Professional Documents
Culture Documents
E
UMUR 31 TAHUN P3A0 DENGAN MEDIS OPERASI WANITA
DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI
Oleh :
Helmi Nurlaili
NIM. R0313017
Oleh :
Helmi Nurlaili
NIM. R0313017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY E
UMUR 31 TAHUN P3A0 DENGAN MEDIS OPERASI WANITA
DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI
Disusun Oleh:
Helmi Nurlaili
R0313017
Pada tanggal :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY E
UMUR 31 TAHUN P3A0 DENGAN MEDIS OPERAS I WANITA
DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI
Oleh :
Helmi Nurlaili
R0313017
Penguji
Nama : Agus Eka Nurma Y, S.ST., M.Kes (.......................... )
NIP /NIK : 1983081520130201
Pembimbing Utama
Nama : M. Nur Dewi K, S.ST., M.Kes (.......................... )
NIP /NIK : 1983121820130201
Pembimbing Pendamping
Nama : Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes (.......................... )
NIP/NIK : 196702141993032001
Surakarta, 2016
Kepala Program Studi D III Kebidanan FK UNS
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal studi kasus
yang berjudul Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. E Umur 31
Tahun P3A0 dengan Medis Operasi Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten
Boyolali sebagai salah satu persyaratan mengikuti pendidikan Program Studi
Diploma III Kebidanan Fakultas Kedokteran di Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah
ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak baik berupa bimbingan, dorongan dan
nasihat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Soetrisno, dr, Sp.OG (K) selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Fakultas Kedokteran Unversitas Sebelas Maret Surakarta.
2. M. Nur Dewi, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, motivasi dan saran bagi penulis.
3. Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan bimbingan, petunjuk, motivasi dan saran bagi penulis.
4. Agus Eka Nurma Yuneta, S.ST., M.Kes selaku dosen penguji yang telah
memberikan petunjuk, motivasi dan saran bagi penulis.
5. Pihak RSUD Banyudono Kabupaten Boyolali beserta staff yang telah
memberikan izin dalam pengambilan kasus.
6. Seluruh dosen dan karyawan D III Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
7. Keluarga tercinta di rumah, bapak, ibu dan kakakku yang selalu memberikan
doa, semangat dan motivasi bagi penulis.
8. Teman-teman mahasiswa angkatan 2013 D III Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu saling
membantu.
v
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberi dukungan demi lancarnya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa proposal studi kasus ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapar memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
Background: The survey shows that 3.2% women aged 15-49 years old were
tubectomy family planning acceptors. The percentage of the tubectomy family
planning acceptors at Local General Hospital of Banyudono, Boyolali Regency
was 9.62% in 2014.
Objective: To study and understand the midwifery care of family planning on
Mrs. E P3A0 aged 31 years old with tubectomy at Local General Hospital of
Banyudono, Boyolali Regency comprehensively.
Method: This research used the observational descriptive method with the case
study approach. Its subject was Mrs. E P3A0 aged 31 years old. It was conducted
at the aforementioned hospital. Its data were collected through in-depth interview,
observation, and content analysis of medical records. They were analyzed
descriptively by using Varneys Seven Steps.
Result: Mrs. E aged 31 years old was admitted to the hospital for her pregnancy
examination. She gave a cesarean birth, and then received a tubectomy. She was
legally married and had three children including the one would be born. The
general condition of the client was good, the result of anogenital and laboratorial
examinations was normal. She and her husband got counseling prior to and
following the operation, and affixed their signatures on the informed consent.
Conclusion: Mrs. E P3A0 aged 31 years old with tubectomy was exposed to the
midwifery care prior to and following the operation, which was in accordance
with the prevailing theories. There was not any complication, and there was a
discrepancy between the theory and the case management in the field i.e. the
collection of subjective basic data.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ......................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
ABSTRAK ..........................................................................................................vii
ABSTRACT ..........................................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Perumusan Masalah .............................................................................3
C. Tujuan ..................................................................................................4
D. Manfaat ................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi ............................................7
2. Metode Operasi Wanita (MOW) ...................................................9
B. Teori Manajemen Kebidanan ..............................................................31
C. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Klien ...................................40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................43
B. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................43
C. Subjek Penelitian .................................................................................43
D. Jenis Data .............................................................................................43
E. Teknik Pengambilan Data....................................................................44
F. Analisis Data........................................................................................45
G. Jadwal Pelaksanaan .............................................................................45
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................46
B. Pembahasan ........................................................................................54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................63
B. Saran ...................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penduduk sebanyak 252,2 juta orang dengan rasio jenis kelamin 101. Laju
2014).
tertuang dalam upaya Safe Motherhood yaitu memastikan setiap orang atau
agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan
Sampai saat ini belum ada kontrasepsi yang 100% ideal dan menjamin
2%, implan sebesar 0,2%, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebesar
0,6%, MOW sebesar 0,5%, dan MOP sebesar 0,1%. Sedangkan kontrasepsi
1
2
sebesar 31,9%, implan sebesar 3,3%, AKDR sebesar 3,9%, MOW sebanyak
3,2% dan MOP sebanyak 0,2% (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia,
2012).
Menurut Efendi Lukas, salah satu dokter dari bagian Obstetri dan
wanita atau Medis Operasi Wanita (MOW) merupakan salah satu metode KB
atau dikenal dengan kontrasepsi mantap. Efek samping dari MOW hampir
2012).
akseptor MOW di Indonesia masih rendah yaitu 3,2% dari seluruh akseptor
MOW, meyakinkan klien untuk tindakan MOW yang telah dipilihnya, serta
karya tulis ilmiah ini, terdapat perbedaan yang nyata mengenai waktu dan
dan konseling telah dilakukan dengan baik dan lengkap. Pemberian asuhan
pre tubektomi dan post tubektomi pun berbeda karena kebutuhan klien yang
Boyolali.
B. Perumusan Masalah
Boyolali?
