You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Kehamilan merupakan suau proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi,

dan melakukan hubungan sesksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya

sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan. Dalam

kehamilan tentunya akan terjadi perubahan fisiologis yang akan mempengaruhi

hormon hormon seperti esterogen, progesterone, kortisol, prolaktin, dan plasenta

laktogen yang berpengaruh terhadap resistensi insulin, sehingga menagakibatkan

kadar gula darah akan naik sedangkan insulin juga tetap tinggi.

Selama masa kehamilan tubuh akan membutuhkan nutrisi yang lebih

banyak dibanding dengan kondisi sebelum hamil untuk memenuhi kebutuhan bagi

pertumbuhan dan perkembangan janin, sehingga akan terjadi peningkatan berat

badan pada ibu hamil (Simkin, 2007). Penelitian oleh Rice Sebastian, Illanes, dan

Michaell (2000) menunjukan bahwa ibu hamil dengan kelebihan berat badan

memiliki resiko lebih tinggi akan terjadinya gangguan kehamilan spesifik.

Laporan WHO tahun 2013 menunjukan bahwa sebagian besar angka

kematian ibu terjadi pada kelompok risiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi (high

risk) adalah kehamilan dimana jiwa dan keselamatan ibu dapat terancam. Tetapi

dewasa ini risiko tinggi berarti juga nasib bayi. Maka, yang dimaksud kehamilan

resiko tinggi adalah suatu keadaan kehamilan yang dapat menyebabkan kesakitan

atau kematian baik bagi ibu maupun bagi bayi (Maryunani, 2013).
salah satu penyebab yang membuat ibu hamil menjadi resiko tinggi adalah

ibu menderita penyakit kronis atau penyakit menahun seperti diabetes mellitus.

Diabetes mellitus yang terjadi pada ibu hamil biasa disebut dengan diabetes

mellitus gestasional atau disingkat DMG (Maryunani,2013). Diabetes mellitus

gestasional adalah intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan,

yang awalnya atau pertama kali dikenali selama masa kehamilan. Jadi diabetes

mellitus gestasional adalah defisiensi insulin ataupun resistensi insulin pada ibu

hamil sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi karbohidrat ringan maupun

berat yang baru diketahui selama mengalami kehamilan. Menurut Expert

Commite, 2001 (dalam Maryunani, 2013) diabetes mellitus gestasional merupakan

keadaan dimana kandungan gula dalam darah tinggi selama hamil. Diabetes

mellitus gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan

keparahan bervariasi dan serangan atau pertama kali diketahui saat hamil.

Tanda dan gejala awal penyakit diabetes mellitus adalah poliuri ( sering

buang air kecil), polidipsi (sering haus), polifagia (sering merasa lapar), lemas dan

mudah lelah. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata

kabur, dan impotensi pada pria, serta keputihan pada wanita (Sujono Riyadi dan

Sukarmin, 2008). Hal ini timbul sebagai dampak dari peningkatan kadar gula

darah yang tidak terkontrol dengan baik. Peningkatan kadar gula darah disebabkan

jumlah hormone insulin kurang atau cukup, tetapi kurang efektif dalam

pengontrolan kadar gula darah di dalam tubuh (baradero, 2009).

Ibu hamil dengan DMG (Diabetes Melitus Gestasional) lebih rentan

menyertai komplikasi, komplikasi diabetes mellitus yang biasa terjadi pada ibu

hamil diantaranya : preeklamsia, persalinan premature, polihidramnion, infeksi


selama masa kehamilan dan nifas, nefropati diabetic, neuropati diabetic,

ketoasidosis diabetic, persanilan section caessaria, dan hipoglikemia. Sedangkan

risiko dan komplikasi yang mungkin terjadin pada janin antara lain :

hipoglikemia, hiperglikemia, kelainan congenital / malformasi, makrosomia ( bayi

terlalu besar), pertumbuhan janin terlambat, ketoasidosis, hingga terjadi kematian

janin (Maryunani, 2013).

Pada dasarnya, dalam keadaan normal kondisi hamil bersifat diabetogenik.

Hal ini dapat diartikan bahwa kadar gula darah wanita hamil cenderung

meningkat, meskipun tidak melebihi batas normal. Setelah melahirkan perubahan

fisiologis ibu pada saat hamil telah hilang, maka gula darah ibu akan menjadi

normal kembali. Namun sebaliknya, bila ibu sebelumnya sudah menyandang

diabetes mellitus, kehamilan dapat memperberat kondisi diabetes wanita tersebut

(Maryunani, 2013).

Diabetes mellitus atau hiperglikemia selama kehamilan merupakan

masalah yang sering dijumpai dewasa ini, prevalensinya 1-2 %, DM yang

diketahui sebelum hamil (DM pre-gestasional) 0,1 12 % (tergantung pada

tempat dan kriteria diagnostic yang digunakan). Menurut Jovanovic, 2012 (dalam

Maryunani, 2013) prevalensi hiperglikemia selama kehamilan mencapai 13%

(0,1% wanita hamil menderita diabetes mellitus (DM) tipe 1, 2-3 % menderita

DM tipe 2 sampai 12% dari populasi hamil menderita diabetes gestasional.

Menurut Data international diabetes federation (IDF) tahun 2013

menyebutkan jumlah penderita diabetes diseluruh dunia mencapai 382 juta orang.

