Professional Documents
Culture Documents
DI PUSKESMAS PURWODADI II
GROBOGAN
LAPORAN ILMIAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Fisiologis Semester Empat yang
Disusun Oleh:
EZA YAYANG
P1337424114012
REGULAR A
JURUSAN KEBIDANAN
2016
KATA PENGANTAR
Praktikan
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebtuhan masalah dalam
bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa nifas, bayi setelah lahir serta
keluarga berencana (Depkes RI, 1999). Asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita,
dan anak pra sekolah adalah asuhan yang diberikan kepada neonatus, bayi, balita, dan
anak pra sekolah yang memiliki kebutuhan atau masalah tentang kesehatannya. Asuhan
yang diberikan bertujuan untuk memantau perkembangan anak serta deteksi dini apabila
ada gangguan pertumbuhan maupun perkembangan, serta untuk menurunkan angka
kematian bayi dan balita.
Namun pada saat ini, tingginya Angka Kematian Bayi dan Balita di dunia masih
menjadi masalah yang cukup berat. World Health Organization (WHO) Pada tahun 2012
melaporkan bahwa setiap hari lebih dari 7200 bayi lahir mati, sebagian besar diantaranya
98% terjadi di negara negara berpendapatan rendah hingga sedang. Tetapi WHO
mencatat negara kaya tidak luput dari kasus ini, dengan catatan satu bayi mati dari 320
kelahiran. Data dari WHO mengatakan dua pertiga kasus atau 1,8 juta/tahun bayi lahir
mati ditemukan pada 10 negara, jumlah tertinggi ditemukan dikawasan Sub Sahara
afrika dan Asia Tenggara. Antara 25 % dan 40 % kasus angka lahir mati disebabkan
karena kelainan kongenital, infeksi, malnutrisi, hidrops non imun dan isoimunisasi anti-
Berdasarkan data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012,
menunjukkan angka kematian bayi sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup, dan angka
kematian balita sebesar 40 per 100 kelahiran hidup. Pada tahun 2011 Angka Kematian
bayi (AKB) di Jawa Tengah sebesar 10,34/1000 KH. AKB tahun 2011 mengalami
penurunanan bila dibandingkan tahun sebelumnya, dimana AKB tahun 2010 yaitu
10,62/1000 KH. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs)
ke- 4 yaitu menurunkan angka kematian anak, tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran
hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah cukup baik karena telah
melampaui target. Sedangkan target AKB yang harus dicapai tahun 2015 di Jawa Tengah
sendiri yaitu 8,5/1000 KH. Pencapaian target di Jawa tengah belum terpenuhi sehingga
perlu dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Upaya
yang paling efektif adalah dengan melakukan usaha pemeliharaan dan pengawasan
antenatal sedini mungkin, persalinan yang aman, serta perawatan yang baik (Dinkes
Jateng, 2013).
AKB di Kabupaten Semarang pada tahun 2011 yaitu 13,40/1000KH. AKB di
Kabupaten Semarang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dimana pada tahun
2010 AKB di kabupaten Semarang yitu 10,46/1000 KH. Berbagai faktor yang
menyebabkan peningkatan AKB di Kabupaten Semarang yaitu diantaranya kurangnya
pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi
1
sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, khususnya bayi baru lahir dengan kelainan
kongenital. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan kelainan kongenital harus ditangani
secara cepat dan tepat dengan pelayanan kesehatan yang baik dan fasilitas kesehatan
yang memadai. Namun, apabila pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan kurang
merata akan berdampak pada kegagalan dalam penanganan bayi baru lahir dengan
kelainan kongenital yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup bahkan kematian
(Dinkes Kabupaten Semarang, 2011).
Berdasarkan data-data di atas, maka masih sangat diperlukan asuhan kebidanan
yang lebi fokus dan memadai agar dapat memfasilitasi keseatan neonatus, bayi, balita,
dan anak pra sekola. Asuan kebidanan yang kompereensif juga arus dilaksanakan untuk
mewujudkan Millenium Deelopment Goals pada taun 2015, yaitu 17/1000 kelairan
hidup.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat asuhan
yang komprehensif pada bayi untuk meminimalkan angka kesakitan maupun kematian
bayi, maka penulis membuat teori ilmiah dengaan judul Asuhan Kebidanan pada Bayi
H Umur 4 Bulan Sehat dengan Kebutuhan Iimunisasi DPT,HB,HIB 3 + Polio 4 Di
Puskesmas Purwodadi II, Grobogan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1 Apa pengertian bayi?