4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
keluarga berencana pada Ny. E umur 31 tahun P3A0 dengan Medis Operasi
2. Tujuan Khusus
Boyolali.
Kabupaten Boyolali.
Boyolali.
D. Manfaat
yaitu:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
a. Pengertian
jumlah kelahiran sehingga ibu maupun bayinya dan ayah serta keluarga
2014).
mencegah terjadinya pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani
7
8
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
yaitu:
1) Mekanis
a) Kondom
b) Diafragma
d) Pil
e) Implan
g) Vasektomi
9
2) Non Mekanis
c) Senggama terputus
d) Pantang berkala.
a. Pengertian
b. Jenis
tujuannya, yaitu:
membahayakan jiwanya;
c. Efektivitas
d. Waktu
jam pasca persalinan. Setelah lebih dari 48 jam, operasi akan lebih
11
sampai hari ke-10 pasca persalinan, uterus dan alat genital lainnya
e. Keuntungan
pertama penggunaan)
yang serius
7) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
f. Keterbatasan
g. Syarat
MOW yaitu:
1) Syarat sukarela
metode ini.
13
2) Syarat bahagia
h. Indikasi
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat
a) Rumus 120; yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur ibu,
b) Rumus 100; yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur ibu,
i. Kontraindikasi
dievaluasi)
sembuh)
j. Konseling
(Manuaba, 2007).
k. Teknik
a) Kuldoskopi
dan mencari tuba sisi lain untuk dilakukan tindakan yang sama
(Sofian, 2013).
b) Laparoskopi
c) Mini Laparotomi
d) Histeroskopi
e) Kolpotomi
a) Cara Pomeroy
b) Cara Kroener
c) Cara Madlener
d) Cara Aldridge
luka dijahit. Angka kegagalan cara ini kecil sekali dan fimbria
e) Cara Uchida
f) Cara Irving
Pada cara ini tuba diikat pada dua tempat dengan benang yang
h) Pemasangan klip
(Wiknjosastro, 2005).
20
Komplikasi Penanganan
Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan
antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan
Infeksi luka
drainase dan obati seperti yang terindikasi.
Perdarahan
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan
superfisial (tepi
apa yang ditemukan
kulit atau subkutan)
m. Penatalaksanaan Klinis
atas:
(Saifuddin, 2010).
(Hanretty, 2014).
(4) tersedia air bersih yang mengalir, tempat cuci tangan, ruang
terkontaminasi
operasi
c) Persiapan klien
(5) Sepatu luar harus dilepas, ganti dengan sepatu atau sandal
e) Pencegahan infeksi
baik.
operasi
(perdarahan)
25
a) Persiapan prabedah
mg/kg BB secara IM
26
menjadi antefleksi
pubis
pinset sirurgis
yang tumpul)
28
urinaria)
klem
c) Mencapai tuba
posisi Trendelenberg)
terlihat fimbria
sutera nomor 0
n. Kunjungan ulang
masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (IBI,
2006).
Pada langkah ini diperlukan 2 data yaitu data subjektif dan data objektif.
1) Biodata; yaitu data diri pasien yang dikaji, meliputi nama, umur,
(Saifuddin, 2010).
2009).
2009).
(Saifuddin, 2010).
1) Pemeriksaan umum
badan dan berat badan (Varney, 2007). Ibu dengan tekanan darah
tinggi (sistolik > 160 mmHg dan diastolik > 100 mmHg) merupakan
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan penunjang
hamil tidak diizinkan untuk dilakukan MOW. Begitu pula ibu yang
(Saifuddin, 2010).
a. Diagnosis kebidanan
Diagnosis yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah Ny. E umur 31
Kabupaten Boyolali.
b. Masalah
c. Kebutuhan
yang ditetapkan pada Ny. E umur 31 tahun P3A0 dengan medis operasi
(Wiknjosastro, 2005).
37
Antisipasi Penanganannya
Bidan diharapkan waspada dan bersiap diri bila diagnosis potensial ini
terjadi. Langkah ini sangat penting dalam melakukan asuhan yang aman
(Soepardan, 2008).
hematoma, emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi, rasa sakit pada
2010).
(Saifuddin, 2010).
a. Konseling prabedah
tidak nyaman selama operasi. Jika ibu telah bersedia untuk dilakukan
tindakan, berikan surat persetujuan atau informed consent pada ibu dan
b. Persiapan prabedah
Selain itu memberikan support mental agar klien tenang dan tidak
cemas.
c. Pelaksanaan tindakan
d. Tindakan pascabedah
e. Dekontaminasi
merapikan ruangan.
(Saifuddin, 2010)
Aman
efisien dan aman. Pelaksanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian oleh anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan berkolaborasi
MOW dan tidak ditemukan masalah, maka klien dapat dipulangkan setelah
Data subjektif adalah catatan kualitatif dan kuantitatif dari pasien yang
laboratorium dan hasil tes diagnostik lain klien yang dirumuskan dalam
(Saifuddin, 2010).
3. A : Assesment (Analisis)
Analisis pada kasus ini adalah ibu akseptor medis operasi wanita
4. P : Planning (Penatalaksanaan)
(2010), yaitu:
pernafasan dan suhu) serta perdarahan pada luka operasi dan vagina
bergoyang, nyeri perut menetap atau meningkat serta keluar cairan atau
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah
Studi kasus keluarga berencana pada akseptor baru Medis Operasi Wanita
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada proposal karya tulis ilmiah ini adalah Ny. E umur 31
tahun P3A0.
D. Jenis Data
Penulis menggunakan dua jenis data dalam penyusunan studi kasus ini, yaitu:
1. Data Primer
dengan subjek pengambilan kasus (akseptor MOW), bidan, dokter dan tim
2. Data Sekunder
43
44
1. Wawancara
2. Observasi Langsung
Operasi Wanita.
3. Pemeriksaan
berupa cek hemoglobin, leukosit, urinalisa dasar serta tes kehamilan jika
dibutuhkan.