Sejalan dengan IDF, Ardina E, ( dalam Maryunani, 2013) menyatakan di Amerika

Serikat, prevalensi diabetes gestasional bersikas 1-14% dari semua kehamilan di


Negara ini tiap tahunnya atau sekitar 135.000 kasus per tahunnya atau sekitar

135.000 kasus per tahun di Amerika. Dalam laporan March of Dimes Birth

Defects Foundation, Amerika, disebutkan bahwa di amerika : pertama, sekitar

1:100 ibu menderita diabetes sebelum hamil (pre existing diabetes); kedua, sekitar

2-5% diabetes justru terjadi selama kehamilan (DMG); ketiga, di samping itu,

dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa diabetes mellitus biasanya muncul

pada bulan ke-5 dan ke-6 kehamilan, yakni antara minggu ke-24 dan ke-28.

Dalam laporan ini disebutkan bahwa pada trimester kedua kehamilan, hormon-

hormon kembali menggangu kerja tubuh yang sedang mengatur penggunaan

insulin.

Laporan WHO menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-empat

dengan prevalensi diabetes tertinggi di dunia setelah India, China, dan Amerika

Serikat yakni sebanyak 21,3 juta jiwa (WHO,2013). Waspadji (2007) juga

menambahkan bahwa prevalensi DM yang ditemukan di Indonesia sebanyak 1,9

3,6 % pada kehamilan secara umum. Mastura (2013) menyebutkan bahwa pada

ibu hamil riwayat DM, prevalensinya 5,1 %. Insiden DMG sekitar 1,9 3,6 % dan

sekitar 40-60 % wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut

pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi

glukosa.

Di bali ditemukan sebanyak 39.885 kasus Diabetes Melitus atau 1,5% dari

jumlah penduduk di Bali (Depkes RI,2013). Laporan Depkes 2013 juga

menambahkan bahwa kasus Diabetes melitus terbesar terdapat pada daerah

perkotaan yaitu sebesar 29,9%. Khususnya di kota Denpasar pada tahun 2012
terdapat jumlah penderita Diabetes mellitus sebanyak 1416 orang (Dinkes

Provinsi Bali, 2013)

Berdasarkan catatan regiser di puskesmas I Denpasar Selatan, penyakit

diabetes mellitus menempati urutan pertama dalam daftar 10 penyakit yang

ditemukan di wilayah kerja puskesmas I Denpasar Selatan pada tahun 2016.

Jumlah kunjungan ibu hamil pada tahun 2015 adalah 510 orang. Dari jumlah

tersebut, terdapat 70 orang mengalami kehamilan resiko tinggi, 20 orang

mengalami kadar gula darah terganggu . Pada tahun 2016 jumlah kunjungan ibu

hamil sebanyak 400 orang. Dari jumlah tersebut terdapat 52 orang mengalami

kehamilan resiko tinggi, 35 orang mengalami kadar gula drah terganggu dan 2

orang mengalami DM pragestasi.

Prognosa ibu dengan diabetes dapat menjadi baik bila terdapat hal-hal

berikut Pertama, pelayanan social yang baik. Kedua, pendidikan kesehatan ibu

yang baik. Ketiga dedikasi dan antusiasme tim kesehatan (perawat, bidan, dokter,

ahli gizi) dan kemauan memberikan waktunya penting bagi ibu dan keluarga

dengan tujuan untuk mengontrol diabetes. Keempat, hubungan interpersonal yang

baik antara ibu dengan tim kesehatan mempunyai dampak positif terhadap

penyakit dan pola hidup ibu, kesejahteraan dan kualitas hidup ibu (Maryunani,

2013).

Dalam uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran

kadar gula darah pada ibu hamil di puskesmas I Denpasar Selatan tahun 2017

mengingat pentingnya kadar gula darah dalam penetapan diagnose diabetes

mellitus gestasional.
b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

Bagaimanakah gambaran kadar gula darah pada ibu hamil trimester II di

puskesmas I Denpasar Selatan tahun 2017?

c. Tujuan

i. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kadar gula darah pada ibu hamil trimester II di

puskesmas I Denpasar Selatan tahun 2017

ii. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kadar gula darah sewaktu pada ibu hamil berdasarkan

usia kehamilan

b. Mengidentifikasi rata-rata gula darah sewaktu pada ibu hamil trimester II

d. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmu keperawatan

khususnya maternitas dan dapat menjadi data dasar untuk melaksanakan asuhan

keperawatan pada ibu hamil dengan diabetes mellitus.

ii. Manfaat teoritis

Penelitian gambaran kadar gula darah pada ibu hamil di puskesmas I

Denpasar Selatan, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar

untuk mengadakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan diabetes mellitus

gestasional dan dapat menambah kajian teori yang ada khususnya tentang kadar

gula darah pada ibu hamil


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reprodukisi sehat, yang telah mengalami menstruasi,

dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya

sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Mandriwati,

2007). Kehamilan didahului oleh fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum

melalui coitus yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi ( Federasi Obstetri

Ginekologi Internasional, 2008 ). Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu

triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai umur kehamilan tiga bulan,

triwulan kedua dari bulan keempat sampai enam bulan, triwulan ketiga dari umur

kehamilan tujuh bulan sampai Sembilan bulan. Kehamilan adalah pertumbuhan

dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

permulaan persakinan ( Padila, 2014 ).

ii. Metabolisme Karbohidrat Dalam Kehamilan

Pada wanita hamil normal terjadi banyak perubahan hormonal dan

metabolik, yang dipengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada

kehamilan normal, kadar glukosa plasma ibu menjadi lebih rendah secara

bermakna, karena:

a. Produksi glukosa oleh aliran darah plasenta meningkat


b. Produksi glukosa dari hati menurun
c. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis menurun)
d. Efektifitas ekskresi ginjal meningkat
e. Efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon-hormon

plasenta lainnya, hormon-hormon ovarium, hormone pankreas dan adrenal,

growth factor dan sebagainya)

Dalam kehamilan, terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang

menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui.

Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin, sehingga

kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu dapat

mencapai janin, sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar gula darah

janin. Pengendalian kadar gula darah terutama dipengaruhi oleh insulin, di

samping hormone estrogen, steroid, dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya

reabsorbsi makanan, terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menyebabkan

kebutuhan insulin meningkat. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat

hingga 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut tekanan diabetogenik dalam

kehamilan. Secara fisiologis, telah terjadi resistensi insulin. Yang menjadi

masalah, bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin, sehingga ibu relatif

hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes mellitus gestasional.

Glukosa yang tidak masuk sel tubuh, akan tertimbun di dalam darah.

Setelah mencapai kadar tertentu, glukosa tersebut juga akan muncul dalam air

seni. Jika terdapat dalam air seni, glikosa akan menarik lebih banyak air

bersamanya. Dengan demikian, menyebabkan bertambahnya volumeair seni.

Karena terjadi pengeluaran air seni yang berlebihan, tubuh kehilangan banyak

cairan sehingga terjadi rasa haus yang berlebihan. Ketika dalam sel tidak terdapat

cukup glukosa karena kurangnya jumlah insulin, meskipun sebenarnya di dalam

darah terdapat glukosa berlebihan, sel-sel ini menjadi kelaparan. Hal ini
menyebabkan peningkatan nafsu makan, sehingga penderita DM ingin makan

lebih banyak. Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan, sel yang kelaparan

mulai memecahkan lemak dan protein yang ada di dalam tubuh. Hal ini

mengakibatkan turunnya berat badan dan rasa lelah. Jika kadar glukosa dalam

darah sangat tinggi, beberapa orang menjadi mudah tersinggung. Selain itu, tubuh

menjadi rentan terhadap infeksi. Tidak semua penderita diabetes mengalami gejala

ini. Beberapa orang bahkan tidak mengalami gejala apapun ; pada keadaan ini.

Diketahui bahwa mereka ternyata menderita penyakit DM lewat pemeriksaan

laboratorium. Resistensi insulin juga dapat disebabkan adanya peningkatan

hormon estrogen, progesterone, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon

tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel, sehingga mengurangi afinitas

insulin (Maryunani, 2013).

b. Konsep Dasar Glukosa Darah

1. Pengertian Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa

di dalam darah (Henrikson, 2009).

ii. Batasan Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah normal pada seseorang yang tidak makan

dalamwaktu tiga atau empat jam terakhir adalah sekitar 90 mg/dl. Setelah makan

makanan yang mengandung banyak karbohidrat sekalipun, kadar ini jarang

melebihi 140 mg/dl kecuali orang tersebut menderita DM (Guyton, 2007). Sudoyo

(2009) mengemukakan batasan kadar glukosa darah normal seperti pada tabel I

berikut ini:

Tabel 1
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis Diabetes Melitus (mg/dl)

Bukan DM Belum Pasti DM

DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena < 110 110 - 199 >200
Darah kapiler <90 90 - 199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110 125 >126
Darah kapiler <90 90 - 109 >110

Sumber : sudoyo, 2009

Tabel 2
Kadar Glukosa Darah Puasa dan 2 jam pp

Kadar gula darah Baik Sedang Buruk

Kadar gula darah puasa (mg/dl) 80 109 110 - 139 140

Kadar gula darah 2 jam pp (mg/dl) 110 159 160 - 199 >200

Sumber : Hendromartono, 2003

iii. Pemeriksaan Gula Darah

Ada beberapa tipe pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan gula darah

puasa mengukur kadar glukosa darah selepas tidak makan setidaknya 8 jam.

Pemeriksaan gula darah postprandial 2 jam mengukur kadar glukosa darah tepat

selepas 2 jam makan. Pemeriksaan gula darah ada random mengukur kadar

glukosa darah tanpa mengambil kira waktu makan terakhir (Henrikson, 2009).
Kadar glukosa puasa memberikan petunjuk terbaik mengenai homeostasis

glukosa keseluruhan, dan sebagian besar pengukuran rutin harus dilakukan pada

sampel puasa. Sedangkan uji gula darah post prandial biasanya dilakukan untuk

menguji respons penderita terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam setelah

makan baik sarapan pagi atau makan siang. Gula darah yang rendah atau sangat

tinggi baik puasa maupun 2 jam pp akan membuat tubuh menjadi lemas, keluar

keringat dingin, dan kesemutan (Bastiansyah, 2008)

iv. Pengaturan Glukosa Darah

Jumlah glukosa dalam darah dipengaruhi oleh masukan (diet), kecepatan

penyimpanan dalam hati dan otot serta proses glukoneogenesis. Tiga puluh menit

setelah makan, kadar gula darah akan naik. Sherwood (2001) mengatakan setelah

makan, jumlah glukosa dalam darah sangat banyak dan merupakan sumber energi

utama. Setelah 90-180 menit gul darah secara perlahan turun menjadi 70-110

mg/100 cc darah. Sebagian (5%) karbohidrat yang masuk dalam tubuh disimpan

dalam bentuk glikogen pada hati dan otot, sebagian (30-40%) diubah menjadi

asam lemak kemudian disimpan dalam cadangan energi di dalam jaringan lemak.