2 Bagaimana pertumbuhan bayi?
3 Apa saja fase perkembangan bayi?
4 Bagaimana cirri-ciri bayi sehat?
5 Bagaimana cirri-ciri bayi sakit?
6 Apa saja kebutuhan imunisasi pada anak?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Praktikan/ mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dengan
kebutuhan imunisasi dengan menerapkan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a Praktikan atau mahasiswa dapat mengembangkan teori dan konsep yang
terkait bayi dengan kebutuhan imunisasi yang telah diperoleh di bangku
kuliah maupun di laboratorium dalam bentuk praktek.
b Praktikan dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan kebidanan serta mendapatkan pengalaman dalam
melaksanakan asuhan kebidanan, penulis diharapkan mampu:
1) Melaksanakan pengkajian data
2) Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan
3) Menentukan antisipasi masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan segera
5) Menyusun rencana asuan kebidanan sesuai dengan prioritas masalah
6) Melaksanakan rencara asuhan sesuai dengan masalah
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Bayi
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yag dtandai dengan perubahan dan
pertumbuhan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan gizi
(Notoatmdjo, 2007). Slama periode ini bayi sepenuhnya bergantung pada perawata dan
pemberian makan oleh ibunya.
Nursalam, ddk (2005) mengatakan tahap pertumbuhan pada masa bayi dibagi
menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29
hari- 12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupa kritis, karena bayi akan
mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai
berfungsinya organ organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat (Peri dan Poter, 2005).
B. Pertumbuhan Bayi
Supariyasa, 2001 mengatakan bahwa pertumbuhan berkaita dngan perubahan
besar, jumah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, m), umur tulang
dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan fisik
merupakan hal yang kuantitatif, yang dapat diukur. Indikator ukuran pertumbuhan
meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi, struktur skelet, dan karakteristik
seksual (Peri dan Poter, 2005).
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesua
dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, perumbuhan fisik mulai dari arah
kepala ke kaki (sefakaudal). Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala
berlangsung lebih dahulu kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bangian
bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur (Nur
Salam, dkk, 2005).
Hidayat (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami
pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik,
seperti berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan,
lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia
yang muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara
perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis
atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan seperti
hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks tertentu.
3
Kegiatan menyangkut kegiatan umum seluruh tubuh. Kegiatan khusus dimana
menyangkut Kegiatan reflek.
Vocalisasi pada fase neonatus dimulai dengan menangis. Suara yang
menyerupai pernapasan yang Suara yang menyerupai pernapasan yang berat,
kemudian berubah menjadi ocehan.
2. Fase Bayi
a. Perkembangan Fisik Fase Bayi
Pertumbuhan cepat pada tahun pertama, bayi laki / perempuan sama,
pertumbuhan gigi pertumbuhan otak dan organ keindraan tumbuh cepat, fase
fisologis mulai terbentuk, perkembangan penguasaan otot otot.
b. Perkembangan Inteligensi
Fungsi inteligensia mulai tampak dari gerak dan tingkah lakunya. Dapat
mengenal obyek disekitarnya Anak yang cerdas menunjukkan Anak yang
cerdas menunjukkan kegiatan yang serasi , lancar dan koordinasi.
c. Perkembangan Emosi
Usia 0-8 minggu dikuasai oleh emosi, usia 8 minggu-1 tahun perasaan
pskisis mulai berkembang mulai berkembang, usia 1-3 sudah mulai terarah,
perkembangan bahasa mulai terarah, perkembangan bahasa mulai sejajar,
bersifat labil, mudah dipengaruhi sejajar, bersifat labil, mudah dipengaruhi
(tersulut).
d. Perkembangan Bahasa Perkembangan Bahasa
Ada tiga bentuk Prabahasa Menangis, Mengoceh, Isyarat
e. Perkembangan bermain
Bermain menimbulkan kesenangan dimulai dari bentuk yang paling
sederhana dan bebas, pada tahun ke dua permainan sudah teratur bentuknya.
f. Perkembangan pengertian
Pada permulaan hidupnya bayi tidak mengetahu tentang apa yang ada di
lingkungannya, dia memperoleh dari apa yang diamati melalui kematangan
dan belajar.
g. Perkembangan kepribadian
Bersifat egosentris dan masih bersifat naluri.
h. Perkembangan moral
i. Belum mengetahui baik dan buruk pada saat dilahirkan. Perlu ditanamkan
konsep moral seperti pujian dan hukuman.
