin (1-6 oC). Dianthus dapat dipanen apabila sebagian
mahkota sudah mekar dan sebagian lagi masih kuncup. Apabila terjadi dehidrasi
maka diatasi dengan cara merendam bagian batang dalam air hangat. Kuncup
bunga yang belum terlihat warna petalnya apabila dipanen sebaiknya diletakkan
pada larutan perak thiosulfat (STS) dan ditempatkan pada ruangan dingin 0-1 oC
selama 24 minggu. Kuncup yang dipanen dapat bertahan sampai 4-5 minggu,
sedangkan yang telah mekar dapat bertahan 2-4 minggu di ruang 0 oC dengan
kelembaban 90% (Whealy, 1992). Kuncup bunga dapat bertahan 4 minggu
apabila tangkai bunga direndam dalam larutan yang mengandung fungisida,
sukrosa, dan STS (Bhattacharjee, 2005).
Bunga anyelir sangat sensitif terhadap etilen dan sangat responsif terhadap
perlakuan STS, 1-methylcyclopropene (1-MCP) (Whealy, 1992). Bunga tanpa
perlakuan pascapanen hanya dapat bertahan 6-9 hari, sedangkan bila diberi STS
tahan sampai 30 hari (Mattjik, 2010). Keadaan etilen yang terlalu rendah
mengakibatkan kuncup bunga sulit mekar atau mekar dalam keadaan bunga yang
merunduk.
Vaselife merupakan periode mulai dari saat panen hingga petal kehilangan
turgor dan absisi atau terjadi bent neck (Farooq, 2004). Periode vaselife dihitung
hingga 50% bunga layu. Banyak yang harus diperhatikan dalam proses
pemanenan agar kesegaran bunga potong dapat terjaga, misalnya penggunaan
pisau yang tajam dan bersih agar area pemotongan tidak mudah terinfeksi serta
penentuan usia bunga yang tepat untuk dipanen. Panen dan penanganan
pascapanen pada bunga potong merupakan tahap terpenting dalam produksi bunga
potong. Kriteria utama untuk standardisasi nilai komersial bunga potong yang
baik yaitu bebas dari cedera mekanik serta hama dan penyakit (Dwiatmini et al.,
1994). Tahap ini sangat menentukan vaselife bunga potong.
Air yang dipakai untuk merendam tanaman biasanya tidak steril. Bunga
potong yang direndam air merupakan bahan organik yang menjadi media
pertumbuhan bakteri. Hal-hal yang tidak diinginkan adalah pembusukan yang
menyebabkan bau yang tidak enak. Bakteri yang ada akan menyumbat saluran
vaskular, sehingga air tidak dapat diserap oleh tanaman dan menyebabkan
kelayuan (Amiarsi et al., 2003).
Bahan-bahan yang umumnya dipakai sebagai penyerap etilen adalah 8-
HQS (8-Hydroquinoline sulphate), physan-20, perak nitrat (AgNO3), PTS (Perak
Tiosulfat), dan sodium hipoklorit (Mattjik, 2010). Penggunaan zat-zat di atas yang
berlebihan akan berakibat buruk, tetapi pemakaian bahan-bahan tersebut dapat
dikombinasikan. Menurut Murtiningsih dan Yulianingsih (1991) penambahan
AgNO3 dan bakterisida ke dalam sukrosa menyebabkan pertumbuhan bakteri
dapat dihambat, sehingga penyerapan air oleh bunga potong dapat berjalan normal.
Sukrosa
10
Asam Salisilat
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting
dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan obat-obatan
seperti antiseptik dan analgesik. Asam salisilat memiliki rumus molekul
C6H4COOHOH berbentuk kristal kecil berwarna merah muda terang hingga
kecoklatan yang memiliki berat molekul sebesar 138.123 g/mol dengan titik leleh
sebesar 156oC dan densitas pada 25oC sebesar 1.443 g/ml (Kristian dan Amitra,
2007).
Asam salisilat merupakan salah satu bakterisida yang memiliki peranan
penting dalam pertahanan tanaman terhadap penyakit. Asam salisilat mencegah
masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme
parasit disekitar luka tersebut. Menurut Nurfitria (2004) asam salisilat efektif
mengatasi penyumbatan yang terjadi dalam tangkai bunga sehingga dapat
meningkatkan kuncup bunga yang mekar.
Etilen yang diproduksi oleh jaringan atau organ bunga terkandung pada
gen-gen yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan komponen bunga.
Stilus memproduksi etilen lebih banyak dibandingkan bagian-bagian lain dari
bunga. Polen (butir sari) yang memproduksi auksin, lebih banyak merupakan
11
sumber perangsang bagi stigma (kepala putik) untuk memproduksi etilen. Asam
salisilat dan sukrosa terbukti efektif menurunkan aktivitas ACC oksidase yang
merupakan penyebab terbentuknya etilen, menunda senesen dan kelayuan pada
bunga anyelir potong serta mampu meningkatkan vaselife bunga (Kazemi et al.,
2011).
