Professional Documents
Culture Documents
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
melewati ambang batas normal. Beberapa jenis makanan yang diketahui
dapat meningkatkan kadar asam urat adalah alkohol, ikan bearing, telur,
dan jeroan ikan. Jeroan memang merupakan salah satu hidangan
mengiurkan, diantaranya soto babat, sambal hati, sate jantung, da kerupuk
limfa.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Gout?
2. Bagaimana etiologi dari Gout?
3. Apa saja klasifikasi dari Gout?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Gout?
5. Bagaimana pathofisiologi dari Gout?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Gout?
7. Bagaimana asuhan Keperawatan dari Gout?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Gout?
2. Untuk mengetahui etiologi dari Gout?
3. Untuk mengetahui dari Gout?
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Gout?
5. Untuk mengetahui pathofisiologi dari Gout?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Gout?
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari Gout.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Gout Artritis adaah sekolompok penyakit yang terjadi akibat deposit
kristal monosodiumm urat di jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstra
3
selurel yang sudah mengalami supersarurasi dari hasil akhir metabolisme
purin yaitu asam urat (Aru W.sudoyo. 2009)
Gout artritis adalah gangguan metabolisme asam urat yang ditandai
dengan hiperurisemia dan deposit kristal urat dalam jaringan sendi,
menyebabkan serangan akkut (Hendarto Natadidjaja. 1999).
Penyakit Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin
yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-
ulang. Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan ini berkaitan dengan
penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan pada tahap yang lebih
lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-
2% terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria
daripada wanita. Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian
metatarsofalangeal kaki (Muttaqin,2008).
Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan
asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki
bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407)
Gout merupakan keadaan heterogenus yang berhubungan dengan
defek genetik pada metabolisme purin atau hiperuricemia. (Brunner &
Suddarth. 2001;1810).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Gout Artritis (asam urat) adalah
penyakit gangguan metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat
sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada
tulang dan sendi.
2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan
kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal. Beberapa faktor lain yang mendukung, seperti:
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat atau keduanya.
4
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes melitus,, hipertensi,
gagguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang dapat
menyebabkan hiperuricemia.
c. Karena penggunan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta
zolamid dan etambutol.
d. Mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar purin tinggi adalah
jeroan yang dapat ditemukan pada hewa misalnya sapi, kambing dan
kerbau.
3. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik :
1. Stadium artritis gout akut
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang
khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam
waktu 5-7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita
mengira bahwa kakinya keseleo atau karena infeksi sehingga tidak
memnduga terkena penyakit gout atau tidak melakukan pemeriksaan
lanjutan. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat
hilang dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat
sembuh dapat sembuh dalam beberapa hari sampai minggu.
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal,
diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan operasi, pemakaian ob
at diuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat.
2. Stadium interkritikal
5
serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit g
out.
6
1. Gout primer
2. Gout sekunder
a. Obat-obatan
b. Penyakit lain
4. Manifestasi Klinis
7
bengkak, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari yang
terserang yang terjadi mendadak (akut).
5. Patofisiologi
Sintetis purin melibatkan dua jalur yaitu jalur de novo dan jalur
penghematan (salvage pathway)
8
fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan
amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu
mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang
terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang
berlebihan.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan serum asam urat
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat
yang tinggi dalam darah ( >6 mg% ). Kadar asam urat normal
dalam serum pada pria 8 mg% dan pada wanita 7mg%.
pemeriksaan ini mengindikasikan hiperurisemia, akibat
peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah diperlukan untuk
mengetahui apakah kadar asam urat dalam darah berlebih
(hiperusemia) dan juga untuk memantau hasil
9
pengobatan.pemeriksaan kadar asam urat dalam darah biasanya
juga diminta pada pasien-pasien yang mendapatkan kemoterapi
tertentu. Penurunan berat badan yang cepat yang mungkin terjadi
pada kemoterapi tersebut dapat meningkatkan jumlah asam urat
dalam darah. Nilai normal pemeriksaan kadar asam urat dalam
darah antara 3,0 sampai 7,0 mg/dL. Tapi nilai normal tiap rumah
sakit berbeda.Angka leukosit, menunjukkan peningkatan yang
signifikan mencapai 20.000/mm3selama serangan akut. Selama
periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal
yaitu 5000-10.000/mm3.
2. Eusinofil Sedimen Rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan
sedimen rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai
akibat deposit asam urat di persendian.
3. Urine specimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan
produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seseorang
mengekskresikan 250-750 mg/24 jam asam urat di dalam urin.
Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin
meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan
gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam
urat.
Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan
feses atau tissue toilet selama waktu pengumpulan biasanya diet
purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin
meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
4. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut
atau maternal aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum Kristal
urat yang tajam, memberikan diagnosis definitive gout.
5. USG
Pemeriksaan ini penting untuk menilai ginjal pasien-pasien
dengan hiperusemia dan penyakit ginjal. Pemeriksaan ini untuk
mengetahui ada tidak batu asam urat.
10
7. Komplikasi
a. Penyakit ginjal
c. Hipertensi
8. Penatalaksana Keperawatan
a. Diet rendah purin
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin ( ginjal, hati, ikan
sarden, daging kambing) serta banyak minum.
b. Tirah baring
Merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah
serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat
bergerak.
c. Latihan fisik
Mengajak klien melakukan ROM, gerak aktif pada ektremitas pada
yang tidak sakit dan melakukan perawatan diri.