5. Warna kulit kemerahan, dari muka, bibir, hingga tangan dan bagian kaki
6. Lengan dan tungkai bergerak aktif, tangan mengepal dan menekuk di siku, tungkai
setengah tekuk di sendi paha dan lutut.
4
7. Napas bayi teratur dan tenang, dinding dada dan dinding perut bergerak teratur
8. Semua anggota badan lengkap sempurna, dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Tak terkecuali lubang mulut, lubang dubur dan pusar.
9. Tinja pada hari pertama sampai ke-7 berwarna hijau, hari berikutnya berubah jadi
kuning.
12. jika di usia 4 minggu dinilai semua fungsi tubuh baik, berarti normal.
2. Tujuan Imunisasi
Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit :
a Poliomyelitis (kelumpuhan).
b Campak (measles)
c Difteri (indrak)
d Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari)
e Tetanus
f Tuberculosis (TBC)
g Hepatitis B
Dan untuk mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
wabah yang sering berjangkit,
3. Manfaat
a Manfaat untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat
atau kematian.
b Manfaat untuk keluarga
5
Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong
keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak akan menjalani masa
kanak-kanak dengan aman.
c Manfaat untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa
Indonesia diantara segenap bangsa didunia.
c Vaksin BCG
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri atau vaksin beku
kering seperti campak berbentuk bubuk.
Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC).
Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh
Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu
dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah
dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila
kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian
lengan kanan atas.
d Vaksin Hepatitis B
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B
dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah
mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan
dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur 2,8C.
e Vaksin DPT, TT, dan DT
Terdiri toxoid difteri, baketi pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut triple
vaksin. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8C kemasan yang digunakan :
- 5 cc untuk DPT
-5 cc untuk TT
-5 cc untuk DT
Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc.
f Vaksin toxoid difteri
Vaksin ini merupakan bagian dari DPT atau DT, difteri disebabkan oleh bakteri
yang memproduksi racun, vaksin terbuat dari toxoid yaitu racun difteri yang
6
telah dilemahkan. Vaksin difteri akan rusak jika dibekukan dan juga akan rusak
oleh panas.
g Vaksin pertussis
Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit pertusis adalah bakteri
vaksin dibuat dari bakteri yang telah dimatikan, akan mudah rusak, bila kena
panas, sama seperti vaksin BCG, dalam vaksin DPT komponen pertusis
merupakan vaksin yang paling mudah rusak.
h Vaksin tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, DT atau sebagai tetanus toxoid
(TT). Tetanus disebabkan oleh bakteri yang memproduksi toxin. Vaksin terbuat
dari toxin tetanus yang telah dilemahkan, tetanus toxoid akan rusak bila
dibekukan dan akan rusak bila kena panas.
7
kasa kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut
tengah 3-7 mm.
2) Reaksi berat
Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses
yang lebih dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe
pada leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu
dalam dan dosis yang terlalu tinggi.
3) Reaksi yang lebih cepat
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses
pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak
tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut
telah terinfeksi BCG.
8
Jumlah suntikan : 3 x
Selang pemberian : 3 dosis dengan jarak suntikan 1 bulan dan 5 bulan.
Efek samping : tidak ada
e Campak
Umur : 9-11 bulan.
Dosis : 0, 5 cc
Cara : Suntikan secara IM di lengan kiri atas
Jumlah suntikan : 1 x diberikan pada usia 9 bulan
Efek samping vaksin campak : panas dan kemerahan.
Anak-anak mungkin panas selama 1 3 hari setelah 1 minggu
penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti penderita campak ringan.
Pemberian
Vaksin Selang Waktu Umur
Imunisasi
BCG 1x 0 2 bulan
DPT 3 x (1, 2, 3) 4 mgg 2 11 bulan
Polio 4x (1, 2, 3, 4) 4 mgg 0 11 bulan
Campak 1x 9 11 bulan
Hep. B 3 x (1, 2, 3) 4 mgg 0 11 bulan
9
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis mengkaji, menganalisa dan melakukan asuhan di lapangan, penulis akan
membandingkan antara teori dengan praktik yang penulis dapatkan di lapangan, maka
penulis mengemukakan sebagai berikut:
A. Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian baik dengan melakukan anamnesa kepada ibu dan
pemeriksaan klinik untuk mendapatkan data yang lengkap. Pengkajian dilakukan
dengan alloanamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik meliputi pengukuran
antopometri dan status present. Pengkajian yang dilakukan tidak sama dengan
pengkajian dalam teori diakibatkan karena waktu yang terbatas dan banyaknya
imunisasi. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan penulis, dapat ditemukan
bahwa bayi H merupakan bayi sehat. Hal tersebut dapat diketahui melalui tanda-tanda:
1. Bergerak aktif, dimana gerakannya melibatkan tubuh, kepala, kaki dan tangan
secara seimbang.