Sitokinin
Chitosan
12
Metode Percobaan
Percobaan Pertama
14
ppm. Larutan chitosan pada perlakuan 0.1, 0.5, dan 1 ppm disemprotkan ke
permukaan bunga potong. Setiap satuan percobaan terdiri dari sekurang-
kurangnya 5 tangkai bunga dengan satu tangkai bunga per botol sehingga terdapat
20 tangkai bunga. Selama pengamatan dilakukan pemotongan bagian dasar
tangkai bunga setiap 3 hari sekali sepanjang 2 cm untuk mencegah terjadinya
embolisme.
Percobaan Kedua
Percobaan Ketiga
15
24 jam. Larutan chitosan pada perlakuan chitosan 0.1, 0.5, dan 1 ppm
disemprotkan ke permukaan bunga potong. Setiap kombinasi perlakuan terdiri
dari 5 tangkai bunga dengan satu tangkai bunga per botol sehingga terdapat 100
tangkai bunga pada percobaan ketiga. Selama pengamatan dilakukan pemotongan
tangkai bunga setiap 3 hari sekali sepanjang 2 cm untuk mencegah terjadinya
embolisme.
Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (Statistical
Analysis System). Setelah diuji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut
dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%. Adapun
model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = + i + j + ()ij + ij
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j
= nilai tengah populasi
i = pengaruh perlakuan komposisi larutan pulsing taraf ke-j
j = pengaruh perlakuan konsentrasi chitosan pada taraf ke-i
()ij = pengaruh interaksi perlakuan i dan j
ij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
H= - 3 (N + 1)
Keterangan :
H = nilai Kruskal Wallis dari hasil perhitungan
Ri = jumlah ranking dari perlakuan ke-i
k = banyaknya perlakuan
N = jumlah seluruh data (N = n1 + n2 + n3 + ... + nk)
16
17
Pengamatan
4 3 2 1
4. Warna petal bunga
Warna bunga diukur menggunakan mini color chart dari RHS (Royal
Horticulture Society) dan tingkatan perubahan warna diperoleh menggunakan
skoring 1 = RHS 41A, 2 = RHS 41A 44A, 3 = RHS 44A, 4 = RHS 44A
RHS 47A, 5 = RHS 47A, 6 = RHS 47A 45A, 7 = RHS 45A.
45A
47A
44A
41A
18
Tabel 1.
1 Tingkat kemekaran
k b
bunga poton
ng anyelir
Indekks
Kriteria kemekaran bunga
Kemekaaran
(Criteriaa of bud opeening)
Bungaa
1 Petal terluar seddikit membu uka 1-2 hellai (0-10%)), petal bag
gian
dalamm masih terttutup rapat, petal membbuka 1-2 helai
2 Petal luar membbuka sedikitt lebih lebaar (11-25%)), petal bag gian
dalamm mulai merrenggang raapat
3 Petal terluar mem mbuka 26-50%, petal bagian
b dalam
m merenggaang,
ornammen bunga (putik dan benang sari) belum ttampak (maasih
tertutuup petal terddalam)
4 Petal terluar meembuka sem mua diikutii oleh petall pada lapiisan
bagian dalam (511-75%), orn namen bungga mulai terllihat
5 Petal membuka hampir selu uruhnya (766-100%), oornamen bun nga
mulaii tampak terrlihat seluru uhnya
(Amiarsi dan
d Tejasarwwana, 2011, dimodifik kasi)
19
(d) (e)
Gambar 1. Kriteria Tingkat Kemekaran Bunga Potong Anyelir 1 : 0-10% (a),
2 : 11-25% (b), 3 : 26-50% (c), 4 : 51-75% (d), 5 : 76-100% (e).
8. Jumlah tangkai bunga yang patah :
Jumlah tangkai bunga yang patah saat pengamatan (jumlah tangkai
bunga patah tidak termasuk tangkai bunga yang bent neck).
9. Jumlah tangkai bunga yang mengalami bent neck (tangkai bunga terkulai).
10. Vaselife
Vaselife atau masa kesegaran adalah lamanya waktu (hari) bunga
dalam penyimpanan, dihitung dari waktu setelah pemetikan sampai 50 persen
bunga yang telah mekar mengalami kelayuan (Sari, 2008).
11. Volume larutan pulsing terserap, diukur dari selisih volume larutan awal dan
volume larutan akhir pada saat pulsing.
12. Volume larutan holding terserap, diukur dari selisih volume larutan awal dan
volume larutan akhir pada saat holding.
