Professional Documents
Culture Documents
1. Sistem Sirkulasi
b. Komponen
1) Sistem kardiovaskuler adalah bagian dari sistem sirkulasi. Sistem ini terdiri
dari jantung, pembuluh darah (arteri, kapiler dan vena) dan darah yang mengalir
didalamnya.
2) Sistem Limfatik juga bagian dari sistem sirkulasi. Sistem ini terdiri dari
pembuluh limfe dan nodus limfe yang terletak didalam pembuluh limfe besar.
c. Fungsi
1) Transpor. Makanan, gas, hormon, mineral, enzim, dan zat-zat vital lainnya
dibawa darah ke seluruh sel tubuh. Zat-zat sisa di bawa darah menuju paru-paru,
ginjal, atau kulit untuk dikeluarkan dari tubuh.
2. Darah
a. Karakteristik
2) Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa
dan bau yang khas serta pH 7.4 ( 7.35 7.45).
3) Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan,
bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah.
4) Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata
dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran
tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh.
Volume ini bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi
elektrolitnya.
b. Komponen Darah
1) Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama
dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92 % air dan mengandung campuran
kompleks zat organik dan anorganik.
(Sloane, 2004)
2) Elemen pembentuk darah meliputi sel darah merah (eritrosit) sel darah putih
(leukosit) dan trombosit.
Fungsi hemoglobin :
b) Jumlah
1) Jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah 4.2
sampai 5.4 juta sel per milimeter kubik. Pada perempuan sehat berukuran rata-
rata jumlah sel darah merahnya antara 3.2 sampai 5.2 juta sel per milimeter
kubik.
a) Ht pada laki-laki berkisar antara 42% sampai 54% dan pada perempuan 38%
sampai 48%.
c) Fungsi
1) Sel darah merah mentranspor oksigen keseluruh jaringan melalui pengikatan
hemoglobin terhadap oksigen.
3) Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan pH darah karena ion
bikarbonat dan hemoglobin merupakan bufer asam-basa.
1) Jumlah
a. Jumlah normal sel darah putih adalah 7000 sampai 9000 per mm 3.
2) Fungsi
b. Klasifikasi leukosit
Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah yang dibedakan berdasarkan
ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki
granula sitoplasma disebut granulosit, sel tanpa granula disebut agranulosit.
Fungsi Neutrofil sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini sampai di jaringan
terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus atau agen
penyebab lainnya.
(1) Struktur. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar. Dengan
pewarnaan orange kemerahan.
(2) Fungsi. Sel ini berfungsi dalam detoksikasi histamin yang diproduksi sel mast
dan jaringan yang cedera saat inflamasi berlangsung. Eosinofil mengandung
peroksidase dan fosfatase yaitu enzim yang mampu menguraikan protein.
(1) Struktur. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya
tidak beraturan dan akan berwarna keunguan sampai hitam serta
memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya sekitar 12 m sampai 15m.
(2) Fungsi Basofil menyerupai fungsi mast. Sel ini mengandung histamin, mungkin
untuk meningkatkan aliran darah kejaringan yang cedera dan juga anti koagulan
heparin, mungkin untuk membantu mencegah penggumpalan darah
intravaskuler.
(1) Struktur. Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang
dikelilingi lapisan tipis sitoplasma.
(2) Asal dan Fungsi. Limfosit berasal dari sel-sel batang sumsum tulang merah
tetapi melanjutkan diferensiasi dan proliferasinya dalam organ lain. Sel ini
berfungsi dalam reaksi imunologi.
(1) Struktur. Monosit adalah sel darah terbesar, nukleusnya besar berbentuk
seperti telur atau seperti ginjal yang dikelilingi sitoplasma yang berwarna biru
keabuan pucat.
(2) Fungsi. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui
pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran darah maka sel ini
menjadi histiosit jaringan (makrofag tetap).
(Sloane, 2004)
Apabila jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm 3 disebut leukositosis
dan jika kurang dari 6000/mm3 disebut leukopenia (Syaifuddin, 1997).
3. Trombosit
Trombosit (keping darah) berjumlah 250.000 sampai 400.000 per mm 3.
Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit
raksasa multinukleus dalam sumsum tulang.