2. Hisapan ASI sangat kuat
3. Warna kulit kemerahan, lengan dan tungkai bergerak aktif, napas bayi teratur dan
tenang, dan semua anggota badan lengkap semua.
B. Analisa
Analisa data ditegakkan sesuai hasil pengkajian secara menyeluruh baik subyektif
maupun obyektif agar analisanya pun tepat.
Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu By. H umur 4 bulan dengan
imunisasi DPT/ HB 3 + Polio 4
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan bayi
dengan kebutuhan imunisasi DPT/ HB 3 + Polio 4 yaitu:
1. Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan
H : Ibu mengerti bahwa kondisi ankanya saat ini dalam kondisi sehat
2. Memebritahuibu fungsi imunisasi DPT,HB,HIB untuk kekebalan penyakit difteri,
pertusis, tetanus, hepatitis b sedangkan polio untuk mencegah penyakit polio
(kelumpuhan)
H : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Menyuntikkan DPT, HB, HIB (0,5 ml,secara IM, pada anterolateral paha atas)
dan polio secara oralo sebanyak 2 tetes.
H : bayi telah mendappatkan imunisasi DPT, HB, HIB 3 dan Polio 4
4. Menjelaskan KIPI meliputi efek samping dari imunisasi DPT, HB, HIB yaitu
demam kurang lebih 2 hari, nyeri pada tempat suntikan, bengkak dan kemerahan,
sedangkan polio jarang ditemukan efek samping
H : ibu sudah mengerti dan tidak khawatir jika anak panas.
5. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memebrikan ASI eksklusif dapa anak sampai
usia 6 bulan
H : ibu bersedia untuk memeberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
6. Memberikan terapi obat penurun panas, yaitu paracetamol diminum 3 x 1/6 tablet.
H : ibu sudah menerima obat paracetamol
7. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan bayinya pada usia 9 bulan untuk
mendapatkan imunisasi campak.
10
H : ibu bersedia untuk mengimunisasikan anaknya
8. Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya ketenaga kesehatan apabila demam
lebih dari 2 hari tidak kunjung mereda.
Dari penetalaksanaan diatas, penulis tidak menemukan kesenjangan dalam
memberikan asuhan pada bayi karena tindakan yang dilakukan pada bayi sesuai
dengan tinjauan teori.
11
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Vaksin DPT-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus,
pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b
secara simultan.
2. Cara kerjanya yaitu dengan Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap
difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, dan Haemophilus influenza tipe b.
3. Cara penyuntikan, Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular. Penyuntikan
sebaiknya dilakukan pada anterolateral paha atas. Penyuntikan pada bagian
bokong anak dapat menyebabkan luka saraf siatik dan tidak dianjurkan. Suntikan
tidak boleh diberikan ke dalam kulit karena dapat meningkatkan reaksi lokal. Satu
dosis anak adalah 0,5 mL.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat mempertahankan pelayanan yang diberikan. Pentingnya bagi
tenaga kesehatan untuk mengetahui tentang kebutuhan imunisasi DPT HB HIB
dengan Polio dan perbedaan dan perubahan yang terjadi setelah pemebrian
imunisasi. Pentingnya tenaga kesehatan untuk meningkatkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan kepada bayi dengan kebutuhan imunisasi
2. Bagi klien dan keluarga
Kerja sama klien dan keluarga lebih di tingkatkan sehingga menghasilkan asuhan
kebidanan yang berkualitas dan abayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap tepat
waktu.
3. Bagi mahasiswa
Perbanyak mengambil pengalaman di lahan agar dapat menambah wawasan
dalam melakukan asuhan kebidanan khususnya tentang umunisasi dasar anak.
12
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2005. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Tanpa kota:
Tanpa Penerbid.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: EGC.
Khoirunnisa, Endang dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Anak, Balita.
Yogyakarta: Noha Medika.
Saragih, Damaria. 2010. Panuan Praktik Keperawatan Bayi dan Anak. Yogyakarta:
Citra Aji Pramana.
13