20
Percobaan Pertama
21
22
a. Chitosan 0 ppm b. Chitosan 0.1 ppm
c. Chitosan 0.5 ppm d. Chitosan 1 ppm
Gambar 2. Kondisi Bunga Potong Anyelir saat 10 HSP. Chitosan 0 ppm (a),
Chitosan 0.1 ppm (b), Chitosan 0.5 ppm (c), Chitosan 1 ppm (d).
Percobaan Kedua
23
Tabel 6. Rata-Rata Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam
di Cold Storage
Hari Setelah Panen (HSP)
Perlakuan 1 5 9 13 17 21
S R S R S R S R S R S R
AQ 4.0 8.0 4.0 8.0 4.0 8.5 3.0 4.5 2.0 4.2 2.0 5.0
AQ+sukrosa 3% 4.0 8.0 4.0 8.0 4.0 8.5 4.0 9.5 4.0 11.2 3.0 8.0
AQ+sukrosa 3%+SA
4.0 8.0 4.0 8.0 4.0 8.5 4.0 9.5 4.0 11.2 3.0 11.5
100 ppm
AQ+sukrosa 3%+BAP
4.0 8.0 4.0 8.0 4.0 6.0 4.0 7.0 2.0 4.2 2.0 6.0
5 ppm
AQ+sukrosa 3%+SA
4.0 8.0 4.0 8.0 4.0 8.5 4.0 9.5 3.0 9.3 3.0 9.5
100 ppm+BAP 5 ppm
H 0.00 0.00 0.75 3.00 7.68 4.13
P 1.00 tn 1.00 tn 0.94 tn 0.55 tn 0.10 tn 0.38 tn
Keterangan : H = nilai Uji Kruskal Wallis, *) = P value < 0.05, tn) = P value > 0.05, S = skor, R = peringkat
24
25
Percobaan Ketiga
Bunga potong anyelir diperoleh dari kebun bunga potong PT. Rose Farm
yang berlokasi di kawasan puncak, Cisarua, Jawa Barat. Kebun terletak pada
ketinggian 900 m di atas permukaan laut, serta mempunyai suhu rata-rata 16-
24oC. Suhu di cold storage diatur antara 10-15oC sehingga lingkungan penelitian
homogen. Rata-rata suhu bola basah yaitu 17.47oC dan rata-rata suhu bola kering
18.38oC dengan kelembaban udara 89-90%. Percobaan dilakukan selama 25 hari
dan pengamatan dilakukan setiap hari.
Secara umum, kondisi awal semua bunga potong anyelir yang digunakan
sangat baik dengan tingkat kemekaran bunga 5 % (sedikit membuka). Pada hari
keenam pengamatan terdapat tiga tangkai bunga yang terserang cendawan. Hal ini
26
diduga adanya butiran air yang tidak mengering pada mahkota bunga setelah
dilakukan penyemprotan chitosan dan kondisi ruang simpan yang lembab.
Larutan pulsing yang digunakan memiliki derajat keasaman (pH) yang berbeda-
beda yaitu larutan akuades memiliki pH 7, larutan akuades+sukrosa 3% memiliki
pH 4, larutan akuades+sukrosa 3%+SA 100 ppm memiliki pH 3, larutan
akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm memiliki pH 9, larutan akuades+sukrosa
3%+SA 100 ppm+BAP 5 ppm memiliki pH 10.
Selama pengamatan tidak ditemukan tangkai bunga yang mengalami bent
neck. Tangkai bunga patah terdapat pada pengamatan 21, 24, dan 25 HSP pada
perlakuan akuades+sukrosa 3%+asam salisilat 100 ppm tanpa chitosan, perlakuan
akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm + konsentrasi chitosan 1 ppm, dan perlakuan
akuades + chitosan 0.5 ppm.
Pemberian komposisi larutan pulsing ke dalam larutan perendam dan
penyemprotan chitosan dengan konsentrasi berbeda pada permukaan bunga,
menunjukkan pengaruh dan interaksi yang nyata terhadap diameter bunga dan
jumlah petal bunga yang membuka. Rekapitulasi hasil sidik ragam pada keragaan
bunga potong anyelir dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan Lampiran 2,
komposisi larutan pulsing mulai berpengaruh nyata terhadap parameter
pengamatan mulai 20 HSP sampai 25 HSP. Konsentrasi chitosan tidak
berpengaruh nyata terhadap warna bunga, tingkat kemekaran bunga, tingkat
kesegaran bunga, dan vaselife, namun konsentrasi chitosan berpengaruh nyata
terhadap diameter bunga pada 25 HSP, jumlah petal bunga membuka pada 15 dan
25 HSP dan larutan yang diserap bunga pada saat holding.
27
28
diameter bunga potong anyelir. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan larutan
pulsing akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm tanpa chitosan mampu meningkatkan
ukuran diameter bunga.
29
bunga hingga jumlah petal bunga masih membuka pada 25 HSP dengan jumlah
petal bunga terbanyak.
