You are on page 1of 9

V.

MEDIA HIDROPONIK

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis
tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan
standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal
yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan
kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat
menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan
dapat menahan ketersediaan unsur hara. Media tanam juga memegang
peranan dalam budidaya hidroponik. Jika media yang digunakan tidak baik
dan tidak cocok, maka tanaman tidak akan tumbuh dengan optimal, yang
akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman.
Jenis media dalam hidroponik sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik akan
menyimpan unsur hara sehingga tetap tersedia. Bahan-bahan yang biasa
digunakan sebagai media tanam dalam hidroponik dapat berupa bahan
organic dan anorganik. Media tanam organic contohnya sbut (kelapa),
batang pakis dan arang sekam, sedangkan media anorganik contohnya batu
apung yang berasal dari gunung merapi. Pembuatan media hidroponik harus
memenuhi persyaratan diantaranya media dapat menyerap dari penghantar
air, tidak mempengaruhi pH air, tidak merubah warna air, tidak mudah lapuk
dan membusuk.
Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul
dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik
sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu,
bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir
seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta
memiliki daya serap air yang tinggi. Praktikum acara media hidroponik
sangat bermanfaat bagi praktikan dalam mengenal jenis media tanam dan
cara pembuatannya.
Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan
menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dll.
Media tanam yang bisa digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa,
sekam bakar, rockwool (serabut bebatuan). Media tanam pada sistem
hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan akar dan perantara larutan
nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro dan mikro perlu
pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media tanam dan di
semprotkan ke pada tanaman yang akan di lakuka Kebutuhan pupuk pada
sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem
konvensional.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Pratikum Acara V mengenai Media Hidroponik, memberi
pengalaman kepada mahasiswa untuk :
a.Mengenal jenis dan karakteristik dari tiap-tiap jenis bahan substrat yang
biasa digunakan dalam sistem hidroponik.
b. Menyiapkan bahan dasar substrat untuk membuat substrat
hidroponik.
c.Merngukur kapasitas menahan air dari tiap-tiap jenis bahan dasar substrat
hidroponik
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara V mengenai Media Hidroponik dilaksanakan pada
hari Rabu, 18 Oktober 2016 pada pukul 07.30-09.00 WIB, bertempat di
Rumah Kaca B, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,
yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH air, tidak
mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media tanam kultur
hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam anorganik, contohnya
batu apung yang berasal dari bebatuan larva gunung berapi. Sifatnya ringan,
sukar lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous mudah menyerap dan
menyimpan air serta mengalirkan air dalam jumlah yang banyak. Batu apung
terbaik untuk media tanam hidroponik perlu direkayasa menjadi sebesar kerikil
(Fitter dan Hay 2007).
Media tanam didefinisikan sebagai tempat hidup tanaman yang sesuai
dengan persyaratan hidupnya. Media tanam secara umum dapat dikategorikan
menjadi 2 yaitu media tanam tanah dengan ciri-ciri fisik tanah berwarna
cokelat hingga cokelat kehitaman, memiliki porositas yang baik, memiliki daya
serap air yang baik, ketika kering mudah dihancurkan dan ketika basah tidak
lengket dan lentur. Media tanam non tanah mempunyai daya pegang air
(kemampuan media tanaman untuk mempertahankan air di dalam ruang
porinya, sehingga media tanam tidak cepat kering), rewetability (kemampuan