Setelah jumlah glukosa dalam darah turun, maka sebagian glikogen hati akan

dipecah menjadi glukosa (glikosis) kemudian dimasukan dalam peredaran darah.

Jika kondisi tersebut tidak dibantu dengan pemasukan karbohidrat maka tubuh

akan memecah asam amino dan gliserol menjadi glukosa (glukoneogenesis) .

(Ganong, 1995; Mun-ay, 1995 dalam Sukawan, 2007).

Lebih lanjut dijelaskan pada penderita diabetes mellitus, 2 - 4 jam

postprandial ( setelah makan ) absorsi glukosa tinggi maka kadar kadar glukosa di

dalam darah meningkat. Pada keadaan diabetes mellitus dimana seharusnya


glukosa disimpan sebagai cadangan pada hati dan otot karena terjadi penurunan

insulin atau resistensi insulin maka cadangan glukosa sedikit dan glukosa di

dalam darah tetap tinggi ( hiperglikemia ). Setelah 4 jam, absorbsi glukosa

menurun, terjadilah proses pembentukan glikogen menjadi glukosa ( glikolisis ),

karena cadangan glukosa sedikit ( glikogen sedikit ) terjadi pembentukan glukosa

dari lemak dan protein ( glukoneogenesis ). Apabila proses pembentukan ini

berhasil atau protein dan lemak mencukupi, kadar gula darah tetap tinggi. Jika

protein dan lemak tidak mencukupi maka terjadi hipoglikemia (Sudoyo, 2009).

Menurut Guyton (2007) konsentrasi gula darah perlu dijaga agar tidak

meningkat, oleh karena :

a. Gula darah dapat menimbulkan sejumlah besar tekanan osmotik dalam cairan

ekstrasel, dan bila konsentrasi gula darah meningkat sangat berlebihan, akan

dapat mengakibatkan timbulnya dehidrasi sel.

b. Tingginya konsentrasi gula darah menyebabkan keluarnya glukosa dalam air

seni.

c. Hilangnya glukosa melalui urin juga menimbulkan diuresis osmotik oleh

ginjal, yang dapat mengurangi jumlah cairan tubuh dan elektrolit.

d. Peningkatan jangka panjang glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan

pada banyak jaringan, terutama pembuluh darah.

v. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa

Darah

Glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :

a. Penyakit organ
Menurut Zaifbio, 2009 (dalam Anggraeni 2010) kadar glukosa darah juga

dapat dipengaruhi oleh penyakit organ seperti gagal jantung, penyakit ginjal akut

maupun kronis, penyakit hati akut maupun kronis, penyakit paru obstruktif

menahun, penyeakit kelenjar tiroid, menderita penyakit peradangan akut maupun

kronis, menderita DM, dan penyakit keganasan.

b. Obat-obatan hipoglikemik

Pada diabetes tipe 1, mutlak memerlukan suntikan insulin setiap hari.

Sedangkan pada diabetes tipe 2, dengan diet dan olahraga gula darah dapat

menjadi normal, namun umumnya perlu minum obat anti diabetes (OAD) secara

oral. Pada keadan tertentu, penderita diabetes tipe 2 memerlukan suntikan insulin

atau suntikan insulin yang dikombinasi dengan tablet (Tandra, 2008). Beberapa

jenis obat-obatan seperti obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa

darah. Obat-obatan yang digunakan adalah pensensitif insulin dan sulfonilurea.

Dua tipe pensensitif yang tersedia adalah metformin dan tiazolidinedion.

Metformin menurunkan produksi glukosa hepatic, menurunkan absorbs glukosa

pada usus, dan meningkatkan kepekaan insulin, khususnya di hati. Tiazolidinedion

meningkatkan kepekaan insulin perifer dan menurunkan produksi glukosa hepatik

(Price, 2006)

c. Diet

Diet merupakan awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes. Ikuti diet

rendah gula seumur hidup,sesuai dengan anjuran dokter atau ahli gizi. Dalam

diabetes yang perlu diketahui adalah diet ini harus dapat memenuhi kebutuhan

gula tubuh, tetapi tidak boleh berlebihan (Vitahealth, 2004). Pola makan yang
sehat dan sesuai dengan kondisi pasien sangatlah penting, karena pola makan

merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya diabetes mellitus. Tidak ada

formula khusus untuk mengatur pola makan bagi pasien diabetes, yang terpenting

adalah mengenal mana makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein,

kemudian membuat variasi dan mengatur makanan setiap harinya (Tandra, 2008).