Tabel 10. Rata-rata Jumlah Petal Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir pada
Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam
dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage
Hari Setelah Panen (HSP)
Perlakuan
0 5 10 15 20 25
AQ 0.00 0.50 5.83 13.83 12.08 2.08c
AQ + S 3% 0.00 0.41 7.91 14.41 14.08 1.41c
AQ + S 3%+SA
0.00 0.50 8.00 13.41 12.58 2.91bc
100 ppm
AQ + S
0.00 0.66 7.83 14.00 16.25 8.25a
3%+BAP 5 ppm
AQ + S 3%+SA
100 ppm+BAP 5 0.00 0.25 7.50 13.33 14.50 4.50b
ppm
uji F tn tn tn tn tn **
Chitosan (ppm)
0 0.00 0.06 6.60 12.86b 14.00 6.40a
0.1 0.00 0.53 8.26 15.60a 17.46 4.40ab
0.5 0.00 0.73 8.13 13.40b 11.93 1.93c
1 0.00 0.53 6.66 13.33b 12.20 2.60bc
uji F tn tn tn * tn **
Interaksi tn tn tn tn tn **
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. HSP:hari setelah panen.
tn) : tidak berpengaruh nyata, *) : berpengaruh nyata pada taraf 5%,
**) : berpengaruh nyata pada taraf 1 %
Tabel 11. Rata-rata Jumlah Petal Membuka Bunga Potong Anyelir Pengaruh
Interaksi Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing
Selama 24 Jam dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage
Chitosan (ppm)
Larutan Pulsing
0 0.1 0.5 1
----------------------25 HSP---------------------
AQ 2.00 Ac 3.33Abc 0.00 Ab 3.00 Aa
AQ+sukrosa 3% 2.00 Ac 2.33Abc 0.66 Ab 0.66 Aa
AQ+sukrosa 3%+SA
4.66Abc 4.66Aab 0.00 Ab 2.33 Aa
100 ppm
AQ+sukrosa 3%+BAP
14.00Aa 11.66Aa 2.00 Bb 5.33Aba
5 ppm
AQ+sukrosa 3%+SA
9.33Aab 0.00 Bc 7.00 Aa 1.66 Ba
100 ppm+BAP 5 ppm
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf kapital pada baris (pulsing) yang sama atau huruf kecil pada
kolom (chitosan) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT pada taraf 5%. HSP:hari setelah panen.
30
Tabel 12. Rata-rata Warna Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan
Penyemprotan Chitosan di Cold Storage
Hari Setelah Panen (HSP)
Perlakuan 0 5 10 15 22 23
S R S R S R S R S R S R
AQ 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 50.5 7.0 52.4 5.0 42.6 5.0 42.5
AQ+sukrosa 3% 7.0 50.4 7.0 50.5 7.0 50.7 7.0 52.4 5.0 38.9 5.0 41.6
AQ+sukrosa 3%+SA 100
7.0 50.4 7.0 50.5 7.0 52.8 7.0 49.9 6.0 48.8 5.0 46.0
ppm
AQ+sukrosa 3%+BA 5
7.0 50.6 7.0 50.5 7.0 52.9 7.0 52.6 7.0 63.6 7.0 67.5
ppm
AQ+sukrosa 3%+SA 100
7.0 48.1 7.0 48.1 7.0 45.7 7.0 45.2 7.0 58.7 5.0 55.0
ppm+BA 5 ppm
H 0.29 0.29 0.81 0.95 10.46 11.26
P 0.99 0.99 0.93 0.91 0.03 * 0.02 *
Chitosan (ppm)
0 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 57.2 7.0 59.7
0.1 7.0 47.1 7.0 47.0 7.0 43.6 7.0 45.2 5.0 46.3 5.0 46.5
0.5 7.0 48.9 7.0 49.0 7.0 51.4 7.0 52.8 5.0 45.3 5.0 45.3
1 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 51.5 7.0 48.9 7.0 53.2 5.0 50.5
H 0.79 0.80 2.20 1.66 2.87 3.83
P 0.85 0.85 0.53 0.64 tn 0.41 tn 0.28 tn
Keterangan : H = nilai Uji Kruskal Wallis, *) = P value < 0.05, tn) = P value > 0.05, 1 = RHS 41A, 2 = RHS 41A 44A, 3 = RHS 44A, 4 = RHS 44A RHS 47A, 5 = RHS
47A, 6 = RHS 47A 45A, 7 = RHS 45A, S = skor, R = peringkat
31
Tabel 13. Rata-rata Tingkat Kemekaran dan Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan
Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage
Hari Setelah Panen (HSP)
Perlakuan 0 5 10
Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar
Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R
0 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 42.4 4.0 50.5 3.0 48.7 4.0 51.5
0.1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 41.4 4.0 51.5
AQ
0.5 1.0 50.5 4.0 50.5 3.0 80.4 4.0 50.5 3.0 56.4 4.0 51.5
1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 42.4 4.0 50.5 2.0 26.4 4.0 51.5
0 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 34.8 4.0 50.5 3.0 34.1 4.0 51.5
0.1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 49.5 4.0 51.5
AQ+sukrosa 3%
