Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Copyright 2009. 1
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
sortase A (SrtA) (Jang et al., 2007). Namun, minimnya informasi, pengetahuan
dan hasil penelitian tentang metabolit sekunder dari fraksi n-heksana pada spons
Aaptos dari Kalimantan Barat menunjukkan bahwa hewan porifera ini kurang
dimanfaatkan sebagai objek penelitian. Hingga saat ini baru sebagian kecil spesies
spons di perairan Kalimantan Barat yang telah diidentifikasi.
1.2 Perumusan Masalah
Observasi awal yang dilakukan terhadap ekosistem terumbu karang di perairan
Kalimantan Barat menunjukkan bahwa di perairan ini banyak terdapat spesies
spons. Salah satu spesies spons yang ditemukan merupakan anggota genus
Aaptos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada beberapa spesies spons dari
genus Aaptos mengandung metabolit sekunder dari golongan alkaloid yaitu
aaptamine dan aaptosin pada fraksi metanol (Proksch, 2005). Namun informasi,
pengetahuan dan hasil penelitian tentang kandungan metabolit sekunder dari
fraksi n-heksana pada spons genus Aaptos di perairan ini masih sangat terbatas.
Karena itu perlu dilakukan penelitian dengan mengisolasi metabolit sekunder dari
fraksi n-heksana pada spons genus Aaptos asal Perairan Kalimantan Barat.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi mengenai
kandungan kimia spons Aaptos yang berasal dari perairan Pulau Randayan
Kalimantan Barat serta dapat memberikan sumbangan yang berarti pada
penelitian-penelitian selanjutnya.
Copyright 2009. 2
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Copyright 2009. 3
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
Gambar 2.1. Anatomi spons
1. Demospongiae
Umumnya hidup di laut, tetapi ada pula yang hidup di air tawar. Kelas ini
mendominasi lebih dari 90 % spesies Spons. Kerangka tubuhnya ada yang
terbuat dari silika, Sponsin, dan campuran keduanya. Tingginya ada yang
Copyright 2009. 4
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
mencapai 1 meter dan memiliki warna yang cemerlang. Contohnya Cliona,
Spongilla, dan Haliclona.
2. Calcarea atau Calcispongiae
Hidup di daerah pantai yang dangkal. Bentuk tubuhnya sederhana dengan
kerangka yang terbuat dari CaCO3. Tingginya kurang dari 10 cm dan
umumnya hidup di air laut. Contohnya Leucosolenia, Clathrina, Grantia,
Scypha, dan Sycon.
3. Hexactinellida atau Hyalospongiae
Umumnya dikenal sebagai Spons kaca yang hidup di laut dalam. Kerangka
tubuhnya terbuat dari silika dan spikulanya berduri enam (hexaxon).
Tingginya rata-rata 10-30 cm. Contohnya Euplectella dan Hyalonema.
4. Sclerospongiae
Jumlah spesiesnya sangat terbatas. Umumnya ditemukan dalam gua dan
terowongan karang laut. Bentuknya mirip dengan Demospongiae.
Jenis spons ini mempunyai rangka yang menyebar dengan 3 ukuran kategori
seperti berbentuk kecil, berdinding tebal, atau tidak mikrosklera. Spons ini seperti
Copyright 2009. 5
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
kerang yang besar dengan permukaan alasnya seperti akar yang memiliki tonjolan,
reproduksinya aseksual dan teksturnya halus dan licin (Proksch ,2005).
Copyright 2009. 6
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
a. Steroid
Steroid didefinisikan sebagai kelompok senyawa organik bahan alam yang
merupakan salah satu metabolit sekunder. Robinson (1991) menunjukkan
kerangka dasar karbon steroid sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka dasar karbon steroid di mana R1, R2 dan R3 adalah
substituen
b. Terpenoid
Terpenoid merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan
oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada
tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpenoid, merupakan metabolit sekunder.
Terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa
hewan laut. Di samping sebagai metabolit sekunder, terpenoid merupakan
kerangka penyusun sejumlah senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai
contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpen; juga
Copyright 2009. 7
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
karoten dan retinol. Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan
terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan (Harbone, 1987).
Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun
oleh dua atau lebih unit C-5 yang disebut unit isopren. Unit C-5 ini dinamakan
demikian karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren:
Kepala Ekor
Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit isopren atau unit C-5 penyusun senyawa
tersebut. Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya tiga reaksi
dasar yaitu (Lenny, 2006):
1. Pembentukan isopren aktif berasal dari asam asetat melalui asam
mevalonat
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isopren akan membentuk mono-
seskui-, di-, sester- dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid.