Dokumen yang digunakan pada kasus ini berupa catatan rekam medik
klien serta beberapa angka kejadian MOW yang diperoleh dari rekam
F. Analisis Data
Analisis data pada karya tulis ilmiah studi kasus ini dilakukan secara
G. Jadwal Pelaksanaan
Terlampir
BAB IV
A. Hasil Penelitian
teratur setiap bulannya. Ny. E telah menikah satu kali dengan Tn. M
secara sah selama 9 tahun. Ny. E telah memiliki 2 orang anak dengan
umur anak 9 tahun dan 7 tahun serta akan melahirkan satu anak lagi. Pada
caesarea (SC). Terdapat penyulit berupa lilitan tali pusat pada anak
yang belum ada dua tahun juga mengindikasikan ibu untuk menjalani
tindakan SC lagi.
tanda-tanda vital dalam batas normal, tinggi badan 160 cm dan berat
46
47
didapatkan hasil bahwa plasenta ibu dalam kondisi pengapuran. Jika ibu
hamil lagi, kondisi plasenta tidak akan adequat dan dapat membahayakan
dengan sterilisasi.
a. Diagnosis Kebidanan
Sectio caesarea (SC) dan calon akseptor baru Medis Operasi Wanita
(MOW).
anak ketiga, telah melahirkan 2 kali dan belum pernah keguguran. Ibu
pengapuran plasenta.
b. Masalah
c. Kebutuhan
tindakan MOW yaitu infeksi luka, demam pasca operasi, luka pada
kandung kemih dan rasa sakit pada lokasi pembedahan. Antisipasi atau
49
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan tim bedah untuk persiapan SC dan
MOW.
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan suami dengan bahasa yang
mudah dipahami
2. Berikan konseling dan KIE pada ibu dan suami mengenai tindakan
4. Lakukan advis dokter Sp. OG dan tim bedah untuk persiapan operasi
SC dan MOW
5. Dokumentasikan tindakan
kehamilan ibu sudah 3 hari melebihi hari perkiraan lahir. Selain itu,
sterilisasi/MOW.
b. Memberikan konseling dan KIE pada ibu dan suami mengenai operasi
SC dan MOW.
reproduksi ibu yang tidak akan dapat berfungsi maksimal jika telah
bahwa ibu akan baik-baik saja. Meminta ibu dan suami untuk
Advis dokter:
24 Maret 2016
Maret 2016
4) Puasa pre operasi mulai pukul 00.00 WIB tanggal 24 Maret 2016
e. Mendokumentasikan tindakan
7. Evaluasi
b. Ibu telah mengerti dan paham dengan penjelasan yang diberikan serta
akan dijalaninya.
24 Maret 2016
Maret 2016
4) Puasa pre operasi mulai pukul 00.000 WIB tanggal 24 Maret 2016
(RM)
CATATAN PERKEMBANGAN
Perawatan hari ke-2 tanggal 24 Maret 2016 pukul 08.00 WIB. Ny. E
mengatakan masih merasa cemas dan ragu dengan tindakan sterilisasi yang
10.00 WIB. Penulis dapat menyusun sebuah assessment yaitu Ny. E umur
31 tahun G3P2A0 hamil 40+3 minggu pra tindakan SC dan MOW. Ibu telah
MOW. Pukul 09.30 WIB ibu dipindahkan ke ruang operasi untuk menjalani
dengan teknik oklusi Pomeroy dan anestesi lumbal. Hasil observasi KU,
TTV, kontraksi, TFU dan perdarahan pasca operasi 2 jam pertama baik. Ibu
telah mendapat konseling dan instruksi pasca bedah serta terapi sesuai advis
dokter.
Perawatan hari ke-3 tanggal 25 Maret 2016 pukul 08.00 WIB. Ny. E
mengatakan perutnya masih terasa mulas dan nyeri pada luka operasi, sudah
53
bisa miring kanan dan kiri serta sudah bisa menyusui bayinya. Hasil
batas normal, pada abdomen tampak luka operasi masih tertutup kassa,
assessment yaitu Ny. E umur 31 tahun P3A0 nifas hari I post SC dan MOW.
Ibu telah mengetahui bahwa nyeri luka operasi yang dirasakan merupakan
hal wajar. Selain itu, ibu telah mendapat penjelasan mengenai tanda bahaya
Perawatan hari ke-4 tanggal 26 Maret 2016 pukul 08.00 WIB. Ny. E
mengatakan keadaannya lebih baik, sudah dapat duduk dan jalan, bayinya
menyusu aktif dan ASI keluar lancar, namun masih terasa mules dan nyeri
tanda vital dalam batas normal, pada abdomen tampak luka masih tertutup
rubra warna merah dengan jumlah 20 cc. Penulis dapat membuat sebuah
assassment yaitu Ny. E umur 31 tahun P3A0 nifas hari II post SC dan MOW.
perawatan luka operasi. Sesuai dengan advis dokter, infus maupun DC telah
dilepas. Luka operasi telah dilakukan medikasi dan diganti kassa. Ibu
diperbolehkan pulang setelah mendapat terapi oral. Ibu juga bersedia untuk
54
B. Pembahasan
praktik yang penulis temukan selama melakukan studi kasus adalah sebagai
berikut :
yaitu mengetahui berapa usia ibu dan jumlah anak. Pada penyajian data
subjektif didapatkan usia ibu 31 tahun dan sudah memiliki 3 anak dengan
2 anak berumur 9 tahun dan 7 tahun serta 1 anak terakhir yang baru akan
dilahirkan. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Saifuddin (2009)
yang sah dan harmonis. Terlihat dari suami yang setia mengantar,
keputusan yang akan diambil. Hal ini sesuai dengan teori menurut
tindakan MOW. Hal ini sesuai teori bahwa ibu dengan tekanan darah
tinggi (sistolik > 160 mmHg dan diastolik > 100 mmHg) merupakan
tersebut merupakan keadaan normal bagi ibu hamil dan bukan suatu
normal yaitu 12,0 gr/dl sehingga bisa dilakukan tindakan operasi. Namun,
pihak rumah sakit tidak melakukan pemeriksaan tes kehamilan. Hal ini
bukan merupakan kesenjangan karena ibu sudah pasti hamil dan akan
memerlukan penanganan.