0.5 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 67.6 4.0 50.5 3.0 59.1 4.0 51.5
1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 49.1 4.0 51.5
0 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 34.1 4.0 51.5
AQ+sukrosa
0.1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 42.4 4.0 50.5 3.0 56.8 4.0 51.5
3%+SA 100
0.5 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 57.6 4.0 50.5 3.0 51.4 4.0 51.5
ppm
1 1.0 50.5 4.0 50.5 3.0 65.2 4.0 50.5 3.0 61.0 4.0 51.5
0 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 58.7 4.0 51.5
AQ+sukrosa 0.1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 65.2 4.0 50.5 4.0 71.4 4.0 51.5
3%+BAP 5 ppm 0.5 1.0 50.5 4.0 50.5 1.0 34.8 4.0 50.5 3.0 49.5 4.0 51.5
1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 56.4 4.0 51.5
AQ+sukrosa 0 1.0 50.5 4.0 50.5 1.0 27.2 4.0 50.5 3.0 41.8 4.0 51.5
3%+SA 100 0.1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 64.1 4.0 51.5
ppm+BAP 5 0.5 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 56.4 4.0 51.5
ppm 1 1.0 50.5 4.0 50.5 2.0 50.0 4.0 50.5 3.0 43.7 4.0 51.5
H 0.00 0.00 17.25 0.00 13.95 1.07
P 1.00 1.00 0.57 1.00 0.78 1.00
Keterangan : H = nilai Uji Kruskal Wallis, *) = P value < 0.05, tn) = P value > 0.05, S = skor, R = peringkat
32
Tabel 13. (Lanjutan) Rata-rata Tingkat Kemekaran dan Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga
dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Chitosan di Cold Storage
Hari Setelah Panen (HSP)
Perlakuan 15 20 25
Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar
Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R
0 4.0 46.2 4.0 61.0 5.0 54.1 4.0 64.5 3.0 48.4 2.0 29.2
0.1 4.0 38.7 4.0 61.0 5.0 58.5 4.0 51.0 3.0 51.6 1.0 29.3
AQ
0.5 4.0 44.6 4.0 41.4 3.0 17.8 3.0 28.5 2.0 34.1 1.0 24.4
1 3.0 25.3 4.0 49.1 4.0 32.1 4.0 51.0 3.0 48.4 1.0 34.4
0 3.0 16.9 4.0 49.1 2.0 18.6 2.0 23.0 1.0 16.0 1.0 29.5
0.1 4.0 58.0 4.0 41.4 5.0 61.8 3.0 37.5 3.0 56.0 1.0 34.3
AQ+sukrosa 3%
0.5 5.0 73.0 3.0 31.6 5.0 58.5 3.0 46.5 2.0 36.2 2.0 39.1
1 5.0 67.1 4.0 51.2 5.0 58.5 3.0 42.0 3.0 39.4 1.0 34.3
0 4.0 44.6 4.0 61.0 5.0 54.1 4.0 64.5 3.0 61.6 3.0 64.1
AQ+sukrosa
0.1 5.0 59.6 3.0 31.6 5.0 58.5 3.0 37.5 3.0 63.9 3.0 44.2
3%+SA 100
0.5 4.0 44.6 4.0 41.4 4.0 29.8 3.0 46.5 2.0 16.2 2.0 34.1
ppm
1 4.0 52.1 4.0 41.4 5.0 50.8 3.0 46.5 3.0 55.0 3.0 54.0
0 4.0 50.5 4.0 61.0 5.0 69.5 4.0 64.5 4.0 83.0 4.0 84.4
AQ+sukrosa 0.1 5.0 73.0 4.0 61.0 5.0 58.5 4.0 64.5 3.0 65.2 3.0 69.2
3%+BAP 5 ppm 0.5 4.0 46.2 4.0 61.0 5.0 56.2 4.0 73.5 3.0 43.9 3.0 54.4
1 5.0 59.6 4.0 61.0 5.0 61.8 4.0 64.5 3.0 63.9 3.0 69.2
AQ+sukrosa 0 4.0 44.6 4.0 61.0 5.0 69.5 4.0 64.5 4.0 71.8 4.0 79.3
3%+SA 100 0.1 5.0 59.6 4.0 51.2 4.0 39.8 4.0 55.5 2.0 37.5 4.0 74.3
ppm+BAP 5 0.5 5.0 67.1 3.0 31.6 5.0 58.5 3.0 37.5 3.0 55.0 3.0 59.1
ppm 1 4.0 38.7 4.0 61.0 4.0 43.1 3.0 46.5 3.0 62.9 3.0 69.2
H 24.29 14.26 26.39 21.47 33.38 42.35
P 0.18 0.76 0.12 0.31 0.02 * 0.02 *
Keterangan : H = nilai Uji Kruskal Wallis, *) = P value < 0.05, tn) = P value > 0.05, S = skor, R = peringkat
33
34
Tabel 14. Rata-rata Volume Pulsing Terserap (ml) pada Perendaman Tangkai
Bunga Anyelir dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold
Storage
pH Volume
Larutan Pulsing
Terserap (ml)
AQ 7 15.250
AQ+sukrosa 3% 5.8 18.675
AQ+sukrosa 3%+SA 100 ppm 3 12.750
AQ+sukrosa 3%+BAP 5 ppm 9 20.975
AQ+sukrosa 3%+SA 100 ppm+BAP 5 10
17.750
ppm
Uji F tn
KK 24.050
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
KK = Koefisien Keragaman
35
larutan terserap saat holding. Rata-rata volume larutan terserap terbanyak pada
saat penyimpanan yaitu pada perlakuan chitosan 1 ppm. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian chitosan mampu menghambat transpirasi pada bunga sehingga
bunga menyerap air lebih banyak untuk menjaga turgiditas sel agar tetap segar.