d. Kehamilan

Pada kehamilan normal, terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan

metabolic untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus / janin yang optimal. Yang

berhubungan dengan patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme

karbohidrat. Pada kehamilan normal juga terjadi kadar glukosa plasma ibu yang

lebih rendah secara bermakna karena :

1) Produksi glukosa oleh aliran darah plasenta meningkat

2) Produksi glukosa dari hati menurun,

3) Produksi alanin menurun,

4) Aktifitas ekskresi ginjal meningkat,

5) Efek hormon-hormon kehamilan / gestasional. Jadi kehamilan normal sendiri

dapat dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan

glukosa meningkat (Maryunani, 2013).

vi. Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Secara klinis pemeriksaan glukosa darah menggunakan enzim glukosa

oksidase. Gula merupakan senyawa preduksi (pemberi H+). Indentifikasi glukosa

darah pada umumnya menggunkan larutan yang direduksi yaitu larutan Benedict.

Astuti (2002) (dalam Sukawana, 2007) menyatakan larutan benedict mengandung


cupri sulfat (CuSO4), natrium sitrat dan Na2CO3. Dasar pemeriksaan dengan

benedict sebagai berikut. Dalam suasana alkali ( adanya Na 2CO3 ) mengakibatkan

karbohidrat/glukosa menjadi bentuk enol yang reaktif. Enol yang reaktif

mereduksi ion Cu++ menajdi ion Cu+ ( dari CuSO4 ). Natrium sitrat berfungsi

untuk mencegah munculnya endapan dari CuO(OH)2. Dengan pemanasan akan

terbentuk Cu2O yang berwarna merah bata. Warna merah bata merupakan indikasi

kualitatif adanya glukosa. Secara kuantitatif para ahli telah mengembangkan

berbagai model pemeriksaan gula darah. Salah satu model pemeriksaan yang

praktis dengan akurasi tinggi adalah dengan menggunakan Blood Glucose Test

Meter GlucoDr. Dasar pemeriksaan adalah menggunakan 2,5-4 mikroliter darah

kapiler yang direaksikan dengan reagen yang terdapat pada Check Strip. Check

strip kemudian dimasukkan kedalam Glucose Test Meter GlucoDr, sehingga

terbaca secara digital. Alat ini mampu membaca kadar gula darah 20-600mg/dl .

Berbagai model kini tersedia untuk melakukan pengukuran kadar glukosa

darah. Kebanyakan metode tersebut mencakup pengambilan setetes darah dari

ujung jari tangan, aplikasi darah tersebut pada strip selama periode waktu tertentu

(biaanya antara 45-60 detik sesuai ketentuan pabrik). Untuk beberapa produk,

darah dihapus dari strip (dengan menggunakan kapas atau kertas tissue sesuai

ketentuan pabrik). Bantalan pereaksi pada strip akan berubah warnanya dan

kemudian dapat dicocokan dengan peta warna pada kemasan produk atau

disisipkan ke dalam alat pengukur yang memperlihatkan angka digital kadar

glukosa darah (Smeltzer, 2002).

Beberapa alat pemantau kadar glukosa darah terbaru tidak lagi

menggunakan tahap pengapusan darah dari strip. Strip tersebut pertama-tama


dimasukkan ke dalam alat pengukur sebelum darah ditempelkan pada strip.

Setelah darah melekat pada strip, darah tersebut dibiarkan selama pelaksanaan tes.

Alat pengukur akan memperlihatkan kadar glukosa darah dalam waktu yang

singkat (kurang dari satu menit). Salah satu produk terbaru menggunakan

cartridge sensor glukosa (sebagai pengganti strip) yang ditetesi (Smeltzer, 2002).

c. Konsep Dasar Glukosa Darah Pada Ibu Hamil

1. Fisiologi Glukosa Darah pada Ibu Hamil

Pada wanita hamil normal, terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan

metabolik untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus / janin yang optimal.

Yang berhubungan dengan patologi diabetes mellitus adalah perubahan

metabolisme karbohidrat. Pada dasarnya, dalam keadaan normal, kondisi hamil

bersifat diabetogenik. Artinya, kadar gula darah wanita hamil cenderung

meningkat, meskipun tidak melebihi batas normal. Diabetes mellitus gestasional

dapat terjadi karena perubahan metabolik-fisiologik yang terjadi pada saat

kehamilan. Perubahan tersebut mengarah pada terjadinya resistensi insulin. Bila

sel beta pankreas tidak dapat mengimbangi perubahan tersebut, maka akan terjadi

diabetes mellitus gestasional. Akan tetapi, setelah melahirkan, karena perubahan

fisiologi pada saat hamil telah hilang maka kadar glukosa itu akan menjadi normal

kembali (Maryunani, 2013).

ii. Patofisiologi Glukosa Darah Pada Ibu Hamil

Menurut Setji, 2005 (dalam Maryunani 2013) trimester pertama kehamilan

berhubunga dengan peningkatan sensitifitas insulin yang disebabkan peningkatan

ikatan adiposit pada insulin karena adanya kenaikan kadar estradiol.selama

kehamilan normal, kadar glukosa puasa dan postprandial lebih rendah disbanding
wanita yang tidak hamil dan HbA1 turun sekitar 20%. Hal ini terjadi karena

utilisasi glukosa fetal terutama melalui isofarm GLUT-1 pada trofoblas. Seiring

dengan kenaikan kadar kortisol, progesteronce, estrogen, prolaktin dan laktogen

plasenta, maka terjadi resistensi insulin. Insulin puasa meningkat dan C-peptide

(hPL) yang merupakan homolog hormon pertumbuhan menyebabkan penurunan

fosforilasi insulin receptor substrate (IRS)-1 yang bertanggungjawab terjadinya

resistensi insulin. Penurunan sensitifitas insulin pada kehamilan mencapai 80%.