Semua terpenoid berasal dari molekul isoprena CH2 = C (CH3) CH = CH2 dan
kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan isoprena.
Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan
jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut; dua (C10), tiga (C15), empat
(C20), enam (C30), atau delapan (C40) satuan. Terpenoid terdiri atas beberapa
macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan
seskuiterpena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena yang lebih sukar
menguap (C20), sampai ke senyawa yang tidak menguap, yaitu triterpena dan
Copyright 2009. 8
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Setiap golongan terpenoid itu seperti
yang terdapat pada Tabel 2.1, sangat penting baik pada pertumbuhan dan
metabolisme maupun pada ekologi hewan dan tumbuhan (Harbone, 1987).
1. Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan senyawa "essence" dan memiliki bau yang
spesifik yang dibangun oleh 2 unit isopren atau dengan jumlah atom karbon 10.
Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan
tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan binatang jenis vertebrata dan struktur
senyawanya telah diketahui.
Menurut J.B Harbone (1987), monoterpenoid dapat dipilah menjadi tiga
golongan, bergantung pada apakah struktur kimianya (gambar 2.5) asiklik
(misalnya geraniol), monosiklik (misalnya limonena), atau bisiklik (misalnya -
pinena). Dalam setiap golongan, monoterpenoid dapat berupa hidrokarbon tak
jenuh (misalnya limonena) atau dapat mempunyai gugus fungsi dan berupa
alkohol (misalnya mentol), aldehida, atau keton (misalnya; menton, karvon).
Copyright 2009. 9
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
Asiklik Monosiklik
Geraniol Limonena
Bisiklik Alkohol
pinena Mentol
Menton Karvon
Gambar 2.5 Beberapa contoh monoterpenoid
Copyright 2009. 10
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
2. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid (C15) yang dibangun oleh 3
unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar
naftalen. Anggota seskuiterpenoid asiklik yang terpenting ialah farnesol, alkohol
yang tersebar luas (Robinson, 1991) :
Copyright 2009. 11
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
3. Diterpenoid
Menurut J.B Harbone (1987) Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang
beraneka ragam yang mempunyai kerangka karbon C20 yang berasal dari 4 unit
isopren. Barangkali, satu-satunya diterpenoid yang tersebar di semesta ialah
senyawa induk asiklik dari deret senyawa tersebut, yaitu fitol.
4. Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan (unit) isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30
asiklik, yaitu skualena.
Copyright 2009. 12
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih dari 40 jenis
kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses
siklisasi dari skualen. Senyawa ini berupa senyawa tak berwarna, berbentuk
kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik (Harbone, 1987).
Copyright 2009. 13
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
juga digunakan reagen penyemprot untuk melihat berkas suatu zat (Khopkar,
2003).
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) atau high performance liquid
chromatography (HPLC) berbeda dari kromatografi cair klasik. HPLC
menggunakan kolom dengan diameter umumnya kecil, 2-8 mm dengan ukuran
partikel penunjang 50m; sedangkan laju aliran dipertinggi dengan tekanan yang
tinggi. Bila dibandingkan terhadap kromatografi gas cair, maka HPLC lebih
bermanfaat untuk isolasi zat tidak mudah menguap (Khopkar, 2003). Menurut J.B
Harbone (1987) KCKT digunakan terutama untuk golongan senyawa takatsiri,
misalnya terpenoid, segala jenis senyawa fenol, alkaloid, lipid dan gula.
Copyright 2009. 14
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
Spektroskopi RMI proton pada hakikatnya merupakan sarana untuk
menentukan struktur senyawa organik dengan mengukur momen magnet atom
hidrogennya. Pada kebanyakan senyawa, atom hidrogen terikat pada gugus yang
berlainan (seperti CH2-, -CH3, -CHO,-NH2,-CHOH-) dan spektrum RMI proton
merupakan rekaman sejumlah atom hidrogen yang berada dalam keadaan
limgkungan yang berlainan tersebut (Harbone, 1987).
.
Copyright 2009. 15
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan yang digunakan adalah akuades, vanili, asam sulfat pekat, boraks,
formaldehida 37 %, kertas saring Whatman, kloroform p.a, magnesium sulfat
anhidrat, metanol teknis, n-heksan p.a, etil asetat p.a, diklorometan, kloroform,
aseton, pelat KLT, dan silika gel.