36
Tabel 16. Rata-rata Vaselife Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai
Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan
Chitosan di Cold Storage
Chitosan (ppm)
Larutan Pulsing Rataan
0 0.1 0.5 1
---------------------hari---------------------
AQ 21.80Aa 21.80Aa 22.20Aa 21.40Aa 21.80 b
AQ+sukrosa 3% 17.80Bb 23.40Aa 23.40Aa 22.00ABa 21.65 b
AQ+sukrosa 3%+SA
24.80Aa 21.40Aa 23.40Aa 23.60Aa 23.30 ab
100 ppm
AQ+sukrosa
25.00Aa 24.20Aa 23.60Aa 24.80Aa 24.40 a
3%+BAP 5 ppm
AQ+sukrosa 3%+SA
100 ppm+BAP 5 25.00Aa 24.20Aa 21.80Aa 24.20Aa 23.80 a
ppm
Rataan 22.88 A 23.00 A 22.88 A 23.20 A
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf kapital pada baris (pulsing) yang sama atau huruf kecil pada
kolom (chitosan) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT pada taraf 5%. HSP:hari setelah panen.
Pembahasan
37
Pada kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia
fisiologi yang berbeda. Stadia pertama adalah pertumbuhan dan perkembangan
kuncup bunga hingga stadia mekar penuh. Stadia kedua adalah kematangan,
senesen, dan kemudian kelayuan. Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa
perlakuan konsentrasi chitosan tidak berpengaruh terhadap vaselife bunga potong
anyelir. Chitosan dengan konsentrasi tertentu mampu melapisi permukaan bunga
dan menekan laju respirasi dan transpirasi (Chutichudet and Chutichudet, 2011),
namun dalam percobaan ini diduga dengan konsentrasi rendah efek chitosan
belum terlihat.
Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa perlakuan komposisi larutan
pulsing tidak berpengaruh terhadap vaselife bunga potong anyelir White Corso.
Vaselife terlama terdapat pada perlakuan akuades + sukrosa 3% + asam salisilat
100 ppm yaitu 21 hari. Asam salisilat dan sukrosa terbukti efektif menunda
senesen dan kelayuan pada bunga anyelir potong (pink) serta mampu
meningkatkan vaselife bunga (Kazemi et al., 2011). Hasil percobaan ketiga
menunjukkan bahwa rata-rata diameter terlebar diperoleh pada perlakuan larutan
pulsing akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm. Perlakuan chitosan tidak berpengaruh
nyata terhadap diameter bunga. Larutan pulsing dapat meningkatkan diameter
bunga potong anyelir sampai hari ke 18 (diameter optimum), setelah itu diameter
mengalami penurunan sampai bunga mati. Peningkatan diameter bunga diduga
karena pemberian sukrosa dan BAP (sitokinin) pada larutan pulsing. Pemberian
sukrosa berfungsi sebagai nutrisi bunga potong selama penyimpanan karena
sukrosa (gula) merupakan sumber energi yang efektif bagi kehidupan bunga
setelah dipotong dari induknya dan juga merupakan karbohidrat yang berguna
dalam pertumbuhan dan pemekaran kuncup (Halevy dan Mayak, 1981).
Konsentrasi sitokinin di mahkota bunga anyelir menurun sejalan dengan
bertambahnya umur penyimpanan. Penambahan sitokinin dapat memperlambat
proses penuaan yang disebabkan oleh etilen pada tanaman sehingga diameter
bunga terus meningkat hingga diameter optimum yaitu pada 18 HSP. Pada anyelir,
larutan yang mengandung dihidrozeatin atau benziladenin terbukti paling efektif
untuk memperlambat proses penuaan (Salisbury dan Ross, 1995). Rata-rata
diameter bunga tertinggi diperoleh pada interaksi perlakuan akuades+sukrosa
38
39
mengandung banyak pigmen yang mewarnai sel tersebut, seperti pigmen merah
dan biru dari mahkota bunga.
Tingkat kemekaran bunga dapat dilihat dari jumlah petal bunga yang
membuka. Tingkat kemekaran bunga tertinggi diperoleh pada interaksi perlakuan
akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm dan konsentrasi chitosan 0 ppm pada 25 HSP.
Bunga potong mampu mempertahankan kemekaran karena sukrosa mampu
memberikan nutrisi terhadap bunga dan bunga mendapat lebih cukup energi
selama penyimpanan serta adanya penambahan BAP yang dapat menghambat
senesen bunga. Sukrosa mempunyai kemampuan untuk menunda kelayuan yang
berhubungan dengan kemampuannya untuk mendukung metabolisme sel dan
menjaga integritas membran pada bunga carnation (Achock dan Nichols, 1979).
Masa penyimpanan bunga potong anyelir dihitung sejak bunga potong
dipanen hingga bunga mengalami 50% kelayuan. Kelayuan pada bunga anyelir
ditandai dengan pembengkokan tangkai bunga, mengkerut atau mengeringnya
mahkota bunga setelah mencapai kemekaran maksimum, dan perubahan warna
dari merah menjadi kecoklatan. Rata-rata nilai kesegaran tertinggi pada perlakuan
akuades+sukrosa 3%+SA 100 ppm+BAP 5 ppm pada 25 HSP menentukan
vaselife bunga potong anyelir selama penyimpanan yaitu selama 25 hari.
Perlakuan tersebut tidak berbeda dengan perlakuan akuades+sukrosa 3%+BAP 5
ppm pada bunga potong yang terlihat lebih segar secara visual.
Konsentrasi sitokinin alami (endogen) pada petal bunga potong menurun
dengan semakin tuanya organ tersebut. Konsentrasi tersebut lebih rendah pada
jenis-jenis atau kultivar yang berumur pendek dibandingkan berumur panjang.
Rata-rata penyerapan larutan tertinggi pada saat pulsing yaitu pada perlakuan
akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm. Pemberian sitokinin dari luar ternyata dapat
menunda senesen pada beberapa jenis tanaman hias. Pemberian sitokinin juga
menghambat kehilangan berat kering bunga-bunga yang telah matang. Selain itu
juga, sitokinin dapat merangsang penyerapan air melalui pemeliharaan keutuhan
sel-sel. Konsentrasi sebesar 5 persen kinetin, dapat memperpanjang umur bunga
potong anyelir dan mawar (Santoso, 2005).
Pada Tabel 16 terlihat bahwa masa penyimpanan maksimum yang dicapai
oleh bunga pada perlakuan akuades+sukrosa 3%+SA 100 ppm+BAP 5 ppm
40
41
Kesimpulan
Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
Capdeville, G.D., L.A. Maffia, F.L. Finger, and U.G. Batista. 2003. Gray mold
severity and vase life of rose buds after pulsing with citric acid, salicylic
acid, calcium sulfate, sucrose and silver thiosulfate. Phytopatol. Bras.
28(4).
43
Farooq, M.U. 2004. Storage and vaselife of cut rose flowers as influenced by
various packing materials. Int. J. Agri. Biol. 6:2.
Halevy A.H., dan S. Mayak. 1981. Senescence and post harvest physiology of cut
flower. Hort. Rev. 3:59-143.
Kazemi, M., E. Hadavi, and J. Hekmati. 2011. Role of salicylic acid in decreases
of membrane senescence in cut carnation flower. J. Agric. Technol. 7(5):
1417-1425.
Kristian, R. dan P. S. Amitra. 2007. Asam Salisilat dari Phenol. Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Cilegon. 39 hal.
Satoh, S., H. Nukui, and T. Inokuma. 2005. A method for determining the vaselife
of cut spray. J. App. Hort. 7(1):8-10.
44
Suyanti. 2002. Teknologi pascapanen bunga sedap malam. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 21(1):24-31.
Zhang, H., R. Li, and W. Liu. 2011. Effects of chitin and its derivative chitosan
on postharvest decay of fruits. Int. J. Mol. Sci. 12:917-934.