Hal ini merupakan mekanisme adaptasi memperkuat suplai glukosa ke janin

dengan merubah metabolisme maternal dari karbohidrat ke lemak.

iii. Patofisiologi Diabetes Melitus

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang terjadi karena

penurunan produksi atau aktivitas hormon insulin di dalam tubuh. Hormon insulin

dibuat oleh kelenjar pancreas, untuk menurunkan gula darah dengan cara :

a. Meningkatkan jumlah gula yang disimpan dalam hati

b. Merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula

Gangguan insulin ini menyebabkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein. Pada penderita diabetes, kehamilan dapat memperberat kondisi

diabetes wanita tersebut. Hal ini karena pada kondisi hamil, kadar gula dalam

darah terus meningkat (Maryunani, 2013).

Smeltzer (2002) menjelaskan bahwa pada diabetes mellitus tipe II terdapat

dua masalah terutama yang berhubungan dengan insulin yang resistensi insulin

dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II

disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi


resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat

peningkatan jumlah insulin yang diekskresikan. Pada penderita toleransi glukosa

terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar

glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.

Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan

kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes

tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas

diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk

mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Karena itu ketoasidosis

diabetic tidak akan terjadi pada diabetes tipe II (Baradero, 2009).

iv. Batasan Kadar Glukosa Darah Pada Ibu Hamil

Tabel 3
Kadar Glukosa Darah pada Ibu Hamil

Kadar Glukosa Darah normal Toleransi Glukosa Diabetes

terganggu mellitus
Kadar glukosa darah <140 140-200 200

sewaktu(mg/dl)
Sumber : WHO-PERKENI 2007 (dalam Maryunani, 2013)

v. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa

Darah

Glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :

a. Penyakit organ

Menurut Zaifbio, 2009 (dalam Anggraeni 2010) kadar glukosa darah juga

dapat dipengaruhi oleh penyakit organ seperti gagal jantung, penyakit ginjal akut

maupun kronis, penyakit hati akut maupun kronis, penyakit paru obstruktif
menahun, penyeakit kelenjar tiroid, menderita penyakit peradangan akut maupun

kronis, menderita DM, dan penyakit keganasan.

b. Obat-obatan hipoglikemik

Pada diabetes tipe 1, mutlak memerlukan suntikan insulin setiap hari.

Sedangkan pada diabetes tipe 2, dengan diet dan olahraga gula darah dapat

menjadi normal, namun umumnya perlu minum obat anti diabetes (OAD) secara

oral. Pada keadan tertentu, penderita diabetes tipe 2 memerlukan suntikan insulin

atau suntikan insulin yang dikombinasi dengan tablet (Tandra, 2008). Beberapa

jenis obat-obatan seperti obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa

darah. Obat-obatan yang digunakan adalah pensensitif insulin dan sulfonilurea.

Dua tipe pensensitif yang tersedia adalah metformin dan tiazolidinedion.

Metformin menurunkan produksi glukosa hepatic, menurunkan absorbs glukosa

pada usus, dan meningkatkan kepekaan insulin, khususnya di hati. Tiazolidinedion

meningkatkan kepekaan insulin perifer dan menurunkan produksi glukosa hepatik

(Price, 2006)

c. Diet

Diet merupakan awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes. Ikuti diet

rendah gula seumur hidup,sesuai dengan anjuran dokter atau ahli gizi. Dalam

diabetes yang perlu diketahui adalah diet ini harus dapat memenuhi kebutuhan

gula tubuh, tetapi tidak boleh berlebihan (Vitahealth, 2004). Pola makan yang

sehat dan sesuai dengan kondisi pasien sangatlah penting, karena pola makan

merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya diabetes mellitus. Tidak ada

formula khusus untuk mengatur pola makan bagi pasien diabetes, yang terpenting
adalah mengenal mana makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein,

kemudian membuat variasi dan mengatur makanan setiap harinya (Tandra, 2008).

d. Kehamilan

Pada kehamilan normal, terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan

metabolic untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus / janin yang optimal. Yang

berhubungan dengan patologi diabetes mellitus adalah perubahan metabolisme

karbohidrat. Pada kehamilan normal juga terjadi kadar glukosa plasma ibu yang

lebih rendah secara bermakna karena :

6) Produksi glukosa oleh aliran darah plasenta meningkat

7) Produksi glukosa dari hati menurun,

8) Produksi alanin menurun,

9) Aktifitas ekskresi ginjal meningkat,

Efek hormon-hormon kehamilan / gestasional. Jadi kehamilan normal sendiri

dapat dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan

glukosa meningkat (Maryunani, 2013)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan konsep

dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (setiadi, 2007).