a. Diagnosis Kebidanan
dan objektif. Data subjektif pada kasus ini yaitu ibu datang ke rumah
pertama haid terakhir pada kehamilan ketiga ini tanggal 13 Juni 2015.
akhir pemakaiannya.
minggu pra tindakan sectio caesarea (SC) dan calon akseptor Medis
b. Masalah
Pada kasus ini ibu merasa belum siap dengan tindakan sterilisasi yang
akan dijalaninya dan tampak cemas menjelang operasi. Hal ini ditandai
Hal ini berdasarkan teori bahwa MOW adalah tindakan bedah dan
fisiologis. Dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang
c. Kebutuhan
hamil 40+3 minggu pra tindakan SC dan calon akseptor MOW adalah
total. Hal ini sudah sesuai dengan pendapat Trismiati (2009) dan
3. Diagnosis Potensial
muncul pasca MOW yaitu infeksi luka, demam pasca operasi dan rasa
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Saifuddin (2010)
MOW antara lain infeksi luka, demam pasca operasi, luka pada kandung
sakit pada lokasi pembedahan dan perdarahan superfisial (tepi kulit atau
ruang, penolong dan klien. Selain itu, Ny. E serta suami telah
ini sudah sesuai dengan teori yaitu pelaksanaan pra tindakan meliputi
seperti persiapan ruang operasi yang tenang, terang, bersih dan steril,
maupun persiapan alat dan obat yang dibutuhkan. Menyiapkan ibu dengan
serta motivasi agar ibu lebih siap menjalani operasi (Saifuddin, 2010).
kolaborasi dengan dokter Sp. OG dan tim bedah untuk pemberian terapi
serta pelaksanaan MOW dengan teknik laparotomi dan metode oklusi tuba
Selain itu juga melakukan observasi KU dan TTV pasca tindakan selama 2
Pemberian KIE dan konseling pasca MOW juga dilakukan pada Ny. E.
6. Pelaksanaan Asuhan
pre operasi meliputi menyiapkan ruang operasi, alat dan obat yang
sesuai teori menurut Saifuddin (2010), yaitu setiap tindakan medis yang
dokter Sp.OG dan tim bedah dalam pemberian terapi maupun pelaksanaan
61
membersihkan tempat dan ibu, melepas alat perlindungan diri dan mencuci
yang mungkin timbul. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang
7. Evaluasi
Hasil observasi ibu yaitu keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam
pasca MOW.
PENUTUP
A. Kesimpulan
perkawinan sah, hamil, jumlah anak 3, anak terkecil baru saja dilahirkan
(kurang dari 2 tahun). Data objektif diketahui keadaan umum ibu baik dan
sedikit lendir keputihan namun tidak berbau. Hal itu merupakan keadaan
terdapat pengapuran plasenta. Ibu sebaiknya tidak hamil lagi karena dapat
2. Interpretasi data pada awal kasus ini adalah Ny. E umur 31 tahun G3P2A0
hamil 40+3 minggu pra tindakan Sectio caesarea (SC) dan Medis Operasi
Banyudono. Masalah yang dialami klien yaitu ragu dan cemas mengenai
63
64
support mental dan motivasi untuk ibu agar mantap dengan keputusannya.
yaitu infeksi luka, demam pasca operasi, luka pada kandung kemih dan
rasa sakit pada lokasi pembedahan. Antisipasi segera yang dapat dilakukan
operasi.
dan penolong telah disiapkan dengan baik. Selain itu telah dilakukan
kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan tim bedah untuk pemberian terapi
65
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vitas ibu dalam batas normal.
Ibu dirawat inap selama 3 hari dengan hasil keadaan yang semakin
pengkajian data subjektif yaitu umur anak terakhir kurang dari 2 tahun.
pertumbuhannya.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian ini yaitu:
2. Bagi Bidan
Diharapkan lebih menggali lebih dalam data subjektif dan objektif klien
3. Bagi Pasien
perawatan masa nifas maupun perawatan pasca operasi, sehingga ibu dapat
segera pulih dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa, serta tidak
Anwar M., dkk., 2011. Ilmu Kandungan. Ed.3. Cet.1. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, pp.457
_______., 2014. Laporan Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Januari 2014
Cunningham F.G., et al., 2013. Williams Obstetrics. Ed.23. Vol.1. Jakarta : EGC,
pp.731-35
Hanretty K.P., et al., 2014. Ilustrasi Obstetri. Ed.7. Jakarta : CV. Pentasada Media
Edukasi, pp.418-19
Irianto K., 2014. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup. Bandung :
Alfabeta, pp.5-8
Manuaba I.G.B., dkk., 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Cet.1. Jakarta : EGC, pp.