(Gibson, 1997)
(Sloane, 2004)
1. Definisi
Jadi Anemia Aplastik adalah kondisi dimana terbentuknya sel darah merah
sehingga sel darah merah kurang yang mengakibatkan kebutuhan tubuh akan
oksigen dan nutrisi jaringan berkurang.
2. Etiologi
a. Faktor Genetik
1) Anemia Fancosit suatu sindrom yang meliputi hipoplasi sumsum tulang yang
disertai pigmentasi coklat dikulit, hipoplasia ibu jari atau radius miksefali
retardasi mental atau seksual, kelainan ginjal dan limfa.
2) Anemia Asteren Dahesshek anemia tanpa kelainan fisik.
b. Trombositopenia bawaan.
c. Agranulositosis bawaan.
c. Infeksi
d. Radiasi
Radiasi dapat menyebabkan Anemia Aplastik berat atau ringan. Bila sistem
hemopoutik yang terkena, maka terjadi Anemia Aplastik ringan. Ini terjadi akibat
pengobatan penyakit keganasan dengan sinar x.
e. Kelainan imunologis.
g. Kelompok idiopatik
3. Klasifikasi
2) Anemia Aplastik sangat berat efisiensinya sama dengan anemia aplastik berat
kecuali neotrofil kurang dari 200 / mm 3.
3) Anemia aplastik bukan berat kesempatan sembuh mendekati 50 %.
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
b. Apabila trombosit dan sel darah putih terkena, maka gejala-gejala bertambah
dengan :
- Infeksi berulang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Sel darah merah membawa hemoglobin ke dalam sirkulasi. Pada stadium awal
penyakit pansitopenia tidak selalu ditemukan jenis anemia adalah normokom,
normositik kadang-kadang pula makrositosis, anisitosis dan polisitosis adanya
eritrosit muda atau dalam darah tepi menandakan bukan anemia aplastik
granolosit dan tromabosit ditemukan rendah, limpositosis relatif terdapat pada
lebih dari 75 % kasus.
Persentasi retikulosit, umumnya normal atau rendah pada sebagian kecil kasus
persentasi retikulosit ditemukan lebih dari 2% akan tetapi bila nilai ini dikoreksi
terhadap anemia maka diperoleh persentasi normal atau rendahnya juga,
adanya retikulositosis setelah dikoreksi menandakan bukan anemia aplastik.
3) Faal Hemotasis
4) Sumsum tulang
Diharuskan melakukan biopsi sumsum tulang pada setiap kasus pada anemia
aplastik, hasil pemeriksaan sumsum tulang sesuai dengan kriteria diagnosis.
5) Virus
7) Kromosom.
Pada anemia aplastik tidak ditemukan kromosom tetapi pada anemia aplastik
konsitusional kadar eritropoetin ditemukan meningkat.
8) Defesiensi imun.
b. Pemeriksaan radiologi.
Luasnya kelainan sumsum tulang dapat ditemukan oleh skening tubuh setelah di
suntik dengan koloic radiatif teknitum sulfur yang akan terkait pada makrofag
sumsum tulang atau indium klorida yang akan terikat pada transfering/ koma
dengan bantuan sken sumsum tulang dapat ditentukan daerah hematosis aktif
untuk memperoleh sel-sel progenitor.
7. Penatalaksanaan
. Tranfusi Eritrosit
Bila terdapat keluhan seperti anemia di berikan tranfusi eritrosit berupa Paket
Red Cell (PRC) sampai kadar hemoglobin 7-8 % atau lebih pada orang tua
dengan penyakit kardiovaskuler.
. Tranfusi Trombosit
Jika trombosit kurang dari 20.000/ mm3, tranfusi trombosit diberi dapat
pendarahan atau kadar trombosit kadar acak.
. Tranfusi
. Kortikosteroid.
Penggunaan kortikosteroid tidak memuaskan tidak diberikan karena menentukan
angka kematian yang lebih besar 92% pada 15 kasus, hasil ini kebanyakan
dilaporkan karena kebanyakan penulis dapatkan pada perpustakaan.
. Androgen.
Pemberian androgen harus jangka panjang karena hasil biasanya baru terlihat
setelah 3 bulan. Bila tidak bermanfaat sedikitnya dihentikan.
. Imunosupresif.
. Kombinasi obat
Kombinasi obat ATG, sikloporin dan menty prednisolon, memberikan angka resmi
kombinasi dan methypredison angka resmi sebesar 46 % dosis sikloporin yang
diberikan 6 mm/ kg BB selama 3 bulan.
. Transplantasi.
Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan.
Untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasikan proses
pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari
seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan
menggunakan metode ilmiah (Doenges, 2000).
1. Pengkajian
Adapun hal hal yang harus dikaji menurut Doenges (2000) meliputi :
1) Aktvitas / istirahat
2) Sirkulasi
3) Integritas Ego
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung. depresi dan impulsif.
4) Eliminasi
5) Makanan / cairan
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar dan
disphagia).
6) Neurosensori
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental (orientasi,
kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh hemofilia
dan memori), perubahan pupil, defiasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti
gerakan, kehilangan pengindraan, wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak
seimbang, reflek tendon dalam tidak ada atau lemah, atraksia, hemiparese,
quadriplegia, postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang, sangat sensitive terhadap
sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam
menentukan posisi tubuh.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Tanda : Wajah meringis, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah
tidak bisa beristirahat, merintih.
8) Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi
stridor, tersedak, ronchi, mengi positif.
9) Keamanan
Tanda : Aphasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang.
2. Diagnosa Keperawatan
b. Interpretasi data.
c. Validasi data.
3. Perencanaan
Penjelasan :
Misalnya : ingin dihargai/ menghargai ; adanya respek dari orang lain. Toleransi
dalam hidup berdampingan.
Misalnya : ingin diakui/ dipuja, ingin berhasil, ingin menonjol/ lebih dari orang
lain.
iteria hasil : Menunjukkan perfusi jaringan perifer adekuat, misal tanda-tanda vital stabil,
membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine
adekuat; mental seperti biasa.
encana tindakan :
andiri :
a) Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa, dasar
kuku.
g) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi.
Kolaborasi :
j) Berikan SDM darah lengkap/ packed, proses darah sesuai indikasi. Awasi ketat
untuk komplikasi transfusi.
Rencana tindakan :
Mandiri
a) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/ AKS normal, catat laporan
kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
c) Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan sesudah aktifitas. Catat respon
terhadap tingkat aktifitas (peningkatan denyut jantung/ TD, disritmia, pusing,
dispnea, Takipnea, dan sebagainya).
R: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
R: Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu
sendiri.
j) Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas
pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
riteria hasil : Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi, dengan nilai laboratorium dalam
rentang normal.
Rencana tindakan :
R : Fungsi saluran cerna biasanya tak baik pada kasus cedera kepala. Jadi bising
usus membantu menentukan respon untuk makan atau berkembangnya
komplikasi seperti paralitik illeus.
R : Perdarahan sub akut / akut dapat terjadi (ulkus lambung) dan perlu intervensi
dan metode alternatif pemberian makan.
Rencana tindakan :
a) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat
lokal, eritema, ekskoriasi.
R: Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat
menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
b) Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak
bergerak atau di tempat tidur.
Kolaborasi
riteria hasil : Fungsi usus dan pola eliminasi; konstipasi kembali normal.
R: Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
e) Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan dalam kondisi kulit
atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi
diare.
g) Berikan pelembek feses, stimulan ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema
sesuai indikasi. Pantau keefektifan.
Rencana tindakan :
d) Dorong perubahan posisi/ ambulasi yang sering, latihan batuk dan nafas
dalam.
g) Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam.
h) Amati eritema.
Kolaborasi
- Memulai perubahan gaya hidup baru dan atau keterlibatan dalam program
rehabilitasi.
encana tindakan :
a) Evaluasi kemampuan dan kesiapan untuk belajar dari pasien dan keluarganya.
R : Dapat menjadi tanda adanya eksaserbasi respon pasca traumatik yang dapat
terjadi dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah mengalami
trauma.
4. Pelaksanaan
c. Fase dokumentasi
Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan, yang terdiri atas tiga type, yaitu :
5. Evaluasi
a. Proses (formatif)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu
keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (sumatif)