You are on page 1of 4

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TEKANAN

DARAH PADA PASIEN DI PUSKESMAS KEDAWUNG I, SRAGEN,


JAWA TENGAH.

Hanif Multazam1 Hanifah Rizky2 Kusumasari Hanani3


Prabasary Anindya4 Rizki Mutiani5
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK
Introduksi : Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit
jantung dan pembuluh darah, selain hiperkolesterolemia dan diabetes mellitus. Salah satu
penyebab hipertensi adalah obesitas, maka untuk mengetahui status gizi orang dewasa
menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Cara pengukuran IMT yaitu berat badan (kg)
dibagi kuadrat tinggi badan (m) atau IMT = BB/TB Metode : Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Crosssectional. Populasi yang digunakan adalah
seluruh pasien yang menderita penyakit hipertensi di Poli Umum Puskesmas Kedawung
I, Sragen pada bulan Januari 2017 sebanyak 35 dengan menggunakan quota sampling.
Data penelitian diperoleh menggunakan observasi pada variabel independen dan
dependennya.
Hasil : Hasil penelitian didapatkan indeks massa tubuh pada ..
Diskusi :

Kata kunci: Indeks Massa Tubuh, Hipertensi

ABSTRACT
Introduce : Hypertension is a major risk factor for heart disease and blood
vessels, in addition to hypercholesterolemia, and diabetes mellitus. One of the causes of
hypertension is overweight or obisity, then to determine the nutritional status of adults
using body mass index (BMI).
Method : This outline of research used cross-sectional. The population is the
entire patients who suffering hypertension at Kedawung I, Sragen Primary Health Care
as many as 35 respondents using quota sampling. The research of data is taken from
observation in independent variable and dependent.
Result : The results of research body mass index
Discuss :

Keywords : Body Mass Index, hypertensionKeywords: Body Mass Index, BMI,


elderly blood pressure

1
Pendahuluan

Peningkatan penduduk usia tua yaitu usia 60 tahun ke atas atau disebut juga
populasi aging telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lansia dunia yang
naik 10% pada tahun 1998 akan meningkat menjadi 15% pada tahun 2025, dan pada
tahun 2050 akan kembali meningkat menjadi 25% (UNFA 2007). Kategori lansia
menurut WHO (World Health Organization) dikategorikan berdasarkan usia,
diantaranya: usia 45-59 tahun disebut middle age (usia pertengahan), 60-74 tahun
disebut elderly (lanjut usia), 75-90 tahun disebut old (lanjut usia tua) dan di atas 90
tahun disebut sebagai very old (usia sangat tua) (Mubarak, 2011). Proses penuaan
merupakan proses alami yang mana akan terjadi perubahan baik secara anatomis,
fisiologis, dan biokimia pada jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi fungsi, serta
kemampuan badan dan jiwa
(Setiati, 2000).
Penuaan penduduk terutama di negara berkambang terjadi begitu pesat.
Penduduk lanjut usia di Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan dari
sebelumnya yaitu sekitar 24 juta dan diperkirakan akan meningkat menjadi 30-40 juta
jiwa pada tahun 2020. Pada tahun 2010, hasil sensus penduduk menunjukkan bahwa
Indonesia termasuk ke dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia 9,6%
dari jumlah penduduk keseluruhan, yakni 18,1 juta jiwa lansia. Meningkatnya
populasi ini akan dapat menimbulkan munculnya masalahmasalah penyakit pada usia
lanjut. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa usia lanjut adalah
ketidakstabilan tekanan darah yang didominasi dengan hipertensi atau tekanan darah
tinggi (Komnaslansia, 2011).
Penderita hipertensi sebagian besar mempunyai berat badan yang berlebih.
Tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan pada orang yang berat badannya normal
atau kurus dapat menderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dibandingkan berat badannya yang
normal. Hal ini bisa terjadi karena semakin besar ukuran tubuh, semakin banyak pula
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan-jaringan
tubuh. Dapat dipastikan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
meningkat sehingga menyebakan tekanan darah arteri meningkat. Inilah yang
penyebab mengapa obesitas menjadi salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani,
2007).
Penelitian di Amerika Serikat pada 11.400 wanita usia pertengahan dan usia
lanjut menunjukkan bahwa hubungan antara angka kejadian hipertensi dan obesitas
meningkat tajam sesuai peningkatan berat badan. Risiko menjadi 2,5-3,2 kali untuk
Obes kelas I serta menjadi 3,9 5,5 kali untuk Obes kelas II dan III (Witjaksono,2008
dalam Manampring, 2008).
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas merupakan
salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas sebagai
unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan
kesehatan. Profil kesehatan Provinsi Jawa Barat menyebutkan bahwa pola penyakit
penderita rawat jalan usia <65 tahun di Puskesmas Provinsi Jawa Barat pada tahun
2007 peringkat kedua ditempati oleh hipertensi primer yaitu 253,158 kasus (15.33%)
(Dinkes,2008).
Seiring dengan bertambahnya usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak
umumnya lebih rendah karena adanya penurunan metabolisme basal. Proses
metabolisme yang menurun pada usia lanjut akan beresiko mengakibatkan
kegemukan karena terjadi penurunan aktivitas fisik, maka kalori yang berlebih akan
diubah menjadi lemak sehingga mengakibatkan kegemukan. Proses menua
menyebabkan proporsi lemak dan otot dalam tubuh berubah. Semakin tua dan
melemah sehingga menyebabkan kegemukan (obesitas). Puncak kenaikan berat badan

2
pada wanita terjadi pada usia 55-65 tahun dan pria pada usia 34-54 tahun (Fatmah,
2010).

3
4

You might also like