29
Sofian A., 2013. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Operatif Obstetri Sosial Jilid
2. Ed.3. Jakarta : EGC, pp.230-46
Varney H., et.al., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed.4. Vol.1. Jakarta : EGC,
pp. 32-39, 413-21
Wiknjosastro H., 2005. Ilmu Kebidanan. Ed.3. Cet.7. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp. 924-33
______________., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
______________., 2009. Ilmu Kandungan. Ed.2. Cet.7. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, pp. 564-72
Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Studi Kasus
b) Eliminasi
1) BAK Frekuensi BAK : 5-6 Ibu sudah Tidak ada
2) BAB kali sehari BAK 2 kali,
Frekuensi BAB : 1 warna urin
kali sehari kuning
Warna urin : kuning jernih.
jernih Ibu sudah
Konsistensi feses : BAB 1 kali
padat
c) Istirahat
1) Siang 1 jam sehari Tidak ada
2) Malam 5-7 jam sehari
f) Konsumsi obat-obatan/rokok :
Ibu mengatakan tidak merokok, tidak minum jamu-jamuan dan
hanya mengonsumsi obat yang diberikan bidan ataupun dokter
C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. TTV
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,8 0C
d. TB : 160 cm
e. BB sebelum hamil : 48 kg
f. BB sekarang : 60 kg
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut : berwarna hitam, panjang, tidak
berketombe, tidak rontok
2) Muka : simetris, tidak pucat, tidak ada udema
3) Mata : simetris, konjungtiva merah muda,
sklera putih
4) Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada
sekret
5) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
6) Mulut/gigi/gusi : bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada
karies
b. Leher
1) Kelenjar Tiroid : tidak ada pembesaran atau
pembengkakan
2) Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran atau
pembengkakan
c. Dada dan Axilla
1) Dada : simetris, tidak ada retraksi
2) Mammae
a) Membesar : normal
b) Tumor : tidak ada
c) Simetris : kanan kiri simetris
d) Puting : menonjol
e) Areola : menghitam
f) Kolostrum : sudah keluar
3) Axilla
a) Benjolan : tidak ada
b) Nyeri : tidak ada
d. Punggung
1) Pembengkakan : tidak ada
2) Deformitas tulang belakang : tidak ada
e. Abdomen
1) Inspeksi
a) Pembesaran hati : tidak ada
b) Pembesaran uterus : terjadi pembesaran uterus dikarenakan
hamil 40+3 minggu
c) Benjolan/tumor : tidak ada
d) Nyeri tekan : tidak ada
e) Luka bekas operasi : terdapat luka bekas SC melintang
f) Pembesaran perut : sesuai dengan usia kehamilan
g) Bentuk perut : memanjang
h) Linea alba/nigra : terdapat linea nigra
i) Striae albican/livide : tidak ada
j) Kelainan : tidak ada
k) Pergerakan anak : tidak terlihat
2) Palpasi
a) Kontraksi : belum ada
b) Leopold I : TFU 3 jari di bawah proccessus
xypoideus, fundus teraba bulat, lunak
dan tidak melenting
c) Leopold II : bagian kanan teraba bagian-bagian
kecil janin, bagian kiri teraba tahanan
memanjang seperti papan
d) Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat,
keras dan tidak melenting
e) Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk
PAP, konvergen
f) TFU Mc Donald : 31 cm
g) TBJ : (TFU-12) x 155 = (31-12) x 155 =
2945 gr
3) Auskultasi
a) DJJ : Punctum maximum : kuadran kiri bawah
Frekuensi : 144 x/menit, teratur
f. Anogenital
1) Vulva vagina
a) Varices : tidak ada
b) Luka : tidak ada
c) Kemerahan : tidak ada
d) Nyeri : tidak ada
e) Kelenjar Bartholini : tidak ada pembengkakan
f) Pengeluaran pervaginam
(1) Keputihan : terdapat sedikit lendir, tidak berbau
(2) Pengeluaran lain : tidak ada
g. Ekstremitas
1) Varices : tidak ada
2) Udema : tidak ada
3) Reflek patella : kanan +, kiri +
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Cek darah lengkap tanggal 23 Maret 2015
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,0 12 16 gr/dl
Eritrosit 4,2 3,5 5 x 106/mm3
Leukosit 9,800 4 10 x 106/mm3
Hematokrit 36 36 47 %
Trombosit 256 150 400 x 106/mm3
M. Pembekuan 5 <7 menit
M.Pendarahan 2 13 menit
Golongan Darah B - -
HITUNG JENIS
Basofil 0 01 %
Eosinofil 0 14 %
Bat 0 35 %
Seg 74 35 70 %
Limfosit 26 20 40 %
Monosit 0 2 10 %
MIKROBIOLOGI/
SEROLOGI
HBsAg Non reaktif Non reaktif -
B20 Non reaktif Non reaktif -
b) Pemeriksaan penunjang lain
Pemeriksaan USG tanggal 23 Maret 2016
Hasil: terdapat pengapuran plasenta
VII. EVALUASI
Tanggal: 23 Maret 2016 Pukul: 12.30 WIB
1. Pukul 11.03 WIB
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dan bersedia menjalani operasi
SC sekaligus MOW.
2. Pukul 11.12 WIB
Ibu telah mengerti dan paham dengan penjelasan yang diberikan serta ibu
dapat mengulang kembali alasan tindakan SC dan sterilisasi yang akan
dijalaninya.
3. Pukul 11.18 WIB
Informed consent telah ditandatangani ibu dan suami.
4. Pukul 11.27 WIB
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG telah dilakukan
a. Skin test Ceftriaxon 2gr profilaksis IC pukul 04.00 WIB tanggal 24
Maret 2016
b. Pasang infus Ringer Laktat 500cc 20 tpm pukul 06.00 WIB tanggal 24
Maret 2016
c. Pasang Down Cateter (DC) pukul 06.00 WIB tanggal 24 Maret 2016
d. Puasa pre operasi mulai pukul 00.00 WIB tanggal 24 Maret 2016
e. Rencana operasi tanggal 24 Maret 2016 pukul 10.00 WIB
5. Pukul 12.45 WIB
Tindakan telah didokumentasikan.