Copyright 2009. 16
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
1. Pengambilan sampel
Sampel Spons genus Aaptos sp diambil dari Perairan Pulau Randayan
Kalimantan Barat dengan SCUBA DIVING. Data mengenai sampel seperti
tekstur, warna dan bentuk dicatat dan didokumentasikan. Sampel yang telah
diambil dibersihkan, dimasukkan dalam kantong plastik, diberi label dan
disimpan dalam cool box.
a. Maserasi
Sampel diekstraksi dengan cara maserasi (perendaman) selama 24 jam
menggunakan metanol ( 500 mL). Kemudian disaring dan residu dimaserasi
kembali dengan metanol (2 x 300 mL). Hasil ekstraksi disaring. Ekstrak
metanol hasil maserasi digabung, diuapkan dalam evaporator dan ditimbang.
b. Partisi
Ekstrak metanol dipartisi dengan n-heksan (3x200 mL). Fraksi n-
heksan digabung dan diuapkan dalam evaporator hingga hampir kering,
kemudian ditimbang untuk dilakukan analisis selanjutnya.
Copyright 2009. 17
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
5. Fraksinasi dengan Flash Column
Fraksinasi dilakukan dengan teknik kromatografi Flash Column
menggunakan pelarut yang paling sesuai (pelarut yang menunjukkan pola
pemisahan yang paling baik pada penentuan komposisi eluen). Pola noda
diidentifikasi dengan teknik kromatografi lapis tipis. Fraksi yang
menunjukkan pola noda yang sama digabung kemudian ditentukan nilai Rf
spotnya. Setelah diuapkan, isolat ditimbang dan ditentukan titik lelehnya.
Purifikasi dilakukan jika isolat belum murni.
Copyright 2009. 18
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
3.4. Rencana Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 bulan mulai dari persiapan alat dan
bahan sampai penyusunan laporan hasil penelitian yang dijelaskan melalui tabel
berikut.
Bulan ke-
NO Aktivitas 1 2 3 4 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1. alat dan
bahan
Pengambilan
2.
sampel
Ekstraksi :
3. maserasi dan
partisi
Uji spesifik
4. golongan
senyawa
Penelusuran
5. komposisi
eluen
Fraksinasi
7. dengan
KKG
Analisis
8.
isolat
Penyusunan
9.
laporan
Copyright 2009. 19
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, A., 1985, Kimia Organik Bahan Alam, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Universitas Terbuka, Jakarta.
Jang, Kyoung, H., Chung, Soon-chun, Shin, Jongheon, Lee, So-Hyoung, Kim,
Tae-Im, Lee, Hyi-Seung and Oh, ki-bong, 2007, Aaptamines as sortase A
inhibitors from the tropical sponge Aaptos aaptos, Bioorganic & medicinal
chemistry letters, Elsevier, Oxford.
Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, terbitan pertama, a.b: A.
Saptorahardjo, Universitas Indonesia, Jakarta.
Lenny, S., 2006, Senyawa Terpenoida dan Steroida, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Munifa, I.;Wikanta, T. dan Nursid, M., 2008, Spons:biota laut penghasil senyawa
bioaktif yang potensial, Laboratorium Bioteknologi Kelautan, Pusat Riset
Pengolahan Produk dan Sosial-Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
Munro, M., H., G., Blunt, J., W., Dumdei, E., J., Hickford s. J.H., Lill,R. E.,
Shangxiao, li, Battershill, C., N., and Duckworth, A. R., 1999, The
discovery and development of marine compounds with pharmaceutical
potential, Journal of biotechnology, Elsevier, Amsterdam.
Proksch, P., Edrada, R., A. And Ebel, R., 2002, Drugs from the seas current
status and microbiological implications, Appl Microbiol Biotechol 59:125-
134, Springer-Verlag.
Copyright 2009. 20
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
Proksch, P., 2005, Isolation and Structure Elucidation of Secondary Metabolites
from Marine Spons and a Marine-derived Fungus, Dsseldorf.
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Padmawinata, K., ed.
Ke-6, ITB, Bandung.
Souza, Thiago, M., L., Abrantes, Juliana, L., Epifanio, Rosangela de, A.,
Frederico Leite Fontes Carlos, Frugulhetti Izabel, C., P., P., 2007, The
alkaloid 4-methylaaptamine isolated from the sponge Aaptos aaptos impairs
Herpes simplex virus type 1 penetration and immediate-early protein
synthesis, Thieme, Stuttgart.
Copyright 2009. 21
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
LAMPIRAN
Sampel spons
- dievaporasi
Ekstrak kental metanol
Fraksi Fraksi
n-Heksan metanol
- diidentifikasi komponen
senyawanya
- ditelusuri komposisi eluennya
- difraksinasi menggunakan
kromatografi flash column
Isolat - isolat
Dianalisis
MS dan H-NMR
Copyright 2009. 22
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com
Copyright 2009. 23
Licensed by Ardhi. www.kimia-untan.com. admin@kimia-untan.com