media tanam untuk dapat kembali basah setelah betul-betul kering), rasio bobot
dan volume (relatif lebih ringan meski volume besar), porositas (banyaknya
ruang pori sebagai tempat pertukaran udara di dalam media tanam),
ketersediaan unsur hara, daya sanggah atau buffer pH (potensi media tanam
untuk mempertahankan pH agar cenderung tetap atau berada pada kisaran
tertentu), kapasitas tukar kation (nilai kapasitas media tanam dalam bertukar
kation yang dimilikinya dengan ion H+ yang dilepaskan oleh tanaman) dan
sterilitas (kualitas biologis media tanam yang menjamin bahwa media tanam
yang digunakan bebas dari kandungan hama dan penyakit (Ardiyan 2012).
Media untuk tanaman hidroponik bermacam-macam. yang dapat
digunakan, dapat dari arang sekam, pasir, zeolit, rockwoll, gambut (peat
moss), dan serbuk sabut kelapa. Persyaratan terpenting untuk media hidroponik
harus ringan dan porus, setiap media mempunyai bobot dan porositas yang
berbeda karena itu, dalam memilih media sebaiknya dicari yang paling ringan
dan yang mempunyai porositas baik., salah satunya yang dibuat dari arang
sekam. Media arang sekam mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya mudah didapat,
ringan, sudah steril dan mempunyai porositas yang baik. Kekurangannya yaitu
jarang tersedia di pasaran, yang umum tersedia hanya bahannya (sekam/kulit
gabah) saja, dan hanya dapat digunakan dua kali (Supriyanto 2010).
Pasir sering digunakan sebagai media tanam selain tanah karena sifatnya
yang porous dan steril. Campuran media tanam yang menggunakan pasir, maka
pasir harus diayak terlebih dahulu sehingga tidak mengandung batu kerikil.
Kelebihannya murah dan mudah didapat. Kekuranganya kemampuan menahan
air rendah (Haryanto et al. 2008).
Batang pakis berdasarkan warnanya dibedakan menjadi 2, yaitu batang
pakis hitam dan batang pakis coklat. Kedua jenis tersebut, batang pakis hitam
lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari
tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Batang pakis ini mudah
dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis selain
dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media tanam
siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Bentuk lempengan pakis
pada umumnya digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan dari
lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-
binatang kecillainnya. Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang
pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki
aerasi dan drainase yang baik serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus
oleh akar tanaman (Eto 2010).
Media arang sekam mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya mudah didapat,
ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang baik. Kekurangannya
yaitu jarang tersedia di pasaran, yang umum tersedia hanya bahannya (sekam
atau kulit gabah) saja, dan hanya dapat digunakan dua kali. Media arang sekam
umumnya digunakan untuk hidroponik tomat, paprika, dan mentimun. Namun
bukan berarti hidroponik tanaman sayuran yang lain tidak dapat
menggunakannya. Tanaman sayuran yang lain dapat juga menggunakan media
ini, tetapi tidak biasa dilakukan (Tiara 2012).
Hidroponik mempunyai banyak metoda dalam cara bertanam.
Penerapannya dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan ekonomis maupun
kapasitas lingkungan yang berada di setiap orang yang ingin mengusahanya.
Sejak 45 tahun yang lalu, metoda bercocok tanam hidroponik ini telah
berkembang. Macam kategori bercocok tanam telah muncul. Salah satunya
adalah metoda yang menggunakan air, yaitu menanam tumbuh-tumbuhan
dalam air yang berisi larutan zat makanan. Ada juga metoda yang
menggunakan pasir, yaitu tumbuh-tumbuhan ditanam pada pasir yang telah
disterilkan, ke dalamnya ada kumpulan air dan juga larutan zat makanan. selain
itu, ada pula metoda yang disebut metoda agregasi, dasarnya adalah mengganti
media pasir dengan serentetan material, misalnya kerikil (Chris 2008).
Media Tanam apabila salah pemilihan dan pemakaian bisa berakibat
fatal bagi kelangsungan hidup tanaman. Media tanam memiliki karakter