Lampiran 7. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana dan SOAP
CATATAN PERKEMBANGAN
Bangsal :
Nama : Ny. E No. RM : 032829
Anggrek
Kelas :
Umur : 31 th Tanggal : 24 Maret 2016
VIP
NAMA
CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL DAN
(SOAP)
PARAF
CATATAN PERKEMBANGAN I
24 Maret 16 Subjektif
08.00 WIB a. Ibu mengatakan masih cemas dan ragu
dengan tindakan seterilisasi yang akan
Bangsal dijalaninya
Anggrek b. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir
dan tanggal 13 Juni 2015
Ruang OK Objektif
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 85 x/menit
R : 20x/menit
S : 36,90C
d. Inspeksi Abdomen : tidak ada pembesaran
hati, terjadi pembesaran uterus sesuai dengan
usia kehamilan, bentuk perut memanjang,
terdapat linea nigra, terdapat luka bekas SC
melintang
e. Palpasi
- Kontraksi : belum ada
- Leopold I : TFU 3 jari di bawah
proccessus xypoideus, fundus teraba
bulat dan tidak melenting
- Leopold II : bagian kanan teraba bagian
kecil janin, bagian kiri teraba tahanan
memanjang seperti papan
- Leopold III : bagian terbawah janin
teraba bulat, keras dan tidak melenting
- Leopold IV : bagian terbawah janin
belum masuk PAP, konvergen
- TFU Mc Donald : 31 cm
- TBJ : (31-12) x 155 = 1945 gr
f. Auskultasi DJJ
Punctum maximum : kuadran kiri bawah
Frekuensi : 144 x/menit, teratur
g. Inspeksi Anogenital : terdapat sedikit lendir
keputihan namun tidak berbau
h. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 12,0 gr/dl
Leukosit : 9,800 x 106/mm3
Hematokrit : 36 %
Gol. Darah :B
HbSAg : non reaktif (-)
B20 : non reaktif (-)
i. Pemeriksaan USG : pengapuran plasenta
Assesment
Ny. E umur 31 tahun G3P2A0 hamil 40+3 minggu
pra tindakan SC dan MOW
Plan
a. 08.30 WIB : melakukan kolaborasi dengan
dokter Sp.OG untuk tindakan pre operatif
Advis dokter Sp.OG : pasang infus, DC dan
lakukan persiapan operatif
Hasil : telah terpasang infus dan DC serta
tindakan persiapan operatif
b. 08.45 WIB : Memberikan KIE dan
meyakinkan ibu untuk tindakan MOW
Hasil : ibu sudah mantap dengan tindakan
MOW
c. 08.55 WIB : Melakukan persiapan pre
operasi dan memindahkan ibu ke ruang
operasi
1. Pada klien, meliputi melakukan vulva
hygiene, mencukur rambut pubis dan
sekitar abdomen, mengoles povidon
iodine pada abdomen dan memakaikan
baju operasi
2. Alat dan ruang operasi, meliputi peralatan
SC dan MOW serta memastikan ruang
operasi telah siap
3. Penolong (tim medis dan paramedis),
meliputi memakai pakaian OK dan APD
lengkap
Hasil : persiapan pre operasi telah dilakukan.
Klien, alat dan ruang operasi, serta penolong
telah siap. Ibu telah dipindahkan ke ruang
operasi.
d. 10.00 WIB : melakukan kolaborasi dengan
dokter Sp.OG dan tim bedah dalam
pemberian terapi dan tindakan SC dan
MOW. MOW dengan teknik laparotomi dan
oklusi Pomeroy dengan anestesi lumbal.
Hasil : tindakan SC dan MOW telah selesai
dilakukan dengan teknik laparotomi dan
oklusi Pomeroy
e. 11.00 WIB : Melakukan observasi keadaan
dan tanda-tanda vital ibu pasca operasi
Hasil : dokter Sp.OG menyatakan keadaan
klien cukup baik dan sudah bisa dipindahkan
ke bangsal
f. 11.15 WIB : Mendekontaminasi alat ke
dalam larutan klorin 0,5% dan
membersihkan diri
Hasil : semua alat telah direndam larutan
klorin 0,5% dan APD telah dilepas
g. 11.25 WIB : Memindahkan ibu ke bangsal
Hasil : ibu telah dipindahkan ke bangsal
h. 11.35 WIB : Mengobservasi keadaan dan
TTV ibu pasca operasi setiap 15 menit pada
1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1
jam kedua
Hasil:
Keadaan : baik
Jam TD N RR S
(WIB) (mmHg) (x/mnt) (x/mnt) (0C)
11.35 110/80 90 21 37,2
11.50 110/80 88 20 -
12.05 110/80 85 20 -
12.20 110/80 87 22 -
12.35 110/70 88 22 36,9
13.05 11070 86 24 -
13.35 110/70 85 24 36,7
A. Tujuan Intruksional
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan konseling, diharapkan pasien dan keluarga dapat
memahami mengenai KB MOW
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan konseling, diharapkan pasien dan keluarga akan
mampu:
a. Memahami definisi KB MOW/steril
b. Mengetahui efektifitas, keuntungan, keterbatasan, syarat, indikasi dan
kontraindikasi peserta KB MOW
c. Meyakinkan keputusan, menghilangkan keraguan dan memantapkan
pilihannya
d. Menandatangani informed consent tindakan MOW terhadap ibu yang
akan melakukan MOW dengan kesadaran tanpa paksaan siapapun
B. Strategi Pelaksanaan
1. Metode : ceramah
2. Setting tempat
a. Poliklinik : pasien (ibu) dan suami/keluarga duduk di kursi
berhadapan dengan dokter serta mendapat penjelasan dari dokter dan
bidan
b. Bangsal : pasien tidur di bed dan mendapat penjelasan kembali oleh
bidan dan mahasiswa
3. Materi
a. Pengertian MOW
b. Efektifitas, keuntungan dan keterbatasan/kerugian MOW
c. Syarat, indikasi dan kontraindikasi peserta KB MOW
C. Kegiatan Penyuluhan
No Penyuluh Pasien Waktu
1 Pembukaan 2 menit
1) Memberi salam 1) Menjawab
2) Menyampaikan topik salam
3) Menjelaskan tujuan konseling 2) Mendengarkan
topik yang
disampaikan
3) Mendengarkan
tujuan
konseling
2 Penyajian materi 5 menit
1) Menanyakan persepsi ibu 1) Menjawab
mengenai Medis Operasi Wanita 2) Mendengarkan
2) Menyampaikan materi tentang:
a. Pengertian MOW
b. Efektifitas, keuntungan dan
keterbatasan/kerugian MOW
c. Syarat, indikasi dan
kontraindikasi MOW
3 Evaluasi 3 menit
1) Memberikan kesempatan pada 1) Bertanya
pasien untuk bertanya dan 2) Menjawab
merundingkan keputusannya 3) Mendengarkan
2) Menanyakan kembali keyakinan 4) Merundingkan
pasien untuk ber KB MOW keputusannya
3) Meminta pasien menandatangani bersama suami/
Informed consent bila telah benar keluarga
benar yakin 5) Bersedia
Penutup menandatangani
1) Menyimpulkan materi informed
2) Memberi salam consent
6) Menjawab
salam
D. Evaluasi
1. Pasien dapat memahami mengenai KB MOW
2. Pasien telah mengetahui efektivitas, keuntungan, kerugian, syarat,
indikasi dan kontraindikasi MOW
3. Pasien dan suami/keluarga yakin dengan keputusannya untuk ber KB
MOW dan bersedia menandatangani informed consent
MATERI
A. Pengertian
Medis Operasi Wanita atau sterilisasi pada wanita adalah suatu kontrasepsi
permanen yang dilakukan dengan cara melakukan suatu tindakan pada kedua
saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sel
mani (sperma).