11
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Tn. G (55 thn) masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada sendi jari
kaki, pergelangan kaki, lutut, jari tangan dan pergelangan tangan. Klien
mengatakan menderita asam urat sudah lima tahun dan sering kambuh. Keluarga
mengatakan klien senangnya makan jeroan di rumah makan padang. Dari hasil
pemeriksaan di dapatkan TTV TD: 125/80 mmHg, HR: 100 x/menit, RR: 22
x/menit, suhu 38oC, sekala nyeri: 7, jempol kaki, persendian jari, sendi lutut dan
pergelangan tangan dan kaki terlihat inflamasi (kemerahan, bengkak dan teraba
hangat), kadar asam urat serum 9 mg/dl.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
12
a. Nama : Tn. G
b. Umur : 55 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Status : menikah
e. Alamat :-
f. Suku bangsa : Indonesia
g. Pekerjaan :-
h. Tanggal masuk : 9 November 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Tn. G merasakan nyeri pada sendi jari kaki, pergelangan kaki, lutut,
jari tangan dan pergelangan tangan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1. Tn. G mengeluh nyeri pada sendi jari kaki, pergelangan kaki, lutut,
jari tangan dan pergelangan tangan.
2. Adanya inflamasi seperti kemerahan, bengkak dan teraba hangat
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tn. G sudah lima tahun menderita asam urat dan sering kambuh.
d. Riwayat kesehatan keluarga
-
e. Riwayat Nutrisi
Keluarga mengatakan Tn. G senangnya makan jeroan di rumah makan
padang
3. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda tanda Vital :
a. TD : 125/80 mmHg
b. HR : 100 x/menit
c. RR : 22 x/menit
d. T : 38oC
2. Pernafasan B1 (breath)
RR = 22x/menit, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki riwayat dan
suara nafas normal.
3. Kardiovaskular B2 (blood)
TD = 125/80mmHg, nadi = 100x/menit, suhu = 38 C.
4. Persyarafan B3 (brain)
-
5. Perkemihan B4 (bladder)
-
6. Pencernaan B5 (bowel)
13
-
7. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Adanya nyeri sendi, terlihat adanya Inflamasi (kemerahan,
dan bengkak) di bagian jempol kaki, persendian jari, sendi lutut dan
pergelangan tangan dan kaki, skala nyeri : 7 (nyeri berat. Bagian
jempol kaki, persendian jari, sendi lutut dan pergelangan tangan dan
kaki yang inflamasi teraba hangat dan lembek berisi cairan.
4. Analisa Data
No Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
1 Data subjektif GOUT Gangguan rasa
Tn. G Pelepasan kristal nyaman: nyeri
mengatakan nyeri monosodium urat
pada sendi di Penimbunan dan
14
persendian jari,
sendi lutut dan
pergelangan
tangan dan kaki
2 Data subjektif GOUT
- Terbentuknya tofi di
Data objektif
sendi
Suhu tubuh : 38 Reaksi imun tubuh
o
C, RR : 22 Respon leukosit
x/menit, HR : polimonukulerf
Robekan membrane
100 x/menit,
dan pelepasan
Terlihat adanya
oksidase
inflamasi Kerusakan sel Peningkatan suhu
(kemerahan, Enzim lisosom lepas tubuh
bengkak dan di synovial
teraba hangat) Penigkatan intensitas
15
(sangat nyeri)
Data objektif
Terlihat adanya
inflamasi
(kemerahan,
bengkak dan
teraba hangat)
pada jari kaki,
pergelangan kaki,
lutut,
pergelangan
tangan dan jari
kaki.
4 Data subjektif GOUT
Tn. G Penumpukan asam
mengatakan urat di tubulus ginjal
menderita asam Pengendapan asam
16
tahun dan sering Gangguan
kambuh, metabolisme purin
keluarga Tn. G Minimnya informasi
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Asam Urat : 9 mg/dl
b. Sel darah putih dan sodimentasi erosit meningkat
c. Pada aspirasi sendi di temukan asam urat
d. Pemeriksaan urin
e. Rontegen
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan adanya penimbunan
kristal pada membran synovial ditandai dengan adanya inflamasi.
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya proses inflamasi
ditandai dengan suhu tubuh 38oC.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian ditandai
adanya kemerahan dan bengkak.
4. Resiko gagal ginjal berhubungan dengan peningkatan purin di dalam
tubuh di tandai dengan kadar asam urat 9 mg/dl.
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
pencegahan, pengobatan dan perawatan.
C. Intervensi
N Diagnosa Perencanaan
Tujuan Rasional
o Keperawatan Intervensi
1 Gangguan Rasa Tupen : 1. Observasi tanda 1. Adanya
Denagan
nyaman: nyeri tanda vital kelainan pada
17
berhubungan dengan dilakukan 2. Lakukan tanda- tanda
adanya penimbunan tindakan pengkajian nyeri vital terutama
kristal pada membran keperawata secara HR dan RR
synovial ditandai n 3 x 24 jam komperehensif merupakan
3. Observasi skala
dengan adanya nyeri hubungan
nyeri
inflamasi. berkurang dengan nyeri
4. Observasi adanya
2. Membantu
dan rasa
petunjuk non
mengevaluasi
nyaman Tn.
verbal mengenai
derajat
G terpenuhi.
ketidaknyamanan.