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ibu hamil trimester Intoleransi Diabetes Melitus


II tanpa riwayat DM reseptor insulin Gestasional
Pemeriksaan kadar glukosa
darah sewaktu

Faktor faktor yang


mempengaruhi kadar gula
darah :
a. Penyakit organ
Keterangan : b. Obatobatan
= variabel yang diteliti hipoglikemik
c. Diet
= variabel yang tidak diteliti
d. kehamilan
= alur pikir

Gambar 1
Kerangka Konsep Gambaran Kadar Gula Darah Sewaktu
pada Ibu Hamil Trimester II
b. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel merupakan karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi

nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara

empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini

menggunakan variabel univariat yaitu gambaran kadar gula darah pada ibu hamil

trimester II

ii. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur peneltiian yang menjelaskan bagaimana

cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi


operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti

lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (setiadi, 2007)

Tabel 4
Definisi Operasional Gambaran Kadar Gula Darah Sewaktu pada Ibu Hamil
Trimester II di Puskesmas I Denpasar Selatan
Tahun 2017
No Definisi Cara
Variabel Alat Ukur Skala Ukur
. Operasional Pengukuran
1 2 3 4 5 6
1 Kadar gula Kadar gula darah Kadar gula glukometer Interval
darah sewaktu darah a) Normal:
sewaktu (pengambilan sewaktu Hasil
pada ibu darah dapat dikumpulkan pengukuran
hamil dilakukan kapan dengan glukosa darah
trimester II saja diluar dari pemeriksaan sewaktu <140
pada saat puasa klinis dalam
ataupun 2 jam satuan mg/dl b) Toleransi
setelah makan) di glukosa
dalam darah yang terganggu
ditunjukan oleh Hasil
hasil pengukuran pengukuran
glukometer gula darah
setelah stik sewaktu 140-
glucometer diisi 200
degan tetesan
darah kapiler dari c) Diabetes
ibu hamil mellitus :
trimester II Hasl
dengan pengukuran
menggunakan gula darah
lanset kurang dari sewaktu 200
satu menit

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

tentang suatu keadaaan secara objektif (Setiadi, 2012)

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yang merupakan

jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran / observasi data variabel

dependen dan independen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008)
b. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas I Denpasar Selatan. Penelitian

ini akan dilaksanakan dari bulan Maret sampai April 2017

c. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantittas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi

dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ke Puskesmas I

Denpasar Selatan.

ii. Sampel Penelitian

a. Unit analisis dan responden

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah ibu hamil trimester II

yang melakukan kunjungan di Puskesmas I Denpasar Selatan pada bulan Maret

April 2017. Persyaratan yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampel dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitan dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi :

a) Ibu hamil trimester II yang melakukan kunjungan ke Puskesmas I

Denpasar Selatan
b) Ibu hamil tanpa tanpa riwayat DM
2) Kriteria ekslusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subyek yang

memenuhi criteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008).
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini meliputi :

a) Ibu hamil trimester II yang mengalami penyakit organ seperti gagal

jantung, penyakit ginjal akut maupun kronis, penyakit paru obstruktif,

penyakit kelenjar tiroid, menderita penyakit peradangan akut maupun

kronis, dan penyakit keganasan.


b) Ibu hamil trimester II yang sedang mengonsumsi obat - obatan

hipoglikemik.
c) Ibu hamil trimester II yang tidak bersedia menjadi responden.
b. Jumlah dan besar sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili populasi

(Nursalam, 2008). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). rata-

rata jumlah populasi ibu hamil perbulan pada tahun 2016 adalah 65 orang, untuk

rata-rata populasi ibu hamil trimester II perbulan adalah 40 orang. Menurut

Setiadi (2013) perhitungan yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya

sampel yang diteliti adalah :

n=
Keterangan :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat signifikansi (d=0,05)

Sampel yang digunakan dalam penelitian :

Diketahui :

N = 40

d = 0,05
n=

n=

n=

n = 36,36

n = 36

Jadi didapatkan hasil 36 responden. Dalam penelitian jumlah sampel

menurut Roscoe (dalam Sugiyono 2010), ukuran sampel yang layak dalam

penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Jadi dengan jumlah sampel

sebanyak 36 orang merupakan ukuran yang layak dalam penelitian. Dalam

penelitian ini sampel yang digunakan adalah 36 orang yang memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi.

c. Teknik sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengamblan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek peneltiian. Cara pengambilan sampel dapat di kelompokan

menjadi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling (Nursalam,

2011). Salah satu teknik non probability sampling yaitu consecutive sampling.

Menurut Sastroasmoro ismail, 1995( dalam Nursalam, 2008) pemilihan sampel


dengan consecutive (berurutan) adalah pemilihan sampel dengan menetapkan

subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian sampai

kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi. Teknik ini

dipilih karena ibu hamil merupakan klien rawat jalan.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non

Probability Sampling dengan teknik Consecutive Sampling.

d. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam peneltian ini adalah data primer

berupa hasil pemeriksaaan gula darah sewaktu pada ibu hamil saat melakukan

kunjungan di Puskesmas I Denpasar Selatan.

ii. Cara Pengumpulan Data

Data gula darah sewaktu dikumpulkan dengan pemeriksaan klinis berupa

hasil pemeriksaaan gula darah sewaktu pada ibu hamil trimester II tanpa riwayat

DM yang melakukan kunjungan ke Puskesmas I Denpasar Selatan.

