Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Sistem urinaria terdiri atas 2 buah ginjal, 2 buah ureter, 1 kandung kemih
(vesica urinaria/bladder) dan 1 uretra. Sistem ini membantu mempertahankan
hemeostasis dengan cara sebagai berikut :
Memproduksi urin sebagai hasil penyaringan darah
Memproduksi eritropoetin, suatu hormon yang merangsang pertumbuhan eritrosit
Memproduksi renin, suatu enzim yang berfungsi dalam jalur renin-angiotensin
yang mengatur tekanan darah.
Aktifator vitamin D. Di bawah sinar matahari kulit kita akan merubah kolestrol
menjadi vit. D3 yang selanjutnya diikat oleh protein dan dibawa ke hati. Dalam
hati zat ini akan dihidrolisis menjadi 25-(OH)D3. Selanjutnya di bawa ke ginjal
untuk diubah menjadi vitamin D3 yang lebih aktif yaitu 1,25-(OH)2D3.
Mengatur komposisi cairan elektrolit
2.2 Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea)
dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari
kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. Manusia
memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini
terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas
(superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal
bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi
rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua
ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan. Ginjal dilapisi oleh 3 jaringan ikat, yaitu :
a. Fasia renalis, merupakan lapisan paling luar yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa
yang tipis, berfungsi untuk melekatkan ginjal ke dinding peritonium sebelah
belakang.
b. Capsula adipose, merupakan lapisan tengah yang terdiri dari jaringan lemak,
berfungsi untuk melindungi ginjal dari benturan.
c. Capsula renalis, merupakan lepisan paling dalam yang terdiri dari selapis jaringan
ikat fibrosa tipis, transfaran dan meneruskan diri menjadi lapisan terluar ureter..
Berfungsi sebagai protektor bagi ginjal dari serangan infeksi dan getaran.
Ginjal mendapat suplai kebutuhan darah dari arteri renalis (cabang aorta) yang
selanjutnya akan bercabang membentuk arteri interlobaris. Pada perbatasan cortex
dengan medula arteri interlobaris akan berbelok membentuk arteri arcuata lalu
bercabang menjadi arteri interlobularis. Arteri ini akan membentuk cabang vas
afferent yang selanjutnya setiap cabang menjadi glomerulus. Glomerulus akan
menjadi vas efferent yang diameternya lebih kecl dari vas afferent. Hal ini
menyebabkan tekanan darah di glomerulus dapat dipertahankan untuk tetap tinggi
sehingga memungkinkan adanya proses filtrasi.
Secara anatomi, ginjal terdiri dari bagian dalam yang berwarna merah
kecoklatan yang disebut medula dan bagian luar yang berwarna merah yang disebut
cortex. Pada medula terdapat 8 14 struktur berbentu conus yang disebut piramida
renalis. Dasar piramida renalis berbatasan dengan corteks sedangkan bagian ujung
yang mengarah ke hilus disebut papila renalis. Apabila dilakukan sayatan secara
frontal maka piramida renalis terlihat bergaris-garis. Garis tersebut merupakan
tubulus-tubulus ginjal dan pembuluh-pembuluh darah yang lurus. Melalui sayatan ini
terlihat bagian cortex ginjal merupakan daerah antara capsula renalis dengan piramida
renalis serta daerah antara paila renalis yang satu dengan yang lain. Ujung-ujung
papila renalis akan berhubungan dengan sebuah saluran yang disebut calyx minor.
Beberapa calyx minor (2 3 buah) akan bergabung menjadi calyx mayor, selanjutnya
calyx mayor akan bersatu membentuk pelvis renalis yang akhirnya akan menjadi
ureter.
b. Saluran Ginjal
1) Glomerulus
Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler yang ruwet yang
merupakan cabang dari arteriole aferen. Pada permukaan luar kapiler glomeruli
menempel sel berbentuk spesifik dan memiliki penjuluran-penjuluran yang disebut
podosit (sel kaki). Antara sel-sel endotel kapiler dan podosit membentuk struktur
kontinyu yang berlubang-lubang yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler
dengan ruang kapsuler. Podosit berfungsi membantu filtrasi cairan darah menjadi
cairan ultra filtrat (urin primer). Cairan ultra filtrat ditampung di dalam ruang urin
yaitu ruang antara kapiler dengan dinding kapsula Bowmani dan selanjutnya mengalir
menuju tubulus contortus proksimal. Komposisi kimia cairan ultra filtrat hampir sama
dengan plasma darah.
Gambar 2. Membran Glomerulus
2) Capsula Bowman
Lapisan parietal kapsula bowman terdiri atas epitel selapis gepeng. Ruang
kapsuler berfungsi menampung urine primer (ultra filtrat). Sel podosit, sel epitel
kapsula Bowman yang mengalami spesialisasi untuk filtrasi cairan darah. Oleh karena
itu komposisi cairan ultra filtrat hampir sama dengan plasma darah kecuali tidak
mengandung protein plasma.
3) Sel Mesangial
Pada sel-sel endotel dan lamina basalis kapiler glomerulus terdapat sel
mesangial yang berperan sebagai makrofage.