Tupan : ketidaknyama
5. Anjarkan prinsip
Setelah
nan dan
managemen nyeri
dilakukan
terjadinya
(tekhnik relaksasi
tindakan
komplikasi
dan distraksi)
keperawata 3. Skla nyeri
6. Berikan posisi
n selama 3 dapat
yang nyaman.
hari rasa 7. Berikan kompres mengetahui
nyaman dingin pada bagian tingkat respon
klien yang terkena nyeri.
4. Respon non
terpenuhi inflamasi.
8. Anjurkan klien verbal
dan nyeri
menghindari membantu
hilang
penggunaan sepatu mengevaluasi
yang sempit, derajat nyeri
terantuk pada dan
benda yang keras perubahannya.
5. Teknik
agar tidak terjadi
relaksasi
iritasi pada tofi.
9. Kontrol membantu
lingkungan yang atau
dapat mengontrol
mempengaruhi mengalihkan
nyeri rasa nyeri,
10. Kolaborasi tim
18
medis: analgetik memusatkan
Amati efek kembali
samping obat- perhatia dan
obatan dapat
tersebut . meningkatkan
koping.
6. Istirahat dapat
menurunkan
metabolisme
setempat dan
mengurangi
pergerakan
sendi yang
terjadi
7. Kompres
dingin
membantu
menghambat
implus-implus
nyeri.
8. Bila terjadi
iritasi maka
akan semakin
nyeri, apabila
luka akibat
tofi yang
pecah maka
rawatlah
secara steril
dan juga
perawatan
drain yang
19
terpasang pada
luka.
9. Lingkungan
bisa menjadi
pemicu
meningkatnya
derajat nyeri
10. Menurunkan
nyeri
meningkatkan
kenyamanan
2 Peningkatan suhu Tupen : 1. Monitor tanda- 1. Suhu 38,9-
Setelah
tubuh b.d adanya tanda vital 41,1 oC
dilakukan
proses inflamasi terutama suhu menunjukan
tindakan
ditandai dengan suhu tubuh proses
keperawata 2. Anjurkan asupan
tubuh 38oC. penyakit
n 3 x 24 jam cairan oral,
infeksius akut.
suhu tubuh sedikitnya 2,5 liter
Pola demam
klien sehari
dapat
3. Berikan kompres
menurun.
membantu
Tupan : hangat
Setelah 4. Kolaborasi tim dalam
dilakukan medis: diagnosis.
tindakan Berikan cairan 2. Peningkatan
Intravena suhu tubuh
keperawata
antipiretik dapat
n selama 2 5. Monitor adanya
mengakibatka
hari suhu komplikasi.
n penguapan
tubuh klien
tubuh
kembali
meningkat
normal
sehingga perlu
yaitu 36 oC
diimbangi
37oC.
asupan cairan
20
yang banyak.
3. Membantu
menurunkan
suhu tubuh
dengan dilatasi
pembuluh
darah
4. Berkolaborasi
membantu
dalam proses
penyembuhan
pasien:
Pemberian
cairan
intravena
sangat penting
dalam
penurunan
suhu tubuh
Mengurangi
demam
denagan aksi
sentralnya
pada
hipotalamus,
meskipun
demam
mungkin dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme,
21
dan
meningkatkan
autodestruksi
dari sel-sel
yang terinfeks.
5. Kejang dapat
timbul jika
suhu tubuh
bertambah
meningkat.
3 Hambatan mobilitas Tupen : 1. Kaji tingkat 1. Mengkaji
Denagan
fisik b.d nyeri imobilisasi yang tingkat
dilakukan
persendian ditandai disebkan oleh imobilisasi
tindakan
adanya kemerahan edema dan pasien dapat
keperawata
dan bengkak. persepsi pasien menentukan
n 3 x 48 jam
tentang tindakan
klien
imobilisasi selanjutnya.
mampu 2. Memberikan
terebut
melakukan 2. Dorong kesempatan
ambulasi partisipaisi dalam untuk
Tupan :
aktifitas, rekreasi. mengeluarkan
Setelah
3. Anjurkan pasien
energi
dilakukan
untuk melakukan
memuaskan
tindakan
latihan pasif dan
perhatian,
keperawata
aktif.
mmeningkatka
n selama 4 4. Bantu pasien
n perasaan
hari dalam perawatan
mengontrol
diharapkan diri.
5. Auskultasi bising diri pasien dan
pasien
usus, monitor membantu
mampu
kebiasaan dalam
melakukan
eliminasi dan mengurangi
mobilisasi
menganjurkan isolasi sosial.
aktif
22
agar BAB teratur. 3. Meningkatkan
6. Kolaborasi tim
aliran darah ke
medis:
otot dan tulang
Konsul dengan
untuk
ahli fisioterapi
meningkatkan
tonus otot,
mempertahank
an mobilitas
sendi,
mencegah
kontraktur/
atrfi dan
reapsorbsi Ca
yang tidak di
gunakan.
4. Meningkatkan
kekuatan dan
sirkulasi otot,
meningkatkan
kemampuan
pasien dalam
mengontrol
situasi,
meningkatkan
kemampuan
pasien untuk
sembuh.
5. Bedrest,
penggunaan
anal getika
dan perubahan
diet dapat
23
menyebabkan
penurunan
peristaltik usus
dan konstipasi.
6. Untuk
menentukan
program
latihan.
4 Resiko gagal ginjal Tupen : 1. Observasi tanda 1. Tanda-tanda
Didapatkan
b.d peningkatan purin tanda vital. peningkatan
kadar purin 2. Observasi intake
di dalam tubuh di elektrolit.
di dalam dan output setiap 2. Ketentuan
tandai dengan kadar
glomerulus 4- 8 jam dengan batas cairan
asam urat 9 mg/dl.
normal memperhatikan jika terjadi
Tupan :
output di bawah oliguria.
Diharapkan
3. Merupakan
30 ml/jam.
kadar purin
3. Kaji adanya tanda-tanda
di dalam
edema dengan lethargi cairan
glomerulus
distensi vena yang
normal
jugolaris dipsnea, menambah
tidak ada
tachikardipening kerja dari
penumpuka
katan tekanan jantung dan
n purin
darah crakles menuju edema
yang
pada auskultasi pulmoner dan
berlebih. 4. Observasi BUN,
gagal jantung.
kreatinin asam 4. Fungsi ginjal
urat diketahui dan
5. Observasi
peningkatan
urinalisasi sampai
BUN lebih
hematuria,
dari 25 mg/dl
penurunan
dan kreatinin
kreatinin
lebih dari 1,5
clerence, ekskresi
mg/dl.
24
elektrolit, 5. Ketentuan
penurunan gaya kemampuan
berat khas dan ginjal untuk
ketidak normalan mengkonsentr
lainnya. asi urin
6. Kolaborasi
ekskresi
dengan tim
elektrolit dan
medis:
kerusakan
Laboratorium
pada ginjal.
mengambil urine 6. Pemeriksaan
specimen 24 urin specimen
24 dapat
menentukan
produksi dan
ekskresi dan
asam urat.
5 Defisit pengetahuan Tupen : 1. Kaji pengetahuan 1. Seberapa luas
Dengan
berhubungan dengan paien mengenai pengetahuan
dilakukan
kurangnya informasi asam urat (GOUT). pasien
tindakan 2. Kaji kemampuan
tentang pencegahan, mempengaruhi
keperawata pasien dalam
pengobatan dan proses
n 3 x 48 jam mengungkapkan
perawatan. perawatan dan
klien intruksi yang
pengobatan.
mengetahui diberikan oleh 2. Mengetahui
mengenai dokter atau respon dan
penyakit, perawat. kemampuan
3. Berikan jadwal
mengetahui kognitif klien
obat yang harus di
makanan dalam
gunakan meliputi
yang baik menerima
nama obat, dosis,
untuk diet informasi.
tujuan dan efek 3. Penjelasan ini
purin.
Tupan : samping. dapat
Setelah 4. Diskusikan tentang
25
dilakukan pentingnya diet meningkatkan
tindakan yang terkontrol, koordinasi dan
keperawata misal dengan kesadaran
n selama4 menghindari pasien
hari makanan tinggi terhadap
diharapkan purin seperti hati pengobatan
pasien dapat ginjal, sareden. yang teratur.
5. Kolaborasi dengan 4. Diet purin
mengubah
sumber-sumber pada pola
prilaku yang
komunitas arthritis. makan dapat
lebih baik,
menurunkan
mengenai
kadar purin
diet,
dalam tubuh.
pengetahua
5. Kolaborasi
n dan Bantuan dan
perawatan dukungan dari
mengenai orang lain
asam urat untuk
meningkatkan
pemulihan
maksimal.
Mengkaji pola
tidurnya dan
mengidentifik
asi intervensi
yang tepat.
26
berhubungan 6 nyeri secara nyeri berkurang
2. Pasien
dengan adanya komperehensif
3. Mengobservasi skala mengatakan
penimbunan
nyeri skala nyeri 6
kristal pada
4. Mengobservasi adanya O:
membran 1. TTV :
petunjuk non verbal
TD: 120/80
synovial 15.00
mengenai
mmHg
ditandai dengan WIB
ketidaknyamanan. HR: 95 x/m
adanya 5. Mengajarkan prinsip RR: 19 x/m
T : 38oC
inflamasi. managemen nyeri
2. Pasien terlihat
(tekhnik relaksasi dan
tidak meringis
distraksi)
kesakitan
6. Memberikan posisi
3. Pasien terlihat
yang nyaman.
19.00 sedikit rileks
7. Memberikan kompres
A:
WIB
dingin pada bagian Masalah teratasi
yang terkena inflamasi. sebagian
8. Menganjurkan klien
P:
menghindari
Ulangi dan
penggunaan sepatu
lanjutkan interven
yang sempit, terantuk
pada benda yang keras
agar tidak terjadi iritasi
pada tofi.
9. Mengontrol
lingkungan yang dapat
11.00
mempengaruhi nyeri
WIB
10. Berkolaborasi tim
medis: analgetik
Amati efek
samping obat-
obatan tersebut .
27
suhu tubuh b.d 9/11/20 wib tanda vital terutama mengatakan
adanya proses 16 suhu tubuh pasien teraba
2. Menganjurkan asupan
inflamasi suhu badan
cairan oral, sedikitnya
ditandai dengan pasien lebih
2,5 liter sehari
suhu tubuh baik dari pada
3. Memberikan kompres
38oC. tadi pagi dan
hangat
4. Berkolaborasi tim masih teraba
medis: sedikit hangat
Berikan cairan 2. Pasien
Intravena mengatakan
antipiretik sudah minum
5. Memonitor adanya
1,5 liter/ hari
komplikasi. O:
1. TTV
TD: 128/85
HR: 87 x/m
RR: 19 x/m
T : 37oC
2. Pasien
terpasang
cairan IV 500
ml/labu
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
Intervensi
3 Hambatan Kamis/ 08.00 1. Mengkaji tingkat S:
mobilitas fisik 10/11/2 WIB imobilisasi yang 1. Pasien
b.d nyeri 016 disebkan oleh edema mengatakan
persendian dan persepsi pasien mampu
ditandai adanya tentang imobilisasi menggerakan
kemerahan dan terebut sedikit demi
2. Mendorong
bengkak. sedikit
13.00
partisipaisi dalam
28
WIB aktifitas, rekreasi. meggerakkan jari
3. Menganjurkan pasien
tanagan dan kaki
untuk melakukan 2. Pasien
latihan pasif dan aktif. mengatakan
4. Membantu pasien
masih sulit untuk
dalam perawatan diri.
bergerak bebas
5. Mengauskultasi
3. Pasien
bising usus, monitor
mengatakan BAB
kebiasaan eliminasi
kurang teratur
dan menganjurkan
karena kesuliat
agar BAB teratur.
untuk menuju
6. Berkolaborasi tim
kamar mandi.
medis: Konsul dengan
O:
ahli fisioterapi
1. Pasien terlihat
sedikit dikit
mulai
melakukan
gerakan pasif
2. Pasien masih
sulit untuk
melakukan
ROM aktif
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi anjurkan
pasien melakukan
latihan pasif dan
aktif
4 Resiko gagal Kamis/ 11.00 1. Mengobservasi tanda S:
1. Pasien
29
ginjal b.d 09/11/2 WIB tanda vital. mengatakan
2. Mengobservasi intake
peningkatan 016 sering buang air
dan output setiap 4- 8
purin di dalam kecil dan nyeri
jam dengan
tubuh di tandai saat buat air
memperhatikan
dengan kadar kecil
output di bawah 30
asam urat 9 O:
ml/jam.
mg/dl. 1. Pasien terlihat
3. Mengkaji adanya
selalu buang air
edema dengan
dan merintih
distensi vena jugolaris
kesakitan.
dipsnea,
2. Hasil urin
15.00
tachikardipeningkatan
spesimen 24
WIB
tekanan darah crakles
jam: 840 mg/24
pada auskultasi
jam
4. Mengobservasi BUN,
A:
kreatinin asam urat Masalah
5. Mengobservasi
keperawatan belum
urinalisasi sampai
teratasi seluruhnya
hematuria, penurunan
P:
kreatinin clerence,
Intervensi di ulang
ekskresi elektrolit,
dan di lanjutkan
penurunan gaya berat
khas dan ketidak
normalan lainnya.
6. Melakukan kolaborasi
dengan bagian
laboratorium
mengambil urine
specimen 24
5 Defisit Kamis 08.00 1. Mengkaji S:
1. Pasien
pengetahuan / WIB pengetahuan paien
mengatakan
berhubungan 09/11/2 mengenai asam urat
sudah ngetahui
dengan 016 (GOUT).
30
kurangnya 2. Mengkaji kemampuan mengenai
informasi pasien dalam penyakit GOUT
tentang mengungkapkan (Asam Urat)
2. Pasien
pencegahan, intruksi yang
mengatakan
pengobatan dan diberikan oleh dokter
sudah
perawatan. atau perawat.
3. Memberikan jadwal mengetahui
obat yang harus di makanan yang
gunakan meliputi dapat
nama obat, dosis, menyebabkan
tujuan dan efek asam urat dan
samping. akan
4. Mendiskusikan
mengurangi
tentang pentingnya
mengonsumsi
diet yang terkontrol,
jeroan
misal dengan 3. Pasien
menghindari makanan mengatakan
tinggi purin seperti akan mulai
hati ginjal, sareden. melakukan diet
5. Melakukan kolaborasi
tinggi purin.
dengan sumber- O:
1. Pasien terlihat
sumber komunitas
memahami
arthritis.
mengenai
penyakit GOUT
(Asam Urat)
2. Pasien mulai
melakukan diet
rendah purin.
3. Terlihat keluarga
memberi
dukungan
terhadap proses
31
penyembuhan
pasien.
A:
Masalah
keperawatan
teratasi seluruhnya
P:
Lanjutkan
Intervensi yang
belum terlaksana.