Langkah langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui

tahapan sebagai berikut :

a. Pengurusan surat ijin penelitian kepada bidang pendidikan Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

b. Pengurusan surat ijin penelitian di Politeknik Kesehatan Denpasar.

c. Pengiriman surat ijin penelitian kepada Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Provinsi Bali.

d. Permohonan ijin penelitian ke kesbangpolinmas provinsi bali.


e. Permohonan ijin penelitian ke kesbangpolinmas kota denpasar.
f. Menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada kepalas Puskesmas I

Denpasar Selatan.
g. Setelah ijin penelitian keluar, dilanjutkan dengan menetapkan enumerator,

yakni dua orang mahasiswa untuk membantu dalam pelaksanaan penelitian


h. Menyamakan persepsi bersama enumerator dalam hal penyeleksian sampel

dan pengisian lembar observasi


i. Pengambilan data diawali dengan mengadakan pendekatan dan memberikan

penjelasan tentang maksud dan tujuan diadakan penelitian ini kepada calon

responden
j. Apabila calon responden setuju, calon responden dipersilahkan

menandatangani informed consent, namun jika calon responden menolak

untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya.
k. Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan menggunakan alat glukosa

meter
l. Hasil pengukuran dicatat pada lembar observasi
m. Lembar observasi diisi oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya kemudian

dilakukan analisa

iii. Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah glukosa

test meter. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lancet, alcohol

swab, stik glucose

e. Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data

ringkasan berdasarkan suatu kelompok data dengan menggunakan rumus tertentu

sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2012). Langkah-

langkah pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, sebagai berikut:


a. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh (Aziz Alimul Hidayat, 2011). Pada penelitian ini, peneliti akan

memeriksa kelengkapan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar gula

darah responden.
b. Coding, yaitu langkah setelah memeriksa data masing masing responden

pada lembar observasi, kemudian peneliti memberikan kode sesuai dengan

kode yang ditentukan oleh peneliti. Pada penelitian ini, peneliti memberikan

kode pada setiap kategori, diantaranya: Normal : Hasil Gula darah sewaktu

<140 (1), toleransi glukosa terganggu : Hasil Gula darah sewaktu 140-200

(2), diabetes mellitus gestasional : Hasil Gula darah sewaktu >200 (3).
c. entry, yaitu data yang telah divalidasi kemudian dimasukkan ke dalam

computer kemudian diolah dengan system computer dan disimpan untuk

memudahkan dalam pengambilan data selanjutnya.


d. cleaning/tabulasi, yaitu data yang sudah dientry dicocokkan dan diperiksa

kembali dengan data yang didapatkan. Bila ada perubahan dan perbedaan

hasil, dapat segera dilakukan pengecekan ulang (Setiadi, 2012).

ii. Teknik Analisa Data

Data penelitian ini menggunakan analisa deskriptif yaitu membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Data yang

disajikan adalah data primer hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu yang

dituangkan dalam bentuk tabel distribusi yang meliputi distribusi frekuensi :

jumlah data yang didapatkan, presentase ; mengelompokkan data kadar gula drah

sesuai dengan batasan kadar gula darah pada ibu hamil, kemudian data yang sudah

berkelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan responden, rata- rata (mean) ;

didapatkan dengan cara melakukan pembagian jumlah keseluruhan nilai kadar

gula darah dengan jumlah keseluruhan responden, modus ; nilai yang muncul
paling banyak, nilai max-min ; dilakukan dengan cara mengurutkan data kadar

gula darah untuk mengetahui kadar gula darah tertinggi dan terendah, standar

deviasi dan deskripsi dari hasil tersebut dijelaskan secara naratif.

Klasifikasi hasil kadar gula darah sewaktu pada ibu hamil yaitu jika hasil

gula darah sewaktu <140 dikatakan normal, 140-200 terjadi toleransi glukosa

terganggu, >200 dikatakan diabetes mellitus gestasional.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R., 2010. Hubungan Besar Lingkar Pinggang Pada Penderita


Obesitas Sentral terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa di Direktorat
Samapta Polda Bali. Skripsi tidak diterbitkan, Denpasar : Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Baradero, M., dkk., 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin.
Jakarta: EGC.

Bastiansyah, Eko., 2008. Panduan Lengkap Membaca Hasil Tes Kesehatan.


Jakarta: Penebar Plus.

Guyton, A., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Hendromartono, 2003. Penatalaksanaan Diabetes Terpadu. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

Maryunani, A., 2013. Diabetes pada Kehamilan Edisi Kedua. Jakarta : Trans Info
Media.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Padila, 2014. Keperawatan Maternitas, Sesuai Dengan Standar Kompetensi
(PLO) Dan Kompetensi Dasar (CLO). Yogyakarta : Nuha Medika.

Price, S. & Wilson, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi 4. Jakarta: EGC.

Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha
Ilmu

Setiadi, 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.

Sudoyo, 2009. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif


dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Sukawana, W., 2007. Pengaruh Status Gizi, Kadar Hemoglobin, dan Glukosa
Darah terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 6 Denpasar. Tesis tidak
diterbitkan, Singaraja: Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan
Ganesha.

Tandra, W., 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes
Melitus. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Vitahealth, 2004. Diabetes. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Waspadji, S., 2007. Pertanyaan Pasien dan Jawabannya Tentang Diabetes.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

You might also like