4) Tubulus Kontortus Proksimal
Tubulus kontortus proksimal kebanyakan terdapat di bagian korteks ginjal.
Mukosa tubulus kontortus proksimal tersusun atas sel-sel epitel kubus selapis, apeks
sel menghadap lumen tubulus dan memiliki banyak mikrovili (brush border). Sel
epitel tubulus contortus proksimal berfungsi untuk reabsorpsi.
5) Lengkung Henle (loop of Henle)
Lengkung Henle berbentuk seperti huruf U terdiri atas segmen tipis dan
diikuti segmen tebal. Bagian tipis lengkung henle yang merupakan lanjutan tubulus
kontortus proksimal tersusun atas sel gepeng dan inti menonjol ke dalam lumen.
Cairan urin ketika berada dalam loop of Henle bersifat hipotonik, tetapi setelah
melewati loop of Henle urin menjadi bersifat hipertonik. Hal ini dikarenakan bagian
descenden loop of Henle sangat permeabel terhadap pergerakan air, Na+, dan Cl-,
sedangkan bagian ascenden tidak permeabel terhadap air dan sangat aktif untuk
transpor klorida bertanggung jawab terhadap hipertonisitas cairan interstitial daerah
medulla. Sebagai akibat kehilangan Na dan Cl filtrat yang mencapai tubulus contortus
distal bersifat hipertonik.
6) Tubulus Kontortus Distalis
Tubulus contortus distalis tersusun atas sel-sel epithelium berbentuk kuboid,
sitoplasma pucat, nuklei tampak lebih banyak, tidak ada brush border. ADH
disekresikan oleh kelenjar hipofise posterior. Apabila masukan air tinggi, maka
sekresi ADH dihambat sehingga dinding tubulus contortus distal dan tubulus koligen
tidak permeabel terhadap air akibatnya air tidak direabsioprsi dan urin menjadi
hipotonik dalam jumlah besar akan tetapi ion-ion untuk keseimbangan osmotic tetap
ditahan. Sebaliknya apabila air minum sedikit atau kehilangan air yang banyak karena
perkeringatan tubulus contortus distal permeabel terhadap air dan air direabsorpsi
sehingga urin hipertonik.
7) Macula Densa
Macula densa merupakan bagian dari tubulus kontortus distalis yang melalui
daerah di muka kapsula Bowmani terdiri atas sel-sel yang nampak meninggi, nuklei
berderet rapat dan berbentuk spheris. Macula densa berfungsi untuk reseptor tekanan
osmotic (osmoreseptor).
8) Tubulus Koligens
Urin berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens yang apabila
bersatu membentuk saluran lurus yang lebih besar yang disebut duktus papilaris
Bellini. Tubulus koligens dibatasi oleh epitel kubis. Peristiwa penting pada tubulus
koligens adalah mekanisme pemekatan atau pengenceran urin yang diatur oleh
hormon antidiuretik (ADH). Dinding tubulus distal dan tubulus koligens sangat
permeabel terhadap air bila terdapat ADH dan sebaliknya.
9) Tubulus Kolektivus
Tubulus kolektivus dari Bellini merupakan tersusun atas sel-sel epithelium
columnair, sitoplasma jernih, nukleus spheris.
10) Aparatus Jukstaglomerulus
Tunika media ateriol aferen yang terletak didekat korpuskula malphigi
mengalami modifikasi seperti sel-sel epiteloid bukan otot polos yang disebut sel
jukstaglomelurus. Sel-sel jukstaglomelurus menghasilkan enzim renin. Renin bekerja
pada protein plasma yang dinamakan angiotensinogen yang kemudian diubah
menjadi angiotensin I. Selanjutnya zat ini oleh converting enzyme yang diduga
terdapat dalam paru-paru, diubah menjadi angiotensi II. Angiotensi II merangsang
sekresi hormon aldosteron oleh korteks adrenal. Penurunan kadar ion natrium
merangsang pengeluaran renin yang akan mempercepat sekresi aldosteron. Akibatnya
resorbsi natrium yang akan menghambat ekskresi renin. Kelebihan natrium dalam
darah akan menekan sekresi renin yang mengakibatkan penghambatan pembentukan
aldosteron yang akan meningkatkan kosentrasi natrium urin. Jadi apparatus
jukstaglomelurus mempunyai peranan homeostatic dalam mengawasi keseimbangan
ion natrium.
Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air (96%) air
dan sebagian kecil zat terlarut (4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan sementara
dalam kandung kemih dan dibuang melalui proses mikturisi. (Evelyn C. Pearce, 2002).
Proses pembentukan urin, yaitu :
a) Filtrasi (penyaringan) : capsula bowman dari badan malpighi menyaring darah dalam
glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat bermolekul besar
(protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerulus (urin primer). Di dalam
filtrat ini terlarut zat seperti glukosa, asam amino dan garam-garam.
b) Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal zat dalam urin
primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus (urin
sekunder) dengan kadar urea yang ti ;o/nggi.
c) Sekresi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion Na+ dan
Cl- dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke
pelvis renalis.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980). Basic Histology. Lange Medical Publications,
California.
Suharno, dkk. . 2002. Anatomi dan Fisiologi Manusia, UT
Perce, C.E. 1987. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia.