Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana epidemiologi herpes zoster ?
3. Apa saja factor penyebab herpes zoster?
4. Bagaimana klasifikasi herpes zoster ?
5. Bagaimana cara penularan herpes zoster ?
6. Bagaiman gejala klinis herpes zoster ?
7. Bagaiman penatalaksanaan herpes zoster ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian herpes zoster
2. Untuk mengetahui epidemologi herpes zoster
3. Untuk mengetahu factor penyebab herpes zoster
4. Untuk mengetahui klasifikasi heroes zoster
5. Untuk mengetahui cara penularan herpes zoster
6. Untuk mengetahui gejala klinis herpes zoster
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan herpes zoster
BAB II
PEMBAHASAN
Herpes zoster (nama lain: shingles atau cacar ular cacar api) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster. Setelah seseorang menderita
cacar air, virus varicella-zoster akan menetap dalam kondisi dorman (tidak aktif
2
atau laten) pada satu atau lebih ganglia (pusat saraf) posterior. Apabila seseorang
mengalami penurunan imunitas seluler maka virus tersebut dapat aktif kembali
dan menyebar melalui saraf tepi ke kulit sehingga menimbulkan penyakit herpes
zoster. Di kulit, virus akan memperbanyak diri (multiplikasi) dan membentuk
bintil-bintil kecil berwarna merah, berisi cairan, dan menggembung pada daerah
sekitar kulit yang dilalui virus tersebut. Herper zoster cenderung menyerang orang
lanjut usia dan penderita penyakit imunosupresif (sistem imun lemah) seperti
penderita AIDS, leukemia, lupus, dan limfoma.1
2.1.2 Epidemiologi
Herpes zoster bukan herpes genital atau herpes simplex, oleh karenanya
herpes zoster yang merupakan bawaan dari penyakit cacar air atau varisela zoster
tidak akan menular pada orang lain menjadi herpes zoster juga, kecuali orang
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Herpes_zoster di akses tanggal 14 Oktober 2015 pukul. 13.25 WIB
2
Dumasari, Ramona Lubis. Varicella dan Herpes Zoster.Jakarta:Gramedia, 2008
3
tersebut belum pernah terkena cacar air, maka ia bisa terjangkit cacar air. Tetapi
pada umumnya orang dewasa telah pernah terkena cacar air pada masa kecilnya,
sedangkan balita zaman sekarang yang telah divaksinasi lengkap juga telah
mendapat vaksinasi cacar air (varisela). Vaksinasi varisela sebaiknya diberikan
pada orang yang belum pernah terkena cacar air, tetapi bagi mereka yang telah
berusia di atas 50 tahun sebaiknya diberikan vaksinasi varisela apakah sudah
pernah terkena cacar air atau tidak sebagai booster (penguat), sehingga jika timbul
lepuh (singhle) herpes zoster tidak parah. Sebagaimana halnya vaksinasi MMR
yang juga menggunakan virus yang dilemahkan, maka pasien yang divaksinasi
harus dalam kondisi fit agar demam akibat vaksinasi minimal
4
Lingkungan yang tidak terpelihara akan gampang sekali untuk terkena
penyakit bagi para penduduknya, terutama penyakit menular. Agar semua yang
kita takutkan selama ini tidak menimpa kita dan penduduk yang lain, maka
alangkah lebih baiknya kita sama-sama menjaga lingkungan hidup kita, karena
tidak ada yang membersihkannya, kecuali dengan usaha kita agar terjadi
penyakit yang dapat menular ke semua penduduk.
Unsur penyebab penyakit adalah unsur biologis. Butuh tempat ideal
berkembang biak dan bertahan. Reservoir adalah organisme hidup/mati,
dimana penyebab penyakit hidup normal dan berkembang biak. Reservoir
dapat berupa manusia
5
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
5. Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
6. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.3
4
Dr. nico A. dkk. Maajemen hidup sehat. Jakarta: IKAPI tahun 2006 hlm 127
6
yang sesuai dengan persyarafan kulit yang terkea virus (unilateral). Dalam
12-24 jam tampak bintil-bintil berarir tersususn berkelompok di atas kulit
yang kemerahan tersebut dan akan tumbuh terus, berlangsung selama 1-7
hari kemudian bintil berair tesebut berubah menjadi bintil bernanah dan
selanjutnya mongering. Mukosa juga dapat terkena dengan bentuk
sariawan dan luka. Selain itu VVZ dapat menyerang organ dalam.
Kelainan kulit dapat sembuh sendiri dan luka sembuh spontan stelah 2
minggu.5
1. Kultur virus
Cairan dari unilepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke
dalam media virus untuk segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila
waktu pengiriman cukup lama, sampel dapat diletakkan pada es cair.
Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14 hari dan uji ini
memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai 100%.
2. Deteksi antigen
3. Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah
ELISA.
5
Ibid hlm 128
7
4. PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam
cairan tubuh, contohnya cairan serebrospina.
1. Herpes simpleks
2. Varisela
3. Selulitis
4. Dermatitis Kontak
8
pembentukan jaringan parut lebih penting lagi, pengobatan harus efektif
untuk mencegah terjadinya komplikasi nyeri pasca harpes zooster (NPH).
1. Pengobatan Topikal, pengobatan topikal dengan anti virus harpes
zooster tidak efektif sehingga tidak dapat menyembuhkan penyakit
tersebut. Pengobatan topikal tergantung pada stadium penyakit yaitu:
stadium bimtil berair: tujuan protektif untuk mencegah bintil
bintil berair menjadi pecah, dengan cara diberikan bedak
bila luka dapat diberikan salep antibiotik
2. Pengobatan sistemik, anti virus pilihannya adalah: Asiclovir 5 x 800mg
sehari diberikan; Valasiclovir 3x 100mg sehari ; famsiclovir 3 x 500
mg.
3. Untuk sindrom ramsay hont diberikan kortikosteroid biasanya
bigunakan prednison 3 x 20mg sehari. Setelah sembuh dosis
diturunkan bertahap
1. Neuralgia pasca herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung terjadi pada penderita diatas usia
40 tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Makin tua penderita makin
tinggi persentasenya. Sepertiga kasus diatas usia 60 tahun dikatakan akan
mengalami komplikasi ini, sedang pada usia muda hanya terjadi pada 10
% kasus.
2. Infeksi sekunder oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya
penyembuhan dan akan meninggalkan bekas sebagai sikatriks. Vesikel
sering menjadi ulkus dan jaringan nekrotik.
9
tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh
spontan.6
2.2 Analisis
Dari hasil pengamatan dan penelitian yang kami lakukan pada
Mahasiswa DIV Tingkat I di Kampus IV Poltekkes Kemenkes Malang Prodi
Kediri, yaitu dengan metode memberikan kuisioner dan wawancara terkait
penyakit herpes khususnya herpes zoster, pada 57 responden yang usianya
berkisar antara 18-19 tahun, terdeteksi sejumlah 5 orang yang menderit
penyakit herpes zoster.
10
Persentasenya 100% dipengaruhi oleh faktor agent, kemudian faktor
lingkungan 60% dan faktor host sebanyak 20%.
Analisis menggunakan:
1.Variabel orang :
Sistem Kekebalan Tubuh
Dari ke 5 penderita herpes zoster, pada umumnya sedang mengalami
sistem kekebalan tubuh yang menurun disini system imun juga merupakan
faktor dominan yang mempengaruhi, alasannya ketika daya tahan tubuh
(immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk herpes
zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air
(chickenpox).
Penyakit cacar air yang pernah diderita
Seseorang yang telah mengalami cacar air kemudian sembuh, sebenarnya
virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi
didalam sel ganglion dorsalis system saraf sensoris penderita.
2. Variabel tempat:
Kebersihan
Herpes zoster erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan, meliputi
kebersihan personal, kebersihan lingkungan, dan kebersihan air. Lingkungan
yang tidak terpelihara akan gampang sekali untuk terkena penyakit bagi para
penduduknya, terutama penyakit menular.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epidemiologi deskriptif adalah ilmu yang menggambarkan penyebaran/
distribusi penyakit yang terjadi di masyarakat berdasarkan variabel epidemiologi
yang mempengaruhinya. Variabel epidemiologi tersebut dikelompokan menurut:
orang (person),tempat (place) dan waktu (time).
11
Herpes zoster (nama lain: shingles atau cacar ular cacar api) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus varicella-zoster. Herpes zoster bukan herpes genital
atau herpes simplex, oleh karenanya herpes zoster yang merupakan bawaan dari
penyakit cacar air atau varisela zoster tidak akan menular pada orang lain menjadi
herpes zoster juga, kecuali orang tersebut belum pernah terkena cacar air, maka ia
bisa terjangkit cacar air.
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak
langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar
(chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar
dan sentuhan keatas gelembung/lepuh yang pecah. Bagi seseorang yang belum
pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella zoster maka tidak
langsung mengalami penyakit herpes akan tetapi mengalami cacar air telebih
dahulu.
Dari hasil pengamatan dan penelitian yang kami lakukan pada Mahasiswa
DIV Tingkat I di Kampus IV Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kediri, yaitu
dengan metode memberikan kuisioner dan wawancara terkait penyakit herpes
khususnya herpes zoster, pada 57 responden yang usianya berkisar antara 18-19
tahun, terdeteksi sejumlah 5 orang yang menderita penyakit herpes zoster. Dari ke
5 orang tersebut beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu factor agent,
host, dan environment. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut yang
menduduki peringkat pertama yaitu faktor agent, dari 5 orang tersebut telah
mengalami cacar air dan ketika daya tahan tubuh (immun) melemah, virus akan
kembali menyerang, jadi dapat disimpulkan semua penderita tersebut :
Persentasenya 100% dipengaruhi oleh faktor agent, kemudian faktor
lingkungan 60% dan faktor host sebanyak 20%.
3.2 Saran
Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan
dan penanggulangan penyakit. Maka dari itu dalam pengoperasian data
surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga dalam pengambilan keputusan
menjadi tepat sasaran.
12
Untuk menghindari terjadinya herpes zoster, maka sebaiknya kita selaku
petugas medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan
sembarangan yang belum teruji kesehatannya.
Untuk para pembaca diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat agar
dapat meminimilisir kemungkinan terjadinya penyakit, karena lebih mudah
mencegah daripada mengobati.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. nico A. dkk. Maajemen hidup sehat. Jakarta: IKAPI tahun 2006 hlm 127
13
http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2014/03/penyakit-herpes-zoster.html di akses
tanggal 15 oktober 2015 pukul 12.00 WIB
http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2014/03/penyakit-herpes-zoster.html di akses
tanggal 15 oktober 2015 pukul 12.00 WIB
https://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/05/29/herpes-zoster/ di akses
tanggal 15 oktober 2015 pukul 12.30 wib
14