B. Efektivitas
Sterilisasi merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif dan tidak
menimbulkan efek samping jangka panjang.
C. Keuntungan
Keuntungan dan manfaat sterilisasi wanita adalah sebagai berikut:
1. Sangat efektif
2. Tidak mempengaruhi proses menyusui
3. Tidak bergantung pada faktor senggama
4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang
serius
5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
6. Tidak ada efek samping jangka panjang
7. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium)
8. Berkurangnya risiko kanker ovarium
D. Keterbatasan
Meskipun banyak keuntungan yang didapat pada metode ini, tetap saja
terdapat keterbatasan diantaranya:
1. Tidak dapat melindungi dari Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk
HBV dan HIV/AIDS
2. Harus dipertimbangkan kembali sifat permanennya karena tidak dapat
dipulihkan kecuali dengan operasi rekanalisasi
3. Klien dapat menyesal dikemudian hari
4. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5. Hanya dilakukan oleh dokter yang terlatih
E. Syarat
Syarat untuk menjadi akseptor kontrasepsi MOW yaitu:
1. Syarat sukarela
a. Pasien memilih kontrasepsi mantap untuk menciptakan keluarga kecil
b. Pasien yakin akan kemampuan dokter yang melaksanakan operasi
c. Pasien dengan sadar memang tidak ingin menambah jumlah anak lagi
selamanya
2. Syarat bahagia
Suami istri terikat dalam perkawinan sah, harmonis dan telah memiliki
sekurang-kurangnya 2 orang anak hidup dengaan umur anak terkecil 2
tahun dan umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun
3. Syarat medik
Setelah dilakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik, ginekologik
dan laboratorik, tidak ditemukan kelainan yang membahayakan ibu
F. Indikasi
Indikasi dilakukan tubektomi yaitu:
1. Apabila salah satu pasangan:
a. Memiliki risiko mewariskan suatu penyakit menurun
b. Mengidap sakit kronik yang akan menjadi kontraindikasi untuk hamil
atau mempengaruhi kemampuan pasangan untuk membesarkan anak
2. Usia termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
3. Usia sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
4. Usia sekitar 35 tahun ke atas dengan 2 anak hidup
G. Kontraindikasi
1. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
2. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah tersebut sembuh)
4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan
5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
6. Belum memberikan persetujuan tertulis
Sumber:
Saifuddin, A.B., dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Ed.1, Cet.5. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. pp 486
_________________ 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Ed.2,
Cet.3. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp.MK 81-MK
85, PK 59-PK 82
Sofian, A. 2013. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Operatif Obstetri Sosial Jilid
2, Ed.3. Jakarta : EGC. pp.230-246
Lampiran 13. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TANDA BAHAYA NIFAS
A. Tujuan Intruksional
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan konseling, diharapkan ibu nifas dapat mengetahui dan
memahami macam tanda bahaya selama nifas.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan konseling, diharapkan ibu nifas akan mampu:
a. Memahami pengertian tanda bahaya nifas
b. Mengetahui tanda-tanda bahaya pada ibu nifas
c. Mengerti cara perawatan diri selama masa nifas
d. Mengerti cara pencegahan infeksi masa nifas
B. Strategi Pelaksanaan
1. Metode : ceramah
2. Setting tempat : pasien tidur di bed dan mendengarkan penjelasan yang
disampaikan
3. Materi :
a. Pengertian tanda bahaya nifas
b. Macam-macan bahaya nifas
c. Cara perawatan diri selama masa nifas
d. Cara pencegahan infeksi selama masa nifas
C. Kegiatan Penyuluhan
N
Penyuluh Pasien Waktu
o
1 Pembukaan 2 menit
1) Memberi salam 1) Menjawab salam
2) Menyampaikan topik 2) Mendengarkan
3) Menjelaskan tujuan konseling topik yang
disampaikan
3) Mendengarkan
tujuan konseling
2 Penyajian materi 5 menit
1) Menanyakan persepsi ibu 1) Menjawab
mengenai tanda bahaya nifas 2) Mendengarkan
2) Menyampaikan materi tentang:
a) Pengertian tanda bahaya
nifas
b) Macam tanda bahaya nifas
c) Cara perawatan diri selama
masa nifas
d) Cara pencegahan infeksi
masa nifas
3 Evaluasi 3 menit
1) Memberikan kesempatan pada 1) Bertanya
pasien untuk bertanya 2) Menjawab
2) Menanyakan kembali tentang 3) Mendengarkan
materi yang telah disampaikan 4) Menjawab salam
Penutup
1) Menyimpulkan materi
2) Memberi salam
D. Evaluasi
1. Pasien dapat memahami tanda bahaya nifas
2. Pasien dapat menyebutkan kembali macam tanda bahaya nifas
3. Pasien bersedia melapor ke tenaga kesehatan jika menemui tanda bahaya
nifas selama dirawat di rumah sakit dan setelah pulang di rumah
MATERI
A. Pengertian
Tanda bahaya nifas adalah suatu keadaan gawat darurat setelah proses
persalinan yang membutuhkan penanganan khusus oleh tenaga kesehatan,
karena jika tidak dilakukan tindakan segera akan mengakibatkan kerusakan
jaringan atau sistem tubuh dan menimbulkan kematian.