LAMPIRAN
H2 H1 H4 H3 H1 H3 H4 H1 H2 H5 H4 H3 H5 H2 H4 H5 H4 H3 H2 H5
P3 P2 P3 P0 P1 P2 P1 P0 P1 P2 P3 P1 P3 P0 P2 P1 P0 P3 P2 P0
H1 H1 H3 H2 H3 H2 H2 H5 H3 H4 H3 H4 H1 H4 H5 H4 H5 H1 H5 H2
P2 P0 P1 P2 P3 P1 P0 P1 P2 P3 P0 P2 P3 P1 P2 P0 P3 P1 P0 P3
H3 H4 H3 H2 H4 H5 H2 H3 H1 H2 H1 H2 H3 H1 H4 H5 H4 H1 H5 H5
P1 P2 P3 P0 P3 P2 P1 P2 P0 P3 P1 P2 P0 P3 P1 P3 P0 P2 P1 P0
H3 H4 H1 H3 H2 H1 H5 H4 H2 H5 H3 H5 H1 H5 H2 H4 H3 H1 H4 H2
P0 P0 P3 P1 P2 P0 P2 P1 P0 P1 P2 P0 P1 P3 P1 P2 P3 P2 P3 P3
H2 H5 H4 H2 H3 H3 H1 H5 H3 H1 H5 H3 H2 H4 H1 H5 H1 H4 H2 H4
P0 P0 P3 P1 P0 P3 P1 P2 P1 P0 P1 P2 P3 P2 P2 P3 P3 P1 P2 P0
Keterangan :
U Larutan pulsing
H0 = aquades
H1 = aquades + sukrosa 3%
B T H2 = akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm
H3 = akuades + sukrosa 3% + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm
H4 = akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + Benzylaminopurin (BAP 5 ppm)
S Larutan anti-transpiran dengan chitosan
P0 = kontrol, tanpa pemberian anti-transpiran
P1 = Chitosan 0.1 ppm
P2 = Chitosan 0.5 ppm
46
P3 = Chitosan 1 ppm
47
48
49
Lampiran 5. Rata-rata Warna Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan
Penyemprotan Chitosan di Cold Storage
Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP)
0 5 10 15 20 25
Larutan Chitosan
S R S R S R S R S R S R
Pulsing
AQ 0 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 54.9 5.0 38.0
0.1 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 35.4 7.0 44.6 7.0 44.8 5.0 47.8
0.5 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 5.0 14.5 5.0 38.0
1 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 65.0 5.0 47.8
AQ+sukrosa 0 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 5.0 34.7 5.0 38.0
3% 0.1 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 57.6 5.0 47.8
0.5 7.0 42.7 7.0 42.9 7.0 45.9 7.0 55.0 7.0 65.0 5.0 47.8
1 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 45.9 7.0 44.6 7.0 44.8 5.0 38.0
AQ+sukrosa 0 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 65.0 5.0 57.6
3%+SA 100 0.1 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 65.0 7.0 67.4
ppm 0.5 7.0 42.7 7.0 42.9 7.0 44.6 7.0 44.2 5.0 32.1 5.0 30.7
1 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 45.4 5.0 32.1 5.0 40.5
AQ+sukrosa 0 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 65.0 7.0 87.0
3%+BAP 5 0.1 7.0 43.2 7.0 42.9 7.0 45.0 7.0 45.4 7.0 47.5 5.0 47.8
ppm 0.5 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 54.9 5.0 57.6
1 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 65.0 5.0 57.6
AQ+sukrosa 0 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 54.9 7.0 67.4
3%+SA 100 0.1 7.0 33.4 7.0 33.3 7.0 26.7 6.0 26.2 6.0 37.4 5.0 47.8
ppm+BAP 5 0.5 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 55.5 7.0 55.0 7.0 65.0 5.0 57.6
ppm 1 7.0 53.0 7.0 53.0 7.0 45.0 7.0 44.6 7.0 44.8 5.0 47.8
H 3.37 3.38 7.47 6.24 24.24 19.44
P 1.00 tn 1.00 tn 0.99 tn 0.99 tn 0.18 tn 0.42 tn
Keterangan : H = nilai Uji Kruskal Wallis, *) = P value < 0.05, tn) = P value > 0.05, HSP:hari setelah panen. 1 = RHS 41A, 2 = RHS 41A 44A, 3 = RHS 44A, 4 =
RHS 44A RHS 47A, 5 = RHS 47A, 6 = RHS 47A 45A, 7 = RHS 45A, S = skor, R = rank
50
51
52
Keterangan :
Larutan pulsing
H0 = aquades
H1 = aquades + sukrosa 3%
H2 = akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm
H3 = akuades + sukrosa 3% + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm
H4 = akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + Benzylaminopurin (BAP 5 ppm)
Larutan anti-transpiran dengan chitosan
P0 = kontrol, tanpa pemberian anti-transpiran
P1 = Chitosan 0.1 ppm
P2 = Chitosan 0.5 ppm
P3 = Chitosan 1 ppm