E. Pendidikan Kesehatan
32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Frekuens
Karakteristik %
i
Umur (tahun)
45-49 35 49,30
50-54 25 35,21
55-59 11 15,49
Jenis Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 46 64,8
Petani 12 16,9
Wirausaha 10 14,1
PNS 3 4,2
Makanan Sumber Purin Berdasarkan hasil wawancara food frequncy
(FFQ) semi kuantitatif diketahui bahwa sebagian besar responden
mengkonsumsi makanan sumber purin setiap kali makan yaitu 3-4 kali makan
dalam sehari. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Purin Di
Desa Sanggrahan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung
33
Pada Tabel 2 diketahui bahwa paling banyak 52,1% (n=37) responden
memiliki asupan konsumsi makanan sumber purin dalam kategori lebih (>100-
150 gr/hr), sisanya 32,4% (n=23) responden memiliki asupan konsumsi
makanan sumber purin dalam kategori cukup ( 50- 100gr/hr dan 15,5% (n= 11)
memiliki asupan konsumsi makanan sumber purin dalam kategori kurang (<
50gr/hr).
34
empis- empis tempe, sehingga sebagian besar responden menyatakan lauk pauk
mereka belum lengkap jika belum ada olahan dari tempe atau tahu.
35
meningkatnya kadar asam urat dalam darah bahkan melebihi batas normal
(diatas 7 mg/dl). Purin yang terkandung dalam jeroan akan dirubah dan disusun
kembali menjadi protein-protein tubuh. Proses pengubahan purin ini melibatkan
enzim HGPRT. Enzim HGPRT (hypoxantin-guanyl phosporilbosyl transferase)
merupakan enzim yang memiliki hubungan yang cukup erat dengan purin
sebagai bahan dari asam urat. Disamping itu responden juga sering
mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein (seperti kopi, teh) 1-2 kali
perhari, dimana minuman seperti ini dapat menyebabkan peningkatan kadar
asam urat, karena kopi, teh mengandung alkoloida turunan purin (xantin), jika
dalam darah kadar alkoloida ini tinggi, maka dengan adanya enzim xantin
oksidase akan terbentuk asam urat. Selain itu responden juga menyatakan sering
membuat minuman kopi atau teh dengan menggunakan gula 2-3 sendok makan
perhari, selain teh dan kopi responden juga sering membuat minuman dari sirup
dengan penambahan gula yang dibuat minuman seperti es buah yang dicampur
dengan sirup. Konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula,
permen, arum manis, 8 gulali dan sirup dapat mengganggu kinerja tubuh dalam
mengatur keseimbangan asam urat. High Fructose Syrup (HFS) memicu
aktifitas sintesis purin endogen sehingga kadar asam urat meningkat. Fruktosa
juga menurunkan ekskresi asam urat terhadap transport protein yang
dikendalikan oleh gen SLC2A9, pengaruh fruktosa terhadap penurunan ekskresi
asam urat direspon positif oleh gen yang peka terhadap asam urat sehingga dapat
meningkatkan asam urat serum dan memicu kenaikan kadar asam urat. selain itu
HFS dalam darah mendorong percepatan proses glycation sehingga terbentuk
radikal bebas yang memicu stress oksidatif yang akan menimbulkan kekacauan
sistem yang mengatur keseimbangan asam urat.
36
mengkonsumsi hanya ketika mereka ingin makan makanan itu saja dan dalam
jumlah yang sedikit.
Tabel 3 Kadar Asam Urat Pada Wanita Usia 45-59 Tahun di Desa
Sanggrahan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung
37
Responden yang memiliki kadar asam urat tinggi (> 6 mg/dl) 9
yaitu responden yang sering mengkonsumsi makanan sumber purin dengan
kategori cukup dan lebih. Keadaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satu penyebab tingginya kadar asam urat adalah makanan tinggi purin, hal
ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi makanan tersebut rata-rata diatas
kebutuhan perhari yang diketahui dari wawancara FFQ (Food Frequency
Questionaire).
Tabel 4 Tabulasi silang Konsumsi Makanan Sumber Purin Dengan Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 45-59 Tahun di Desa Sanggrahan Kecamatan
Kranggan Kabupaten Temanggung
38
Konsumsi Kadar asam Urat
Tinggi Normal Total
makanan
% n % n % n
sumber
purin
Lebih Cukup 91, 10
34 3 8,1 37
Kurang 9 0
21, 78, 10
5 18 23
7 3 0
0,0001
36, 63, 10
4 7 11
4 6 0
Total 60, 39, 10
43 28 71
6 4 0
Peningkatan kadar asam urat dengan cepat dapat terjadi, antara lain
karena asupan makanan yang tinggi purin. Dalam kehidupan sehari-hari,
pembatasan konsumsi makanan tinggi purin, seperti daging, jeroan, dan berbagai
39
jenis sayuran dan kacang-kacangan yang mengandung purin perlu dilakukan,
teutama bagi penderita kadar asam urat tinggi, karena hal ini berpeluang
meningkatkan metabolisme purin didalam tubuh yang menghasilkan kadar asam
urat berlebih didalam darah. Hal ini dikarenakan tubuh telah menyediakan 85%
senyawa purin untuk kebutuhan tubuh, sedangkan dari makanan hanya
diperlukan 15% saja (Indriawan, 2009).
40
ini menunjukkan bahwa asupan konsumsi makanan sumber purin yang cukup
juga cenderung berisiko memiliki kadar asam urat yang tinggi pula. Peningkatan
kadar asam urat darah dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu tingginya
asupan makanan sumber purin, usia, obesitas, dan aktivitas fisik atau kebiasaan
olah raga (Setiati, 2009) faktor yang paling berpengaruh yaitu tingginya asupan
makanan sumber purin. Makanan yang mengandung purin dapat meningkatkan
produksi asam urat. Pembentukan asam urat di dalam tubuh selain merupakan
hasil dari proses fisiologis normal, juga terjadi akibat faktor dari luar terutama
dari makanan dan minuman. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Utami
(2009) Asam urat di dalam tubuh bisa berasal dari luar yaitu dari diet tinggi
purin dan dari dalam yang merupakan hasil akhir metabolisme purin.