B. Tanda Bahaya Nifas
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa nifas atau pasca
persalinan. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu dan keluarga untuk
mengenal tanda bahaya dan perlu mencari pertolongan pada tenaga
kesehatan. Pada masa nifas perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini.
Maksudnya adalah beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari
tempat tidur dan bergerak, afar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan berkemih
dan buang air besar juga dapat teratasi.
Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika
ditemukan tanda-tanda bahaya masa nifas, seperti:
1. Perdarahan lewat jalan lahir
2. Cairan yang keluar dari jalan lahir berbau busuk
3. Demam, kadang disertai menggigil
4. Nyeri perut dan panggul
5. Payudara bengkak, kemerahan dan sakit
6. Pusing dan lemas yang berlebihan
7. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
C. Cara Perawatan Selama Masa Nifas
1. Cukup istirahat
2. Rooming in (ibu dan bayi ditempatkan di satu ruangan)
3. Makan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Melakukan senam nifas
5. Kontrol kembali 7 hari pasca persalinan
D. Pencegahan Infeksi Masa Nifas
1. Perhatikan kondisi kesehatan selama hamil, segera periksa ke dokter atau
pelayanan kesehatan jika ada keluhan
2. Konsumsi makanan yang bersih, sehat, cukup kalori, protein dan serat
(sayur dan buah)
3. Minum air dalam jumlah yang cukup
4. Ibu hendaknya memilih tenaga penolong persalinan yang terlatih agar
proses persalinan terjamin kesterilannya
5. Minum tablet besi secara teratur untuk mencegah terjadinya anemia
6. Menjaga kebersihan jalan lahir terutama jika terjadi perlukaan yang
memerlukan perawatan khusus
Sumber:
Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Lampiran 14. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PASCA TINDAKAN MOW
A. Tujuan Intruksional
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan konseling, diharapkan pasien dan keluarga dapat
memahami kemungkinan yang terjadi pasca operasi.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan konseling, diharapkan pasien dan keluarga akan
mampu:
a. Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul pasca operasi
b. Menjalankan instruksi pasca operasi dengan baik
c. Melakukan kunjungan ulang/kontrol pasca MOW
B. Strategi Pelaksanaan
1. Metode : ceramah
2. Setting tempat : pasien dan keluarga berhadapan dengan penyuluh di
kamar inap
3. Materi :
a. Komplikasi yang mungkin muncul pasca operasi
b. Instruksi dan pesan pasca MOW
c. Kunjungan ulang pasca operasi
C. Kegiatan Penyuluhan
N
Penyuluh Pasien Waktu
o
1 Pembukaan 2 menit
1) Memberi salam 1) Menjawab salam
2) Menyampaikan topik 2) Mendengarkan
3) Menjelaskan tujuan konseling topik yang
disampaikan
3) Mendengarkan
tujuan konseling
2 Penyajian materi 5 menit
1) Menanyakan perasaan ibu pasca 1) Menjawab
operasi 2) Mendengarkan
2) Menyampaikan materi tentang:
a) Komplikasi pasca operasi
MOW
b) Instruksi dan pesan kepada
pasien pasca MOW
c) Kunjungan ulang/kontrol
3 Evaluasi 3 menit
1) Memberikan kesempatan pada 1) Bertanya
pasien untuk bertanya 2) Menjawab
2) Menanyakan kembali tentang 3) Mendengarkan
materi yang telah disampaikan 4) Menjawab salam
Penutup
1) Menyimpulkan materi
2) Memberi salam
D. Evaluasi
1. Pasien mengetahui komplikasi yang mungkin muncul dan hal tersebut
wajar
2. Pasien bersedia menjalankan instruksi pasca operasi
3. Pasien bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu dan 2 minggu
pasca MOW
MATERI
A. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul setelah tindakan MOW antara lain infeksi
luka, demam pasca operasi (> 380C), luka pada kandung kemih, emboli gas,
rasa sakit pada lokasi pembedahan serta perdarahan di kulit bagian luka
operasi.
B. Instruksi dan Pesan
1. Istirahat cukup dan menjaga tempat sayatan operasi agar tidak basah
minimal selama 2 hari
2. Melakukan kegiatan secara bertahap sesuai dengan perkembangan
pemulihan. Umumnya klien akan merasa baik selama 7 hari
3. Tidak melakukan aktivitas seksual selama seminggu atau tunggu hingga
sudah merasa nyaman
4. Jangan mengangkat beban berat atau yang menekan daerah operasi
sekurang-kurangnya selama seminggu
5. Jika terdapat gejala-gejala seperti di bawah ini, segera memeriksakan diri
ke fasilitas kesehatan:
a. panas/demam di atas 380c
b. pusing dan rasa terputar/bergoyanh
c. nyeri perut menetap atau meningkat
d. keluar cairan atau darah dari luka operasi
6. Mengonsumsi analgesik (ibuprofen) setiap 4-6 jam untuk mengurangi
nyeri. Jangan gunakan aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan
C. Kunjungan Ulang
Jadwal kunjungan ulang MOW dilakukan minimal 2 kali yaitu seminggu dan
2 minggu pasca tindakan MOW.
Sumber:
Saifuddin, A.B., dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Ed.2,
Cet.3. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo