You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GASTRITIS

BAB II
TINJAUAN TEORI

I. KONSEP DASAR GASTRITIS


A. Definisi
1. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronis, difus atau
lokal (Soepaman, 1998).
2. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
3. Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa gastritis merupakan inflamasi
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal.
B. Anatomi & Fisiologi
1. Anatomi

2. Fisiologi
Ventrikulus (lambung) terletak pada epigastrium dan terdiri dari mukosa, submukosa,
lapisan otot yang tebal, dan serosa. Mukosa ventriculus berlipat-lipat atau rugae. Secara anatomis
ventriculus terbagi atas kardiaka, fundus, korpus, dan pilorus. Sphincter cardia mengalirkan
makanan masuk ke dalam ventriculus dan mencegah reflux isi ventriculus memasuki oesophagus
kembali. Di bagian pilorus ada sphincter piloricum. Saat sphincter ini berrelaksasi makanan
masuk ke dalam duodenum, dan ketika berkontraksi sphincter ini mencegah terjadinya aliran
balik isi duodenum (bagian usus halus) ke dalam ventriculus (Budiyanto, 2005; Faradillah,
Firman, dan Anita. 2009).
Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel goblet. Kelenjar bervariasi
strukturnya sesuai dengan bagiannya. Pada bagian cardiac kelenjar terutama adalah sel mukus.
Pada bagian fundus dan corpus kelenjar mengandung sel parietal yang mensekresi HCl dan
faktor intrinsik, dan chief cell mensekresi pepsinogen. Bagian pilorus mengandung sel G yang
mensekresi gastrin (Chandrasoma, 2006).
Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek erosif asam lambung. Sel
mukosa memiliki permukaan apikal spesifik yang mampu menahan difusi asam ke dalam sel.
Mukus dan HCO3 dapat menetralkan asam di daerah dekat permukaan sel. Prostaglandin E yang
dibentuk dan disekresi oleh mukosa lambung melindungi lambung dan duodenum dengan
merangsang peningkatan sekresi bikarbonat, mukus lambung, aliran darah mukosa, dan
kecepatan regenarasi sel mukosa. Aliran darah mukosa yang bagus, iskemia dapat mengurangi
ketahanan mukosa (Price dan Wilson, 2006).
Fungsi utama lambung adalah sebagai tempat penampungan makanan, menyediakan
makanan ke duodenum dengan jumlah sedikit secara teratur. Cairan asam lambung mengandung
enzim pepsin yang memecah protein menjadi proton dan protease. Asam lambung juga bersifat
antibakteri. Molekul sederhana seperti besi, alkohol, dan glikosa dapat diabsorbsi dari lambung
(Guyton, 1997).
Usus dimulai pada pilorus dan berakhir pada taut anorectal. Usus dibagi menjadi intestinum
tenue (usus halus) dan intestinum crasum (usus besar). Usus halus terdiri dari duodenum,
jejunum, dan ileum. Usus besar terdiri dari caecum, colon ascendens, colon tranversum, colon
descendens, colon sigmoideum, dan rectum (Faradillah, Firman, dan Anita. 2009).
Usus mencerna dan mengabsorpsi komponen penting makanan yang ditelan dan
membuang komponen yang tak berguna saat defekasi. Pencernaan pada usus halus bagian atas
dibantu oleh enzim yang disekresi oleh usus, pankreas, dan empedu (Guyton, 1997).
C. Etiologi
Penyebab dari gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama sapirin (aspirin yang dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misalnya : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
2. Gastritis Kronis
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada oranr tua, tapi di duga pada peminum alkohol dan
merokok.
D. Manifestasi Klinis
1. Gastritis Akut
Yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu anoreksia, mual, muntah, nyeri
epigastrium, perdarahan saluran cerna pada Hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu
anemia.
2. Gastritis Kronis
Pada Gastritis kronik kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan.
E. Patofisiologi.
1. Gastritis akut.
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol,
makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi
perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida
(HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa
mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang
berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya
untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa
gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa
gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa.
Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat
mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi,
sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
2. Gastritis kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan
gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster
yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan
tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel
desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga
berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena
sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga
akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini
akan menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999: 162).

F. Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif. Gastritis
akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan
erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun
(Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun
ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal: 188).
G. Test Diagnostik
1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagain biasanya berdarah dan letaknya tersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa kerena erosi tidak pernah melewati
mikusa muskularis.
3. Pemeriksaan radiology.
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Analaisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada klien
dengan gastritis akut.
6. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah
merupakan anemia megalostatik.
7. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit, dan albumin.
8. Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidebtifikasi area perdarahan dan
mengambil jaringan untuk biopsi.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton,
ankikolinergik dan antasid (obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk
mengatur sekresi asam lambung.
2. Gastritis Kronis
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor
pompa proton.
I. Komplikasi
1. Gastritis Akut
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan
syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2. Gastritis Kronis
Gangguan penyerapan vitamin B12, akibat kurang penyerapan, B12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
J. Pencegahan.
Berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
Makan secara teratur.
Hindari alkohol.
Jangan merokok.
Lakukan olahraga secara teratur.
Kendalikan tress.
Ganti obat penghilang nyeri.
Ikuti rekomendasi dokter.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GASTRITIS


Asuhan keperawatan mengunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap,
yaitu : pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(Nursalam,2001. Dikutip dari Iyer,1996)
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan upaya mengumpulkan data
secara sistematis, lengkap mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan
klien. (Nursalam,2001)
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara anamnese yang diperoleh dari
wawancara, observasi, [emeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan status kesehatan klien.
Data yang dikumpulkan terdiri atas data dasar dan data fokus. (Nursalam dikutip dari Taylor et.al
1996)
Setelah pengumpulan data, langkah berikutnya dalam pengkajian adalah pengelompokan data
yang terdiri atas data fisiologi/boilogis, data psikologis sosial dan spritual. (Nursalam dikutip
dari PPNI,1994)
Pengkajian diambil dari Doenges.
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut,
respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara
gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI)
atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster,
iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik
feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau
busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar
sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi
/ bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba
dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar
ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri
epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan
bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri
(varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin,
antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi
portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid.
NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia)
atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan
(Doengoes, 1999, hal: 455).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan
pendidikan dan pengalaman dia mampu dan mempunyai kewenangan memberikan tindakan
keperawatan (Nursalam,2001)
Adapun tujuan dari diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi masalah dimana
ada respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit yang dihubungkan dengan penyebab
suatu masalah (etiologi) dan kemampuan klien untuk mencegah dan menyelesaikan masalah
kesehatan (Nursalam,2001)
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Gastritis
adalah sebagai berikut:
1. Perubahan nutrisi : kurang dari krbutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang
tidak adekuat.
2. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
4. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi.
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Perubahan nutrisi Tujuan : 1. Buat tujuan Berat Badan 1. Mal nutrisi a
kurang dari Nutrisi adekuat dan minimum dan kebutuhan nutrisi yang menye
kebutuhan tubuh masukan cairan terpelihara. harian, serta timbang BB setiap mempengaru
berhubungan dengan Kriteria Hasil : hari pengambilan
masukan yang kurang- Mengatakan pemahaman nutrisi meni
adekuat. masukan kebutuhan nutrisi dan kerja psik
- Menunjukan peningkatan (Doenges, 20
Berat Badan mencapai 2. Dilatasi gast
rentang yang diharapkan2. Berikan makanan sedikit dan makanan terl
individu makanan kecil tambahan yang (Doenges, 20
- Menyiapkan pola diet tepat 3. Kafein adala
dengan masukan kalori yang mening
adekuat untuk3. Hindari masukan minuman yang sekresi pepsi
meningkatkan / mengandung kafein, alkohol (Brunner
mempertahankan Berat 4. Klien yan
Badan 4. Buat pilihan menu yang ada dan di dirinya dan
ijinkan klien untuk mengontrol suka menyed
pilihan sebanyak mungkin (Doenges, 20
5. Untuk men
5. Kolaborasi dengan dokter dalam ketidak nyam
pemberian anti emetik (Doenges, 20
2 Nyeri berhubungan Tujuan : 1. Kaji keluhan nyeri, lokasi dan 1. Mempengar
dengan mukosa Nyeri terkontrol sampai intensitas nyeri ketepatan int
lambung teriritasi hilang 765)
Kriteria Hasil : 2. Kaji ulang faktor yang 2. Membantu
- Klien mengatakan nyeri meningkatkan atau menurunkan kebutuhan te
hilang nyeri (Doenges, 20
- Ekspresi wajah rileks 3. Berikan makanan sedikit tapi 3. Makanan me
- Mampu berpartisipasi sering sesuai indikasi untuk klien juga mengh
dalam aktifitas makanan se
haluaran gast
4. Identifikasi dan batasi makanan (Doenges, 20
yang menimbulkan 4. Makanan
ketidaknyamanan distress berm
(Doenges, 20
5. Berikan obat sesuai dengan 5. Mengurang
program medis (Doenges, 20
3 Resiko tinggi Tujuan : 1. Awasi Tanda-Tanda Vital, 1. Indikator k
kekurangan volume - Tidak terjadi kekurangan pengisian kapiler, status membrane Hipotensi or
cairan berhubungan volume cairan mukosa dan turgor kulit jatuh/cedera
dengan masukan - Cairan dan elektrolit tetap posisi.
cairantidak cukup dan seimbang 2. Awasi jumlah dan tiap masukan (Doenges
kehilangan cairan Kriteria Hasil : cairan, ukuran urine dengan akurat2. Klien tidak
karena muntah - Mempertahankan / sekali men
menunjukan perubahan menganti cai
keseimbangan cairan berdampak p
- Menyatakan pemahaman3. Identifikasi rencana untuk (Doenges
factor penyebab dan meningkatkan/mempertahankan 3. Melibatkan
perilaku yang perlu untuk keseimbangan cairan optimal, mempertahan
memperbaiki defisit cairan misalnya jadwal masukan cairan memperbaiki
(Doenges
4. Tambahan kalium, oral atau IV
4. Dapat diperl
sesuai indikasi jantung.
(Doenges
5. Berikan cairan intravena sesuai
5. Cairan intrav
program medis dan memper
dan elektrolit
4 Ansietas Tujuan : 1. Catat petunjuk perilaku, misalnya
1. Indikator
berhubungan dengan Ansietas hilang gelisah, peka rangsangan, merasa ti
pengobatan Kriteria Hasil : menolak, kurang kontak mata, kerja/masalah
- Menunjukan rileks dan perilaku menarik perhatian sebagai akib
melaporkan penurunan reaksi lain. (D
ansietas sampai tingkat2. Dorong klien menyatakan 2. Membuat hu
dapat ditangani perasaan, berikan umpan balik klien/orang t
- Menyatakan kesadaran masalah yang
tentang perasaan ansietas (Doenges
dan cara sehat 3. Memindah
menerimanya 3. Berikan lingkungan yang tenang meningkatka
dan istirahat menurunkan
(Doenges
4. Belajar cara
4. Bantu klien belajar koping baru, dapat memb
misalnya : tehnik mengatasi stress, dan ansiet
keterampilan, organisasi penyakit. (Do