41
seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak
ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial.
Selain itu, Sylvia (2006) menjelaskan pada wanita kadar asam urat tidak
meningkat sebelum masa menopause karena estrogen membantu meningkatkan
ekskresi asam urat melalui ginjal. Namun pada saat memasuki masa menopause
yaitu 45-59 tahun akan 12 terjadi perubahan hormonal pada organ-organ
kewanitaan. Salah satu organ yang mengalami perubahan yaitu ovarium.
Ovarium akan mengecil dan mengalami penurunan fungsi, yaitu untuk
menghasilkan estrogen (Fitrah, 2010).
KETERBATASAN PENELITIAN
42
Hasil pengukuran kadar asam urat dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan alat digital yang tidak dikonversi dari hasil laboratorium sehingga
hasilnya tidak sama dengan pengukuran yang dilakukan di laboratorium
Simpulan
43
HASIL ANALISIS JURNAL II
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
44
Karakteristik
Respondendiketahui karakteristik
umur palingbanyak adalah diatas 55
tahunsebanyak 19 responden
denganpresentasi 63,30%, dan 40-55
tahunsebanyak 11 responden
denganpresentase 36,70%.
Berdasarkan grafik
disamping dapat diketahui
karakteristik pendidikan responden
paling banyak adalah diploma
sebanyak 10 responden dengan
presentasi 30%, SD sebanyak 7 responden (23,30%), SMA sebanyak 5
responden (16,70%), tidak sekolah sebanyak 4 responden (13,30%), SMP
sebanyak 2 responden (6,70%) dan sarjana sebanyak 2 responden (6,70%).
45
dan kadar asam urat pemeriksaan pada laki-laki paling banyak AU 3,0-7,0 mg/dl
sebanyak 6 responden (75%), AU 7,1-9,0 mg/dl sebanyak 2 responden (25%).
ANALISIS UNIVARIAT
46
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan
bahwa pengetahuan masyarakat
sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit Asam Urat
(Gout) paling banyak memiliki kategori
pengetahuan baik.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hasil Z stat pada uji wilcoxon -4,800
dan nilai p-value 0,000. Maka kesimpulan dari hasil di atas adalah Ho ditolak
yang artinya ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan asam urat terhadap
pengetahuan tentang asam urat.
47
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hasil Z stat pada uji wilcoxon -4,625
dan nilai p-value 0,000. Maka kesimpulan dari hasil di atas adalah Ho ditolak
yang artinya ada pengaruh yang signifikan terkait pendidikan kesehatan asam
urat terhadap sikap penderita asam urat.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata pengetahuan pretest sebesar 11,17. Sedangkan nilai rata- rata posttest sebesar
16,6. Sel anjutnya hasil uji analisis pengetahuan didapatkan nilai Wilcoxon
Sign Rank Test sebesar - 4,800 dan nilai p-value 0,000.
48
memiliki pengetahuan yang baik serta didukung pengalaman-pengalaman dalam
mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Hasil penelitian juga ini didukung oleh penelitian dari Huda yang mana
hasilnya ada pengaruh pendidikan kesehatan gout arthritis terhadap peningkatan
pengetahuan pada penderita gout (Huda, 2011).
Berdasarkan data dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 49,67. Sedangkan nilai
rata-rata posttest yaitu sebesar 58,50. Selanjutnya hasil uji analisis sikap
didapatkan nilai Wilcoxon Sign Rank Test sebesar - 4,625 dan nilai p-value
0,000.
49
Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Asam Urat Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Penderita Asam Urat
Hasil statistik penelitian ini dapat dijelaskan nilai rata-rata pada pretest
pengetahuan yaitu 11,17 sedangkan nilai rata-rata posttest pengetahuan yaitu
16,60 dan didapatkan probabilitas sebesar 0,000, menunjukkan 0,000 < 0,05.
Sedangkan nilai rata-rata pada pretest sikap yaitu 49,67 dan posttest sikap 58,50
dengan didapatkan probabilitas sebesar 0,000, menunjukkan 0,000 < 0,05, Maka
Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan nilai selisih dan hasil analisis hal ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terkait pemberian
pendidikan kesehatan asam urat terhadap pengetahuan dan sikap penderita asam
urat.
50
pendidikan kesehatan Gout Arthritis atau asam urat memberikan perubahan
terhadap pengetahuan dan sikap penderita.
51
Berdasarakan tabe1
52
Berdasarkan diatas diketahui bahwasebagian besar 23 (57,5%) responden
tidakmempunyai riwayat keluarga yang menderitaasam urat, 19 (47,5%)
responden memilikihasil kadar asam urat sedang dan 4 (10,0%)responden
diantaranya memiliki hasil kadarasam urat tinggi. Berdasarkan uji
53
tinggi. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai X2 sebesar 3,756 dengan nilai p-
value sebesar 0,053 > =0,05.
54
Berdasarkan uji bivariat menunjukkan bahwa terbanyak 17 (42,5%)
responden yang memiliki riwayat keturunan, terdapat 8 (20,0%) responden
memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 9 (22,5%) responden memiliki hasil
kadar asam urat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang dengan riwayat
genetik/keturunan yang mempunyai hiperurisemia, mempunyai risiko 1-2 kali
lipat di banding pada penderita yang tidak memiliki riwayat genetik/keturunan
(Purwaningsih, 2009). Selain itu, Analisis The National Heart, Lung, and Blood
Institute Family Studies menunjukkan hubungan antara faktor keturunan dengan
asam urat sebanyak kira- kira 40%.
Faktor genetik dapat memengaruhi hasil kadar asam urat pada laki-laki,
khususnya pada laki-laki yang hemizigot, bila laki-laki mempunyai hasil kadar
asam urat yang tinggi sebelum usia 25 tahun maka perlu diperiksa enzim yang
dapat menyebabkan peningkatan produksi asam urat tersebut, selain enzim yang
perlu diperiksa terdapat juga adanya kelainan penurunan pengeluaran asam urat
pada ginjal yang dapat diturunkan dalam suatu keluarga. Berdasarkan hasil uji
analisis bivariat diperoleh nilai p-value sebesar 0,018 < = 0,05, maka terdapat
pengaruh faktor genetik terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki
Faktor genetik dapat memengaruhi hasil kadar asam urat pada laki-laki,
khususnya pada laki-laki yang hemizigot, bila laki-laki mempunyai hasil kadar
asam urat yang tinggi sebelum usia 25 tahun maka perlu diperiksa enzim yang
dapat menyebabkan peningkatan produksi asam urat tersebut, selain enzim yang
perlu diperiksa terdapat juga adanya kelainan penurunan pengeluaran asam urat
pada ginjal yang dapat diturunkan dalam suatu keluarga. Berdasarkan hasil uji
analisis bivariat diperoleh nilai p-value sebesar 0,018 < = 0,05, maka terdapat
pengaruh faktor genetik terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki di RT 04
RW 03 Simomulyo Baru Surabaya.
55
tubuh bisa berasal dari luar yaitu dari diet tinggi purin dan dari dalam yang
merupakan hasil akhir metabolisme purin. Asam urat sangat erat kaitannya
dengan pola makan. Umumnya karena pola makan yang tidak seimbang (jumlah
asupan protein sangat tinggi) (Utami, 2009). Ada beberapa jenis makanan yang
diketahui kaya purin, antara lain baik daging sapi, babi, kambing, atau makanan
dari laut (sea food), kacang-kacangan, bayam, jamur, dan kembang kol
(Vitahealth, 2007). Berdasarkan hasil uji analisis bivariat diperoleh nilai X2
sebesar 9,122 dengan nilai p-value sebesar 0,003 < = 0,05, maka terdapat
pengaruh faktor diet tinggi purin terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki
di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya.
56
meningkatkan kadar asam urat, karena kandungan purin dan etanol dalam
minuman alkohol yang tinggi Berdasarkan hasil uji analisis bivariat diperoleh
nilai X 2 sebesar 4,596 dengan nilai p-value sebesar 0,032 < = 0,05, maka
terdapat pengaruh faktor minuman alkohol terhadap kadar asam urat (gout) pada
laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya.
Dalam penelitian yang dibuat oleh peneliti bahwa faktor obesitas tidak
berpengaruh terhadap kadar asam urat pada laki-laki dewasa di Simomulyo Baru
Surabaya, hal ini dikarenakan dari 40 responden yang diteliti hanya ada 6
responden yang obesitas, jumlah 6 tersebut tidak dapat diolah. Responden yang
termasuk dalam pre obese berjumlah 11 orang, apabila jumlah tersebut di ujikan
57
statistik mungkin faktor obesitas dalam penelitian ini dapat memengaruhi kadar
asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru
Surabaya. Berdasarkan hasil uji analisis bivariat diperoleh nilai X2 sebesar 3,756
dengan nilai p-value sebesar 0,053 > =0,05, maka tidak terdapat pengaruh
faktor obesitas terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki di RT 04 RW 03
Simomulyo Baru Surabaya.
Berdasarkan hasil uji bivariat tertinggi pada ketiga faktor yang memiliki
nilai p-value < =0,05 adalah faktor alkohol dengan nilai p- value sebesar 0,032
< =0,05, maka dapat disimpulkan bahwa faktor dominan yang memengaruhi
kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru
Surabaya adalah faktor alkohol. Peneliti mengetahui faktor dominan yang
memengaruhi kadar asam urat dengan menggunakan uji bivariat, seharusnya
untuk mengetahui faktor dominan harus menggunakan uji multivariat, tetapi
peneliti tidak dapat menggunakan uji multivariat karena skala pada penelitian ini
rata-rata adalah skala nominal.
BAB IV
PENUTUP
58
A. Kesimpulan
a. Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin
adalah salah satu struktur kimia pembentuk DNA.
b. Asam urat dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi
karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyababkan
kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar
asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan
terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau
bengkak.
c. Gejala asam urat seperti : kesemutan dan linu, nyeri terutama malam hari
atau pagi hari saat bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat
bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa pada pagi dan malam hari.
B. Saran
59
2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injury pada klien dengan Gout
maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan
kebutuhan klien yang mengalami Gout.
60