masing-masing yang belum tentu cocok dengan kebutuhan suatu jenis tanaman,
karena itu, pengenalan tentang karakteristik media tanaman sangat diperlukan
sebelum menentukan jenis tanaman yang dipakai. Media tanam merupakan
tempat hidup tanaman. Media tanam harus dapat menyangga perakaran
tanaman agar bisa berdiri tegak dan tidak mudah roboh diterpa angin atau
gangguan lainnya. Media tanam juga harus mempunyai fungsi lain yang dapat
menunjang pertumbuhan tanaman (Benardinus 2006).
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
a.Tungku pembakar sekam
b. Pisau
c.Gunting
d. Saringan
e.Timbangan
f. Ember
g. Polibag
h. Gelas takar
i. Mangkok
j. Alat tulis
2. Bahan
a.Sekam padi
b. Batang pakis
c.Pasir Malang
d. Pasir Merapi
e.Air
3. Cara Kerja
a.Membuat arang sekam:
1) Menyiapkan alat tungku pembakar sekam padi, kemudian
mengisinya dengan sekam padi. (berada pada posisi disekeliling
saringan).
2) Meletakkan sumber api di bagian dalam saringan menggunakan
kayu yang dibakar.
3) Mengolah sekam yang mulai terbakar, dibolak-balikkan perlahan
agar tidak menjadi abu.
4) Saat sekam telah menghitam, dibasahi dengan air agar pembakaran
terhenti.
5) Sekam dikering-anginkan.
b. Menyiapkan pakis cacah
1) Merendam batang pakis hingga batang tersebut menjadi lunak.
2) Memotong batang pakis dengan pisau dengan ukuran 1-1,5 cm.
3) Meniriskan batang pakis yang sudah dicacah dan dikering-
anginkan.
4) Menyimpan pakis cacah dalam karung dicampurkan dengan
substrat lainnya untuk membuat komposisi substrat hidroponik.
c.Menyiapkan pasir Malang/pasir agregat
1) Pasir yang berukuran agregat (3 8 mm)
2) Menggunakan saringan ganda untuk mendapatkan pasir beragregat
dengan saringan mata saring/ctka 8 mm ditumpuk diatas saringan
ctka 5 mm
3) Menyaring pasir yang berada dianatar tumpukan saringan yang
merupakan pasir yang digunakan sebagai media
4) Mencuci pasir dan di kering-anginkan
d. Membuat komposisi substrat, dengan perbandingan berdasarkan
volume sebagai berikut:
1) Komposisi A = arang sekam : pasir Malang (1:1)
2) Komposisi B = pakis cacah : pasir Malang (1:1)
3) Komposisi C = arang sekam : pasir Merapi (1:1)
4) Komposisi D = pakis cacah : pasir Merapi (1:1)
5) Komposisi E = arang sekam : pakis cacah : pasir malang (1:1:1)
6) Komposisi F = arang sekam : pakis cacah : pasir Merapi (1:1:1)
e.Mengukur kapasitas menahan air pada tiap-tiap jenis bahan substrat dan
pada beberapa komposisi substrat hidroponik dengan cara sebagai
berikut:
1) Mengisi polibag dengan substrat sebanyak 1 L dan ditimbang (B1)
2) Menuangkan air 1 L (V1) ditunggu 15 menit
3) Membuat lubang-lubang dibawah polibag sehingga air dapat
menetes
4) Menampung air yang menetes, dan hitung berapa lama sampai air
tidak lagi menetes, kemudian ukurlah volume air yang menetes (V2)
5) Menimbang polibag yang berisi substrat setelah dibasahi (B2)
f. Menghitung jumlah air yang dapat tertahan dalam subsrat, dengan
melengkapi tabel berikut :
Jenis Bahan Volume Berat Subsrat V1-V2 B2-B1
Subsrat atau Air yang Basah (gram) (gram)
Komposisi Menetes (gram)
Subsrat (ml)
Arang Sekam
Pakis Cacah
Pasir Malang
Komposisi A
Komposisi B
Komposisi C
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyan 2012. Media Tanam. http://mediatanam.student.ub.ac.id. Diakses pada


tanggal 3 November 2016.
Benardinus 2006. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Jakarta. Argromedia
Pustaka.
Chris K 2008. The Hydroponic Bible. London. Lulu Enterprise.
Eto 2010. Macam-macam Media Tanam. http://kangtoo.student.ac.id. Diakses
pada tanggal 3 November 2016.
Fitter dan Hay 2007. Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis dan Hobi. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Haryanto E, Suhartini, Rahayu, Sunarjono 2008. Sawi dan Selada. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Supriyanto dan Firdryaningsih 2010. Pemanfaatan Arang Sekam untuk
Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba
(Roxb.) Miq pada Media Subsoil. J. Silvikultur Tropika 1 (1) : 24-28.
Tiara 2012. Media Tanaman Hidroponik Arang Sekam. http://hidroponik.ub.ac.id.
Diakses pada tanggal 3 November 2016.

You might also like