5 Kurang pengetahuan Tujuan : 1. Tentukan tingkat pengetahuan dan1. Belajar leb


tentang Klien mengetahui kesiapan untuk belajar pengetahuan
penatalaksanaan diet penatalaksanaan diet dan (Doenges
dan proses penyakit penyakitnya. 2. Kaji kebutuhan diet, jawab 2. Klien/keluar
berhubungan dengan Kriteria hasil : pertanyaan sesuai indikasi perencanaan
kurang informasi - Menyatakan salah satu (Doenges
konsep tentang hubungan 3. Terdapat s
situasi dan perilaku 3. Berikan/ulang penjelasan pada mungkin dise
- Mematuhi program tingkat penerimaan klien. terbatas, sala
pengobatan Diskusikan ketidak akuratan dalam dihindari, na
- Menghindari factor persepsi tentang proses penyakit mengenali
pencetus timbulnya dan terapi bersama klien dan orang mengakibatk
gastritis terdekat kemajuan kes
- Menyatakan kebutuhan (Doenges
terhadap informasi baru 4. Membantu s
belajar.
4. Berikan informasi tertulis untuk (Doenges
klien atau orang terdekat
D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan meliputi pengmbangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan.
(Nursalam,2001)
Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah
klien. Tahap perencanaan pada klien adalah penentuan prioritas duagnosa keperawatan,
penetapan sasaran dan tujuan, penetapan kriteria hasil dan merumuskan intervensi keperawatan.
E. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat bersama
klien. Hal-hal yang harus kita perhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang
dilakukan sesuai dengan rencana. Setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan thenik, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat, keamanan fisik dan pisikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan
berupaya pencatatan Dan pelaporan (Nursalam,2000).
F. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek ataupun evaluasi yang sedang
berjalan, dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan smpai
tujuan tercapai sedangkan evaluasi sumatif yang biasa disebut evaluasi akhir atau evaluasi
secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai. Evaluasi sumatif
juga evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukabn pada akhir tindakan keperawatan dan
menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisien tindakan yang diberikan. Bentuk
evaluasi ini lazimnya mengunakan format SOAP (Nursalam,2000).

You might also like